Anda di halaman 1dari 72

PENGANTAR PENERJEMAH

Edit : Pujo Prayitno


Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah swt. yang telah
menganugrahkan saya kekuatan merampungkan buku yang berjudul “ISLAM MENGUNGKAP
RAHAISA HARI-HARI” ini sebagai terjemahan dari “SAB’IYYAT FI MAWA’IZHIL BARRIYAT.”
Suatu literatur kuno yang selama ini lebih banyak dikenal oleh para Santri di Pondok-pondok
Pesantren.
Kitab Kuning yang nyaris terkubur dalam timbunan zaman, ini sengaja saya angkat
kembali agar dikenal lebih luas oleh ummat Islam Indinesia, terutama mereka yang bukan
kalangan santri, dan khususnya para generasi muda. Kendatipun barangkali kisah atau
peristiwa yang dipaparkan di dalamnya, tidak semuanya didukung oleh ayat-ayat Al-Qkur’an
atau As-Sunnah, namun buku ini nyata-nyata akan jauh lebih bermutu dan lebih patut untuk
dibaca oleh mereka, terutama oleh para remaja taruna yang lebih suka membaca bacaan yang
kurang bermanfaat.
Moga-moga ia akan menambah kepustakaan Islam di bumi tercinta Indonesia ini.
Akhirnya, tegur sapa juga saya harapkan dari sidang pembaca demi peningkatan mutu.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai amal baik kita. Amiin ya Rabbal-‘alamin.

Pulomurub, Bekasi : 14 Juli 1985M/25 Syawal 1405 H.

Nabhan Idris

ISI BUKU
Edit : Pujo Prayitno
PENGANTAR PENERJEMAH
BAB : I
TENTANG HARI SABTU
Tipu Daya Kaum Nabi Nuh
Tipu Daya Kaum Nabi Saleh
Tipu Daya Saudara-Saudara Nabi Yusuf
Penghianatan Kaum Nabi Musa
Tipu Daya Kaum Nabi Isa
Tipu Daya Tokoh-tokoh Wuraisyi di Darun Nadwah
Tipu Daya Bani Israil Terhadap Larangan Allah
Kisah Tentang Uthbah al-Ghulam

BAB : II
TENTANG HARI AHAD
Allah Menciptakan Alam Falak yang selalu berputar
Allah menciptakan Bintang-Bintang yang Senantiasa beredar
Allah Menciptakan Neraka yang Memiliki Tujuh Lapis Pintu
Allah Menciptakan Laut dan Samudra-samudra
Allah Menciptkan Tujuh Anggota Badan Manusia
Penciptaan Tujuh Rangkain Hari

BAB : III
TENTANG HARI SENIN
Kenaikan Nabi Idris a.s. ke Langit
Kenaikan Musa a.s. ke Bukit Thursina
Turunnya Ayat Tentang Ke-Esaan Allah pada Hari Senin
Kelahiran Rasulullah
Malaikat Jibril Turun Pertama Kali Kepada Rasulullah
Pemaparan Amal-amal Kaum Mukminin Kepada Rasulullah saw.
Wafatnya Rasulullah

BAB : IV
TENTANG HARI SELASA
Terbunuhnya Nabi Jirjis
Terbunuhnya Nabi Yahya a.s.
Terbunuhnya Nabi Zakariya
Terbunuhnya Para Ahli Sihir Fir’aun
Terbunuhnya Asiah binti Muzahim Istri Fir’aun
Terbunuhnya Seorang Bani Israil
Terbunuhnya Habil

BAB : V
TENTANG HARI RABU
Iwaj bin Aniq Binasa
Qarun Ditelan Bumi
Tenggelamnya Fir’aun dan Tentaranya
Kematian Namrud bin Kan’an
Kebinasaan Kaum Nabi Saleh
Kebinasaan Syaddad bin Adi
Kebinasaan Kaum ‘Ad

BAB : VI
TENTANG HARI KAMIS
Nabi Ibrahm Menghrap Raja Mesir
Keluarnya Pelayan Minum Raja Dari Penjara
Saudara-saudara Yusuf menghadap Yusuf
Bunyamin Masuk dan Bertemu Yusuf
Nabi Ya’kub Datang ke Mesir dan Berjumpa Yusuf
Nabi Musa Kembali ke Negeri Mesir
Nabi Muhammad masuk ke Kota Makkah

BAB : VII
Pernikahan Nabi Adam dengan Ibu Hawa
Pernikahan Nabi Yusuf dengan Permaisuri Zulaikha
Pernikahan Nabi Musa dengan Puteri Syafura
Pernikahan Rasulullah saw. dengan Ummul Mukminin Khadijah
Pernikahan Imam Ali dengan Fatimah, puteri Rasulullah

