Musa merasa bersalah karena telah menuruti hawa nafsu atas hal ini
karena ia sebenarnya tidak memiliki niat membunuh orang Mesir.[14]
Ia menguburkan orang Mesir itu lalu berlari sambil memohon
pengampunan serta memohon perlindungan kepada Allah terhadap
persoalan ini. Keesokan harinya Musa kembali mendapati dua orang
berkelahi; keduanya sama-sama berasal dari Bani Israel. Musa
menyalahkan kedua orang itu, namun salah seorang dari keduanya
menyatakan telah mengetahui tindakan Musa sehari sebelumnya,[15]
Musa pun merasa cemas dan berusaha mencari perlindungan. Tatkala
seisi Istana Mesir mendengar kabar ini, mereka memperdebatkan
tentang hukuman untuk Musa dalam beberapa waktu sehingga Allah
menyelamatkan Musa menghadapi persoalan ini. Sewaktu ketetapan
terhadap Musa telah diputuskan; salah seorang dari kalangan Musa
yang mendengar keputusan ini segera berlari menjumpai Musa supaya
dapat meluputkan diri terhadap hukuman kaum Fir'aun.[16]
Tatkala Musa sampai di rumah sang ayah dari perempuan itu, Musa
memperkenalkan diri dan menceritakan permasalahan yang
dihadapinya. Yitro menenangkan Musa seraya berkata "Jangan khawatir
sebab kamu telah selamat menghadapi orang-orang zalim itu."[19]
Mendapati kekuatan tubuh Musa dan pribadi yang tepercaya untuk
menggembakan ternak; perempuan itu menyarankan kepada sang ayah
supaya menjadikan Musa sebagai penggembala yang bekerja untuk
keluarga mereka.[20] Yitro menyadari pula bahwa perempuan-
perempuan tak seharusnya bekerja sebagai penggembala; maka Yitro
berencana memberikan salah seorang putrinya untuk Musa, dengan
syarat bekerja menggembalakan ternak selama delapan tahun, Yitro
mengizinkan apabila Musa hendak menggenapi masa bekerja menjadi
sepuluh tahun. Musa bersedia menyanggupi persyaratan ini,[21] dan ia
berjanji kepada Yitro; kemudian Musa dinikahkan dengan anak
perempuan Yitro. Selama tinggal di negeri Madyan, Musa memperoleh
dua putra, yakni Girsom dan Eliezer.
Melihat kedua mukjizat ini, Fir'aun serta para pemuka kaumnya justru
meremehkan Musa; para pemuka kaum Fir'aun turut berlaku congkak
dan mengingkari Musa walaupun di dalam hati mereka beriman kepada
Musa;[48] para pemuka kaum Fir'aun menyatakan bahwa kedua
tindakan Musa merupakan sihir yang dibuat-buat,[54] Musa pun
membantah: "Apakah kalian mengatakan terhadap Bukti Kebenaran
sewaktu ia datang kepada kalian: "Bukankah ini sihir?" padahal ahli-
ahli sihir tidaklah mendapat kemenangan."[55] Akan tetapi kaum
Fir'aun tetap berdalih: "Apakah kalian berdua datang kepada kami
untuk memalingkan kami dari segala yang kami dapati telah dikerjakan
oleh kaum leluhur kami, bahkan kami belum pernah mendengar hal ini
dari leluhur kami ataukah supaya kalian berdua mempunyai kedudukan
di muka bumi? sungguh kami takkan mempercayai kalian berdua."[56]
nabi Harun menjawab: "Apakah kalian lebih mempercayai ucapan dari
leluhur kalian yang telah mati dibanding Tuhan Yang Menghidupkan
diri mereka maupun diri kalian? dan benarkah kalian merasa memiliki
kedudukan di bumi?, Tidakkah kalian ingat bahwa tubuh kalian tidak
ada sama sekali pada waktu langit dan bumi diciptakan? dan tidakkah
tubuh kalian akan lenyap di muka bumi dalam keadaan serupa dengan
tanah? maka bukankah Tuhan yang mengaruniakan kedudukan kepada
orang yang Dia perkenan serta Dialah yang merenggut kedudukan itu
dari orang yang Dia kehendaki."
