Anda di halaman 1dari 6

Sabtu, 24 April 2010

Perang Hittin

Perang Hittin

Perang Hittin

"Sebelum Membaca Artikel ini pastikan anda sudah membaca artikel Perang Salib I dan
Perang Salib II"

Perang Hittin atau perang salib III merupakan perang yang menjadi titik balik dominasi kaum
muslim di Jerusalem(Palestin). Kejeniusan dan kepemimpinan Sultan Salahuddin (Saladin)
sangat tercermin dalam perang ini. Kekalahan pasukan Kristian di perang ini, memicu
kedatangan Raja Richard dari Inggris dan melengkapi episod legenda perang salib.

Salahuddin merasa sudah saatnya kaum Kristian diusir dari tanah Muslim. Seruan Salahuddin
mendapat sambutan yang luar biasa. Ribuan pasukan berkuda dan infanteri membanjiri
Damaskus dari seluruh penjuru kerajaan. Damaskus penuh sesak oleh prajurit-prajurit dan
bendera-bendera yang berkibar, dikelilingi oleh ribuan tenda yang menjadi tempat berteduh
para prajurit. Untuk pertamakali selama berabad-abad, kaum Muslim memobilisasi secara
penuh untuk jihad dengan efektif. Kaum Muslim terlihat siap dan mampu untuk
menghancurkan pasukan Kristian

Di tahun 1180M peperangan diteruskan tetapi di minta untuk dihentikan oleh Tentara Salib
dan perjanjian damai di capai. Tetapi Perjanjian itu dilanggari sendiri oleh pihak Kaum Salib
sendiri. Pada tahun 1183M, Saladin memulai gerakannya untuk membebaskan Palestin dari
tentara Salib. Pasukan Saladin menyeberangi Jordan dan menyerbu Galilea. Guy dari
Lusignan, yang kini menjadi wali Kerajaan Jerusalem, segera saja mengepalai tentaranya.
Kedua pasukan kemudian berkemah berhadap-hadapan di kolam Goliath. Di tahun 1186
Reynold yang mendirikan benteng Al Kark merompak orang-orang yang pergi naik haji .
Satu kafilah yang membawa saudara perempuan Salahuddin sendiri pun turut di rampas
mereka. Murka sangat Salahuddin lantaran pengkhianatan itu. Perang besar mula terjadi.
Beliau bersumpah akan membunuh Reynold kalau dapat di tawannya.

Guy de Lusignan

Kelompok elang (pro perang) mendesak untuk segera menyerang. Usulan kelompok elang ini
ditentang oleh Baldwin yang memerintahkan untuk bertahan. Tindakan menyerang Saladin
lebih dulu adalah satu kebodohan mengingat jumlah pasukan Saladin yang jauh lebih besar
dibandingkan tentara Salib. Walau menang jumlah, Saladin tidak akan mampu
mempertahankan keberadaan pasukannya dalam waktu lama di lingkungan yang tidak ramah.
Para tentara Muslim ini harus pulang untuk memetik hasil pertaniannya.

Saladin sebenarnya sudah memancing tentara Kristian untuk bertempur, tapi mereka tetap
tenang sehingga memaksa Saladin dan pasukannya untuk mundur. Saladin kemudian
menyerukan jihad besar-besaran melawan kaum Kristian.

Saladin kemudian memasang jerat dan berdoa agar kaum Kristian bisa masuk dalam
perangkapnya. Pada tanggal 1 Juli, Saladin membawa pasukannya melalui Jordan menuju
Galilea. Setengah pasukan berkemah di dekat danau dan setengahnya lagi menyerang
Tiberias yang dapat direbut hanya dalam waktu 1 jam pertempuran.

