Anda di halaman 1dari 46

BIOGRAFI NABI MUSA A.S.

Kelahiran Nabi Musa :


Sebelum nabi Musa lahir, seluruh anggota keluarga nabi Ya'qub tinggal
sebagai masyarakat pendatang di negeri Mesir. Selama masa kekuasaan
nabi Yusuf, Bani Israel dilimpahi banyak kemudahan hidup. Akan
tetapi keadaan mulai berubah sepeninggal nabi Yusuf, oleh sebab raja
yang menggantikan Yusuf tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman
hidup dengan bangsa Bani Israel. Bangsa ini diperbudak oleh Mesir
lantaran raja Fir'aun pada zaman itu merupakan raja yang zalim serta
memecah belah rakyatnya melalui tindakan menindas kalangan yang
dipandang lemah.[4]

Tatkala raja Fir'aun mendapati sebuah mimpi yang mengguncangkan;


seorang ahli tafsir mimpi memahami makna mimpi tersebut sebagai
pertanda buruk bagi kekuasaan raja Fir'aun bahwa akan ada seorang
anak laki-laki dari Bani Israel yang menjadi seorang laki-laki gagah
perkasa yang kelak memimpin golongan pengikutnya melawan
kekuasaan Mesir serta membawa berbagai kehancuran hebat di negeri
Mesir; juga para pengikut orang tersebut akan mengangkut harta
kekayaan yang berlimpah disertai bantuan kekuatan milik musuh Mesir
lalu menumpas seluruh kaum pemuka di bangsa Mesir pula. raja Fir'aun
beserta seluruh pemuka kaumnya merasa ketakutan bahwa penafsiran
mimpi itu bermakna bahwa Bani Israel kelak bersekutu dengan musuh
Mesir untuk menghancurkan negeri Mesir.[5] Pada saat bersamaan,
jumlah lelaki di Bani Israel bertambah pesat sehingga kaum raja Fir'aun
tidak bisa memperkirakan siapakah anak yang diramalkan itu. Maka
diadakan sebuah perintah keji di Mesir bahwa seluruh anak laki-laki
yang baru lahir harus dibunuh, sedangkan seluruh anak perempuan yang
baru lahir boleh dibiarkan hidup.[6]

Namun terdapat seorang bangsawan di istana raja Fir'aun yang


menyarankan supaya tidak berupaya melawan ketetapan tersebut
melainkan tunduk menjadi pengikut orang Bani Israel tersebut, agar
seisi istana raja Fir'aun tidak turut dilenyapkan. Walaupun
demikian,raja Fir'aun justru berlaku sombong seraya sewenang-wenang
mendakwakan diri sebagai dewa atas bangsa Mesir: "Haruskah dewa
sehebat diriku tunduk berpasrah terhadap seorang manusia dari
kalangan yang diperbudak oleh kaum kita sendiri?" kemudian raja
Fir'aun membujuk para pengikutnya melaksanakan perintah keji ini.[7]

Mendengar kabar tentang perintah keji raja Fir'aun, Imran merasa


sangat gelisah tentang keselamatan anak yang dikandung Yukhabad
istrinya. Kedua anak Imran Harun dan Miryam memberi tanggapan
tentang kejadian ini. Miryam sebagai seorang nabiah, mendapati
pertanda nubuat bahwa seorang anak laki-laki akan dilahirkan ibunya
dan anak itu akan mengalami kejadian hebat dalam perairan, sehingga
Miryam menyarankan supaya anak tersebut diletakkan ke sebuah
perairan atau sungai oleh sebab Miryam meyakini akan ada keajaiban
Allah yang akan menyelamatkan anak itu menghadapi air. Akan tetapi
Imran merasa khawatir bahwa nubuat yang disampaikan oleh putrinya
itu tidak terwujud.[8] Harun, yang juga merupakan seorang nabi,
menyampaikan saran supaya sang ibu ditempatkan di tempat yang
aman, supaya anak tersebut dapat dilahirkan dalam keadaan tenang
sementara seluruh anggota keluarga yang lain berpuasa serta berdoa
secara bersungguh-sungguh demi keselamatan anak tersebut kemudian
berpasrah menyerahkan nasib anak tersebut kepada Allah, oleh sebab
itu nabi Harun meyakini bahwa Allah sanggup menghadirkan sesosok
malaikat yang selalu menyertai anak tersebut supaya kembali di tengah-
tengah mereka dalam keadaan selamat. Imran merasa tentram ketika
mendengar ucapan bijaksana Harun, sehingga Imran menempatkan
Yukhabad bersama Miryam di sebuah gua supaya berlindung hingga
hari bersalin.

Setelah Yukhabad melahirkan seorang anak laki-laki; tepat


sebagaimana pertanda yang telah diperoleh Miryam, ia merasa sangat
bahagia sekaligus tak tega apabila harus menyerahkan putranya kepada
kaum Fir'aun. Miryam merasa bergembira bahwa pertanda nubuat yang
diperoleh merupakan kebenaran lalu Miryam bersegera memberitahu
ayahnya dan Harun, supaya berdoa demi keselamatan anak laki-laki ini.
Sementara itu, Yukhabad berada dalam kegelisahan antara
menyerahkan sang putra kepada pemuka kaum Fir'aun atau menuruti
anjuran Miryam untuk menempatkan sang anak ke dalam wilayah
perairan, Yukhabad berdoa seraya menangis untuk menentukan nasib
anaknya. Maka Allah mewahyukan kepada Yukhabad,[9] supaya
menenangkan diri lalu meletakkan anak tersebut ke dalam sebuah tabut
kemudian menempatkan tabut itu menuju sebuah sungai seraya
mempercayakan nasib anak tersebut kepada Yang Maha Melindungi.
Yukhabad menempatkan sang anak dalam sebuah tabut yang ia
temukan lalu melepas tabut itu sambil berdoa supaya Allah selalu
menjaga keselamatan anak tersebut agar kembali kepada keluarganya,
seraya supaya kelak diperkenan sebagai hamba yang berbakti kepada
Allah.
Yukhabad mengakui bukti kebenaran pertanda nubuat Miryam lalu
menyuruh gadis itu mengikuti ke mana tabut akan menepi.[10] Miryam
pun mendapati dari kejauhan sewaktu istri Fir'aun sedang menarik
tubuh adiknya dari perairan seraya wanita itu berkata "Musa, Musa."
Miryam menduga hal ini merupakan pertanda buruk sehingga ia
khawatir tentang keselamatan Musa. Miryam bersegera mendekat ke
tengah kerumunan wanita yang hendak menyusui Musa, supaya
memastikan apa yang akan terjadi pada sang adik. Tatkala Musa tidak
mau menerima penyusuan dari siapapun; Miryam menyadari bahwa hal
ini merupakan cara Allah untuk mengembalikan Musa ke ibu
kandungnya, kemudian Miryam menawarkan bantuan supaya
menghadirkan seorang wanita yang sanggup menyusui Musa. Ketika
Yukhabad dipertemukan kembali dengan anaknya, perasaan sang ibu
menjadi lega dan bersyukur bahwa Allah telah memenuhi janji tentang
Musa; sehingga Yukhabad dapat mengasuh Musa, putra
kandungnya.[11]

Kehidupan di Istana Mesir


Setelah beberapa waktu, Musa dijadikan sebagai anak angkat oleh istri
Fir'aun serta Musa bergelar seorang pangeran negeri Mesir. Ia belajar di
istana Mesir untuk mewarisi Ilmu-Ilmu khusus beserta Hikmah-Hikmah
berharga yang ditinggalkan Nabi Yusuf, salah seorang putra Nabi
Ya'qub, yang sebelumnya menjadi penguasa di negeri Mesir. Musa
secara mudah menyerap berbagai Ilmu yang dikhususkan bagi hamba-
hamba pilihan Allah.[12] Musa tidak seperti para pemuka kaum Fir'aun
yang tidak mengimani Allah sehingga kaum pemuka Fir'aun mengalami
kesulitan untuk memahami peninggalan berharga ini. Mewarisi
Hikmah-Hikmah Yusuf, sosok Musa yang masih muda memiliki
kebijaksanaan mengungguli kaum tetua di Mesir.
Seisi istana raja Fir'aun merasa heran terhadap Musa yang sanggup
menyingkapkan berbagai perkara rumit sebagaimana kemampuan
istimewa nabi Yusuf, sehingga kaum Fir'aun mulai menduga bahwa
Musa merupakan anak laki-laki yang pernah diramalkan. Akan tetapi
salah seorang pemuka dalam kaum Fir'aun menyatakan bahwa perlu ada
pembuktian tentang kebenaran dugaan ini. Pemuka itu menyuruh Musa
supaya memilih antara bara api yang panas atau batu permata. Tatkala
Musa memilih bara api, kaum Fir'aun meyakini bahwa Musa bukanlah
orang yang diramalkan. Setelah itu, Musa tidak lagi dihadirkan di
tengah-tengah para pemuka kaum Fir'aun sebab mereka merasa malu
apabila raja Fir'aun yang telah mengaku dewa kemudian dipimpin oleh
Musa, berbeda dengan Raja Mesir terdahulu yang bersedia dipimpin
oleh nabi Yusuf.

Melarikan diri dari negeri Mesir


Sebagai seorang yang berkedudukan di negeri Mesir, Musa berhak
pergi kemanapun ia kehendaki di wilayah Mesir, termasuk ketika Musa
mengunjungi wilayah Mesir yang ditempati Bani Israel. Ia merasa iba
hati sewaktu melihat Bani Israel diperlakukan secara sewenang-wenang
di negeri Mesir. Tatkala mendapati ada seorang Mesir memukul
seorang dari kalangan Bani Israel, Musa segera mendekat dan
mempertanyakan tindakan orang Mesir itu. Orang Mesir menjawab
bahwa seluruh Bani Israel adalah kaum budak sehingga boleh
diperlakukan sekehendak hati; seketika Musa membantah dengan
menyatakan bahwa Bani Israel adalah golongan pewaris hamba-hamba
pilihan Allah. Lalu orang Mesir itu menertawakan Musa seraya
menantang sebuah bukti kebenaran hukuman Allah akibat pemukulan
kepada seorang hamba Allah, jika benar bahwa Bani Israel memang
golongan hamba Allah. Musa yang dipenuhi amarah memberi balasan
setimpal untuk membela seorang dari kalangannya, sehingga Musa
meninju orang Mesir yang tanpa diduga menyebabkan kematian orang
Mesir tersebut.[13]

Musa merasa bersalah karena telah menuruti hawa nafsu atas hal ini
karena ia sebenarnya tidak memiliki niat membunuh orang Mesir.[14]
Ia menguburkan orang Mesir itu lalu berlari sambil memohon
pengampunan serta memohon perlindungan kepada Allah terhadap
persoalan ini. Keesokan harinya Musa kembali mendapati dua orang
berkelahi; keduanya sama-sama berasal dari Bani Israel. Musa
menyalahkan kedua orang itu, namun salah seorang dari keduanya
menyatakan telah mengetahui tindakan Musa sehari sebelumnya,[15]
Musa pun merasa cemas dan berusaha mencari perlindungan. Tatkala
seisi Istana Mesir mendengar kabar ini, mereka memperdebatkan
tentang hukuman untuk Musa dalam beberapa waktu sehingga Allah
menyelamatkan Musa menghadapi persoalan ini. Sewaktu ketetapan
terhadap Musa telah diputuskan; salah seorang dari kalangan Musa
yang mendengar keputusan ini segera berlari menjumpai Musa supaya
dapat meluputkan diri terhadap hukuman kaum Fir'aun.[16]

