Menjelang wafatnya Rasulullah, kekuatan Islam sempat mendapatkan tekanan dan ancaman.
Pihak musuh sengaja memanfaatkan kesempatan Rasulullah yang sedang sakit untuk membuat
gejolak di perbayasan syam. Begitupun dari arah Yaman muncul Aswad Al-ansi yang mengaku
sebagai Nabi.
Di tengah sakitnya Rasulullah tetap memerintahkan penyerangan ke arah perbatasan Syam. Juga
mengirim surat perintah pembunuhan Nabi palsu untuk pasukan yang berada di Yaman, lebih
khusus kepada Muadz bin Jabal yang ditugaskan sebagai ulamanya.
Tidak genap 40 hari sejak mendeklarasikan sebagai Nabi, Aswad Al-ansi pun berhasil dibunuh
oleh panglima perangnya yang diperlakukan kurang menyenangkan, dia bekerjasama dengan
istri Aswad yang dirampas dari suaminya setelah sebelumnya dibunuh oleh Aswad.
Sementara untuk perbatasan Syam Rasulullah memerintahkan Usamah bin Zaid sebagai
panglima perang, membawahi para sahabat lainnya, termasuk diantaranya Umar bin Khattab.
Namun, sebelum pasukan diberangkatkan Rasulullah terlebih dahulu wafat sehingga
pemberangkatan tertunda.
Abu Bakar pun dibaiat menjadi khalifah menggantikan Rasulullah, dan dua hari setelah
meninggalnya Rasulullah hal pertama yang dilakukan Abu Bakar adalah memberangkatkan
pasukan ke perbatasan Syam.
Program ini pun menuai kritik dari sahabat lainnya, kondisi keamanan ummat islam di Madinah
memang kurang stabil. Rawan digempur oleh pasukan kafir dari arah manapun.
Umar bin Khattab pun termasuk diantara yang banyak memberi masukan Abu Bakar untuk
menunda pemberangkatan pasukan agar stabilitas keamanan Madinah lebih terjaga. Namun Abu
Bakar menolaknya, mengingat pemberangkatan pasukan ini adalah wasiat Rasulullah.
Umar bin Khattab tetap berusaha memberi masukan, hingga kemudian mensarankan agar
panglima perang diganti dari Usamah bin Zaid ke sahabat lainnya yang lebih berpengalaman,
mengingat ketika itu Usamah bin Zaid masih berusia 18 tahun. Abu Bakar mendengar itu
langsung melompat dari tempat duduknya dan menarik jenggot Umar bin Khattab, beliau
mengingatkan Umar agar jangan pernah meragukan pilihan Rasul sekecil apapun (termasuk
pengangkatan Usamah sebagai panglima perang).
Pasukan pun diberangkatkan dengan ummat Islam di Madinah diliputi perasaan sedikit waswas.
Namun Usamah bin Zaid benar menunjukkan kehebatannya.
Usamah t tidak membaiat Ali t dan tidak pula berperang bersamanya. Kemudian Usamah t
berkata padanya, Kalau saja kamu memasukkan tanganmu ke dalam mulut ular niscaya kamu
akan memasukkan tanganku juga bersamanya. Bukankah kamu mendengar sabda Rosulullah r
untukku saat aku membunuh orang yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah? Ali t berkata,
Aku tahu, yaitu orang kafir yang saat itu kaum muslimin sedang memerangi para orang kafir.
Usamah t melanjutkan, Ternyata benar, kamu tahu itu. Disaat aku dan salah seorang kaum
anshor menghunuskan senjata orang itu berkata bahwa aku bersaksi tiada tuhan selain Allah.