MUKADIMAH
Edit : Pujo Prayitno
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala Puji bagi Allah, Maha Suci dari sekutu dan sahabat, Yang tak beristri dan tak
beranak, dan tak pula beranak kerabat.
Dia-lah yang menciptakan tujuh langit dan bumi. Pencipta manusia dari tanah dan
mengembang-biakannya dari air mani yang amat hina. Betapa Maha Kuasa Tuhan alam
semesta, sebaik-baik pencipta segala kejadian dan peristiwa.
Saya bersaksi, Tiada Tuhan selain Allah, yang menunjuki kita ke jalan Islam, dan bahwa
Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul pilihan-Nya. Semoga Ia senantiasa mencurahkan
salam sejahtera kepadanya sepanjang rangkaian hari dan kurun.
Kemudian, berkatalah Asy-Syeikh Abu Nashr Muhammad Ibnu Abdurrahman al-
Hamddani (Semoga Allah merahmatinya) : “Ketahuilah bahwa Allah swt. Mahakuasa, yang
tiada terhingga karunianya, yang telah menghiasi tujuh makhluk-Nya dengan tujuh macam
hiasan. Yang demikian itu sebagai suatu tambahan ilmu bagi bani insan, bahwa di Mata Tuhan,
di balik bilangan tujuh terselip perkara agung yang sarat dengan hikmah penuh rahasia.
Pertama, Allah menghiasi cakrawala raya dengan tujuh lapis langit yang ditaburi bintang
gemintang.
“Dan kami bina di atas kalian tujuh langit yang kukuh.” (Qs. 78:12).
“.... dan Kami hias langit itu bagi orang yang memandangnya.” (Qs. 15:15).
Kedua, Allah menghias halaman luas dunia dengan tujuh aneka bumi yang dilengkapi
dengan tujuh ragam lautan.
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan bumi sepertinya pula.” (Qs. 65:12).
“.... dan laut, ditambahkan kepadanya tujuh buah lautan.” (Qs. 31:27).
Ketiga : Allah menciptakan tujuh tingkat neraka : Jahanam; Sa’ir, Saqar; Jahiem;
Huthamag; Ladza dan Hawiyah, dilengkapi dengan tujuh pintu masuk.
“..... baginya tujuh pintu. Bagi setiap pintu tujuh bagian tertentu.” (Qs. 15:44).
Keempat, Allah menghiasi Al-Qur’an dengan tujuh asba’ (sepertujuan), yang dipercantik
dengan tujuh ayat Surat al-Fatihah.
“Dan sesungguhnya telah Kami datangkan kepadamu untuk ayat yang dibaca berulang-
ulang dan al-Qur’an yang mulia.” (Qs. 15:87).
Kelima, Allah melengkapi kejadian manusia, dengan tujuh anggota badan yang paling
banyak bergerak dalam ibadah; dua tangan untuk menadah dalam berdoa; sepasang kaki
untuk berkhidmat dalam berlutut; dan lutut untuk bersimpuh tunduk; dan wajah untuk bersujud
bertaqarrub.
“...... dan sujud dan mendekatlah (dirimu kepada Allah).” (Qs. 96:19).
Keenam, Allah membagi tujuh tahap masa usia manusia :
1.    Masa menyusui (radhi).
2.    Masa disapih dari menyusu (fathim)
3.    Masa kanak-kanak (shabi)
4.    Masa pancaroba (ghulam)
5.    Masa muda atau remaja (syab)
6.    Masa tua (kahl), dan
7.    Masa tua renta kakek – nenek (Syeikh), yang dipercantik dengan tujuh kata : La ilaha illa
Allah, Muhammad Rasul Allah.
“...... dan Allah mewajibkan kepada mereka (orang-orang mukmin) kalimat takwa (kalimat
tauhid), dan mereka berhak dan patutu memilikinya......” (Qs. 48:26).
Ketujuh, Allah melengkapi alam dunia dengan tujuh rangkaian hari : Sabtu, Ahad, Senin,
Selasa, Rabu, Kamis dan Jum’at. Dengan tujuh hari inilah, Allah kemudian mengisitimewakan
tujuh orang nabi-Nya :
1.        Allah mengisitmewakan Nabi Musa a.s. dengan hari Sabtu;
2.        Allah mengisitmewakan Nabi Isa, a.s. dengna hari Ahad.
3.        Allah mengisitmewakan Nabi Daud, a.s. dengan hari Senin.
4.        Allah mengisitmewakan Nabi Sulaiman a.s. dengan hari Selasa.
5.        Allah mengisitmewakan Nabi Ya’qub a.s. dengan hari Rabu.
6.        Allah mengisitmewakan Nabi Adam a.s. dengan hari Kamis.
7.        Allah mengisitmewakan Nabi Muhammad saw. dan ummatnya dengan hari Jum’at.
Maka tatkala kurenungi perkara ini, mekarlah hasratku untuk mengarang kitab yang
kuberi nama “KITABUS-SAB’IYYAT FI MAWA’IZHIL BARRIYAT”, berisikan tujuh bab yang
akan menyingkap makna dan rahasia yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa di balik tujuh
rangkaian hari itu (dalam rangka memberikan pitutur dan nasihat kepada ummat), dan sebagai
tambahan pelajaran bagi mereka yang dahaga ilmu, dan sebagai peringatan untuk memetik
hikmahnya.
Akhirnya, aku memohon kepada Allah Ta’ala akan taufik hidayah-Nya demi selesainya
kitab ini. Semoga Allah swt. mengilhamiku sesuatu untuk dapat menyempurnakannya. Dia-lah
zat yang sebaik-baik diminta, dan dari-Nya-lah terpancar segala kekuatan dan daya.

BAB I.
TENTANG HARI SABTU
Edit : Pujo Prayitno
“Dan tanyakanlah kepada mereka (Bani Israil) tentang negeri (Eylah) yang didekat laut
ketika mereka melanggar anturan pada hari Sabtu.......” (Qs. 7:163).
Dari Muslim bin Abdillah, dari Sa’id bin Jubair, dari Anas bin Malik (semoga Allah
meridhai mereka), diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya tentang hari yang tujuh,
beliau menjawab : “Hari sabtu adalah hari makar dan tipu daya.”
“Mengapa demikian, ya Rasulullah...?”
“Karena pada hari Sabtu, kaum Quraisy membuat tipu daya di Darun-Nadwah.”
“..... dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir menipumu .....1” (Qs. 8:30).
Bahwa Rasulullah saw. pemimpin dunia dan akhirat, menamakan hari Sabru sebagai hari
tipu daya, lantaran pada hari itu tujuh golongan ummat manusia pernah membuat makar
kepada tujuh tokoh mereka, masing-masing :

