Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DISASTER NURSING
KONSEP DASAR BENCANA

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Andi Lis AG, S. Kep., M. Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Annisa Vadira P07220118007
Irma Suryani P07220118044
Muhammad Taufik P07220118049
Shilvi Aulia Anwar P07220118057
Yeyen Anggraeni P07220118030

PRODI D-III KEPERAWATAN TINGKAT 3


POLTEKKES KEMENKES KALTIM
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas
mata kuliah Disaster Nursing yang berjudul “Konsep Dasar Bencana” tepat
waktu.
Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat
demi peningkatan mutu pendidikan. Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan kepada kami. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang
membacanya.

Samarinda, 12 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................1

C. Tujuan .........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bencana......................................................................................3

B. Jenis-jenis Bencana......................................................................................4

C. Siklus Bencana ............................................................................................10

D. Prinsip Penanggulangan Bencana................................................................14

E. Pandangan tentang Bencana........................................................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................17

B. Saran.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana sebagai ciri khas yang dimiliki di sebagian besar wilayah
Indonesia. Keadaan Iklim, Geologi, Geomorfologi, Tanah, dan Hidrologi
menjadikan Indonesia sebagai Negara Rawan Bencana. Kondisi Sosial,
Ekonomi, Budaya, serta kondisi fisik Indonesia berpengaruh terhadap tingkat
risiko bencana. Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penaggulangan bencana, risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat (Emi,2009). Masyarakat diharapkan memiliki kapasitas yang
memadai untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana serta
tanggap dan sadar bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana.
Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan respons
terhadap bencana. Faktor yang berperan dalam kesiapsiagaan bencana adalah
Masyarakat dan pihak pengambil keputusan. Masyarakat memiliki
Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude), dan Perilaku (Behaviour) untuk
mengukur tingkat kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah bagian yang integral
dari pembangunan berkelanjutan. Jika pembangunan dilaksanakan dengan
baik, upaya kesiapsiagaan terhadap bencana akan lebih ringan tugasnya
(Kharisma, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bencana?
2. Apa Saja Jenis Jenis Bencana?
3. Apa saja Siklus terjadinya Bencana ?
4. Apa Saja Prinsip Penanggulangan Bencana ?

1
5. Bagaimana Pandangan tentang bencana ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas dan
memberikan gambaran tentang Konsep Dasar dari Bencana.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penuliasan makalah ini adalah sebagai syarat
terpenuhinya pembelajaran Disaster Nursing.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bencana
Bencana dalam terminologi bahasa inggris disebut dengan disaster,
berasal dari kata Latin yaitu dis dan astro/aster. Dis berarti buruk atau terasa
tidak nyaman, dan aster berarti bintang. Dengan demikian secara harfiah
disaster berarti menjauh dari lintasan bintang atau dapat diartikan “kejadian
yang disebabkan oleh konfigurasi astrologi (perbintangan) yang tidak
diinginkan”. Referensi lain mengartikannya sebagai “bencana terjadi akibat
posisi bintang dan planet yang tidak diinginkan” (Coppola, 2015) & (Etkin,
2016).
Bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Pendapat lain mengungkapkan bahwa perbedaan mendasar antara
sebuah kejadian dan bencana dapat dilihat dari kemampuan komunitas dalam
menanggulangi suatu kejadian.Suatu kejadian bisa dikatakan sebagai bencana
jika masyarakat terdampak tidak dapat menanggulangi kejadian tersebut
menggunakan sumber daya yang mereka miliki (Coppola, 2015).
Menurut Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
dalam WHO – ICN (2009) bencana adalah sebuah peristiwa, bencana yang
tiba-tiba serius mengganggu fungsi dari suatu komunitas atau masyarakat dan
menyebabkan manusia, material, dan kerugian ekonomi atau lingkungan yang
melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasinya dengan menggunakan
sumber dayanya sendiri. Meskipun sering disebabkan oleh alam, bencana
dapat pula berasal dari manusia.
Definisi bencana menurut UN-ISDR tahun 2004 menyebutkan bahwa
bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu

3
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui
kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumber daya mereka sendiri.