Kami tidak peduli hingga membunuhnya. Tatkala kami mengabarkan hal itu pada Rosulullah r,
maka beliau berkata, Wahai Usamah apa yang akan kamu pertanggungjawabkan nanti dengan
laa ilaha illallah? Dan aku pun berkata, Wahai Rosulullah r sesungguhnya ia mengatakan itu
hanya untuk berlindung agar tidak dibunuh. Beliau berkata kembali, Wahai Usamah apa yang
akan kamu pertanggungjawabkan dengan la ilaha illallah? Demi Dzat yang telah mengutus
beliau r dengan kebenaran, beliau r terus mengulangi perkataannya padaku sampai aku berusaha
mencari apa-apa yang hilang dari keislamanku yang belum utuh. Dan sesungguhnya pada suatu
hari aku berserah diri serta berjanji pada Allah untuk tidak membunuh orang yang bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah. (HR. Muslim : 278)
Diriwayatkan dari Muhammad bin Ishaq bin Kisan dari Abdullah bin Abdullah berkata, Aku
melihat Usamah bin Zaid t sholat disamping kubran Nabi r. Kemudian Marwan menyeru untuk
menyalati jenazah, maka salatlah beliau kemudian pulang. Sedangkan Usamah t sholat
disamping pintu rumah Nabi r. Maka Marwan berkata, Sesungguhnya kamu ingin amalanmu
kepada AllahU itu dilihat oleh orang lain, silahkan begitu dan kerjakanlah! Usamah t
berkata,Itu adalah perkataan yang buruk. Kemudian beliau t membelakanginya dan berpindah
tempat lalu berkata,Wahai Marwan sesungguhnya kamu menggangguku. Kamu memiliki akhlaq
yang jelek dan telah berkata-kata jelek. Aku mendengar Rosulullah r bersabda.Sesungguhnya
Allah marah terhadap orang yang berakhlaq jelek dan berkata-kata jelek.(HR. Ibnu Hibban :
1974)
Rosulullah r memberinya jabatan sebagai panglima perang saat beliau t baru berumur delapan
belas tahun, Ibnu Manduh menyatakan bahwasannya Nabi r pernah memerintahkan Zaid bin
Haritsah t untuk memimpin pasukan perang Mutah yang teryata disanalah beliau t syahid. Dan
ini bukanlah sesuatu yang terlalu berbahaya. Karena Nabi r berpesan pada pengiriman pasukan
perang Mutah agar dipimpin oleh Zaid bin Haritsah t, apabila ia tewas maka penggantinya
adalah Jafar bin Abi Tholib t, jika beliau tewas juga maka penggantinya yaitu Abdullah bin
Rowahah. Adapun Usamah t sendiri, Nabi r memerintahkannya untuk mengetuai pasukan perang
ke Syamyang diantara anggota pasukan tersebut adalah Umar bin Khotob t. Tatkala Rosulullah r
sakit menjelang wafat, beliau berwasiat untuk memberangkatkan pasukan tersebut dan akhirnya
pasukan yang diketuai Usamah t berangkat setelah beliau r meninggal dunia. Dan perang itu
bukanlah perang Mutah. (HR. Ahmad 5/400)
Usamah t wafat diakhir-akhir kekusaan Muawiyah t pada tahun 59 atau 58 Hijriah. Ada yang
berpendapat 54 hijriah dan Abu Umar menyatakan bahwa inilah (54 H) pendapat yang benar.
Kemudian ada yang mengatakan bahwa beliau t meninggal setelah Utsman t dibunuh, pada
daerah Jarf dan dibawa ke Madinah. Yang pernah meriwayatkan dari beliau adalah Utsman AlHindi dan Abdullah bin Abdullah bin Utbah serta yang lainnya dan ditakhrij oleh tiga imam
besar. Wallahu Alam (By. NUG)
Refrensi :AL-Bidayah Wan Nihayah : Ibnu Katsir;Asadul Ghobah : Ibnul Atsir;Sifatus Sofwah:
Ibnul JauziSiyarul Alam An-Nubala: Adz- Dzahabi; Mukhtashor Siroh Ar-Rosul r : Abdullah bin
Muhammad bin Abdul Wahab; Musnad Imam Ahmad bin Hambal : Imam Ahmad bin
Hambal;Shohih Muslim : Imam Muslim.
*****