1.        Tipu daya kaum Nabi Nuh a.s. terhadap Nabi Nuh a.s. “........ dan mereka telah membuat
tipu daya yang besar.” (Qs. 71:22). Akhirnya mereka dilanda banjir dan bencana alam.
“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit, dengan air deras mengalir.” (Qs. 54:11).
2.        Ummat Nabi Saleh a.s. telah membuat makar terhadap Nabi Saleh a.s. “ Dan mereka
membuat makar dengan sesungguhnya, dan Kami balas tipu daya mereka, sedang
mereka tak menyadari.” (Akhirnya mereka binasa). “Sesungguhnya telah kami musnahkan
mereka dan pengikut mereka semua.” (Qs. 27:50).
3.        Tipu daya saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. terhadap Nabi Yusuf, a.s. “Maka mereka
menipu dengan sebuah tipuan.” (Qs. 12:5). Mereka berusaha mencelakakan Yusuf a.s.
karena iri dan dengki setelah mengetahui impiannya, namun akibatnya mereka menerima
cercaan dan cela. “Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan
terhadap Yusuf.......?” (Qs. 12:89).
4.        Pengikut Nabi Musa a.s. telah berkhianat kepada Nabi Musa a.s. “Maka himpunlah segala
daya (sihir) kalian, kemudian datanglah dengan berbaris-baris.” (Qs.20:63). Akhirnya
mereka ditimpa kenestapaan dan hina dina. “...... dan jadilah mereka orang-orang yang
hina.” (Qs.7:119).
5.        Makar kaum Nabi Isa a.s. “Dan orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah
membalasnya. Dan Dia sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Qs. 3:54).
6.        Makar pembesar Quraisy terhadap Rasulullah saw. “.........Dan (ingatlah) saat mereka
(orang-orang kafir) melakukan tipu daya terhadapmu.” (Qs. 8:30). Akibatnya mereka
tertimpa azab siksa. “Dan sesungguhnya Kami meresakan kepada mereka siksa yang
dekat ( di dunia) sebelum azab yang lebih besar.” (Qs. 32:21).
7.        Tipu muslihat keji Kaum Bani Israil terhadap larangan Allah, pada hari Sabtu. “Dan
tanyakanlah kepada mereka (Bani Israil) tentang negeri (Eylah) yang terletak di dekat laut
ketika mereka melanggar aturan pada hari sabtu ........” (Qs. 7:163). Akhirnya mereka
dikutuk oleh Allah dengan disulap menjadi kera. “.........atau Kami kutuk mereka
sebagaimana Kami mengutuk Ashabus Sabti, yang berbuat maksiat pada hari Sabtu.” (Qs.
4:47).
8.        Kisah tentang Uthbah al-Ghulam.

1.       TIPU DAYA KAUM NABI NUH


Edit : Pujo Prayitno
Mereka berupaya membinasakannya. Namun mereka gagal, bahkan Allah terlebih
dahulu menyapu bersih mereka semua dengan banjir besar.
“.....maka Kami selamatkan dia (Nuh a.s.) dan pengikutnya (yang beriman) di atas biduk
yang sarat dengan muatan.” (Qs. 26:119).
Dalam kisah ini, terdapat isyarat seakan-akan Allah berfirman : “Abdi-Ku, jika kau ingin
selamat dari cengkeraman kuku setan, dan tidak tergelincir ke lembah kemaksiatan, maka
pandanglah ciptaan-Ku sebagai bukti kebenaran-Ku. Lewat telingamu kau peroleh ilmu dan
hikmah. Dengan lisanmu kau ikrarkan tauhid dan syahadat. Dengan kedua kakimu, melangkah
menuju shalat. Dan dengan segenap anggota badanmu, kau beribadah dan berlaku taat.
Sedang dari lubuk kalbumu hendaklah kau tumpahkan segala penyesalan dan taubat. Niscaya
engkau ‘kan lepas dari penjara kerugian dan derita. Engkau juga akan Ku-muliakan denegan
tempat penuh damai dan selamat.”
Renungkanlah ayat ini : “...... dan mereka telah membuat tipu daya yang besr.” (Qs.
71:22). Mereka hendak menipu dan mengusir Nuh a.s., namun apa yang terjadi?” Ternyata
Allah terlebih dahulu membalas kebiadaban mereka, bahkan mencampakkan mereka dari
persada bumi.
“...... maka Kami deraikan hujan sangat deras melalui pintu pintu langit. Dan dari Bumi,
mataair pun Kami pancarkan.......” (Qs. 54:11-12).
Peristiwa tersebut mengingatkan kita kepada kejadian yang lebih dahsyat pada hari
kiamat, saat Allah berseru : “Wahai Israfil, tiuplah sangkakala! Bangkitkanlah ahli kubur hari
ini.....! Pada hari itu langit terbelah, bintang-bintang rontok pecah, matahari hancur, dan
gunung-gunung berhamburan.
“Apabila matahari hancur, apabila bintang-bintang berhanburan......, apabila gunung-
gunung bertaburan......” (Qs. 81:1-3).
Sebelum banjir besar itu melanda, Jibril a.s. datang mengajari Nabi Nuh a.s. cara
memahat kayu, dan menitahkan untuk membuat perahu. “Dan buatlah perahu dengan
pengawasan dan wahyu-Ku, dan janganlah kamu bicarakan dengan-Ku orang-orang zalim itu.”
(Qs. 11-37).
Nuh a.s. bertanya : “Wahai Jibril, bagaimana cara membuat perahu?” Aku tak bisa.”
“Pahatlah 124.000 lembar papan, yang bertuliskan nama-nama para Nabi.” Jawab Jibril.
“Tapi aku tidak tahu nama-nama itu......” ujar Nuh.
Maka turunlah wahyu : “Hai Nuh! Engkau memahat kayu itu, sedang Aku yang
mengukirkan nama-namanya.” Lalu mulailah Nuh memahat papan-papan itu satu persatu.
Setiap selesai satu papan, terukirlah nama seorang Nabi Adam a.s. papan pertama, Syits a.s.
di papan kedua, Idris a.s. di papan ketiga, dan seterusnya, hingga Nabi Muhammad saw.
penutup sekalian Nabi.
Selesai Nuh a.s. memahat papan-papan tersebut, ia diperintah oleh Allah membuat paku
yang berukir nama Nabi.
Di kala membuat perahu itulah kaumnya yang kafir berlalulalang memperolok-olokkan
dan menghina.
“Dan mulailah Nuh membuat perahu. Dan setiap kali pembesar kaumnya berjalan
melewati Nuh, mereka mengejeknya.......” (Qs. 11:38).
Mnurut sumber lain, pada saat Nabi Nuh a.s. memerlukan empat lembar papan lagi,
datanglah Malaiakat Jibril a.s. menyampaikan wahyu bahwa Allah menyuruhnya
merampungkan empat papan itu, dan Ia akan menampakkan di sana nama empat orang
sahabat kekasih-Nya, Muhammad saw. Karena kedudukan mereka di sisi Allah sebanding
dengan para Nabi-Nya.
Dalam kisah ini terdapat isyarat yang menunjukkan seakan-akan Allah berfirman :
“Setelah nama kekasih-Ku, Muhammad, dan empat orang sahabtnya terukir di papan itu, maka
berarti engkau menyelamatkan penumpangnya dari banjir besar, sama halnya ketika telah
tergores di lembaran hati seorang mukmin rasa cinta kepada Nabi (Muhammad saw.) dan para
sahabtnya, sehingga Allah selamatkan (sang mukmin itu) dari azab dan sengsara.
Dalam suatu keterangan (khabar), dikatakan bahwa Abdullah bin Abbas r.a. pernah
diminta keterangan : “Ajarilah kami ilmu yang dapat menyelamatkan diri dari jilatan api neraka
dan dapat memasukan kami ke desa abadi (surga).” Ibnu Abbas r.a. menjawab :
“Berpegang teguhlah pada lima belas perkara berikut ini : Lima yang pertama adalah lima
kalimat suci Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (segala puji milik Allah). La ilaha
ilallah (tiada Tuhan selain Allah) Allahuakbar (Allah Maha Besar), la hawla wa laquwwata
Illabillahil ‘alliyil’azhim (Tidak ada daya upaya kecuali dengan kekuatan Allah, yang Mahaluhur
lagi Mahaagung). Kalimat suci ini harus senantiasa membasahi lisanmu.
“Sedang lima macam yang kedua adalah shalat lima waktu (Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya,
dan Subuh), yang wajib kamu tunaikan sebagai amaliah anggota badan.
“Dan lima hal terakhir ialah rasa cinta kepada lima manusia Utama, Nabi Muhammad
saw. Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (semoga Allah meridhai mereka). Perasaan ini harus
terpatri dan berurat akan dilubuk hatimu.”