B. Jenis-jenis Bencana
a. Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, antara
lain:
1) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
2) Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
3) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
terror.
b. Menurut BNPB (2012), jenis-jenis bencana antara lain:
1) Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang
menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi
secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi karena energi
getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di
permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan
dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban
jiwa.
2) Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang
yang ditimbulkan oleh gangguan dari dasar laut. Gangguan
tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau
longsoran.

4
3) Letusan gunung berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas
vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Apapun jenis
produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa
bencana bagi kehidupan.
4) Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah
atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar
lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng tersebut.
5) Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air
dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah
banjir yang datang secara tiba-tiba.
6) Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh
dibawah kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian,
kegiatan ekonomi dan lingkungan.
7) Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan
angin 120 km/jam atau lebih. Angin topan disebabkan oleh
perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca.
8) Gelombang pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas
normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di
darat terutama daerah pinggir pantai.
9) Kegagalan teknologi adalah semua kejadian bencana yang
diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan
kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi atau industri.
10) Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau
bangunan dilanda api serta hasilnya menimbulkan kerugian.
11) Epidemi, wabah dan kejadian luar biasa merupakan ancaman yang
diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit
di suatu daerah tertentu.

5
c. Klasifikasi berdasarkan sifat bencana
Setiap bencana memiliki magnitude atau besaran dampak yang
disebabkannya. Berdasarkan karakteristik tersebut tidak semua
kejadian yang tidak diinginkan masuk dalam kategori bencana. Dalam
terminologi kebencanaan ada perbedaan antara event, disaster dan
catastrophe. Misalnya kebakaran sebuah rumah yang dapat ditangani
oleh petugas pemadam kebakaran, masuk dalam kategori event atau
kejadian, bukan disaster atau bencana (Coppola, 2015). Catastrophe
atau katastropik memiliki dampak yang lebih hebat dibanding
bencana. Menurut Quarantelli, sebuah peristiwa masuk dalam kategori
katastropik jika (Etkin, 2016):
a. Berdampak hebat terhadap hamper atau seluruh infrastruktur
masyarakat
b. Pemerintah setempat tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana
mestinya bahkan berlanjut hingga masa recovery (perbaikan pasca
bencana)
c. Kegiatan sehari-hari masyarakat terganggu hampir setiap hari
d. Komunitas masyarakat yang berdekatan tidak dapat memberikan
bantuan
Dilihat dari kemampuan pengelolaannya, bencana dapat terbagi
menjadi tiga yaitu (Coppola, 2015) :
1. Bencana local (local disaster), yaitu bencana yang dapat ditangani
oleh pemerintah local setempat seperti provinsi, kota. Jika tidak
dapat ditangani maka menjadi bancana nasional.
2. Bencana nasional (national disaster), yaitu bencana yang dapat
ditangani oleh pemerintah nasional/negara setempat. Sama seperti
bencana local, jika pemerintahan nasional tidak dapat menangani
maka naik menjadi bencana internasional.
3. Bencana internasional (international disaster), yaitu bencana yang
harus ditangani oleh lembaga internasional atau koalisi beberapa
negara yang membantu penanganan bencana.

6
Bencana dapat juga digolongkan menurut kecepatan kejadiannya
yaitu rapid disaster dan slow disaster (Etkin, 2016).
1. Rapid disaster
Kecepatan kejadian rapid disaster tentu lebih slow disaster.
Rapid disaster yaitu bencana yang terjadi secara tiba-tiba atau
sudden-onset disaster yang terjadi dengan sedikit atau tanpa
peringatan dini dan biasanya memiliki efek menghancurkan
selama berjam-jam atau berhari-hari. Contohnya antara lain
gempa bumi, tsunami, gunung berapi, longsor, badai tornado,
dan banjir. Kemampuan manusia dalam merespon dan
memberikan bantuan kepada korban pada bencana ini bisa
berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan, bahkan
pernah mencapai 1 tahun, seperti: bencana kekeringan,
kelaparan, salinisasi tanah, epidemic AIDS, dan erosi
(Coppola, 2015).
2. Slow disaster
Sementara slow onset disaster atau creeping disaster adalah
jenis bencana yang terjadi secara lambat bahkan tidak terlihat
gejalanya. Gejala bencana baru terlihat setelah terjadi
kerusakan dan penderitaan dalam jumlah yang proporsional
dan membutuhkan tindakan kegawatdaruratan yang massif.
Contohnya adalah kelaparan, kekeringan, tanah menjadi gurun
(desertification), epidemic penyakit.
Dilihat dari jumlah kejadiannya, ada yang hanya terjadi satu jenis
bencana (single disaster) dan terjadi lebih dari satu bencana
(compound disaster). Pada compound disaster atau complex disaster
kejadian bencana terjadi pada waktu dan tempat yang bersamaan yang
dapat memperbesar, memperburuk dan menambah kerusakan (S. W.
A. Gunn, 2013).