Musa berdoa seraya memohon perlindungan terhadap kaum Fir'aun


dalam kepergiannya.[17] Tatkala ia sampai di negeri Madyan, Musa
mendapati dua orang perempuan sedang menggembalakan ternak.
Ketika mengetahui bahwa mereka berdua sedang menunggu untuk
memberi minum ternak, Musa membukakan sebuah sumur air sehingga
ternak itu dapat minum. Tatkala Musa merasa letih akibat perjalanan
meninggalkan Mesir, ia berdoa memohon pertolongan Allah.[18] Tak
lama kemudian Musa mendapati seorang perempuan yang telah ia
bantu; perempuan itu mendekat dan bertanya tentang diri Musa, Musa
menyatakan bahwa ia datang dari Mesir, kemudian Musa diundang ke
rumah ayah perempuan itu yakni Yitro; sebab sang ayah hendak
memberi hadiah kepada orang yang membantu menggembalakan
ternaknya.[19]

Tatkala Musa sampai di rumah sang ayah dari perempuan itu, Musa
memperkenalkan diri dan menceritakan permasalahan yang
dihadapinya. Yitro menenangkan Musa seraya berkata "Jangan khawatir
sebab kamu telah selamat menghadapi orang-orang zalim itu."[19]
Mendapati kekuatan tubuh Musa dan pribadi yang tepercaya untuk
menggembakan ternak; perempuan itu menyarankan kepada sang ayah
supaya menjadikan Musa sebagai penggembala yang bekerja untuk
keluarga mereka.[20] Yitro menyadari pula bahwa perempuan-
perempuan tak seharusnya bekerja sebagai penggembala; maka Yitro
berencana memberikan salah seorang putrinya untuk Musa, dengan
syarat bekerja menggembalakan ternak selama delapan tahun, Yitro
mengizinkan apabila Musa hendak menggenapi masa bekerja menjadi
sepuluh tahun. Musa bersedia menyanggupi persyaratan ini,[21] dan ia
berjanji kepada Yitro; kemudian Musa dinikahkan dengan anak
perempuan Yitro. Selama tinggal di negeri Madyan, Musa memperoleh
dua putra, yakni Girsom dan Eliezer.

Pengutusan ke negeri Mesir


Panggilan Ilahi kepada Musa
Tatkala telah menyelesaikan persyaratan yang disepakati dengan Yitro;
Musa bersama keluarganya berangkat meninggalkan negeri Madyan.
Pada sebuah malam, Musa berjalan sambil membawa sebuah tongkat
lalu ia mendapati sebuah perapian di lereng Gunung Sinai, sedangkan
anggota keluarga yang lain tidak mendapati apapun di lereng gunung
itu. Musa meminta keluarganya berhenti sejenak dalam perjalanan
supaya ia dapat memastikan keadaan api itu ataupun supaya ia dapat
mengambil sesuluh api untuk penghangat tubuh.[22] Ketika Musa
mencapai lereng itu, ia mendapati suara yang memanggil:[23] "Wahai
Musa, sesungguhnya Akulah Tuhanmu Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Bahwa telah diberkahi orang-orang yang berada di dekat api
itu,[24] maupun yang berada di sekitarnya; maka hendaklah kamu
lepaskan kedua terompahmu itu;[25] sebab kamu berada di sebuah
tempat yang kudus, Thuwa,[26] dan Akulah yang memilih dirimu untuk
DiriKu;[27] maka hendaklah kamu memperhatikan hal-hal yang akan
diwahyukan: Bahwasanya Akulah Allah, Tiada Tuhan selain Aku,[28]
maka sembahlah Aku dan dirikan sembahyang untuk mengingat
Aku.[29] Sesungguhnya Hari Kiamat itu pasti akan terlaksana; Aku
merahasiakan itu supaya tiap-tiap diri dibalas sesuai yang ia
usahakan;[30] maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan mengenai
perkara ini oleh orang yang tidak beriman maupun oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya sendiri, yang dapat menyebabkan dirimu
ditimpa celaka."

Tatkala Musa tidak berani mendekat, Allah berfirman kepada Musa;


"Apakah itu yang di tangan kananmu, wahai Musa?" Musa berkata: "Ini
adalah tongkatku, aku bersandar padanya, dan aku menggugurkan
dedaunan mempergunakan alat itu supaya dapat memberi makan
ternakku, dan ada lagi kegunaan yang lain padanya."[31] Allah
berfirman: "Lemparkan itu, wahai Musa!" tatkala tongkat itu
dilemparkan, tiba-tiba benda itu menjelma sebagai seekor ular yang
merayap secara gesit,[32] seketika Musa berbalik menjauh, Allah
berfirman: "Peganglah itu dan jangan takut; sebab kamu termasuk
orang-orang yang terlindungi, bahwasanya orang yang dijadikan Rasul
tidak takut di hadapan Aku;[33] namun orang yang berlaku zalim
kemudian kezaliman itu diganti dengan kebaikan, ketahuilah bahwa
Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."[34] maka Allah
mengembalikan ular itu menjadi keadaan semula. Allah memerintahkan
Musa mendekapkan tangan ke dada niscaya tangan Musa tampak putih
cemerlang tanpa celah,[35] sebagai dua mukjizat dari Allah, supaya
Allah perlihatkan melalui diri Musa sebagian Bukti Kekuasaan yang
luar biasa.[36]

Allah berfirman kepada Musa: "Menghadaplah kepada Firaun;[37]


sebab ia telah bertindak sewenang-wenang, dan ucapkan: 'Bersediakah
kamu untuk memurnikan diri supaya kamu kubimbing menuju Jalan
Tuhanmu agar kamu takut terhadap Dia?' serta menghadaplah kepada
kaum yang berlaku sewenang-wenang itu; kaum Fir'aun, mengapakah
mereka tidak bertakwa?"

Walaupun Musa menerima perintah secara langsung dari Allah, bahkan


ia diizinkan untuk mendengar Suara Allah secara nyata; Musa
merendah diri seraya menyatakan belum dapat melupakan kesalahannya
berkenaan dengan kematian seorang Mesir. Musa berkata: "Wahai
Tuhanku sungguh aku pernah membunuh seorang manusia yang
termasuk golongan mereka, maka aku khawatir mereka akan
membunuh diriku;[38] dan sungguh aku khawatir mereka akan
membantah diriku sehingga dadaku sempit dan ucapanku tidak lancar,
maka utuslah Harun, saudaraku, ia lebih fasih ucapannya dibanding
diriku; sehingga utuslah Harun mengiringi diriku sebagai rekanku untuk
membantu diriku."[39] Allah menyatakan bahwa Dialah yang akan
membantu Musa serta saudaranya itu, dan Allah berikan kepada mereka
berdua kekuasaan yang besar sehingga kaum Fir'aun tidak dapat berbuat
apapun terhadap Musa dan Harun, supaya mereka berdua membawa
berbagai mukjizat Allah, bahwa orang-orang yang mengikuti Musa
merupakan kubu yang berjaya. Allah memerintahkan pula supaya Musa
dan Harun tidak khawatir tatkala pergi dengan membawa mukjizat-
mukjizat Allah; sebab Allah yang menyertai mereka berdua dan
bahwasanya Allah Maha Mendengar doa hamba-hambaNya.[40]

Setelah menerima tugas pengutusan, Musa bersegera menyampaikan


hal ini kepada keluarganya. Musa menjelaskan bahwa ia harus pergi ke
Mesir untuk memenuhi sebuah perintah yang secara khusus Allah
sampaikan kepada dirinya di Gunung Sinai. Mereka pun kembali ke
rumah Yitro, dan berpamitan untuk berangkat ke Mesir. Musa
mendapati Harun sewaktu sampai di wilayah negeri Mesir, Harun
berbahagia sebab masih dapat berjumpa dengan Musa dalam keadaan
selamat, sebab Harun mengkhawatirkan keadaan Musa sejak kepergian
dari istana Mesir, Harun menyampaikan rasa kegelisahannya tentang
kaum Fir'aun yang menindas Bani Israel. Walaupun demikian, Musa
menentramkan kakaknya seraya menyampaikan kabar gembira bahwa
Allah telah menyertai dirinya selama ia tinggal di negeri Madyan serta
ia memperoleh dua putra darisana; terlebih lagi Allah telah memanggil
ia untuk pengutusan menghadap kepada Fir'aun, Musa juga
menyampaikan bahwa Allah telah mengabulkan permohonan agar
Harun diperkenan sebagai rekan sewaktu menghadap kepada
Fir'aun.[41]

Nabi Musa dan Nabi Harun menghadap kepada raja Fir'aun


Ketika hendak menghadap kepada Fir'aun, Musa memohon
perlindungan kepada Allah, Musa berdoa: "Wahai Tuhanku, lapangkan
dadaku untuk diriku, dan mudahkan urusanku untuk diriku, dan
lepaskan kekakuan lidahku supaya mereka mengerti ucapanku serta
jadikan untuk diriku, seorang pengiring dari kalangan keluargaku yaitu
Harun, saudaraku; teguhkan kekuatanku bersama dirinya dan teguhkan
ia sebagai rekan dalam perjuanganku supaya kami banyak
mengagungkan Engkau, dan banyak mengingat Engkau; sungguh
Engkaulah Yang Maha Mengawasi kami."[42] Allah berfirman:
"Sungguh telah diperkenankan permintaanmu, wahai Musa."[43] Allah
berfirman kepada keduanya: "Janganlah kalian berdua khawatir,
sesungguhnya Aku menyertai kalian, Akulah Yang Maha Mendengar
dan Akulah Yang Maha Mengawasi. Berangkatlah kamu beserta
saudaramu membawa berbagai mukjizatKu, dan janganlah kalian
berdua melalaikan diri dalam mengingat Aku. Menghadaplah kalian
berdua kepada Firaun, sungguh ia telah melampaui batas; lalu
berbicaralah kepada Fir'aun melalui ucapan-ucapan yang lemah lembut,
kiranya ia tersadar atau takut."[44]

Sewaktu Musa datang ke Istana Mesir, banyak bangsawan dari berbagai


negeri hadir atas undangan Fir'aun. Ketika para penjaga istana melihat
Musa, tangan dan kaki mereka tidak dapat bergerak sehingga Musa
beserta Harun secara mudah menghadap kepada Fir'aun. Seisi istana
Fir'aun merasa heran sewaktu ada tamu yang tidak bersujud kepada
Fir'aun. Fir'aun berkata kepada keduanya: "Pada hari ini segala
bangsawan di wilayahku hadir membawa banyak persembahan atas
undanganku; supaya mereka bersujud menyembah dewa Mesir, yakni
diriku, lalu siapakah kalian berdua yang berani menghadap kepada
diriku tanpa merendah diri dan siapakah yang menyuruh kalian datang
ke tempat ini dan apakah yang kalian bawa kepada diriku?" Musa
berkata: "Wahai Fir'aun, Sesungguhnya kami berdua adalah Rasul
Tuhanmu, merupakan kewajibanku untuk tidak mengatakan sesuatu
tentang Allah, kecuali perkara yang benar; bahwasanya aku menghadap
kepada dirimu dengan membawa berbagai bukti nyata dari Tuhanmu,
maka serahkan hamba-hamba Allah bersama kami dan jangan menindas
mereka; sungguh aku merupakan seorang Rasul yang tepercaya untuk
dirimu, dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah,
bahwasanya kami telah datang kepada dirimu dengan membawa
berbagai Bukti dari Tuhanmu; maka kesejahteraan dilimpahkan untuk
orang yang menuruti bimbingan; Sesungguhnya telah diwahyukan
kepada kami berdua bahwa Malapetaka itu ditimpakan kepada orang-
orang yang mendustakan dan yang berpaling."[45] Akan tetapi Fir'aun
mendustakan seraya menyombongkan diri, serta berpaling seraya
berusaha menantang.