2.       TIPU DAYA KAUM NABI SALEH


Edit : Pujo Prayitno
“.......... dan mereka telah membuat tipuan, dan Kami membalas tipu daya mereka.” (Qs.
27:5).
Kami ubah warna wajah mereka. Pada hari pertama berwarna merah, hari kedua menjadi
kuning dan ketiga menjadi hitam. Sedang gapda ahari keempat, yakni pada hari Sabtu sesudah
Ashar, Kami hancurkan mereka lewat jerit keras Jibril a.s.
Di kala mereka menyembelih unta Nabi Saleh as, anak unta itu berpaling menghadapkan
mukanya ke arah batu (gunung), tempat persembunyian induknya. Lalu ia menjerit tiga kali
dengan jeritan yang dapat memecahkan batu, dan selanjutnya ia masuk ke dalamnya, tak
seorang pun melihatnya.
Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa :
1.    Seolah-olah Allah berfirman : “Aku adalah Raja Mahakuasa, Makaperkasa, mampu
mengeluarkan dan memasukkan sesuatu ke dalam batu (gunung) dan menghancurkannya
dengan “batu”.
2.    Keluar unta Saleh dari “batu” dan Kumasukkan anaknya ke dalam “batu”, juga kuhancurkan
kaum Luth dengan “batu”.
3.    Kuciptkan iblis dari api, Kupelihara Ibrahim dari lalapan api, begitu pun akan Kusiksa
manusia kafir dengan neraka.
4.    Kuciptakan Adam dari tanah, Kulelapkan para Pemuda Gua di dalam tanah, juga
Kubinasakan kaum’Ad dengan tanah.
5.    Kujadikan kuda dari angin pula Kuberi kabar gembira Ya’qub.
6.    Kuciptakan manusia dari air, dan Kuselamatkan Musa beserta pendukungnya dengan air
(laut), dan Kuberi rizki ikan dan hewan laut di dalam air.
Maka segala seuatu di dalam alam semesta ini merupakan dalil, bukti dan petunjuk
tentang keberadaan Allah Maha Pencipta, MahaEsa dan Mahaperkasa. )Kisah tentang Kaum
Nabi Saleh ini dapat di baca pada bab hari Rabu – Pen).

3.       TIPU DAYA Saudara-Saudara Nabi Yusuf


Edit : Pujo Prayitno
“......mereka telah menipumu dengan sebuah tipuan.” (Qs. 12:5).
Mereka memperdayakan Yusuf a.s. dan saudara kandungnya (memisashkannya) dari
ayahnya, supaya sang ayah mencurahkan kasih sepenuhnya kepada mereka.
“Ketika mereka berkata : “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin)
lebih dicintai ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita adalah segolongan (yang kuat).
Sesungguhnya kita berada pada kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf. Atau buanglah ia ke
suatu daerah (yang asing) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepada kamu. Sesudah itu
hendaklah menjadi orang-orang baik.” (Qs. 12:8-9).
Namun Allah ‘Azza wa Jalla menakdirkan lain. Dia swt. menegaskan : “Wahai saudara-
saudara Yusuf, Aku telah menjadikan mata, ayahmu putih lantaran derasnya air mata, dan
telah Kutorehkan di kalbunya rasa rindu kepada Yusuf, saudaramu, sehingga ia tak mampu
melupakannya sesaat pun. Akhirnya, ayahmu malah melalaikanmu.”
Kezaliman saudara-saudara Yusuf tersebut, dengan membuang Yusuf agar mereka
mendapatkan kasih sayang penuh sang ayah, adalah seperti kejahatan iblis ketika menipu
Adam a.s. Iblis terkutuk berkata : “Keluarkan Adam dari surga (tempat yang dekat dengan
Tuhannya) ke dunia (tempat yang dekat denganku) agar ia dan anak cucunya berubah dari
menaati dan takut kepada-Nya, menjadi menaati bujuk rayuku.”
Tetapi Allah berseru : “Hai iblis, anak cucu Adam dapat melihatmu di dunia dan akan
menaatimu? Demi keagunganKu, Kututup mata mereka dari melihatmu, dan akan kutanam di
taman kalbu mereka rasa rindu dan mencintai-Ku, hingga mereka selalu mengingat-Ku setiap
saat. Dan akan kusingkap tirai hati mereka untuk Kupandangi jiwa mereka tigaratus kelai setiap
hati. Dengan demikian, mereka akan memperhatikan Aku sepenuh hati dan akan menaati-Ku
dan berpaling darimu. Hai iblis, bahkan akan mengutukmu!” (Kisah ini dapat dibaca
selengkapnya pada bab Hari Kamis – Pen).

