Anda di halaman 1dari 2

ASAL USUL DESA WATUGALUH1

Watugaluh adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Diwek, kabupaten
Jombang. Desa Watugaluh mempunyai beberapa dusun diantaranya adalah dusun Watugaluh,
dusun Gendong, dusun Nanggalan, dan dusun Jasem. Mayoritas masyarakat desa Watugaluh
bekerja sebagai petani. Bertani merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh masyarakat
Watugaluh dikarenakan wilayah Watugaluh mempunyai pematang sawah yang masih cukup
luas untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Lingkungan yang sejuk dan asri dan sejauh
mata memandang, akan terlihat pematang sawah dan kebun yang membuat indah
pemandangan. Masyarakat yang ramah dan suka bergotong-royong, menambah perasaan
nyaman kala menginjakkan kaki di tanah Watugaluh.
Diceritakan bahwa dulu di daerah Ponorogo, hiduplah seorang anak laki-laki yang
bernama Qosim. Qosim adalah anak dari keturunan Raja Brawijaya V. Qosim dikenal sebagai
anak yang rajin dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Setiap orang tuanya membutuhkan
bantuan, Qosim dengan ikhlas untuk membantu meringankan pekerjaan orang tuanya. Hari
demi hari berlalu, Qosim yang sudah dewasa, tetap ringan tangan kepada orang tuanya.
Ketika Qosim sedang membantu abahnya, abahnya meminta Qosim untuk nagji, permintaan
yang sama saat Qosim masih remaja “Qosim, apakah engkau mau untuk mengaji?“ ucap
abahnya Qosim kepada Qosim. Dengan santai, Qosim menjawab, “Tidak abah. Qosim tidak
mau ngaji”, jawab Qosim. Abahnya yang sudah naik pitam karena Qosim yang sedari dulu
tidak mau ngaji, langsung berkata, “Kalau kamu tidak mau ngaji, lebih baik kamu pergi dari
sini!” ucap Abahnya Qosim dengan nada tinggi. Kemudian Qosim pergi meninggalkan
keluarganya dengan membawa bekal seadanya.
Qosim tidak tahu harus pergi ke mana. Qosim hanya mengikuti langkah kakinya yang
entah membawanya ke mana. Hingga di tengah perjalanan, Qosim bertemu dengan seorang
pemuda yang bernama Asy’ari. Setelah berbincang-bincang, keduanya sepakat untuk mencari
guru yang dapat mengajarkan mereka ilmu. Dalam perjalanan, mereka bertemu Kyai Usman,
seorang Kyai dari Gedang2 dan meminta beliau untuk mengangkat mereka menjadi santrinya.
Kyai Usman menyanggupi permintaan mereka dan mereka resmi menjadi santri Kyai Usman.
Banyak ilmu yang Kyai Usman ajarkan kepada Qosim dan Asy’ari. Suatu ketika, Kyai
Usman mendengar kabar sayembara yang dilakukan oleh Petinggi di zaman itu. Inti dari
sayembara tersebut adalah untuk mengamankan beberapa daerah, diantaranya adalah Gresik,
Sidoarjo, dan Surabaya. Siapa saja yang berhasil mengamanan ketiga daerah tersebut akan
1 Penulis intierview dari Suwarsono. Umur 54 tahun. Seorang Pengangguran yang berstatus sebagai masyarakat desa Watugaluh.

2 Gedang adalah dusun yang terletak di desa Tambak beras. Diceritakan narasumber bahwa dulu masih belum ada desa Tambak beras, yang
ada masih dusun Gedang.
mendapatkan hadiah dari Petinggi. Menurut cerita, ketiga daerah tersebut terkenal dengan
para perampok dan makhluk-makhluk halus yang sering meresahkan masyarakat. Untuk itu,
Petiggi di zaman itu berniat memberikan rasa aman kepada masyarakat dengan menumpas
segala kerusuhan di tiga wilayah tersebut. Kyai Usman memberikan sayembara yang sama
kepada santri-santrinya tak terkecuali Qosim dan Asy’ari. Kemudian Qosim pergi dan
berusaha untuk memenuhi apa yang dikatakan gurunya tersebut. Ketika Qosim sampai di
perbatasan Gresik dengan Sidoarjo dan perbatasan Sidoarjo dengan Surabaya, Qosim
menyiapkan alat-alat perang diantaranya tombak, keris dan lain sebagainya dan menyiapkan
seribu obor yang ditata melingkar. Qosim berada di tengah-tengah lingkaran obor dan
membawa alat-alat perang dan mengatakan, “Wahai makhuk yang diciptakan Gusti Pengeran,
siapa saja yang berani menantangku maka detik ini juga dia akan berhadapan denganku.” Tak
disangka, para perampok dan makhluk-makhluk halus meminta ampun kepada Qosim karena
mereka tahu jika mereka bertempur dengan Qosim maka mereka akan kalah karena ilmu
Qosim berada di atas mereka. Akhirnya Qosim mengalahkan mereka dengan tanpa
pertempuran atau bisa disebut menang tanpa perang.
Setelah Qosim kembali ke Kediaman Kyai Usman dan menceritakan kejadian yang
telah dialaminya, Kyai Usman meminta Qosim untuk pergi ke Petinggi dan mengambil apa
yang telah menjadi haknya. Qosim mendapatkan tanah dari Petinggi yang masih berupa
hutan. Dengan seizin Kyai Usman, Qosim pergi ke tanah tersebut untuk membersihkannya.
Qosim membersihkan tanah tersebut, mulai dari semak belukar, pepohonan liar dan makhluk-
makhluk yang ada di dalamnya. Di tengah-tengah proses pembersihan, Qosim menemukan
batu hitam yang mengilat, panjang, diameter dan tingginya sama yakni satu sentimeter. Ketika
diletakkan di sebuah tempat, batu tersebut dapat berpindah ke tempat yang lain dan begitu
seterusnya. Qosim belum pernah melihat batu seperti itu selama hidupnya, hitam mengilat dan
dapat berpindah. Melihat semua itu, terbesit dalam pikiran Qosim untuk menamai tanah
tersebut dengan nama Watugaluh (watu yang berarti batu dan galuh yang berarti galih, inti
kayu yang mengilap). Hingga saat ini, masyarakat Watugaluh mempercayai keberadaan batu
tersebut yang sekarang berada di bawah tempat imam di Masjid Al-Qosimy Watugaluh Diwek
Jombang. Itulah asal mula penamaan desa Watugaluh

Anda mungkin juga menyukai