Kaum Fir'aun menjawab: "Bukankah kami pernah mengasuh dirimu di


tengah-tengah kami sewaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu
pernah tinggal di tengah-tengah kami selama beberapa tahun dalam
hidupmu dan kamu telah terlibat dalam suatu perkara yang telah kamu
lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak
membalas guna." Musa berkata: "Diriku telah melakukan tindakan itu,
sewaktu aku termasuk orang-orang yang khilaf; namun Allah adalah
Yang Maha Pengampun terhadap segala orang yang bertobat secara
tulus maupun orang yang berbuat kebajikan;[34] lalu aku harus
melarikan diri meninggalkan kalian ketika aku mencemaskan hukuman
kalian, kemudian Tuhanku mengaruniakan Ilmu kepada diriku; serta
Dialah yang menjadikan diriku termasuk golongan Rasul, bahwasanya
hal ini adalah anugerah yang Allah berikan untuk diriku disebabkan
kalian telah memperbudak Bani Israel,[46] akan tetapi Allah
menyelamatkan diriku dan Dialah yang melindungi diriku supaya aku
menghadap kepada kalian. Ketahuilah bahwa Bani Israel adalah hamba-
hamba Allah,[47] oleh sebab itu bebaskan mereka, yakni orang-orang
merdeka keturunan nabi Ibrahim,nabi Ishaq dan nabi Ya'qub yakni para
hamba milik Allah, Tuhan kami berdua."

Walaupun Fir'aun sebenarnya mempercayai ucapan Musa, namun rasa


kesombongan merintangi akal sehat sehingga Fir'aun mengeraskan
kalbu serta enggan untuk benar-benar mempercayai ucapan Musa,[48]
Firaun berkata: "Lalu siapakah Tuhan kalian berdua, wahai Musa?"nabi
Musa berkata: "Tuhan kami berdua ialah Yang telah Menentukan
rancangan pada tiap-tiap sesuatu,[49] kemudian Dialah yang
memberinya petunjuk" Firaun berkata: "Dan bagaimanakah keadaan
umat-umat terdahulu?" Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu
berada dalam sebuah Kitab pada sisi Tuhanku, Tuhan kami berdua
takkan salah dan Dia takkan lupa,[50] Tuhan kami berdua adalah
Tuhannya semesta alam." Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhannya
semesta alam itu?" Musa menjawab: "Tuhan yang Menciptakan langit
beserta bumi maupun yang ada antara keduanya." Fir'aun berkata
kepada orang-orang di sekelilingnya: "Apakah kalian tidak
mendengarkan?" Musa berkata kepada seisi istana itu: "Tuhan kalian
maupun Tuhannya para leluhur kalian yang terdahulu." Fir'aun berkata
kepada seisi istana: "Sesungguhnya Rasul yang diutus kepada kalian
benar-benar orang gila."nabi Musa berkata: "Tuhannya Timur maupun
Barat beserta yang berada antara keduanya, jika kalian memang
mempunyai akal" Fir'aun berkata: "Sungguh apabila kamu menyembah
dewa selain aku, pasti akan aku menjadikan dirimu sebagai orang yang
hina."[51] Musa berkata: "Dan bagaimanakah jika aku tunjukkan Bukti
yang nyata kepada dirimu?" Fir'aun berkata: "Buktikan hal yang nyata
itu, jika kamu termasuk golongan yang benar." maka Musa
melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu menjelma sebagai
seekor ular yang nyata, kemudian Musa menampakkan tangannya maka
seketika itu pula tangannya menjadi putih bercahaya bagi orang-orang
yang memandang.[52] Namun Fir'aun justru berkata: "ia adalah seorang
ahli sihir yang mahir."[53]

Melihat kedua mukjizat ini, Fir'aun serta para pemuka kaumnya justru
meremehkan Musa; para pemuka kaum Fir'aun turut berlaku congkak
dan mengingkari Musa walaupun di dalam hati mereka beriman kepada
Musa;[48] para pemuka kaum Fir'aun menyatakan bahwa kedua
tindakan Musa merupakan sihir yang dibuat-buat,[54] Musa pun
membantah: "Apakah kalian mengatakan terhadap Bukti Kebenaran
sewaktu ia datang kepada kalian: "Bukankah ini sihir?" padahal ahli-
ahli sihir tidaklah mendapat kemenangan."[55] Akan tetapi kaum
Fir'aun tetap berdalih: "Apakah kalian berdua datang kepada kami
untuk memalingkan kami dari segala yang kami dapati telah dikerjakan
oleh kaum leluhur kami, bahkan kami belum pernah mendengar hal ini
dari leluhur kami ataukah supaya kalian berdua mempunyai kedudukan
di muka bumi? sungguh kami takkan mempercayai kalian berdua."[56]
nabi Harun menjawab: "Apakah kalian lebih mempercayai ucapan dari
leluhur kalian yang telah mati dibanding Tuhan Yang Menghidupkan
diri mereka maupun diri kalian? dan benarkah kalian merasa memiliki
kedudukan di bumi?, Tidakkah kalian ingat bahwa tubuh kalian tidak
ada sama sekali pada waktu langit dan bumi diciptakan? dan tidakkah
tubuh kalian akan lenyap di muka bumi dalam keadaan serupa dengan
tanah? maka bukankah Tuhan yang mengaruniakan kedudukan kepada
orang yang Dia perkenan serta Dialah yang merenggut kedudukan itu
dari orang yang Dia kehendaki."

Fir'aun dan para pemuka kaumnya tidak memperhatikan ucapan


keduanya melainkan berlagak seraya meninggikan diri dan mereka
congkak dengan hanya membandingkan kedudukan duniawi; kaum
Fir'aun mengatakan: "Apakah kami percaya kepada dua orang manusia
yang serupa diri kami juga, padahal kalangan mereka berdua
merupakan orang-orang yang menghambakan diri terhadap kita?"[57]
dengan demikian mereka berani menyombongkan diri terhadap
perintah-perintah Allah yang disampaikan melalui kedua RasulNya,nabi
Musa dan nabi Harun. Musa menjawab: "Tuhanku lebih Mengetahui
tentang orang yang patut membawa Bimbingan dari sisiNya, dan kelak
kalian akan mengerti siapa yang akan memperoleh pencapaian di negeri
Akhirat; bahwa sebenarnya Bani Israel merupakan hamba-hamba Allah
sebab Allah adalah Pemilik mereka. Bahwa Allah hendak mengadakan
Perjanjian kepada mereka sebagai umat yang istimewa, dan ketahuilah
bahwa orang-orang yang berlaku sewenang-wenang takkan
memperoleh kemenangan dan sungguh aku berlindung pada Tuhanku
maupun Tuhan kalian, terhadap keinginan kalian merajam diriku; dan
sekiranya kalian tidak beriman pada diriku maka biarkanlah aku."

Pertarungan melawan para ahli sihir raja Fir'aun


Seisi istana Mesir takjub terhadap dua mukjizat yang dihadirkan pada
diri Musa, mereka pun merasa kesulitan untuk membantah bukti jelas di
hadapan mata mereka sendiri. Pada akhirnya mereka menganggap
bahwa nabi Musa dan nabi Harun adalah dua ahli sihir yang sedang
mengadakan sihir supaya meruntuhkan kedudukan Fir'aun di negeri
Mesir.[58] Firaun berkata: "Adakah kamu datang kepada kami untuk
mengusir kami dari negeri kami mempergunakan sihirmu itu, wahai
Musa? dan kami pun pasti akan mendatangkan pula sihir semacam itu
di hadapanmu maka adakan suatu waktu pertandingan antara kami
melawan kamu, yang tidak akan kami salahi dan tidak pula kamu
dicurangi, pertandingan itu bertempat di pusat negeri." Musa berkata:
"Waktu untuk pertandingan melawan kalian ialah di sebuah hari raya,
dan hendaklah banyak orang dikumpulkan pada waktu matahari terbit."
lalu Firaun berpaling serta merencanakan tipu daya, kemudian ia
datang.[59] Musa berkata kepada mereka: "Celakalah kalian, janganlah
kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, yang dapat
menyebabkan Dia menumpas kalian melalui Malapetaka pedih.
Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kedustaan pasti ditimpa
celaka." kaum Fir'aun berbantah-bantahan tentang urusan mereka dan
mereka merahasiakan percakapan itu. Terdapat salah seorang tokoh
bangsawan Mesir yang berusaha menyadarkan Fir'aun tentang azab
Ilahi seraya mengingatkan tentang ajaran Yusuf semasa berkuasa di
Mesir. Akan tetapi, Fir'aun justru meninggikan diri seraya menyatakan
bahwa dirinya lebih benar dibanding Musa. Sewaktu mendapati
penolakan dari Fir'aun, tokoh bangsawan tersebut berusaha
menyadarkan kaum Fir'aun tentang kesia-siaan kehidupan duniawi serta
menganjurkan mereka supaya beriman kepada Allah. Namun para
pengikut Fir'aun justru mengajak supaya kafir terhadap Allah. Tatkala
tokoh bangsawan tersebut berserah diri kepada Allah, Allah
melindunginya terhadap berbagai azab yang melanda kaum Fir'aun.[60]
Tatkala pertandingan itu dilaksanakan, banyak orang hadir termasuk
kalangan Bani Israel dan para bangsawan yang diundang oleh Fir'aun.
Fir'aun bekata: "Pada hari ini semua orang akan mengakui siapakah
yang lebih kuat, Rasul yang dihadirkan oleh Tuhannya Bani Israel
ataukah para utusan yang dihadirkan oleh dewa Mesir, yakni diriku.
semoga kita mengikuti kubu yang menang; sebab betapa terhormat
kubu yang menang pada hari ini!" Tatkala ahli sihir itu datang kepada
Fir'aun, mereka mengatakan: "Benarkah kami akan mendapat upah
apabila kami yang menang?" Fir'aun menjawab: "Tentu saja, kalian
pasti akan dijadikan golongan terhormat yang didekatkan." Ketika
Musa muncul menghadapi orang-orang itu, para ahli sihir berkata:
"Wahai Musa, kamukah yang hendak melempar terlebih dahulu,
ataukah kami yang hendak melemparkan?" Musa menjawab:
"Lemparkanlah!" Tatkala mereka melempar, tali-tali dan tongkat-
tongkat mereka tampak seolah merayap cepat lantaran tipu daya sihir,
sehingga mengelabui penglihatan banyak orang dan menjadikan mereka
ketakutan, serta para ahli sihir itu menampakkan sihir yang
menakjubkan.[61] Setelah itu, Allah berfirman kepada Musa: "Jangan
takut, sungguh kamulah yang paling unggul dan lemparkan yang berada
ada di tangan kananmu, niscaya itu akan menelan apa yang mereka tipu
dayakan sebab yang mereka perbuat itu merupakan tipu daya tukang
sihir." Para ahli sihir berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, kami benar-
benar akan menang." Allah berfirman: "Dan tidak akan menang tukang-
tukang sihir itu, bagaimanapun mereka bertindak" Musa berkata: "Apa
yang kalian lakukan, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah yang akan
menampakkan kelemahannya; sungguh Allah tidak akan membiarkan
terus berlangsungnya tindakan orang-orang yang mengadakan
kekacauan dan Allah akan mengokohkan Kebenaran melalui
KetetapanNya walaupun orang-orang yang berdosa tidak menyukai hal
ini."[62] dan Allah wahyukan kepada Musa: "Lemparkan tongkatmu!"
kemudian seketika tongkat itu menelan benda-benda yang mereka
sihirkan, sehingga Kebenaran yang berjaya, sedangkan segala yang para
ahli sihir usahakan menjadi sia-sia.[63]