4.       TIPU DAYA Saudara-Saudara Nabi Yusuf


Edit : Pujo Prayitno
“Maka himpunkanlah segenap daya (sihir) kalian, lalu datanglah dengan berbaris!.” (Qs.
20:64).
Fir’aun dan Haman berkilah lantang : “Hai Musa kau pergi dari sisi kami untuk belajar
sihir. Sekarang kau pulang untuk menghancurkan kami dengan ilmumu. Sungguh kami akan
kumpulkan para tukang sihir untuk menandingimu.” Berkumpullah para tukang sihir dengan
7000 perangkat yang menakutkan orang yang menyaksikannya, dan membuat Musa gentar,
seperti gentarnya seorang Muslim tatkala meliaht malaikat maut hendak mencabut nyawanya,
karena saat itu iblis berusaha menyerobot imannya. Pada detik-detik tersbut malaikat datang
melipur dukanya. : “Janganlah engkau takut dan bersedih hati. Giranglah dengan surga
untukmu!.”
Maka datanglah wahyu Allah kepada Musa pada saat gundah gulana itu : “Wahai Musa
janganlah gentar dan takut! Janganlah gentar! Engkau pasti akan menang!.”
“Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang
telah mereka buat.” (Qs. 20:69).
Musa melihat tukang-tukang sihir itu melempar tali temali dan tongkat hingga menjelma
menjadi ribuan ular. Namun Musa yakin pada ke-Mahakuasaan Allah Ta’ala. Saat itu, ia
melemparkan tongkat, dan jadilah seekor ular yang luar biasa besarnya, menyerang orang-
orang kafir, para tukang sihir dan ular-ular buatan mereka. Mereka berhamburan
menyelamatkan diri. Dan tiba-tiba menjertilah Fir’aun sejadi-jadinya saat ular besar itu
mendekatinya.
“Musa, tolonglah aku!.” Teriaknya.
“Kami beriman kepada Allah, Tuhan alam semesta. Tuhan Harun dan Musa!” ikrar para
tukang sihir beramai-ramai sambil bersembah sujud di hadapan Musa yang baru saja
mengambil tongkatnya. Ketika mereka bersujud, Allah menyingkapkan tabir, lapisan bumi,
sehingga mereka dapat memandang lapis bumi yang ketujuh. Dan ketika mengangkatkan
kepala mendongak ke langit, Allah bukakan pula tabir hingga menampaklah di mata meraka
Arasy, yang menjadikan mereka kian rindu kepada Allah swt.
“Mengapa kalian beriman tanpa swizinku. Sesungguhnya ia (Musa0 adalah guru sihirmu
yang terbesar. Niscaya akan kupotong tangan dan kaki kalian dan akan kusalib di batang-
batang kurma!” seru Fir’aun sembari mengancam.
“Engkau tak akan mampu memutuskan tali ma’rifat kami dengan Allah, yang telah kokoh
terjalin di kalbu ini, kendati engkau memotong tangan dan kaki kami sekalipun!.” Sahut mereka.
Kisah ini menunjukkan bahwa para tukang sihir dan orang-orang kafir berkhianat dan
merintangi kebenaran dan mu’jizat Musa as. Namun setelah mereka pasrah dan bertobat dari
dosa-dosa, maka Allah menyibakkan tabir langit dan bumi bagi mereka, dan Allah memuliakan
mereka denegan iman dan menjadikan mereka sebagai kekasih dan kesayangan-Nya.
Demikian juga ummat Nabi Muhammad saw. Tatkala mereka menuju rumah Allah
dengan pasrah, serta dengan rasa sesasl dan tobat, suci dari najis, berniat ibadah penuh
ikhlas, bagaimana mungkin tidak akan mendapatkan anugerah dari-Nya, dan tak memperoleh
tempat abadi, yaitu surga?” Kisa itu juga menunjukkan bahwa Allah swt. memberikan tiga nama
kepada tongkat Musa as. :
1.        Hayyat : “....maka tiba-tiba jadilah ia ular besar yang berjalan.” (Qs. 20:20).
2.        Jan : “Ia seperti ular yang sangat besar.” (Qs. 27:10).
3.        Tsu’ban : “Maka tiba-tiba ia berupa ular yang nyata.” (Qs. 26:32).
Sedangkan Allah swt. memberi nama kalimat tauhid dengan tujuh puluh nama. Maka
ketahuilah, andai tongkat itu adalah mu’jizat Musa a.s., maka kalimat tauhid adalah mujizat
Allah al-Maula. “........... dan kalimat Allah itu tinggi ........ (Qs. 9:40).
Dan bila tongkat Musa a.s. mampu mengalahkan tujuh ribu sihir, apalagi kalimat
Allah, yang mampu melebur dosa-dosa tujuh puluh tahun yang lewat dan yang akan
datang.

5.       TIPU DAYA KAUM NABI ISA.


Edit : Pujo Prayitno
“......... mereka telah membuat tipu daya, dan Allah telah membalas tipu daya mereka.
Dan Allah itu sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Qs. 3:54).
Orang-orang Yahudi menuduh Isa a.s. tukang sihir. Karena kemampuannya
menghidupkan orang mati, dan karena memiliki mu’jizat lainya. Nabi Isa a.s. menjadi gundah
dan duka mendengar dan menerima fitnah keji kaumnya. Ia berdoa kepada Allah : “Ilahi,
Engkau Mahatahu tentang kedustaan mereka. Maka ubahlah mereka.”
Kemudian mereka pun berubah menjadi kera dan babi. Mendengar kejadian ini, raja
Yahudi ketakutan. Ia segera mengumpulkan kaumnya untuk memilih seorang di antara mereka
yang akan diutus untuk membunuh Isa di rumahnya.
Tapi Allah Mahakuasa. Di kala utusan raja, Asy-yu’ membunuh Isa. Jibril menolong dan
mengangkat Isa ke Langit. Dan Allah swt. mengubah rupa Asy-yu” menjadi rupa Nabi Isa,
hingga orang Yahudi mengeroyok dan membunuhnya dengan rasa puas dan bangga.
“.....Mereka membunuhnya (Isa as.) tetappi sebenarnya Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya .... (Qs. 4:157 – 158).
Dalam hal ini seakan Allah menegaskan : “Kukaruniai Asy-yu’ kesempatan hidup di dunia
selam lima tahun hanya untuk menjadi tebusan Isa dari pembunuhnya. Dan Kubiarkan Fir’aun
mereguk madu kesenangan hidup di dunia empat ratus tahun lamanya untuk menjadi tumbal
Nabi Musa dengan karam di lautan. Juga Kupelihara kambing kibasy Habil di surga Firdaus
selama empat ribu tahun guna mengganti Ismail dari penyembelihan. Demikian pun orang-
orang Yahudi, Nasrani, kafir dan musyrik. Kubiarkan mereka bebas mengecap aneka
kesenangan hidup duniawi, untuk akhirnya menjadi penebus ummat Muhammad dari siksa
neraka.”
Isyarat lain dari kisah tentang Nabi Isa adalah bahwa Isa diangkat oleh Allah ke tempat
yang tinggi, setelah ia dikhianati kaumnya. Begitu juga Yusuf, yang menjadi raja di negeri Mesir
setelah terlebih dahulu menjadi sasaran tipu daya saudara-saudaranya. Dan begitu pula
ummat Muhammad saw. Mereka mendapat ampunan dari Allah setelah berbuat maksiat lalu
benar-benar bertobat. Sebabnya adalah mereka terkena bujuk dan bisik muslihat iblis. Bila tak
orang mukmin, tentu tak ada surga Na’im. Jika tiada orang kafir dan lalim, taka ada neraka
Jahim.
Andai tak ada orang yang berbuat maksiat, maka tak mungkin pula ada rahmat Allah ar-
Rahim bagi yang bertobat.