7
d. Klasifikasi berdasarkan penyebab bencana
Upaya mengklasifikasikan bencana (disaster taxonomy)
berdasarkan penyebab sudah pada tahun 1987 oleh Antony J. Taylor,
yang membagi bencana ke dalam tiga kategori yaitu natural disaster
(bencana karena alam), industrial disaster (bencana akibat
industrialisasi), dan humanistic disaster (bencana akibat perbuatan
manusia). Taksonomi bencana menurut penyebab tersebut
dideskripsikan pada tabel berikut (Taylor, 1987).
Berdasarkan penyebabnya bencana dapat dikategorikan menjadi
tiga yaitu bencana yang disebabkan oleh alam atau natural disaster),
bencana akibat teknologi atau technological-caused disaster dan
bencana akibat manusia atau human-caused disaster (Etkin, 2016).
a. Bencana alam (natural disaster)
Kejadian bencana alam diperkirakan akan terus meningkat
yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) variasi dari
siklus alam seperti solar maxima, gempa bumi dan aktivitas
vulkanik; (2) pemanasan global yang minimal dapat
meningkatkan aktivitas badai yang mematikan dan kekeringan
di beberapa wilayah; (3) Bertambahnya variasi jenis penyakit
dan penyakit akibat vector akibat pemanasan global; dan (4)
Perubahan musim, kondisi cuaca serta suhu dan kelembaban
ambient yang menyebabkan dampak buruk pada cadangan
makanan, produksi zat allergen dan isu kesehatan pada
manusia (Hogan & Burstein, 2007). Bencana alam (natural
disasters) dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu (Keim,
2015):
1. Bencana akibat kejadian biologis (biological disaster).
Bencana ini disebabkan oleh patogen bakteri atau virus
yang dapat berbentuk pandemic, wabah, atau epidemic
penyakit menular. Dalam Dictionary of Disaster Medicine
and Humanitarian Relief disebutkan bahwa bencana

8
biologis adalah bencana yang diakibatkan oleh
paparan/pajanan biomassa atau organisme hidup dalam
jumlah besar terhadap zat-zat beracun, bakteri atau radiasi
(S. W. A. Gunn, 2013).
2. Bencana akibat kejadian hidro-meteorologik (hydro-
meteorological disaster).
Bencana ini dapat disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi atau rendah. Yang sering terjadi adalah bencana
akibat curah hujan tinggi yaitu banjur dan badai. Bencana
badai meliputi badai siklon tropis, tornado, badai angin,
dan badai salju. Sedangkan bencana akibat curah hujan
rendah antara lain: kekeringan (kadang bersamaan dengan
badai debu), kebakaran yang tidak terkendali seperti di
hutan, dan gelombang panas.
3. Bencana akibat kejadian geofisika (geo-physical disaster).
Bencana ini disebabkan oleh energi yang dihasilkan dari
berbagai kejadian geofisika. Bencana ini terbagi menjadi
tiga yaitu (1) bencana karena energi seismic seperti gempa
bumi dan tsunami; (2) bencana karena energi vulkanik
seperti erupsi gunung berapi dan aliran larva gunung; dan
(3) bencana karena energy gravitasi seperti longsor
(longsoran puing, longsor lumpur, longsoran lahar
vulkanik, dan longsoran salju.

b. Bencana akibat industri


Bencana akibat industri atau industrial-induced disaster
merupakan bencana yang terjadi karena proses atau kegiatan
industri termasuk dalam penciptaan, uji coba, penerapan, atau
kegagalan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan teknologi menghasilkan hazard (bahaya)
industri seperti limbah dan radiasi industri serta bencana