Saat itu Raymond dan anaknya tengah berada di Sephoria, sedangkan isterinya masih di
rumahnya di Tiberias. Para pimpinan orang Kristian di Sephoria berdebat, apa yang harus
mereka lakukan. Kelompok elang mengusulkan untuk langsung menyerang dan kelompok
merpati yang dipimpin oleh Raymond mengusulkan untuk bertahan. Raymond tahu rencana
Saladin. Walaupun Tiberias adalah kotanya sendiri, Raymond rela kehilangan untuk
sementara waktu. Raymund juga tidak mengkhawatirkan keselamatan isteri dan penduduk
Tiberias karena perilaku Saladin yang penuh belas kasih. Paling-paling mereka dibawa ke
Damaskus dan bisa ditebus di lain hari.
Seperti biasa, Raja Guy bimbang memutuskan jalan mana yang harus ditempuh. Guy
kemudian mendengarkan Gerard yang berhasil melarikan diri dari serangan bodoh bunuh
dirinya di Cresson. Gerard mencerca Raymond yang sudah dianggapnya sebagai pengkhianat.
Guy memerintahkan pasukannya untuk berbaris menuju Tiberias. Orang Kristian sudah
masuk jebakan yang dipasang oleh Saladin.

Tentara Kristian berjalan menyeberangi lembah-lembah Galilea dalam musim panas yang
terik. Mereka terbebani oleh pakaian dan peralatan tempur yang berat. Perjalanan yang
seharusnya memakan waktu beberapa jam akhirnya harus ditempuh seharian. Saladin
mengirimkan pemanah-pemanah jitu untuk mengikuti mereka dari kejauhan, mengincar
tentara-tentara yang terpisah sendirian. Pada bulan Juli 1187 M terjadilah perang besar
dengan hebatnya di Hittin. Benteng Al Kark jatuh. Boleh dikatakan perang itu adalah perang
keputusan. Lebih kurang 10,000 orang tentera salib yang binasa.

Saladin juga sudah mengeringkan mata air dan sumur yang akan dilewati tentara Kristian
sehingga banyak diantara tentara Kristian ini menjadi setengah gila karena kehausan.
Akhirnya mereka tiba di Galilea dengan kondisi yang sangat lelah dan menyadari bahwa
perkemahan pasukan Muslim telah menutup kemasukan mereka ke sumber air. Beberapa
baron mendesak Raja Guy untuk bergerak merebut danau dari Saladin, tapi rupanya Raja Guy
memutuskan berkemah semalam karena merasa kasihan melihat penderitaan prajuritnya
seharian. Tentara Kristian berkemah di lereng dekat lembah yang disebut dengan Tanduk
Hittin, tempat Jesus mengkhutbahkan agama damai dalam Khutbah Di atas Bukit. Tentara
Kristian menyangka akan ada satu mata air di lereng bukit tersebut, tapi sesampainya di sana
satu-satunya sumur itu pun sudah kering.

Malam itu pasukan Salib tidak dapat tidur karena kekurangan air. Beberapa orang karena
kebodohannya menuruni dataran tinggi mencari air, untuk kemudian menerima nasib malang
mereka, ditangkap dan dihabisi oleh pasukan muslim. Untuk menambah penderitaan yang
sudah ada pasukan muslim membakar rerumputan dan belukar yang ada disekitar
perkemahan pasukan Salib. Seluruh kawasan perbukitan itu menyala terbakar menambah
udara panas yang sudah tidak tertahankan, api menjilati tepi-tepi perkemahan dan pasukan
berzirah justru yang paling menderita.

Belum lagi suara sorak sorai dari pasukan Muslim yang makin menambah turunnya mental
tentara Kristian. Malam itu adalah salah satu dari 10 malam terakhir Ramadhan, yang bisa
saja adalah malam lailatul qodar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sebelum malam
berakhir, Saladin memerintahkan pasukannya untuk menyebar secara diam-diam mengepung
perkemahan tentara Kristian. Setelah fajar menyingsing, pasukan Muslim langsung
mengepung perkemahan tentara Kristian.