6.  TIPU DAYA tokoh-tokoh quraisy di darun-nadwah


Edit : Pujo Prayitno
“Dan ingatlah ketika orang-orang kafir (Quraisy) membuat muslihat untuk menangkap
atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah
mengggagalkannya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Qs.8:30).
Darun-Nadwah, yang terletak di Makkah, adalah sebuah tempat pertemuan orang-orang
Quraisy untuk menangani berbagai persoalan dan urusan. Menurut riwayat, di tempat ini
berkumpul lima pembesar Quraisy. Uthbah, Syaibah, Abu Jahal, Abu Bathuri dan al-‘Ash bin
Wa’il. Mereke berembug menyusun siasat untuk membuat tipu daya terhadap Rasulullah saw.
Menurut Tsalabi, mereka terdiri atas duabelas orang dan seorang iblis (terkutuk) yang
menjelma dalam wujud seorang kakek bertongkat. Sebelum rapat dimulai, Abu Jahal berkata
kepada si iblis alias sang kakek : “Kami berkumpul untuk suatu rahasia. Mengapa engkau di
sini?” Lebih baik pulanglah, wahai kakek tua.”
“Aku seorang kakek dari negeri Nejed. Aku lebih lama menelusuri hidup ini daripada
kalian, dan telah banyak makan asam garam dalam berbagai urusan. Menurut pengetahuanku,
suatu rencana yang paling baik adalah rencana yang sudah matang dan berdasarkan
kesepakatan bersama. Maka izinkanlah aku bersamamu, mungkin aku dapat menyumbangkan
pikiranku dan menilai gagasan kalian.” Jawab sang kakek. Mereka pun mengizinkannya, dan
segera dimulailah musyawarah.
Uthbah tampil sebagai pembicara pertama : “Sesungguhnya mati itu telah pasti!
Bagaimanakah kalau kita lebih baik bersabar saja? Kita biarkan Muhammad sampai ajalnya.
Kalau sudah mati, kita pun selamat dari gangguan dan kejahatannya.”
“Tunggu......... apa-apaan ini?” tukas sang kakek, “Gagasanmu tak lebih sekedar buah
pikiran bocah ingusan. Ingat, andai kalian bersabar sampai Muhammad menemui ajalnya, pasti
akan tersebarluaslah agamanya menyapu jagad raya dan akan bertambahlah pengikutnya,
yang akhirnya akan mematahkan sendi-sendi kekuatan kita.”
“Engkau benar, kek!” sambut mereka.
“Bagaimana andai Muhammad kita tahan sampai mati kelaparan?” ujar Syaibah.
“Ini pun suatu pendapat yang salah1” jawab si kakek segera. “Karena Bani Hasyim akan
berhimpun kompak untuk membelanya. Dan akan terjadi pertumpahan darah yang tak
terkendalikan antara mereka dan kita.”
“Kau betul kek.” Jawab mereka serentak.
“Kalau begitu, lebih baik Muhammad kita ikat. Kita suruh seekor unta berkeliling
menyeretnya di atas debu dan pasir sampai ia mati, sambung Ash bin Wa’il.”
“Pemikiran apa pula ini? Suatu gagasan yang picik! Ini tak mungkin, karena Muhammad
amat kuat badannya, tampan wajahnya dan penuh simpatik, fasih lisannya lagi mansi tuturnya.
Tidak mustahil, bila ada orang yang melihat dan bertemu dengannya lalu bercakap-cakap dan
menanyakan keadaan yang sebenarnya, orang tersebut pasti akan tertarik dan membenarkan
ceritanya. Akhirnya ia akan mengumpulkan orang. Mereka akan beriman dan mendukung
Muhammad dan akan menjadi pembelanya.” Sergah sang kakek.
“Betul kek.” Ujar mereka.
“Hendaknya dari masing-masing kabilah memilih seorang pemuda. Mereka kita
persenjatai untuk membunuh Muhammad pada malam yang telah kita tentukan. Dengan
begitu, tak dapat diketahui siapa pembunuhnya. Bila keluarga Muhammad minta tebusan atau
ganti rugi, kita beri. Barulah kita aman dari kekuarangajarannya!” ujar Abu Jahal.
Setelah sepakat, mereka berangkat. Kemudian turunlah Jibril a.s. dengan membawa ayat
( “...... dan ingatlah ketika orang-orang kafir melakukan tipudaya terhadapmu.....” (Qs.8:30)
sambil berkata : “Wahai Muhammad. Allah swt. memerintahkanmu hijrah ke Madinah secara
semmbunyi-sembunyi, dan aku akan menyertaimu.”
Sore itu, Rasulullah saw. bermusyawarah dengan para sahabatnya. Beliau menawarkan,
siapakah yang bersedia menemani dalam hijrahnya ke Madinah. Dengan segera tampillah Abu
Bakar menyatakan keasnggupannya mendampingi beliau.
“Siapakah di antara kalian yang siap menggantikanku tidur di rumah? Dan jaminannya
adalah surga.” Kata Rasul.
“Hamba, Ya Rasulullah. Saudaramu, Putera pamanmu. Kuserahkan seluruh jiwa ragaku
sebagai tebusanmu.” Sambut Ali bin Abi Thalib.
Dari Jabir bin Abdillah diriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Ali bin Abi Thalib
(semoga Allah meridhainya) merangkum bait syair di hadapan Rasulullah saw. :
Akulah saudara al-Musthafa
Aku dan dia berkakek satu
Dia kubenarkan di kala insan-insan tenggelam
Kupersembahkan syukur puji
Ke hadirat Ilahi Mahasuci
Mahawelas terhadap abdi
Yang langgeng nan abadi.
Tersenyum Rasulullah saw. mendengar senandung itu, seraya berkata : “Benar engkau,
wahai Ali!..”
Setelah malam tiba, berkumpul pemuda-pemuda Quraisy dengan persentaan lengkap –
mengepung rumah Rasul, menanti beliau keluar. Kemudian beliau keluar dari rumahnya
bersma Abu Bakar r.a. tanpa diketahui oleh mereka. Berkat kemahakuasaan Allah, pada detik
itu, mereka tertidur lelap. Sementara itu, Ali bin Abi Thalib tidur di kamar Rasul.
Dalam suatu riwayat, disebutkan bahwa ketika akan melangkah keluar, Rasulullah
membaca surat Yasin sembari menaburkan debu di atas kepala mereka, membuat mereka