9
kimia. Berton-ton material berbahaya dibawa ke pemukiman
padat setiap hari, dimana setiap ton material memiliki potensi
bahaya yang mematikan (Hogan & Burstein, 2007). Contoh
bencana teknologi adalah ujicoba nuklir di Bikini Atoll
kepulauan Masrshall tahun 1946, dan di Three Mile Island
Pennsylvania tahun 1976, dan di Chernobyl Ukraina tahun
1986 (A. M. Gunn, 2008).

c. Bencana akibat manusia


Bencana akibat manusia disebut juga manmade disaster atau
natural-induced disaster. (Beach, 2010). Bencana ini
merupakan hasil dari kesalahan yang dibuat manusia atau niat
jahat dan kejadian apapun yang ketika itu terjadi ditinggalkan
oleh pelakunya dengan anggapan bahwa ketika bencana
terjadi lagi masyarakat dapat mencegahnya.
Terdapat batasan yang tidak jelas antara bencana akibat
manusia dengan bencana alam dan bencana teknologi.
Sebagai contoh bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki tahun
1945. Peristiwa ini bisa dikategorikan dalam bencana akibat
konflik sosial (Perang Dunia ke-II) dan akibat penerapan
teknologi yang tidak tepat.

C. Siklus Bencana
Siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra bencana,
fase bencana dan fase pasca bencana. Fase pra bencana adalah masa sebelum
terjadi bencana. Fase bencana adalah waktu/saat bencana terjadi. Fase pasca
bencana adalah tahapan setelah terjadi bencana. Semua fase ini saling
mempengaruhi dan berjalan terus sepanjang masa.
Penanganan bencana bukan hanya dimulai setelah terjadi bencana.
Kegiatan sebelum terjadi bencana (pra-bencana) berupa kegiatan pencegahan,

10
mitigasi (pengurangan dampak), dan kesiapsiagaan merupakan hal yang
sangat penting untuk mengurangi dampak bencana. Saat terjadinya bencana
diadakan tanggap darurat dan setelah terjadi bencana (pasca-bencana)
dilakukan usaha rehabilitasi dan rekonstruksi.Berikut rincian tentang kegiatan
penanggulangan bencana sesuai siklus bencana.

1. Pra Bencana
a. Pencegahan
Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk
menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari
ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan
lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab
ancaman dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan
menyebarkan energi atau material ke wilayah yang lebih luas atau
melalui waktu yang lebih panjang (Smith, 1992). Cuny (1983)
menyatakan bahwa pencegahan bencana pada masa lalu cenderung
didorong oleh kepercayaan diri yang berlebihan pada ilmu dan
teknologi pada tahun enam puluhan; dan oleh karenanya cenderung
menuntut ketersediaan modal dan teknologi. Pendekatan ini semakin
berkurang peminatnya dan kalaupun masih dilakukan, maka kegiatan
pencegahan ini diserap pada kegiatan pembangunan pada arus utama.

b. Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian
pada pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian
mengurangi kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkah-
langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian
dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini
bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi

11
tekanan, mengatur dan menyebarkan energi atau material ke wilayah
yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang (Smith, 1992).
Kejadian bencana terhadap kehidupan dengan cara-cara alternatif yang
lebih dapat diterima secara ekologi (Carter, 1991). Kegiatan-kegiatan
mitigasi termasuk tindakantindakan non-rekayasa seperti upaya-upaya
peraturan dan pengaturan, pemberian sangsi dan penghargaan untuk
mendorong perilaku yang lebih tepat, dan upaya-upaya penyuluhan
dan penyediaan informasi untuk memungkinkan orang mengambil
keputusan yang berkesadaran. Upaya-upaya rekayasa termasuk
pananaman modal untuk bangunan struktur tahan ancaman bencana
dan/atau perbaikan struktur yang sudah ada supaya lebih tahan
ancaman bencana (Smith, 1992).
c. Kesiapsiagaan
Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang
baik dengan memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir
kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun
perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta
perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana. Tindakan terhadap
bencana menurut PBB ada 9 kerangka, yaitu 1. pengkajian terhadap
kerentanan, 2. membuat perencanaan (pencegahan bencana), 3.
pengorganisasian, 4. sistem informasi, 5. pengumpulan sumber daya,
6. sistem alarm, 7. mekanisme tindakan, 8. pendidikan dan pelatihan
penduduk, 9. gladi resik.
2. Saat Bencana
Saat bencana disebut juga sebagai tanggap darurat. Fase tanggap
darurat atau tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat
yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Aktivitas yang
dilakukan secara kongkret yaitu: 1. instruksi pengungsian, 2. pencarian
dan penyelamatan korban, 3. menjamin keamanan di lokasi bencana, 4.
pengkajian terhadap kerugian akibat bencana, 5. pembagian dan
penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat, 6. pengiriman dan