Begitu ketat pengepungan itu, sejarawan dari pasukan Salib menuliskan di dalam catatannya,
“Bahkan kucing pun tidak akan dapat lolos dari jerat itu.” Ketika fajar menyingsing, serunai
dari pasukan muslim berbunyi menandakan serbuan dimulai. Pasukan Salib yang terkepung
menyerang dengan membabi-buta. Melihat pasukan Kristian menyerang, pasukan Salahuddin
tidak membalas. Mereka malah membuka barisan mereka membentuk huruf “U” membiarkan
pasukan Salib lewat. Begitu bukaan itu ditutup kembali, maka pasukan Salib itu menemukan
ajal mereka.
Pasukan infanteri Kristian yang panik dan hanya memikirkan air, bergerak turun setelah
melihat kilauan air laut Galilea. Mereka kemudian dihalau oleh pasukan Muslim dan
menimbulkan banyak korban yang mati dengan mulut menghitam karena kehausan. Pasukan
berkuda pimpinan Raymond berhasil menembus kepungan pasukan Muslim, tetapi kepungan
kembali rapat setelah Raymond berhasil keluar sehingga pasukan berkudanya terpisah dengan
pasukan induknya. Raymond berhasil lolos dan terhindar dari kematian. Balian dari Ibelin
juga menjadi salah satu pemimpin Kristian yang lolos.

Pasukan berkuda Muslim terus menyerang perkemahan tentera Kristian dan akhirnya Saladin
dan anaknya Al-Afdlal melihat khemah Raja Kerajaan Jerusalem Guy, tempat sang raja
berlindung, telah roboh rata dengan tanah. Al-Afdlal berkata, “Ayahku kemudian turun dari
pelana kuda dan kemudian bersujud di tanah, bersyukur kepada Allah dengan tangis
kebahagiaan.” Tentara Kristian telah kalah, dan Kerajaan Kristian Jerusalem telah tumpas.
Saladin berhasil mengusir tentara salib dari bumi Palestin.

Setelah pertempuran berakhir, Saladin mempunyai dua tawanan penting yang langsung
dibawa ke tendanya yaitu Raja Guy dan Reynald. Kedua tawanan itu benar-benar sudah
kelelahan dan putus asa karena kehausan. Saladin memberikan sekantung air yang diberi ais
dari salju gunung Hermon kepada Raja Guy yang kemudian meminumnya. Setelah puas, Raja
Guy memberikan kantung air kepada Reynald. Ketika Reynald akan meminumnya, Saladin
menegaskan bahwa dia tidak mengizinkan Reynald untuk ikut meminum. Sudah menjadi
kebiasaan bangsa Arab waktu itu untuk tidak membunuh lelaki yang telah diberi makan dan
minum olehnya.

Reynald de Chatillon

Teringat akan sumpahnya untuk membunuh Reynauld dengan tangannya sendiri karena
begitu banyaknya kejahatan Reynauld terhadap kaum Muslim, Saladin kemudian memenggal
kepala Reynauld dan menyeret mayatnya di ke Raja Guy yang ketakutan setengah mati.
Kepada Guy, Saladin dengan tersenyum berkata bahwa “seorang raja tak akan membunuh
raja yang lain”. Saladin kemudian menjelaskan dengan baik-baik bahwa Reynauld dipenggal
karena kejahatan-kejahatannya yang begitu besar. Raja Guy kemudian dibawa ke Damaskus
dan tak lama kemudian dibebaskan.

Kisah ini begitu terkenal karena dengan sempurna menggambarkan sikap Saladin yang penuh
belas kasihan. Ini adalah hal baru dalam sebuah perang suci menurut pandangan orang
Kristian. Saladin tidak ingin membantai seluruh orang Kristian tanpa pandang bulu,
sebagaimana orang Kristian dengan semangat Joshua menaklukkan Palestin yang membantai
seluruh kaum Muslim. Kejadian ini telah membuktikan bahwa semangat jihad fi sabilillah
tidak akan membabi buta membunuh semua musuhnya, bahkan ada aturan-aturan yang sangat
ketat di dalamnya. Kejadian ini juga membuktikan bahwa kaum Muslim jauh lebih
berperikemanusiaan dibandingkan orang Kristian dalam mensikapi perang suci.