terlelap. Setelah bangun, mereka menggedor rumah Rasulullah, namun Ali yang mereka temui.
“Mana Muhammad?” mereka bertanya kepada Ali dengan garang.
“Muhammad (al-Musthafa) telah pergi dengan Tuhannya yang Mahatinggi, menuju
tempat yang Ia Kehendaki. Dia (Allah) mampu menggerakkan hamba-Nya ke tempat yang jauh
dan dekat. Dia Mahatau segala sesuatu, dan tidak pernah lupa. Janganlah kalian mencari dia,
karena dia kiranya tengah berada di tempat paling tinggi di sisi-Nya.” Jawab Ali tenang dan
lantang.
Dalam suatu riwayat, disebutkan Nabi saw. bersabda bahwa Allah pernah mewahyukan
kepada Jibril dan Mikail a.s. : “Sesungguhnya kalian berdua (Nabi dan Ali bin Abi Thalib. Pen),
telah Kupersaudarakan dan Kujadikan umur yang satu diperpanjang demi memperpanjang
umur yang satunya lagi, namun keduanya memilih hidup bersama-sama.”
Kemudian turun wahyu : “Mengapa kaliant idak menjadi laksana Ali, yang
Kupersaudarakan dengan Muhammad. Ali memilih mati (pendek usia) sebagai korban dan rela
menjadi tebusan bagi keselamatan jiwa saudaranya, Muhammad, dengan berani tidur di
rumahnya pada detik-detik yang mendebarkan? Sekarang turunlah kalian, kawal dan lindungi
Ali.”
Turunlah Jibril berjaga di kepala Ali, sedang Mikail di kaki Ali.
“Bagus, bagus!” ujar Malaikat Jibril as. Kepada Mikail a.s.
“Siapa lagi orang yang semisalmu, wahai putera Abu Thalib, Allah telah membanggakan
dan memujimu di hadapan para malaikat langit dan bumi!” Kata Jibril a.s. kepada Sayidina Ali
r.a.
Pada saat itu, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad saw. yang tengah
menuju Madinah, yaitu sebuah ayat tentang keperwiraan Imam Ali r.a. :
“Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah,
dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-Nya.” (Qs. 2:207).
Bersamaan dengan itu, Ali ra. Sedang berbaring di atas tikar Rasulullah saw., sembari
menyusun bait syair :
Kutebus dengan jiwa ini
Dia sebaik-baik makhluk di bumi
Yang tawaf di Baitul ‘Atiq dan Hijir Ismail
Rasulullah .... pribadi yang di segani
Yang selalu dijaga Maha Pemberi
Dari muslihat keji musuh dan kaum tirani
Semalaman,
Ia sembunyi dalam gua bersemayam
Berpeluk damai ketenangan
Di dalam kehangatan selimut Maha Pengaman
Sedang, di sini aku
Menjaga musuh-musuh
Sungguh,
Yang menempa rasa beraniku ini
Hanya kesigapan diri
Ditawan an mati syahid suci
Setelah orang-orang kafir Quraisy berhasil mencium jejak Rasulullah saw., mereka
bermusyawarah selama tiga hari untuk mencari langkah-langkah baru. Lalu diutuslah Saraqah
bin Malik untuk mengejar Rasulullah dan membunuh Rasulullah.
“Ya Rasul, Suraqah menyusul kita. Upaya apa untuk menghadapi pendekar Arab yang
amat pemberani itu?” Tanaya Abu Bakar dengan penuh rasa khawatir kepada Rasulullah,
ketika melihat Suraqah di belakang mereka.
“Saudaraku, tenanglah!” Kata Rasulullah menenangkan.
Tatkala Suraqah, dengan pedang terhunus, hampir mendekati Nabi, ia berteriak :
“Muhammad, Siapakah yang akan melindungimu? Hari ini adalah detik-detik kematianmu.”
“Allah Mahakuasa lag Maha Perkasa pelindungku.” Jawab Rasul tenang.
Pada saat itu, Jibril turun.
“Muhammad, Allah telah menjadikan bumi ini tunduk kepadamu, perintahlah ia sesuka
hatimu!” Ucapannya.
“Hai bumi, telanlah Suraqah,” perintah Nabi.
Seusai Rasul mengucapkan itu, Suraqah amblas bersama kudanya sedalam lutut tanpa
daya.
“Muhammad, demi tuhanku al-‘Uzza, aku bertobat. Tolonglah aku. Kau akan bebas dan
aman.” Teriaknya minta tolong.
Mendengar ucapan pasrah Suraqah, terbukalah pintu maaf Rasulullah saw. Suraqah
kembali seperti sedia kala, lalu pergi ke kaumnya.
Dalam sebagian kitab tafsir, tercatat bahwa ia sampai tujuh kali amblas di telan bumi.
Karena acapkali permohonan tobatnya dikabulkan Rasulullah, ia ingkar dan mencoba kembali
mengayunkan pedangnya kepada Rasulullah.
Baru pada amblasnya yang ke delapan kali, ia benar-benar psrah, lalu bertobat dan
beriman.
Katanya : “Muhammad, aku memiliki banyak unta dan ternak sepanjang jalan ini.
Ambillah sesukamu!.”
“Aku tak menginginkan harta bendamu.”
Suraqah melanjutkan : “Sungguh Muhammad, risalahmu akan bersinar di seluruh penjuru
bumi dan akan merasuki urat nadi insan. Jika ini terjadi, berjanjilah bahwa engkau akan
memberi hadiah kepadaku!.”
“Inilah perjanjian kita.” Jawab Rasulullah seraya memberi kan barang tembikar dan
menerangkan kegunaannya.
“Sekarang apa keinginanmu, ya Muhammad?” Tanya suraqah.
“Aku hanya ingin kau kembali kepada pasukanmu, Quraisy.” Jawab Nabi.
Kembalilah Suraqah kepada mereka. Di tengah erjalanan puang menuju Makkah, kepada
Abu Jahal, ia menceritakan pengalamannya.
“Ya Abal Hakam (Abu Jahal – Pen), Muhammad tak pernah melalui jalan ini.”
“Tapi aku yakin engkau telah menemuinya. Ceritakanlah hal yang sebenarnya,” timpal
Abu Jahal.
Suraqah melantunkan syair :
Abu Hakam
Demi Latta
Andai engkau menjadi saksi
Ketika kudaku amblas ditelan bumi
Engkau pasti tak ragu lagi
Ia seorang Rasul sejati
Mengapa kita tak menghormat
Semestinya kita mencegah ummat
Dari menghina Muhammad
Kulihat suatu saat
Ia akan beroleh pangkat
Dan ‘kan berkibar benderanya
Menaungi jagat