Para ahli sihir tersebut takluk di tempat itu dan mereka menjadi orang-
orang yang kalah; bahkan menundukkan diri seraya bersujud, mereka
berkata: "Kami beriman kepada Tuhannya semesta alam, Tuhannya
Musa maupun Harun."[64] Fir'aun berkata: "Apakah kalian beriman
kepada Musa sebelum aku memberi izin kepada kalian? ini pasti adalah
suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini untuk
menyesatkan seisi penduduknya melalui perkara demikian, sungguh ia
adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. kelak
kalian akan mengetahui bahwa aku akan memotong tangan beserta kaki
kalian secara bersilang dan bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan
menyalib kalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kalian
akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kejam
dalam menyiksa."[65] Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya
kepada Tuhan, kami berpulang. kami takkan lebih mengutamakan kamu
dibanding berbagai bukti nyata yang telah datang kepada kami maupun
dibanding Tuhan yang telah menciptakan kami. maka putuskan perkara
yang hendak kamu putuskan, bahwa kamu hanya dapat bertindak dalam
kehidupan di dunia ini saja;[66] sungguh kami telah beriman kepada
Tuhan kami, kiranya Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami
maupun sihir yang telah kamu paksakan supaya kami lakukan.
Bahwasanya Allah adalah Yang Terbaik dan Yang Abadi. Sungguh
barangsiapa menghadap kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa maka
sungguh disediakan Neraka Jahanam untuk orang itu, kemudian orang
itu tidak mati dan tidak hidup disana, sedangkan barangsiapa
menghadap kepada Tuhannya dalam keadaan beriman serta
bersungguh-sungguh memperbuat berbagai kebajikan, maka mereka
itulah orang-orang yang memperoleh kedudukan-kedudukan terhormat;
Surga 'Adn yang dialiri sungai-sungai di bawahnya, mereka disana
selamanya.[67] Dan itulah balasan untuk orang yang murni dan kamu
tidak menyalahkan kami melainkan karena kami telah beriman kepada
ayat-ayat Tuhan kami tatkala ayat-ayat itu datang kepada kami;
sungguh kami sangat menginginkan kiranya Tuhan kami mengampuni
berbagai kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang
bersegera untuk beriman." Para ahli sihir itu berdoa: "Ya Tuhan kami,
limpahkan kesabaran kepada kami dan wafatkan kami dalam keadaan
berserah diri."

Berdakwah kepada Bani Israel


Mendapati kubu kaum Fir'aun takluk dalam pertarungan melawan
Musa, banyak penduduk Mesir menghormati kedudukan Musa serta
mengakui Musa sebagai Rasul Allah. Walaupun semula kaum Fir'aun
berniat untuk merendahkan Musa dan supaya menyamakannya sebagai
tukang sihir, mereka justru mendapati banyak orang meyakini bahwa
Musa bukan seorang manusia biasa bahkan penduduk Mesir itu sendiri
ketakutan untuk bertindak sesuatu terhadap Musa.[68] Tatkala Bani
Israel merasa yakin bahwa Allah telah mengutus Musa untuk mereka,
maka banyak orang dari Bani Israel yang meminta perlindungan kepada
Musa menghadapi penindasan kaum Fir'aun; Musa pun menyatakan
bahwa ia bukanlah yang sanggup dimintai pertolongan melainkan ia
memerintahkan Bani Israel supaya memohon perlindungan kepada
Allah Yang Maha Melindungi; serta Musa mengingatkan bahwa Bani
Israel adalah kaum keturunan pewaris nabi Ibrahim,nabi Ishaq dan nabi
Ya'qub; ketiga hamba yang dipilih Allah,[69] oleh sebab itu Bani Israel
juga harus meneladani sikap nabi Ibrahim yang setia dan bersedia
mengorbankan banyak hal sekalipun nyawanya sendiri, demi
membuktikan ketulusan pengabdiannya untuk Allah. Sehingga Bani
Israel harus membuktikan diri sebagai orang-orang yang rela
menyerahkan apapun untuk Allah serta supaya mereka teruji setia
kepada Allah dalam segala keadaan. Sebagaimana Ibrahim memperoleh
janji dari Allah bahwa seisi bumi diwariskan untuk kaum pewarisnya,
yakni orang-orang yang bersedia menyembah kepada Allah.[70] Musa
memberitahukan pula bahwa Bani Israel sebagai kaum keturunan
Ibrahim akan memperoleh perjanjian abadi tentang berbagai karunia
istimewa dari Allah. Musa juga memohon kepada Allah supaya
menumpas para musuh Bani Israel dan Musa berdoa supaya kelak Bani
Israel menjadi kaum penguasa dan kaum pewaris di muka bumi.[71]

Sebagian besar Bani Israel yang telah diperbudak bangsa Mesir, merasa
tidak berani menyatakan sikap keimanan kepada Allah sehingga tiada
yang terang-terangan menyatakan beriman kepada Musa selain para
pemuda dari kalangan suku Lawy yang berada dalam keadaan khawatir
bahwa Fir'aun beserta para pemuka kaum Fir'aun hendak menindas
mereka juga,[72] sebab hanya suku ini yang tidak turut diperbudak di
Mesir. Musa berkata: "Wahai kaumku, jika kalian beriman kepada
Allah maka hendaklah kalian menaruh kepercayaan kepada Dia saja,
apabila kalian memang berserah diri."[72] lalu mereka berkata:
"Kepada Allah, kami menaruh kepercayaan!", mereka berdoa: "Wahai
Tuhan kami, jangan kiranya Engkau jadikan kami sasaran penindasan
bagi golongan yang sewenang-wenang itu, dan selamatkan kami
melalui anugerahMu menghadapi orang-orang kafir." Allah
mewahyukan kepada Musa beserta Harun supaya mendirikan rumah-
rumah di negeri Mesir sebagai tempat tinggal bagi kalangan mereka
serta supaya menyediakan tempat-tempat shalat di rumah-rumah itu.
Allah juga memerintahkan mereka mendirikan shalat serta
menenangkan kegelisahan orang-orang beriman.[73]

Kesombongan Fir'aun beserta para pengikutnya


Fir'aun mendapati banyak orang yang tidak mau lagi menyembah
dirinya. Terlebih lagi para pemuka dalam kaum Fir'aun juga
menyampaikan kekhawatiran tentang Bani Israel yang mulai menolak
bekerja sebagai budak seraya mengatakan bahwa tuan Bani Israel
bukanlah orang-orang Mesir melainkan Allah, Tuhannya para leluhur
mereka, serta mereka menyatakan bahwa Allah akan menghadirkan
hukuman-hukuman pedih kepada orang-orang yang menyakiti hamba-
hambaNya. Fir'aun berkeras diri seraya berkata: "Wahai kalangan
pemuka kaumku, aku tidak mengetahui ada dewa bagi kalian selain
diriku"[74] lalu Fir'aun memerintahkan Haman mendirikan bangunan
yang tinggi supaya Fir'aun dapat naik sampai ke gerbang-gerbang langit
untuk melihat Tuhannya Musa, sebab Flr'aun menganggap Musa
termasuk golongan pendusta.[75] Fir'aun dan bala pasukannya berlaku
angkuh di muka bumi dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan
dikembalikan kepada Allah.

Dalam kesombongan diri, Fir'aun berseru kepada kaumnya: "Wahai


kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini milikku beserta sungai-sungai
yang mengalir di bawahku maka apakah kalian tidak mengetahui?
bukankah aku lebih baik dibanding orang hina dan hampir tidak dapat
menjelaskan? mengapa tidak dipakaikan pada dirinya; gelang emas
ataupun malaikat hadir bersama-sama dengan ia." maka Fir'aun berhasil
membujuk kaumnya sebab mereka merupakan kaum yang fasik.[76]
Kemudian Musa mengadu kepada Tuhannya: "Sesungguhnya kaum ini
adalah kaum yang berdosa."

Dan Fir'aun berkata: "Biarkan aku yang membunuh Musa dan


hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sungguh aku khawatir
ia akan mengganti agama kalian ataupun menimbulkan kekacauan di
muka bumi."[77] Musa berkata: "Sungguh aku berlindung kepada
Tuhanku maupun Tuhanmu terhadap segala orang congkak yang tidak
beriman terhadap Hari Perhitungan." Musa dan Harun mengadu kepada
Allah: "Wahai Tuhan kami, sungguh Engkau telah memberi kepada
Fir'aun serta para pemuka kaumnya; perhiasan maupun harta kekayaan
duniawi. Wahai Tuhan kami, sungguh mereka telah menyimpang
terhadap JalanMu. Wahai Tuhan kami, binasakan harta benda mereka,
dan keraskan kalbu mereka sehingga mereka tidak beriman sampai
ketika mereka ditimpa Malapetaka pedih."[78] Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenan pengaduan kalian berdua, oleh sebab
itu tetaplah kalian berdua berada pada Jalan Lurus dan janganlah sekali-
kali kalian mengikuti adat orang-orang yang tidak mengetahui."[79]

Demikianlah Fir'aun menganggap baik perbuatan keji itu; dan ia


dihalangi untuk menerima Kebenaran; dan tindakan Fir'aun itu tidak
lain hanyalah menimbulkan celaka. Maka ia mengumpulkan lalu
memanggil kaumnya. Fir'aun berkata: "Akulah dewa kalian yang paling
hebat."[80] Kemudian Allah menetapkan Ketetapan bahwa kaum
Fir'aun termasuk golongan yang pantas dibinasakan; maka Allah
meneguhkan Ketetapan untuk menumpas Fir'aun melalui Hukuman
pedih di Akhirat maupun di dunia.[81]
Hukuman-Hukuman terhadap kaum Fir'aun
Akibat kaum Fir'aun menolak menuruti perintah-perintah Allah melalui
Musa dan Harun; maupun menolak melepas golongan hamba Allah,
yakni Bani Israel, maka Allah menimpakan berbagai hukuman bencana
kepada bangsa Mesir melalui musim kemarau yang lama dan jumlah
buah-buah yang sedikit supaya kaum Fir'aun tersadar atas kedurhakaan
mereka;[82] kemudian Allah timpakan kesembilan bencana dahsyat
melalui perantaraan Musa,[83] yang juga diketahui oleh Bani Israel.
Allah menimpakan berbagai bencana yang semakin pedih kepada kaum
Fir'aun; yakni berupa angin topan, wabah belalang, kutu, katak serta
darah sebagai berbagai Bukti azab Ilahi namun kaum Fir'aun tetap
menyombongkan diri.[84]