12
penyerahan barang material, dan 7. menyediakan tempat pengungsian, dan
lain-lain. Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit
lagi dengan membaginya menjadi “Fase Akut” dan “Fase Sub Akut”.
Dalam Fase Akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut “fase
penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis darurat”. Pada fase ini
dilakukan penyelamatan dan pertolongan serta tindakan medis darurat
terhadap orang-orang yang terluka akibat bencana. Kira-kira satu minggu
sejak terjadinya bencana disebut dengan “Fase Akut”. Dalam fase ini,
selain tindakan “penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis darurat”,
dilakukan juga perawatan terhadap orang-orang yang terluka pada saat
mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan tindakan-tindakan terhadap
munculnya permasalahan kesehatan selama dalam pengungsian.
3. Setelah Bencana
a. Fase Pemulihan
Fase Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai
kapan, tetapi fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat
dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti
sedia kala (sebelum terjadi bencana). Orang-orang melakukan
perbaikan darurat tempat tinggalnya, pindah ke rumah sementara,
mulai masuk sekolah ataupun bekerja kembali sambil memulihkan
lingkungan tempat tinggalnya. Kemudian mulai dilakukan rehabilitasi
lifeline dan aktivitas untuk membuka kembali usahanya. Institusi
pemerintah juga mulai memberikan kembali pelayanan secara normal
serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil terus
memberikan bantuan kepada para korban. Fase ini bagaimanapun juga
hanya merupakan fase pemulihan dan tidak sampai mengembalikan
fungsi-fungsi normal seperti sebelum bencana terjadi. Dengan kata
lain, fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi
tenang.
b. Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi

13
Jangka waktu Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi juga tidak dapat
ditentukan, namun ini merupakan fase dimana individu atau
masyarakat berusaha mengembalikan fungsi-fungsinya seperti sebelum
bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas.
Tetapi, seseorang atau masyarakat tidak dapat kembali pada keadaan
yang sama seperti sebelum mengalami bencana, sehingga dengan
menggunakan pengalamannya tersebut diharapkan kehidupan individu
serta keadaan komunitas pun dapat dikembangkan secara progresif.

D. Prinsip Penanggulangan Bencana


Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana Nasional berdasarkan UU No.
24 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:
1. Cepat dan Akurat – Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat”
adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara
cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
2. Prioritas – Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa
apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas
dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
3. Koordinasi – Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa
penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling
mendukung.
4. Keterpaduan – Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah
bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara
terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling
mendukung.
5. Berdaya Guna – Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah
bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
6. Berhasil Guna – Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah
bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya

14
dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu,
tenaga, dan biaya yang berlebihan.
7. Transparansi - Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah
bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan.
8. Akuntabilitas – Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah
bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
9. Kemitraan - Cukup jelas.
10. Pemberdayaan – Cukup jelas.
11. Nondiskriminasi – Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi”
adalah bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan
aliran politik apa pun.
12. Nonproletisi – Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa
dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat
bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat
bencana.

E. Pandangan tentang Bencana


1. Konvensional
o Bencana merupakan 'perbuatan Tuhan' atau kekuatan alam yang sama
sekali di luar kendali manusia
o Manusia bersikap pasrah dan menerima bencana sebagai bagian dari
kehidupan
o Bencana datang berulang- ulang tanpa tindakan yang berarti untuk
mencegah atau mengurangi kerusakannya
2. Ilmu Pengetahuan Alam
o Bencana merupakan gejala alam yang menyebabkan kerusakan
o Faktor manusia tidak diperhitungkan sebagai penyebab bencana