Para ahli sihir tersebut takluk di tempat itu dan mereka menjadi orang-
orang yang kalah; bahkan menundukkan diri seraya bersujud, mereka
berkata: "Kami beriman kepada Tuhannya semesta alam, Tuhannya
Musa maupun Harun."[64] Fir'aun berkata: "Apakah kalian beriman
kepada Musa sebelum aku memberi izin kepada kalian? ini pasti adalah
suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini untuk
menyesatkan seisi penduduknya melalui perkara demikian, sungguh ia
adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. kelak
kalian akan mengetahui bahwa aku akan memotong tangan beserta kaki
kalian secara bersilang dan bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan
menyalib kalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kalian
akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kejam
dalam menyiksa."[65] Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya
kepada Tuhan, kami berpulang. kami takkan lebih mengutamakan kamu
dibanding berbagai bukti nyata yang telah datang kepada kami maupun
dibanding Tuhan yang telah menciptakan kami. maka putuskan perkara
yang hendak kamu putuskan, bahwa kamu hanya dapat bertindak dalam
kehidupan di dunia ini saja;[66] sungguh kami telah beriman kepada
Tuhan kami, kiranya Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami
maupun sihir yang telah kamu paksakan supaya kami lakukan.
Bahwasanya Allah adalah Yang Terbaik dan Yang Abadi. Sungguh
barangsiapa menghadap kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa maka
sungguh disediakan Neraka Jahanam untuk orang itu, kemudian orang
itu tidak mati dan tidak hidup disana, sedangkan barangsiapa
menghadap kepada Tuhannya dalam keadaan beriman serta
bersungguh-sungguh memperbuat berbagai kebajikan, maka mereka
itulah orang-orang yang memperoleh kedudukan-kedudukan terhormat;
Surga 'Adn yang dialiri sungai-sungai di bawahnya, mereka disana
selamanya.[67] Dan itulah balasan untuk orang yang murni dan kamu
tidak menyalahkan kami melainkan karena kami telah beriman kepada
ayat-ayat Tuhan kami tatkala ayat-ayat itu datang kepada kami;
sungguh kami sangat menginginkan kiranya Tuhan kami mengampuni
berbagai kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang
bersegera untuk beriman." Para ahli sihir itu berdoa: "Ya Tuhan kami,
limpahkan kesabaran kepada kami dan wafatkan kami dalam keadaan
berserah diri."
Sebagian besar Bani Israel yang telah diperbudak bangsa Mesir, merasa
tidak berani menyatakan sikap keimanan kepada Allah sehingga tiada
yang terang-terangan menyatakan beriman kepada Musa selain para
pemuda dari kalangan suku Lawy yang berada dalam keadaan khawatir
bahwa Fir'aun beserta para pemuka kaum Fir'aun hendak menindas
mereka juga,[72] sebab hanya suku ini yang tidak turut diperbudak di
Mesir. Musa berkata: "Wahai kaumku, jika kalian beriman kepada
Allah maka hendaklah kalian menaruh kepercayaan kepada Dia saja,
apabila kalian memang berserah diri."[72] lalu mereka berkata:
"Kepada Allah, kami menaruh kepercayaan!", mereka berdoa: "Wahai
Tuhan kami, jangan kiranya Engkau jadikan kami sasaran penindasan
bagi golongan yang sewenang-wenang itu, dan selamatkan kami
melalui anugerahMu menghadapi orang-orang kafir." Allah
mewahyukan kepada Musa beserta Harun supaya mendirikan rumah-
rumah di negeri Mesir sebagai tempat tinggal bagi kalangan mereka
serta supaya menyediakan tempat-tempat shalat di rumah-rumah itu.
Allah juga memerintahkan mereka mendirikan shalat serta
menenangkan kegelisahan orang-orang beriman.[73]
Setelah Bani Israel berada di seberang lautan itu, mereka sampai kepada
suatu kaum penyembah berhala, sebagian dari mereka berkata: "Wahai
Musa, dirikan untuk kami sebuah dewa sebagaimana mereka
mempunyai beberapa dewa." Musa menjawab: "Sesungguhnya kalian
ini adalah golongan yang tidak mengetahui, sebab mereka itu akan
dihancurkan kepercayaan yang dianut oleh mereka sendiri dan akan sia-
sia segala hal yang selalu mereka kerjakan."[105] lalu Musa berkata:
"Patutkah aku mencari sembahan untuk kalian selain Allah, padahal
Dialah yang telah mengistimewakan kalian melampaui semesta
alam."[106]
Allah juga menobatkan dua belas orang pemimpin dalam Bani Israel.
Dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku menyertai kalian,
sesungguhnya apabila kalian mendirikan shalat dan kalian menunaikan
zakat serta beriman terhadap para RasulKu dan kalian bantu mereka
juga kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik; sesungguhnya
Aku akan menghapus dosa-dosa kalian serta kelak Kuantarkan kalian ke
dalam surga-surga yang dibawahnya dialiri sungai-sungai, akan tetapi
barangsiapa yang mengingkari perkara ini sungguh orang itu telah
menyimpang terhadap Jalan Lurus."[114]
Setelah Perjanjian ini; terdapat sebagian orang dalam Bani Israel yang
memalingkan diri akibat orang-orang tersebut hanya memperhatikan
petir maupun kilat yang menyambar pada waktu Perjanjian lalu mereka
hendak melihat-lihat ke langit sehingga mengabaikan berbagai perintah
Allah. Sementara itu, terdapat sebagian lain dari Bani Israel merasa
sangat gentar seraya bersegera menemui Musa; mereka memohon Musa
supaya Allah tidak lagi menyampaikan Suara Ilahi secara langsung
sebab Suara Ilahi dapat mengguncangkan nyawa hingga meninggalkan
tubuh orang tersebut.[8] Permohonan ini dikabulkan sehingga hanya
Musa seorang yang dipanggil menemui Allah supaya Musa menerima
Al-Kitab yang berisi segala perintah maupun segala ketetapan yang
hendak Allah serahkan kepada Bani Israel.[115]
Tatkala nabi Musa telah hadir untuk menghadap pada waktu yang telah
ditetapkan dan Allah berbicara secara langsung dengan dirinya, Musa
berkata: "Wahai Tuhanku, nampakkan DiriMu kepada diriku supaya
aku dapat melihat Engkau." Allah berfirman: "kamu takkan sanggup
melihat Aku tetapi pandanglah ke arah bukit itu, sekiranya ia tetap
berada di tempatnya niscaya kamu dapat melihat Aku." Tatkala
Tuhannya menampakkan kepada gunung itu, Dia jadikan gunung itu
hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa bangun
tersadar, Musa berkata: "Dipermuliakanlah Engkau, aku bertobat
kepada Engkau dan aku merupakan orang yang bersegera beriman."
Allah berfirman: "Wahai Musa, bahwa Akulah yang memilih dirimu
dibanding seluruh manusia yang lain supaya kamu menerima risalahKu
dan supaya kamu berbicara secara langsung dengan Aku, sebab itu
berpedomanlah terhadap yang Aku serahkan kepada dirimu dan
hendaklah kamu termasuk golongan yang bersyukur." dan telah Allah
tuliskan untuk Musa pada loh-loh batu yang berisi tentang pelajaran
serta penjelasan segala sesuatu.[117]
Ketika menyadari Murka Allah akibat kejadian ini, Musa memilih tujuh
puluh orang saleh dari Bani Israel untuk memohonkan pengampunan
Allah pada waktu yang telah ditentukan. Tatkala sebuah gempa bumi
mengguncang mereka, Musa berkata: "Wahai Tuhanku, sekiranya
Engkau kehendaki, tentulah Engkau binasakan mereka beserta diriku
sebelum ini. Apakah Engkau melenyapkan kami semua lantaran
tindakan orang-orang bodoh di tengah-tengah kami? kejadian ini
hanyalah ujian dari Engkau, supaya Engkau liarkan yang Engkau
kehendaki melalui ujian ini serta supaya Engkau berikan petunjuk
kepada siapa yang Engkau perkenan. Engkaulah Yang memimpin kami,
kiranya ampunilah kami serta kasihanilah kami dan Engkaulah Pemberi
ampun Terbaik dan tetapkan untuk kami anugerah di dunia maupun di
Akhirat; sesungguhnya kami bertobat kepada Engkau." Allah
berfirman: "KegeramanKu akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku
kehendaki, dan KasihKu meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku
sediakan KasihKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan
zakat dan yang beriman terhadap ayat-ayatKu."[2]
— Al-A'raf 7:144
Nabi Musa juga diizinkan untuk berbicara secara langsung dengan
Allah sehingga digelari "Kalimullah" serta dijuluki sebagai "manusia
yang berkedudukan terhormat di sisi Allah."[143] Kitab Musa
merupakan salah satu peninggalan utama, yakni sebuah kitab suci yang
ditulis sendiri oleh nabi Musa. Sebagian besar isi Kitab Taurat dianggap
bersumber dari Kitab Musa yang murni dan utuh.[144] Allah juga
memberi pertanda keselamatan untuk Bani Israel melalui benda
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yakni "Tabut" yang
dibawa oleh malaikat, pada waktu Bani Israel menghendaki seorang
raja di tengah-tengah mereka supaya umat itu percaya bahwa Allah
yang telah memilih Thalut sebagai raja atas Bani Israel.[145] Allah
menjadikan riwayat nabi Musa sebagai pelajaran untuk umat manusia,
serta Allah menganjurkan supaya mengisahkan riwayat hidup nabi
Musa:
— Maryam 19:51
Musa dan para nabi
Musa merupakan salah seorang nabi yang memiliki berbagai kesamaan
dengan beberapa nabi terdahulu semisal nabi Nuh, nabi Ibrahim dan
nabi Ya'qub; serta nabi Muhammad. Di antara para nabi tersebut, kaitan
nabi Musa dengan nabi Ibrahim adalah salah satu yang cukup erat.