Sewaktu kaum Fir'aun ditimpa bencana; mereka tuduhkan penyebab


bencana itu kepada Musa beserta orang-orang yang bersama
dirinya.[85] Lalu mereka memohon seraya berjanji kepada Musa:
"Wahai Musa, mohonkan untuk kami kepada Tuhanmu
mempergunakan kenabian yang diakui Allah berada pada sisimu;
sungguh jika kamu dapat menghilangkan bencana itu dari tengah-
tengah kami, pasti kami akan beriman kepada dirimu dan kami akan
melepaskan Bani Israel pergi bersama dirimu"[86] setelah Allah
menghilangkan bencana itu terhadap kaum Fir'aun hingga batas waktu
tertentu, tiba-tiba kaum tersebut justru melanggar janji mereka sendiri
sambil mengatakan: "Ini adalah karena usaha kami sendiri"[85] kaum
Fir'aun tetap berkeras diri serta enggan mengakui bahwa bencana-
bencana itu berasal dari Ketetapan Allah. kaum Fir'aun berkata kepada
Musa: "Bagaimanapun kamu mendatangkan berbagai Bukti kepada
kami untuk menyihir kami mempergunakan bermacam-macam Bukti
itu, sungguh kami takkan beriman kepada dirimu."[87] kaum Fir'aun
tidak mempertimbangkan berbagai Bukti tersebut sebab mereka
sewenang-wenang menyombongkan diri terhadap Allah sehingga
sebuah Keputusan telah mutlak bagi Allah, bahwa kaum Fir'aun
merupakan kaum takabur yang pantas untuk dibinasakan.[88]

Sewaktu Fir'aun telah merencanakan niat keji terhadap Bani Israel, ia


pergi menemui Musa: "Sungguh aku menganggap dirimu, wahai Musa,
sebagai seorang yang kena sihir."[89] Musa menjawab: "kamu
sebenarnya telah memahami, bahwa tiada yang sanggup menghadirkan
mukjizat-mukjizat maupun bencana-bencana itu selain Tuhan Yang
Memelihara langit maupun bumi sebagai berbagai bukti yang nyata, dan
sesungguhnya aku menganggap dirimu, wahai Fir'aun, sebagai seorang
yang akan binasa."[90] maka Allah melindungi Musa terhadap tindakan
jahat mereka.[91] Musa merasa geram terhadap kaum Fir'aun serta ia
memohon supaya Allah melenyapkan orang-orang yang mengupayakan
hal keji kepada Bani Israel.

Kemudian Allah memerintahkan Bani israel melalui Musa supaya


mereka beribadah secara bersungguh-sungguh pada malam tersebut
sebab Allah hendak datang pada malam tersebut untuk menimpakan
hukuman pedih kepada kaum Fir'aun.[92]

Hijrah dari negeri Mesir


Allah memerintah Musa supaya mengajak Bani Israel bergegas
mempersiapkan perbekalan lalu meninggalkan negeri Mesir. Musa
menyampaikan pula kepada Bani Israel agar mereka memuati
perbekalan dari negeri Mesir serta mengambil segala barang yang
diberikan oleh orang-orang Mesir sebagai upah atas segala pekerjaan
mereka di negeri Mesir.[93] Orang-orang Mesir merasa ketakutan
terhadap Bani Israel dan orang-orang Mesir menganggap harta benda
tidak lagi berguna sejak kematian anak-anak sekaligus kaum pewaris
bangsa Mesir. Setelah mendapati seluruh keturunan di istana Fir'aun
telah mati, Fir'aun beserta para pemuka kaumnya meratap serta
berkabung atas musibah ini.

Sementara Bani Israel mengambil banyak harta benda dan perhiasan di


negeri Mesir, Musa mencari sebuah warisan berharga dari keluarga
Ya'qub yang masih berada di tanah Mesir dan ia berhasil
menemukannya, yakni jasad Yusuf yang telah lama disembunyikan oleh
kaum pemuka bangsa Mesir. Sewaktu masih tinggal di istana Fir'aun;
Musa mengetahui kabar bahwa kaum pemuka bangsa Mesir telah
mengawetkan jasad Yusuf di sebuah tempat khusus. Oleh sebab Yusuf
merupakan pewaris utama dari berkat Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub;[94]
sehingga dimanapun jasad Yusuf berada maka Allah akan melimpahi
kemakmuran di wilayah itu. Musa menyadari pula bahwa Allah telah
menjanjikan Yusuf sebagai tanda penyelamatan untuk Bani Israel.
Sebagaimana Allah telah memuliakan kedudukan Yusuf, yang
bertujuan menyelamatkan keberlangsungan hidup seluruh keluarga
Ya'qub melalui kedatangan mereka ke negeri Mesir; demikian halnya
Allah akan berkenan menyelamatkan Bani Israel sewaktu meninggalkan
negeri Mesir apabila umat itu bersedia menghargai jasa-jasa Yusuf,
yakni melalui pengangkutan jasad putra kesayangan Israel ini berpulang
menuju tanah airnya.

Pembelahan Laut Merah


Bani Israel meninggalkan negeri Mesir dalam keadaan terburu-buru
sebab Allah telah memerintahkan supaya bergegas berangkat pada
malam tersebut.[95] Bani Israel mengangkut banyak ternak serta
muatan harta benda saat berangkat dari negeri Mesir. Allah juga
menghadirkan sebuah naungan yang melindungi Bani Israel dalam
keberangkatan ini. Sementara itu, ketika seisi istana Fir'aun sedang
meratapi segala bencana yang telah melanda mereka; Fir'aun masih
tetap berkeras diri dan berusaha menyesatkan kaumnya. Akibat
menolak mengakui Bani Israel sebagai hamba-hamba Allah, Fir'aun
maupun seluruh pengikutnya berikrar untuk melenyapkan mereka dari
muka bumi. Akan tetapi kaum Fir'aun merasa sangat murka ketika
mendapati tiada seorang pun dari Bani Israel masih berada di negeri
Mesir; Fir'aun berkata: "Sesungguhnya mereka benar-benar golongan
kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan
kemurkaan kita dan sesungguhnya tentulah kita golongan yang selalu
berjaga-jaga."[96]

Maka Fir'aun dan bala tentaranya menyiapkan kendaraan untuk


mengejar Bani Israel dan hampir menyusuli mereka di pesisir Laut
Merah sewaktu matahari terbit;[97] setelah kedua golongan itu dapat
saling melihat, para pengikut Musa berkata: "Sesungguhnya kita benar-
benar akan tersusul." Musa menjawab: "Mustahil akan tersusul; sebab
Tuhanku yang menyertai diriku; bahwa Dialah akan memberi petunjuk
kepada diriku."[98] lalu Allah wahyukan kepada Musa: "Pukulah lautan
itu mempergunakan tongkatmu!" seketika lautan itu terbelah dan tiap-
tiap belahan laut menyerupai pegunungan besar kemudian Bani Israel
segera melalui jalan kering di antara lautan yang terbelah itu; Bani
Israel percaya bahwa Allah yang telah menghadirkan mukjizat yang
bertujuan menyelamatkan mereka terhadap kejaran bala tentara Fir'aun.
Bala tentara Fir'aun turut menyaksikan salah satu keajaiban terbesar
yang Allah karuniakan untuk Bani Israel; bala tentara ini berhenti
seraya takjub terhadap kejadian ini. Namun kesombongan Fir'aun
kembali memaksa dirinya untuk mengingkar, Fir'aun berkata: "Apakah
kita datang ke tempat ini agar duduk dan menyaksikan Bani Israel pergi
begitu saja, bukankah kita telah bersumpah supaya mencincang dan
melenyapkan mereka dari muka bumi," seketika kaum Fir'aun segera
bergegas ke jalan kering di tengah-tengah lautan itu. Sewaktu kaum
Fir'aun berada di tengah-tengah tanah kering itu, tiba-tiba mereka
merasa kelelahan dan tidak sanggup bergerak, maka Allah hantamkan
kedua lautan itu untuk menenggelamkan serta menghancurkan tubuh
bala tentara Fir'aun menjadi berkeping-keping. Ketika Fir'aun hampir
tenggelam; ia berucap: "Saya percaya bahwa tiada Tuhan selain Tuhan
yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang
berserah diri."[99] Namun Allah menolak pernyataan ini sebab Fir'aun
telah mendurhaka sejak dahulu tatkala berada dalam keadaan
makmur;[100] serta Fir'aun termasuk orang-orang yang mengadakan
kekacauan di muka bumi.[101] Pada hari itu Allah luputkan jasad
Fir'aun dari hancur berkeping-keping supaya menjadi pelajaran bagi
generasi berikutnya.[102]

Kaum Fir'aun dinaungi kutukan di dunia maupun kutukan di


Akhirat,[103] bahwa pada hari kiamat Fir'aun akan memimpin kaumnya
lalu melempar mereka sebagai golongan yang dicampakkan ke dalam
Neraka oleh sebab kaum Fir'aun membantah serta menyombongkan diri
terhadap segala perintah Allah maupun segala mukjizat Allah, serta
akibat memandang rendah dua Rasul Allah, Musa dan Harun, bahkan
kaum tersebut secara sewenang-wenang memperlakukan Bani Israel,
umat milik Allah, maka Allah jadikan kaum Fir'aun sebagai kiasan dan
contoh bagi generasi terkemudian.