15
o Karena bisa diamati, maka bencana dapat diprediksi
o Manusia melakukan upaya-upaua kesiagaan, dan tingkat kerusakan
bencana dapat dikurangi
3. Ilmu pengetahuan Terapan
o Pandangan ini menekankan kurangnya infrastruktur dan prasarana yang
memadai sebagai penyebab bencana
o Faktor manusia sudah di perhitungkan namun lebih pada aspek
perangkat keras
o Dampak bencana dapat dihindari dengan membangun infrastruktur dan
bangunan yang mengurangi dampak kerusakan dari bencana
4. Ilmu sosial
o Bencana disebabkan oleh ketidakmampuan manusia dalam melakukan
kesiapsiagaan dan merespon terhadap ancaman alam
o Kerentanan masyarakat,baik sosial,ekonomi,dan politik,menjadi kunci
bagi besar kecilnya bencana
o Penguatan masyarakat dilakukan,sehingga dampak bencana bisa
dikurangi
5. Holistik
o Bencana sebagai fenomena yang kompleks
o Manusia siapapun mereka dapat berperan aktif baik dalam 'menciptakan
bencana' maupun mencegah bencana/mengurangi dampak bencana
o Kegiatan penanggulangan bencana dilakukan sebelum,saat, dan setelah
bencana
o Ketiga komponen diatas mensyaratkan keterlibatan barbagai pemangku
kepentingan dalam penanggulangan bencana (baik ahli ilmu alam,
terapan,politik, ekonomi)

Ancaman Kesehatan Masyarakat Terkait dengan Bencana

16
Memahami ancaman kesehatan masyarakat umum sangat penting dalam
mempersiapkan diri menghadapi bencana dan meningkatkan ketahanan
masyarakat.
 Bencana dapat berupa alam (misalnya gempa bumi,
tanah longsor, banjir, angin topan, kebakaran hutan) atau
teknologi (misalnya, buatan manusia) (misalnya,
penembakan massal, bioterorisme).
 Bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim
merupakan kombinasi dari dua jenis kasus di mana
tindakan buatan manusia memiliki konsekuensi jangka
panjang melalui bencana alam.
Setelah bencana, masalah kesehatan masyarakat yang mendesak termasuk akses
ke air dan sanitasi. Kekhawatiran lainnya termasuk keselamatan dan keamanan,
kemungkinan wabah penyakit menular, masalah kesehatan mental, dan
peningkatan risiko perdagangan manusia. Wabah penyakit sering terjadi karena
kurangnya air minum dan terganggunya sistem pembuangan limbah. Stres mental
dan gangguan mental, seperti gangguan stres akut dan gangguan kecemasan, harus
dikenali dan diatasi. Kekacauan demi bencana dapat membebani penegakan
hukum, meningkatkan risiko kekerasan dan perdagangan manusia bagi populasi
yang rentan. Bencana dapat berdampak buruk pada infrastruktur perawatan
kesehatan, meningkatkan kebutuhan akan layanan kamar jenazah dan kamar
mayat, dan meningkatkan tuntutan pada sistem perawatan kesehatan.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Sehingga peran perawat dalam melakukan pemulihan terhadap
keadaan korban sangat penting, dan melakukan rehabilitasi walaupun tidak
bisa melakukan pemulihan seperti semula.

B. Saran
Penyusun tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Tentunya penyusun akan
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nanti. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun tentang makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Affeltrnger, B., Alcedo, Amman, W.J., Arnold, M., 2006. Living with Risk, “A
Global Review of Disaster Reduction Initiatives”. Buku terjemahan oleh
MPBI (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia), Jakarta.
BNPB (2010). Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya
Mitigasinya di Indonesia, BNPB, Jakarta.
Heryana, Ade (Jan 2020). Pengertian dan Jenis Bencana. ResearchGate.net.
Diakses tanggal 12 Januari 2021 dari
https://www.researchgate.net/publication/338537206_Pengertian_dan_Jenis
_Bencana
UN - ISDR, 2004. Living with Risk “A Hundred Positive Examples of How
People are Making The World Safer”, United Nation Publication, Geneva,
Switzerland.
UU No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
WHO – ICN, 2009. ICN Framework of Disaster Nursing Competencies, WHO
and ICN, Geneva, Switzerland.
Richard Randolph dkk.FP Essent.2019 Des

19

Anda mungkin juga menyukai