Walau tak semua orang Kristian dibunuh, Saladin membunuh semua ksatria dari Ksatria Kuil
(Knights of Templar) dan semua ordo-ordo militan karena merekalah yang paling berdedikasi
untuk memerangi Islam selama ini. Jika orang-orang seperti Reynauld atau para ksatria ini
dibebaskan, mereka pasti akan menghimpun kekuatan untuk kembali berbuat kejahatan
terhadap kaum Muslim. Membunuhnya semua adalah sebuah tindakan penyelamatan.

Kaum Kristian waktu itu betul-betul putus asa dan ketakutan. Ini cukup masuk akal.
Beberapa ribu orang Kristian yang berkumpul di Jerusalem tak akan mampu menandingi
kekuatan pasukan Muslim. Apalagi kesatuan-kesatuan militan yang solid sudah dihancurkan
di pertempuran Hittin. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang awam. Orang-orang
Kristian sangat ketakutan jika Saladin akan membalas dendam dengan membantai semua
orang Kristian seperti halnya Tentara Salib yang membantai habis orang Islam ketika
menaklukkan Jerusalem dulu.

Akan tetapi kenyataannya, dalam penaklukan ini tak seorang Kristian pun yang dibunuh dan
tak ada penjarahan sama sekali. Tebusan sengaja ditetapkan dengan amat rendah, namun
tetap saja ribuan kaum miskin tak bisa membayarnya. Karena terharu akan penderitaan
mereka, Saladin banyak membebaskan mereka dengan cuma-cuma yang membuat pencatat
keuangan Saladin menderita akibat kemurahan hatinya. Saudara Saladin, Al-Adil meminta
seribu orang untuk dibeli sendiri. Setelah diizinkan, Al-Adil yang juga tersentuh dengan
penderitaan tawanan ini kemudian langsung membebaskan begitu saja di tempat.

Kaum Muslim waktu itu begitu terkejut menyaksikan begitu banyaknya kaum Kristian kaya
yang melarikan diri dengan membawa harta benda mereka. Jika dikumpulkan sebenarnya
harta itu bisa untuk menebus seluruh tawanan. Ketika Imaduddin melihat Uskup Agung
Heraclius kabur dengan membawa kereta yang penuh harta, ia mendesak Saladin untuk
menyita hartanya. Tapi Saladin menolaknya karena Al Qur’an menyatakan penting sekali
untuk menaati sumpah dan perjanjian. Kata Saladin, “Orang Kristian di mana pun akan
mengingat kebaikan yang telah kita lakukan kepadanya.

Begitu ia berada di Jerusalem, Saladin kemudian membersihkan tempat-tempat suci yang


telah lama dicemari. Masjid Al-Aqsha selama ini telah dijadikan markas besar Ksatria Kuil
(Knights of Templar). Mereka membuat asrama di sekeliling masjid dan menjadi sebagian
masjid menjadi gudang dan kakus (WC). Di atas kubah batu, ada sebuah salib emas raksasa
yang kemudian segera diturunkan. Ibnu Al-Atsir menulis, “Ketika mereka mencapai puncak,
sebuah teriakan keras terdengar. Kaum Muslim meneriakkan Allahu akbar dalam
kegembiraan mereka.” Di dalam masjid besar, batu besar tempat Ibrahim as mengikat Ishak
dan tempat Rasulullah SAW berpijak waktu Isra’ Miraj, ditutupi oleh orang-orang Kristian
dengan marmar. Masjid dikembalikan ke keadaan semula. Pada hari Jum’at tanggal 9
Oktober, kaum Muslim melaksanakan shalat jum’at berjamaah di masjid Al-Aqsha,
menandakan bahwa Islam telah pulih kembali di Palestin.
Masjid Al-Aqsa

Setelah kehancuran bala-tentara Salib pada Perang Hittin dalam Perang Salib yang Ketiga
mereka tinggal menguasai tiga kerajaan, yakni Tyre, Tripoli, dan Antiochia, dan sesudah itu
bala-tentara Salib tidak mampu lagi menghimpun kekuatan yang berarti untuk merebut
kembali Jerusalem.

Anda mungkin juga menyukai