Perjalanan menuju negeri warisan


Melalui penyelamatan Bani Israel terhadap bala tentara Fir'aun; Allah
telah menggenapi Ketetapan yang baik untuk Bani Israel sebagai umat
yang diselamatkan Allah oleh karena kesabaran mereka, dan telah Allah
hancurkan segala yang telah dirancang maupun yang telah didirikan
oleh kaum Fir'aun. Allah hendak memberi "negeri warisan" kepada
kaum yang telah ditindas itu, bagian timur bumi dan bagian baratnya
yang telah Allah berkahi.[104]

Setelah Bani Israel berada di seberang lautan itu, mereka sampai kepada
suatu kaum penyembah berhala, sebagian dari mereka berkata: "Wahai
Musa, dirikan untuk kami sebuah dewa sebagaimana mereka
mempunyai beberapa dewa." Musa menjawab: "Sesungguhnya kalian
ini adalah golongan yang tidak mengetahui, sebab mereka itu akan
dihancurkan kepercayaan yang dianut oleh mereka sendiri dan akan sia-
sia segala hal yang selalu mereka kerjakan."[105] lalu Musa berkata:
"Patutkah aku mencari sembahan untuk kalian selain Allah, padahal
Dialah yang telah mengistimewakan kalian melampaui semesta
alam."[106]

Sewaktu jumlah perbekalan makanan semakin sedikit; Bani Israel


sering mengeluh kepada Musa tentang yang akan mereka makan
maupun yang akan mereka minum selama perjalanan. Kemudian Allah
menurunkan hujan manna sebagai makanan khusus untuk umat
ini,[107] serta Allah sediakan sumber minuman berupa aliran-aliran
sungai melalui celah bebatuan.[108] Allah hendak menyadarkan Bani
Israel supaya senantiasa mengingat seraya bersyukur sebab segala
makanan berasal dari langit atas Kebaikan Allah, sebagaimana Allah
yang telah mengaruniakan air yang menghujani bumi untuk kemudian
menumbuhkan berbagai tanaman yang dimakan makhluk seisi bumi.
Sebagai anugerah istimewa, Allah mengaruniakan makanan yang turun
secara langsung dari langit untuk sebuah umat pilihan di semesta
alam.[109] Allah juga menghadirkan naungan awan kemuliaan yang
melindungi Bani Israel terhadap terik matahari maupun udara malam
hari.[110]

Perjanjian Abadi antara Allah dengan Bani Israel


Setelah mengantarkan para pengikutnya menuju Gunung Sinai yang
telah dijanjikan sebagai tempat mengadakan Perjanjian antara Allah
dengan Bani Israel; Musa terlebih dahulu menghadap kepada Allah
supaya mendapat perkenan Allah.[111] Kemudian Allah
memerintahkan melalui Musa supaya Bani Israel menguduskan diri
serta membersihkan diri selama beberapa hari sebelum mengadakan
perjanjian kepada Allah. Pada Hari Perjanjian, terdapat segolongan
orang yang masih meragukan kerasulan Musa; golongan tersebut
berkata bahwa mereka tak akan beriman kepada Musa sebelum melihat
Allah secara nyata.[112]

Kemudian Allah menghadirkan "KemuliaanNya" di atas Gunung Sinai


seraya menyampaikan Suara Ilahi diiringi gemuruh petir dan kilat
menyambar; Suara Ilahi tersebut berisi berbagai ikrar perintah kepada
seluruh Bani Israel. Allah bahkan mengangkat Gunung Sinai diatas
kepala seluruh Bani Israel supaya umat itu berikrar teguh untuk
berpedoman terhadap segala yang diperintahkan oleh Allah;[113]
dengan harapan Bani Israel senantiasa mengingat segala perintah Allah
sehingga mereka membuktikan diri sebagai hamba-hamba yang hanya
tunduk kepada Allah. Perjanjian Allah ini tidak hanya berlaku kepada
Bani Israel semata melainkan pula kepada seluruh umat manusia yang
bersedia berserah diri dan menjadi milik Allah.[8]

Allah juga menobatkan dua belas orang pemimpin dalam Bani Israel.
Dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku menyertai kalian,
sesungguhnya apabila kalian mendirikan shalat dan kalian menunaikan
zakat serta beriman terhadap para RasulKu dan kalian bantu mereka
juga kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik; sesungguhnya
Aku akan menghapus dosa-dosa kalian serta kelak Kuantarkan kalian ke
dalam surga-surga yang dibawahnya dialiri sungai-sungai, akan tetapi
barangsiapa yang mengingkari perkara ini sungguh orang itu telah
menyimpang terhadap Jalan Lurus."[114]

Setelah Perjanjian ini; terdapat sebagian orang dalam Bani Israel yang
memalingkan diri akibat orang-orang tersebut hanya memperhatikan
petir maupun kilat yang menyambar pada waktu Perjanjian lalu mereka
hendak melihat-lihat ke langit sehingga mengabaikan berbagai perintah
Allah. Sementara itu, terdapat sebagian lain dari Bani Israel merasa
sangat gentar seraya bersegera menemui Musa; mereka memohon Musa
supaya Allah tidak lagi menyampaikan Suara Ilahi secara langsung
sebab Suara Ilahi dapat mengguncangkan nyawa hingga meninggalkan
tubuh orang tersebut.[8] Permohonan ini dikabulkan sehingga hanya
Musa seorang yang dipanggil menemui Allah supaya Musa menerima
Al-Kitab yang berisi segala perintah maupun segala ketetapan yang
hendak Allah serahkan kepada Bani Israel.[115]

Nabi Musa menghadap kepada Allah


Sebelum pergi untuk menghadap kepada Allah,nabi Musa berpesan
kepada nabi Harun, saudaranya: "Gantikan kedudukan diriku dalam
kaumku, dan perbaikilah, serta jangan turuti perilaku orang-orang yang
mengadakan kekacauan." Kemudian Musa harus melewati tingkat-
tingkat langit hingga langit ketujuh sebelum menghadap kepada Allah.
Setelah waktu tiga puluh malam, Allah penuhkan jumlah malam itu
dengan sepuluh hari lain, hingga sempurnalah waktu yang telah
ditentukan Allah yakni empat puluh malam.[116]

Tatkala nabi Musa telah hadir untuk menghadap pada waktu yang telah
ditetapkan dan Allah berbicara secara langsung dengan dirinya, Musa
berkata: "Wahai Tuhanku, nampakkan DiriMu kepada diriku supaya
aku dapat melihat Engkau." Allah berfirman: "kamu takkan sanggup
melihat Aku tetapi pandanglah ke arah bukit itu, sekiranya ia tetap
berada di tempatnya niscaya kamu dapat melihat Aku." Tatkala
Tuhannya menampakkan kepada gunung itu, Dia jadikan gunung itu
hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa bangun
tersadar, Musa berkata: "Dipermuliakanlah Engkau, aku bertobat
kepada Engkau dan aku merupakan orang yang bersegera beriman."
Allah berfirman: "Wahai Musa, bahwa Akulah yang memilih dirimu
dibanding seluruh manusia yang lain supaya kamu menerima risalahKu
dan supaya kamu berbicara secara langsung dengan Aku, sebab itu
berpedomanlah terhadap yang Aku serahkan kepada dirimu dan
hendaklah kamu termasuk golongan yang bersyukur." dan telah Allah
tuliskan untuk Musa pada loh-loh batu yang berisi tentang pelajaran
serta penjelasan segala sesuatu.[117]

Allah berfirman: "Berpedomanlah kepada Kitab itu secara teguh dan


suruhlah pula kaummu berpedoman sebaik mungkin kepada Kitab itu,
kelak akan Aku antarkan dirimu menuju negeri-negeri kaum yang fasik.
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di
muka bumi tanpa alasan yang benar terhadap berbagai Bukti
KekuasaanKu. Apabila orang-orang itu mengetahui tiap-tiap ayatKu,
orang-orang itu tidak beriman terhadapnya; dan sewaktu orang-orang
itu mendapati jalan yang membawa kepada petunjuk; orang-orang itu
tidak mau menempuhnya. Sebaliknya sewaktu mereka melihat jalan
kesesatan, justru mereka terus menempuhnya, yang demikian
disebabkan orang-orang itu mendustakan ayat-ayat Allah dan orang-
orang itu selalu melalaikan diri terhadap hal tersebut. Maka ketahuilah
bahwa orang-orang yang menolak ayat-ayat Allah serta mendustakan
tentang menemui Akhirat, kelak takkan berguna segala perbuatan
mereka, orang-orang itu tidak diberi balasan selain hal-hal yang telah
mereka kerjakan."[118] maka Allah telah mengutus Musa dengan
membawa ayat-ayatNya: "Bebaskan kaummu dari kegelapan menuju
cahaya terang benderang dan ingatkan mereka tentang Hari-Hari
Allah." bahwa dalam hal demikian terdapat berbagai Bukti bagi setiap
orang yang bersabar dan yang banyak bersyukur.[119]

Allah menyerahkan kepada Musa, Al-Kitab berisi penjelasan yang


memisahkan kebenaran dan kesalahan; supaya umat Milik Allah harus
mengerti kebenaran maupun kesalahan menurut Allah sehingga umat
itu tidak memutuskan perkara berdasarkan sekehendak mereka sendiri
melainkan berdasar apa yang dikehendaki Allah; sebagaimana Allah
yang bersedia mengistimewakan Bani Israel sebagai umatNya
dibanding segala bangsa lain di bumi bahkan melampaui semesta alam,
demikian pula Bani Israel harus mengistimewakan Allah sebagai satu-
satunya Tuhan dan satu-satunya Penguasa mereka,[120] serta Bani
Israel harus mengutamakan Allah dibanding apapun, agar Bani Israel
mengikuti teladan Ibrahim yang benar-benar beriman dan benar-benar
bersedia mengorbankan apapun sehingga umat ini layak bergelar
sebagai golongan pewaris berkat Ibrahim. Al-Kitab yang diserahkan
kepada Musa juga disebut sebagai "Kitab Musa" yang Allah jadikan
sebagai Bimbingan untuk seluruh umat manusia yang berakal.[121]

Bani Israel setelah Kepergian Musa


Sewaktu Musa telah berangkat untuk menghadap kepada Allah, Bani
Israel masih percaya bahwa Musa akan kembali kepada mereka
sebagaimana terdapat dua tokoh terhormat di tengah-tengah mereka,
Hur dan Harun, yang keduanya memerintahkan Bani Israel bersabar
terhadap Ketetapan Allah. Akan tetapi kesabaran mereka mulai goyah
sewaktu mendapati Musa tidak kunjung kembali. Oleh karena terdapat
beberapa golongan yang mengabaikan perintah-perintah Allah sewaktu
Perjanjian;[122] maka golongan-golongan itu menuntut kepada Hur
supaya menghadirkan kembali Kemuliaan Allah, golongan itu tidak
dapat bersabar untuk menunggu Musa dan menghendaki adanya patung
dewa. Akan tetapi Hur berusaha menegur seraya memperingatkan ikrar
bahwa tiada yang serupa dengan Allah, baik yang di langit maupun
yang di bumi Allah serta berupaya menyadarkan tentang kesia-siaan
patung dewa. Lalu terdapat orang-orang justru murka hingga Hur
menjadi korban amarah mereka;[8] kemudian orang-orang itu
menghadap seraya mengancam Harun: "Buatkan sebuah dewa supaya
kami sembah atau kamu akan bernasib seperti orang ini!"[123] dalam
keadan semacam ini, Harun terpaksa mengalah oleh karena ia tidak
hanya mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri melainkan pula
mengkhawatirkan betapa besar dosa yang akan ditanggung Bani Israel
apabila dirinya benar-benar turut dibunuh oleh mereka. Harun juga
khawatir apabila ia tidak segera mengambil keputusan maka Bani Israel
akan saling berperang atau bahkan saling membunuh karena berada
dalam keadaan berpecah belah.[124]