Sebagaimana keluarga nabi Ibrahim merasa cemas sewaktu mendengar
perintah keji tentang pembunuhan anak laki-laki, demikian pula yang
dirasakan keluarga nabi Musa. Sebagaimana Ibunda nabi Ibrahim harus
berlindung dan bersembunyi di sebuah gua untuk menyelamatkan
putranya, demikian pula yang dilakukan oleh Yukhabad, ibunda nabi
Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim merupakan anak ketiga dalam
keluarganya, demikian pula nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim
memiliki kecerdasan luar biasa sewaktu masih muda, demikian pula
nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim harus menghadapi seisi kerajaan
Babilonia dan mengalahkan mereka; demikian pula nabi Musa
menghadapi seisi kerajaan Mesir. Sebagaimana Namrudz harus
mendapat hukuman pedih akibat mendustakan dan menyombongkan
diri terhadap nabi Ibrahim, demikian halnya Fir'aun harus mendapat
azab dunia dan azab akhirat akibat mendustakan dan menyombongkan
diri terhadap nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim beserta para
pengikutnya meninggalkan negeri Mesir dengan membawa banyak
hadiah, demikian pula nabi Musa beserta para pengikutnya.
Sebagaimana nabi Ibrahim menunjukkan mu'jizat Allah di hadapan
Namrudz demikian halnya nabi Musa kepada Fir'aun ketika datang di
istana Mesir. Sebagaimana Allah memberi gelar langka kepada nabi
Ibrahim sebagai "Kesayangan Allah" (Khalilullah) demikian halnya
Allah menggelari nabi Musa dengan julukan "manusia yang berbicara
secara langsung dengan Allah" (Kalimullah). Dalam Al-Qur'an,
keduanya pula disebut memiliki ajaran yang sama berupa shuhuf-
shuhuf terpilih, yakni Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa.[146]
Nabi Nuh adalah tokoh lain yang memiliki perbandingan dengan nabi
Musa; keduanya mengalami perjuangan mendakwahi umat yang jahat,
yakni kaum Nuh ataupun kaum Fir'aun; sebab kedua nabi ini
mendapati berbagai penentangan dan berbagai penolakan selama
berdakwah. Nabi Nuh diremehkan oleh para pemuka kafir dalam
kaumnya sebagaimana nabi Musa diremehkan oleh kaum pemuka
Fir'aun. Allah memerintahkan nabi Nuh untuk menyelamatkan segala
makhluk yang akan mewarisi bumi sebagaimana Allah memerintahkan
nabi Musa menyelamatkan Bani Israel, umat manusia yang akan
mewarisi bumi. Allah menghukum dan menenggelamkan para musuh
nabi Nuh melalui perairan bah sebagaimana Allah menenggelamkan
para musuh nabi Musa di perairan Laut Merah. Nabi Nuh berdoa untuk
pengampunan terhadap keluarganya beserta orang-orang beriman
supaya diselamatkan menghadapi azab pedih,[147] demikian pula nabi
Musa memohonkan pengampunan kepada Allah supaya Bani Israel
diselamatkan terhadap azab pedih;[2] kemudian Allah menyelamatkan
segala pengikut nabi Nuh sebagaimana Allah menyelamatkan para
pengikut nabi Musa. Nabi Musa juga memiliki beberapa kesamaan
dengan nabi Muhammad, selain menerima kitab suci yang
diperuntukkan kepada seluruh umat manusia, kedua nabi ini juga
pernah menghadap kepada Allah untuk secara langsung menerima
risalah Allah.[8][148]