Samiri mendirikan sebuah tempat pembakaran dan memerintahkan


mereka melempar banyak perhiasan emas ke sebuah perapian; tatkala
perapian itu memunculkan patung anak sapi emas bersuara; Samiri
secara sewenang-wenang menyatakan bahwa patung tersebut dahulunya
disembah Musa namun Musa lupa mengatakan hal demikian.[125]
Kemudian banyak orang dari Bani Israel yang turut mengikuti upacara
penyembahan patung anak sapi emas; orang-orang itu bernyanyi dengan
suara lantang serta menari-nari sambil menyebut-nyebut anak sapi itu
sebagai sembahan mereka. Seketika Harun berkata kepada mereka:
"Wahai kaumku, sesungguhnya kalian hanya diuji melalui anak sapi ini
dan sesungguhnya Tuhanmu adalah Yang Maha Pengasih, maka
turutilah aku dan taatilah perintahku" mereka menjawab: "Kami akan
tetap menyembah patung anak sapi ini, hingga Musa kembali kepada
kami." [126] Ketika terdapat orang-orang dari setiap suku Bani Israel
yang mengikuti tindakan penyembahan patung anak sapi; hanya suku
Lawy yang tetap setia kepada Allah sebab suku ini tidak terlibat dalam
penyembahan patung anak sapi emas. Mereka menahan kegeraman
dalam hati seraya mempertanyakan sikap penyembahan berhala yang
dilakukan di tengah-tengah mereka.
Tatkala Musa pulang dari Gunung Sinai sambil membawa loh-loh batu
setelah menghadap kepada Allah, ia mendengar sorak-sorai yang riuh
dari kejauhan; Musa memahami bahwa ada perkara besar yang sedang
terjadi di tengah-tengah umat ini. Musa sangat geram dan berdukacita
ketika ia mendapati orang-orang dari Bani Israel yang sujud
menyembah dan memuja-muja patung anak sapi emas. Musa
membanting loh-loh batu yang ia telah bawa sebab Musa memahami
bahwa Allah akan seketika menimpakan Hukuman pedih ke tengah-
tengah Bani Israel apabila Musa menyampaikan loh yang berisi
larangan penyembahan berhala sedangkan orang-orang itu sedang
menyembah berhala. Lalu Musa menemui Harun yang telah diserahi
kedudukan pemimpin Bani Israel untuk meminta pertanggungjawaban
namun Harun menyatakan bahwa ia terpaksa membiarkan mereka
akibat mereka berani mengancam untuk membunuh orang yang
menghalangi kemauan mereka. Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah
diriku beserta saudaraku dan masukkan kami ke dalam rahmatMu, dan
Engkaulah Yang Maha Penyayang di antara segala penyayang.[127]
Musa berkata kepada Samiri: "Apakah yang mendasari tindakanmu
wahai Samiri?" Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang tidak
mereka ketahui maka aku ambil segenggam dari peninggalan rasul lalu
aku melemparkan itu, dan demikianlah kecenderungan diri membujuk
diriku." lalu Musa mengusir Samiri dan memberitahukan hukuman
Allah kepada Samiri, dan Musa membakar patung anak sapi itu yang
tetap disembah Samiri; kemudian Musa menghamburkan abu patung itu
ke lautan.[128] Musa menyatakan: "Bahwasanya Tuhan hanyalah
Allah, tiada Tuhan selain Dia, IlmuNya meliputi segala sesuatu."[129]

Musa berkata kepada orang-orang dari Bani Israel yang menyembah


berhala: "Wahai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah mengadakan
sebuah perjanjian yang berkenan untuk kalian? maka apakah hal itu
tampak mustahil bagi kalian atau kalian menghendaki agar kemurkaan
dari Tuhan kalian menimpa diri kalian, sehingga kalian berani
melanggar ikrar kalian dengan aku bahwa kalian setia menghamba
kepada Allah saja dalam keadaan apapun?" Musa berkata kepada
kaumnya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kalian telah sewenang-
wenang terhadap diri kalian sendiri karena kalian telah beribadah
kepada anak sapi itu, maka bertobatlah kepada Tuhan yang telah
menjadikan kalian dan bunuhlah diri kalian; hal tersebut adalah lebih
baik untuk kalian menurut Tuhan yang menciptakan diri kalian supaya
Allah menerima tobat kalian. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mengasihani, Maha Penyayang." lalu sebagian dari kaum itu merasa
sangat menyesal seraya meratapi tindakan ini dan memahami bahwa
diri mereka telah sesat kemudian berkata: "Sekiranya Tuhan kami tidak
memberi anugerah kepada kami dan tidak mengampuni diri kami,
pastilah kami termasuk golongan yang dibinasakan."[130] Akan tetapi
masih terdapat sebagian orang yang berpaling melalaikan diri seraya
enggan bertobat dari tindakan penyembahan patung berhala. Kemudian
Musa memanggil siapapun yang bersedia membela Allah; maka seluruh
orang dari suku Lawy hadir kepada Musa. Kemudian Musa
memerintahkan suku itu untuk menimpakan kemurkaan Allah, yakni
dengan memburu dan membunuh orang-orang yang masih berkeras
menyatakan sebagai penyembah patung anak sapi,[131] sebab
penyembahan ini merupakan tindakan keji yang setara dengan
melecehkan kehormatan Allah akibat adanya sikap mempersamakan
KemuliaanNya dengan sebuah patung.

Ketika menyadari Murka Allah akibat kejadian ini, Musa memilih tujuh
puluh orang saleh dari Bani Israel untuk memohonkan pengampunan
Allah pada waktu yang telah ditentukan. Tatkala sebuah gempa bumi
mengguncang mereka, Musa berkata: "Wahai Tuhanku, sekiranya
Engkau kehendaki, tentulah Engkau binasakan mereka beserta diriku
sebelum ini. Apakah Engkau melenyapkan kami semua lantaran
tindakan orang-orang bodoh di tengah-tengah kami? kejadian ini
hanyalah ujian dari Engkau, supaya Engkau liarkan yang Engkau
kehendaki melalui ujian ini serta supaya Engkau berikan petunjuk
kepada siapa yang Engkau perkenan. Engkaulah Yang memimpin kami,
kiranya ampunilah kami serta kasihanilah kami dan Engkaulah Pemberi
ampun Terbaik dan tetapkan untuk kami anugerah di dunia maupun di
Akhirat; sesungguhnya kami bertobat kepada Engkau." Allah
berfirman: "KegeramanKu akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku
kehendaki, dan KasihKu meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku
sediakan KasihKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan
zakat dan yang beriman terhadap ayat-ayatKu."[2]

Musa juga memohon supaya awan "Kemuliaan Allah" senantiasa


menaungi Bani Israel dengan harapan umat Allah kembali percaya
bahwa Allah benar-benar telah mengampuni kesalahan UmatNya dan
menerima pertaubatan UmatNya. Namun sebagaimana Allah membenci
segala jenis kekejian, terdapat risiko yang sangat besar bahwa manusia
yang berbuat dosa keji di hadapan Allah maka orang tersebut layak
mendapat hukuman mati; sehingga kekejian apapun yang dilakukan
oleh banyak orang di Bani Israel akan berakhir dengan kematian banyak
orang pula, yang berakibat tiada yang sampai ke negeri yang diwariskan
selain orang-orang yang berhati tulus di hadapan Allah. Walaupun
demikian, Musa tetap bersungguh-sungguh memohon supaya Allah
tetap menyertai Umat MilikNya supaya benar-benar nyata bahwa Kasih
beserta Pengampunan yang dimiliki Allah yakni Yang Maha Pengasih
dan Maha Pengampun sanggup melebihi segala dosa yang dimiliki
umatNya.

Perjalanan dari Gunung Sinai dan Pengharaman negeri warisan


Dalam perjalanan dari Gunung Sinai, Allah mengajari Bani Israel
tentang Al-Kitab, berisi perintah-perintah Allah serta larangan-larangan
Allah, yang meliputi berbagai perkara dalam kehidupan sehari-hari,
peraturan-peraturan pokok, peraturan hari-hari khusus, peraturan sunat,
penyucian rohani dalam ibadah, hukum pembersihan jasmani tentang
kenajisan dan ketahiran, hukum makanan halal maupun makanan
haram, hukum upacara persembahan, hukum penyisihan hasil ternak
maupun hasil ladang, dan banyak hukum lain dalam Al-Kitab. Selama
perjalanan ini pula, Bani Israel berjalan di bawah naungan awan
kemuliaan Allah sehingga umat ini hidup secara dekat di hadapan
Allah, sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki umat-umat lain di muka
bumi. Walaupun demikian, sifat keduniawian membuat Bani Israel
berkeluh kesah, terdapat orang-orang dari Bani Israel yang berkata:
"Wahai Musa, kami tidak betah dengan satu jenis makanan saja; oleh
sebab itu mohonkan kiranya untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia
mengeluarkan untuk kami segala yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-
mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya."
Musa berkata: "Maukah kalian mengambil barang duniawi sebagai
pengganti karunia yang terbaik? maka pergilah kalian ke suatu kota,
pasti kalian memperoleh apa yang kalian minta" lalu orang-orang itu
ditimpa kesengsaraan dan kehinaan.[132] Tatkala banyak orang dalam
Bani Israel yang memohon jenis makanan lain, maka Allah karuniakan
salwa (burung puyuh) sebagai hidangan daging untuk mereka. Musa
pun beberapa kali menjadi sasaran keluhan kaumnya hingga Musa
berkata: "Wahai kaumku, mengapa kamu menyakiti diriku, sedangkan
kalian mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada
kalian?" ketika mereka berpaling, Allah memalingkan kalbu mereka,
dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.[133]

Tatkala Bani Israel sampai di perbatasan negeri warisan; Allah


mewahyukan melalui Musa supaya Bani Israel di generasinya
senantiasa mengingat kembali semua kelimpahan karunia Allah dan
supaya Bani Israel bersyukur terhadap semua anugerah Allah, serta
supaya umat ini bersegera mematuhi sebuah perintah Allah, yakni
menduduki negeri yang telah Allah wariskan untuk golongan pewaris
Ibrahim. Namun sebagian besar Bani Israel justru enggan
melaksanankan perintah tersebut. Di antara seluruh suku di Bani Israel,
hanya suku Lawy yang sepenuhnya tidak mengeluh maupun tidak
menyatakan keengganan terhadap Kehendak Allah, serta terdapat dua
laki-laki bertakwa, Yusha dari suku Yusuf, dan Qolib dari suku
Yahudah, bahkan keduanya maju menasehati seraya memberi semangat
agar Bani Israel maju menyerbu gerbang kota kemudian menguasai
negeri yang Allah wariskan untuk umatNya; supaya terbukti Bani Israel
menuruti Kehendak Allah. Walaupun demikian, sebagian Bani Israel
menolak nasihat keduanya, seraya menyatakan takkan mau menduduki
negeri waris sebelum orang-orang perkasa telah meninggalkan negeri
tersebut dan menyatakan kalimat keengganan kepada Musa: "Majulah
kamu bersama Tuhanmu; dan berperanglah sementara kami duduk
menanti saja di sini." lalu Musa berdoa: "Wahai Tuhanku, aku tidak
dapat menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku; sebab itu
pisahkan antara kami dengan orang-orang fasik itu."[134] Allah
mengabulkan permohonan ini dengan menyampaikan keistimewaan
Musa dan Harun sebagai golongan beriman yang meraih
kesejahteraan.[135]
Pengingkaran melalui dalih tidak berani menghadapi para raksasa
bangsa Kana’an, menunjukkan sebagian besar generasi ini melalaikan
Keperkasaan Allah yang telah menyelamatkan mereka terhadap
pasukan Mesir. Penentangan Bani Israel di generasi ini merupakan
salah satu penentangan besar, oleh sebab tujuan utama Allah
membebaskan Bani Israel dari negeri Mesir adalah supaya penindasan
dan kehidupan mereka yang pahit diganti dengan kehidupan yang
sangat lebih baik di "sebuah negeri yang diberkahi daripada semesta
alam,"[136] apabila mereka bersedia tunduk dan patuh kepada
Kehendak Allah. Akibat kengganan generasi ini melaksanakan janji
yang Allah kehendaki, Allah menjadikan negeri warisan terlarang bagi
Bani Israel selama empat puluh tahun; bahwa generasi tersebut harus
tetap mengembara selama empat puluh tahun pula,[137] sebagai
hukuman akibat kegagalan dalam kesetiaan mematuhi Kehendak Allah,
maupun dalam menggenapi Perjanjian waris para leluhur mereka.

Pengembaraan Bani Israel dan Kisah Qarun


Selama masa empat puluh tahun pengembaraan, Musa tetap menjadi
perantara bagi Bani Israel dalam menerima pengajaran dari Allah.
Banyak anak yang dilahirkan di tengah-tengah Bani Israel selama masa
pengembaraan; yang kelak generasi inilah yang menjadi generasi Bani
Israel yang menduduki negeri waris menggantikan generasi bapak
mereka.

Musa juga harus menghadapi rintangan-rintangan dari para


pengikutnya, salah satu rintangan terbesar adalah perlawanan Qarun
terhadap kedudukan Musa. Oleh sebab memiliki harta kekayaan yang
sangat berlimpah ruah; Qarun merasa dirinya berhak untuk segala
kedudukan termasuk kedudukan Musa. Beberapa orang bijak di Bani
Israel memperingatkan Qarun supaya tidak terlalu bangga melainkan
bersikap rendah diri.[138] Namun Qarun tetap berlaku angkuh seraya
menyatakan bahwa ilmunya yang hebat adalah sebab adanya kekayaan
berlimpah ruah yang dimilikinya. Terdapat banyak orang di Bani Israel
yang merasa iri seraya mengidam-idamkan kekayaan duniawi Qarun,
namun terdapat pula orang-orang yang menyadarkan tentang keutamaan
anugerah Allah dibanding kekayaan duniawi.[139]

Tatkala Hukuman Allah menimpa Qarun akibat menyombongkan diri


sebagai yang terkaya di muka bumi dan berani merendahkan kedudukan
istimewa Musa, yakni seorang Rasul Allah, maka Allah membenamkan
Qarun beserta rumahnya ke dalam tanah.[140] Setelah hukuman ini
terjadi, banyak orang yang berbalik menyesal pernah mendambakan
kekayaan Qarun; mereka menyadari bahwa kekayaan duniawi tidak
menjamin bahwa Allah berkenan terhadap manusia tersebut;[141]
melainkan kekayaan dapat menjadi cobaan dan ujian yang
menjerumuskan manusia itu sendiri. Kisah Qarun menyerupai kaum
Fir'aun yang kaya raya namun mereka ditimpa hukuman pedih karena
harta kekayaan duniawi telah membutakan kedudukan manusia pada
diri mereka; sehingga mereka sekehendak hati berlaku sombong
terhadap perintah-perintah Allah.[142]

Pewarisan kepemimpinan Bani Israel kepada Yusha


Sewaktu masa pengembaraan mendekati empat puluh tahun; hampir
seluruh generasi Bani Israel yang terlahir di Mesir telah mati; kecuali
Yusha, Qolib dan sebagian besar orang di suku Lawy. Musa pun harus
ditinggalkan dua saudaranya, Harun dan Miryam, ketika pengembaraan
ini hendak berakhir. Ketika Musa memohon kepada Allah supaya
diizinkan mencapai negeri yang diberkahi, Allah berfirman bahwa
Yusha, seorang dari keturunan Yusuf, merupakan orang yang
ditakdirkan sebagai pemimpin Bani Israel untuk menduduki negeri
warisan serta Allah memperingatkan Musa supaya taat terhadap
Ketetapan Allah. Kemudian Musa memberi berbagai pesan wasiat
kepada Bani Israel serta menyampaikan berbagai berkat kepada Bani
Israel sebelum meninggalkan mereka. Musa juga mewariskan tugas
kepemimpinan kepada Yusha, seorang keturunan Yusuf.[8]

Gelar dan Peninggalan


Allah memberi beberapa gelar kepada Musa, salah satunya sebagai
"manusia pilihan Allah," sebab Allah telah melebihkan kedudukan
risalah nabi Musa dibanding seluruh umat manusia lain:

Allah berfirman: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku memilih kamu


dibanding manusia yang lain untuk membawa risalah-Ku dan untuk
berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada
apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-
orang yang bersyukur".

— Al-A'raf 7:144
Nabi Musa juga diizinkan untuk berbicara secara langsung dengan
Allah sehingga digelari "Kalimullah" serta dijuluki sebagai "manusia
yang berkedudukan terhormat di sisi Allah."[143] Kitab Musa
merupakan salah satu peninggalan utama, yakni sebuah kitab suci yang
ditulis sendiri oleh nabi Musa. Sebagian besar isi Kitab Taurat dianggap
bersumber dari Kitab Musa yang murni dan utuh.[144] Allah juga
memberi pertanda keselamatan untuk Bani Israel melalui benda
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yakni "Tabut" yang
dibawa oleh malaikat, pada waktu Bani Israel menghendaki seorang
raja di tengah-tengah mereka supaya umat itu percaya bahwa Allah
yang telah memilih Thalut sebagai raja atas Bani Israel.[145] Allah
menjadikan riwayat nabi Musa sebagai pelajaran untuk umat manusia,
serta Allah menganjurkan supaya mengisahkan riwayat hidup nabi
Musa:

Dan ceritakanlah riwayat Musa di dalam Al-Kitab. Sesungguhnya ia


merupakan seorang yang terpilih dan seorang rasul dan nabi.

— Maryam 19:51
Musa dan para nabi
Musa merupakan salah seorang nabi yang memiliki berbagai kesamaan
dengan beberapa nabi terdahulu semisal nabi Nuh, nabi Ibrahim dan
nabi Ya'qub; serta nabi Muhammad. Di antara para nabi tersebut, kaitan
nabi Musa dengan nabi Ibrahim adalah salah satu yang cukup erat.
Sebagaimana keluarga nabi Ibrahim merasa cemas sewaktu mendengar
perintah keji tentang pembunuhan anak laki-laki, demikian pula yang
dirasakan keluarga nabi Musa. Sebagaimana Ibunda nabi Ibrahim harus
berlindung dan bersembunyi di sebuah gua untuk menyelamatkan
putranya, demikian pula yang dilakukan oleh Yukhabad, ibunda nabi
Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim merupakan anak ketiga dalam
keluarganya, demikian pula nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim
memiliki kecerdasan luar biasa sewaktu masih muda, demikian pula
nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim harus menghadapi seisi kerajaan
Babilonia dan mengalahkan mereka; demikian pula nabi Musa
menghadapi seisi kerajaan Mesir. Sebagaimana Namrudz harus
mendapat hukuman pedih akibat mendustakan dan menyombongkan
diri terhadap nabi Ibrahim, demikian halnya Fir'aun harus mendapat
azab dunia dan azab akhirat akibat mendustakan dan menyombongkan
diri terhadap nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim beserta para
pengikutnya meninggalkan negeri Mesir dengan membawa banyak
hadiah, demikian pula nabi Musa beserta para pengikutnya.
Sebagaimana nabi Ibrahim menunjukkan mu'jizat Allah di hadapan
Namrudz demikian halnya nabi Musa kepada Fir'aun ketika datang di
istana Mesir. Sebagaimana Allah memberi gelar langka kepada nabi
Ibrahim sebagai "Kesayangan Allah" (Khalilullah) demikian halnya
Allah menggelari nabi Musa dengan julukan "manusia yang berbicara
secara langsung dengan Allah" (Kalimullah). Dalam Al-Qur'an,
keduanya pula disebut memiliki ajaran yang sama berupa shuhuf-
shuhuf terpilih, yakni Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa.[146]

Nabi Ya'qub sebagai pendahulu nabi Musa juga memiliki berbagai


kesamaan. Sebagaimana nabi Ya'qub harus meninggalkan negeri
kelahirannya sewaktu berlindung terhadap Ishau, demikian pula nabi
Musa sewaktu berlindung terhadap orang-orang Mesir. Sebagaimana
Allah menyertai nabi Ya'qub saat pergi seorang diri ke negeri Haran
demikian pula nabi Musa ketika ke negeri Madyan. Sebagaimana nabi
Ya'qub bertemu dengan jodohnya, Rahil, saat pertama kali tiba di negeri
Haran demikian pula nabi Musa ketika pertama kali sampai di negeri
Madyan. Sebagaimana nabi Ya'qub harus bekerja selama bertahun-
tahun untuk mendapat Rahil, demikian pula nabi Musa untuk mendapat
Zipporah. Sebagaimana nabi Ya'qub memimpin keluarganya dari negeri
Haran menuju Palestina, negeri asalnya; demikian pula nabi Musa
memimpin keturunan keluarga Ya'qub dari negeri Mesir menuju
Palestina. Sebagaimana nabi Ya'qub digelisahkan terhadap tindakan
putra-putranya; demikian halnya nabi Musa digelisahkan kaum
keturunan Ya'qub; Bani Israel pada generasinya. Sebagaimana nabi
Ya'qub mengagumi dan mengetahui keistimewaan pada diri nabi Yusuf
demikian pula nabi Musa yang mengagumi dan menghargai
keistimewaan jasad nabi Yusuf. Nabi Ya'qub menyampaikan wasiat
berkat kepada putra-putranya, wasiat yang juga dilakukan nabi Musa
kepada Bani Israel.

Nabi Nuh adalah tokoh lain yang memiliki perbandingan dengan nabi
Musa; keduanya mengalami perjuangan mendakwahi umat yang jahat,
yakni kaum Nuh ataupun kaum Fir'aun; sebab kedua nabi ini
mendapati berbagai penentangan dan berbagai penolakan selama
berdakwah. Nabi Nuh diremehkan oleh para pemuka kafir dalam
kaumnya sebagaimana nabi Musa diremehkan oleh kaum pemuka
Fir'aun. Allah memerintahkan nabi Nuh untuk menyelamatkan segala
makhluk yang akan mewarisi bumi sebagaimana Allah memerintahkan
nabi Musa menyelamatkan Bani Israel, umat manusia yang akan
mewarisi bumi. Allah menghukum dan menenggelamkan para musuh
nabi Nuh melalui perairan bah sebagaimana Allah menenggelamkan
para musuh nabi Musa di perairan Laut Merah. Nabi Nuh berdoa untuk
pengampunan terhadap keluarganya beserta orang-orang beriman
supaya diselamatkan menghadapi azab pedih,[147] demikian pula nabi
Musa memohonkan pengampunan kepada Allah supaya Bani Israel
diselamatkan terhadap azab pedih;[2] kemudian Allah menyelamatkan
segala pengikut nabi Nuh sebagaimana Allah menyelamatkan para
pengikut nabi Musa. Nabi Musa juga memiliki beberapa kesamaan
dengan nabi Muhammad, selain menerima kitab suci yang
diperuntukkan kepada seluruh umat manusia, kedua nabi ini juga
pernah menghadap kepada Allah untuk secara langsung menerima
risalah Allah.[8][148]

Anda mungkin juga menyukai