7.       TIPU DAYA BANI ISRAIL TERHADAP LARANGAN ALLAH


Edit : Pujo Prayitno
Allah swt. menjadikan Hari Sabtu sebagai hari raya dan hari besar bagi Musa dan
ummatnya, oleh karena itu, pada hari itu Allah melarang mereka melakukan kegiatan dan
kesibukkan duniawi seperti berjual-beli dan sebagainya.
Di sebuah negeri yang bernama Eylah, Allah mengutus seorang Rasul (Nabi Daud a.s.)
untuk menyampaikan Risalah Ilahiah dan melarang kaumnya sibuk dengan mata pencaharian
mereka, yakni menangkap ikan pada hari sabtu. Tetapi mereka tidak menggubrisnya, sehingga
Allah menguji mereka dengan mendatangkan ikan-ikan dari berbagai lautan ke perairan
mereka, setiap hari Sabtu.
Musim kering dan paceklik pun melanda mereka sampai terjadi kelaparan dan
penderitaan yang amat sangat, hingga memaksa mereka mencari ikan pada hari Sabtu. Maka
digalilah parit-parit dan empang-empang untuk dialiri air dari sungai-sungai. Setelah parit-parit
dan empang-empang itu penuh dengan aneka ragam ikan, pada ujung-ujungnya, mereka
pasang papan dan kayu.
Tersebut dalam riwayat lain, bahwa mereka memasang jala dan jaring pada hari Jum’at
setelah Ashar, lalu mengangkat dan menjual ikannya pada hari Ahad.
Menyaksikan praktek buruk ini, para ulama dan orang bijak negeri itu, tak bosan-
bosannya mengingatkan dan menasihati mereka. Tapi mereka semakin menjadi-jadi sampai-
sampai para ulama memutuskan untuk ber-Uzlah ke temepat-tempat yang jauh agar terhindar
dari murka Allah.
Allah lalu memberi tenggang waktu kepada kaum itu dengan mendatangkan ulama-
ulama lain yang bertugas mengembalikan kesadaran kaum itu, dalam dua tahun.
Pada suatu hari, setelah tenggang masa itu berlalu, para ulama dan orang-orang bijak
yang ber-uzlah itu, kembali kepada kaumnya. Sungguh heran mereka menyaksikan negerinya
yang menjadi lenggang. Tak seorang penduduk pun mereka temui. Mereka mencoba
mengetuk hampir setiap piintu-pintu rumah. Tercenganglah ketika melihat apa yang nampak di
hadapan mereka : monyet-monyet jantan dan betina dalam jumlah yang banyak.
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka. Kami
selamatkan orang-orang yang melarang perbuatan jahat, dan kami timpakan kepada orang-
orang yang zalim siksa yang keras akibat kefasikan mereka. Maka ketika mereka bersikap
sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepada mereka :
“Jadilah kalian kera-kera yang hina.” (Qs. 7 : 165:166).
Bila balasan orang yang berbuat maksiat (menangkap ikan pada hari yang dilarang Allah.
Pen), ialah diazab menjadi kera hina, maka balasan apa gerangan bagi orang yang
menghalalkan riba dan khamr (minuman keras) yang keduanya nyata-nyata diharamkan Allah
swt.
Diriwayatkan bahwa para pembuat tipu daya dan mencari ikan pada hari Sabtu, yang
kemudian dikutuk menjadi kera, berjumlah tujuh orang. Pelanggaran peraturan pada hari Sabtu
ini dipaparkan oleh Allah kepada Muhammad saw. seperti yang kita ketahui dari tujuh tempat
dalam Qur’an :
“Sesungguhnya diwajibkan menghormati hari Sabtu atas mereka (orang-orang Yahudi)
yang memperselisihkannya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberikan
putusan di antara mereka, pada hari kiamat tentang apa yang telah mereka perselisihkan.”
(Qs.16-24).
“Dan sesungguhnya kalian telah mengetahui orang-orang yang melanggar di antaramu
pada hari Sabtu, maka Kami berfirman kepada mereka : “Jadilah kalian kera yang hina.” (Qs.
2:65).
“....... atau Kami kutuk mereka (yang telah diberi al-Kitab) sebagaimana Kami mengutuk
Ashabus Sabtu (mereka yang bermaksiat pada hari Sabtu).” (Qs.4:154).
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri (Eylah) yang terletak di dekat laut
ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu.” (Qs.7:163).
“....... di kala datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-
apung di permukaan air pada hari Sabtii.” (Qs. 7:163).
“...........dan pada hari selain Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada
mereka ..................” (Qs.7:163).
Mahasuci Allah yang ciptaan-Nya tak pernah menyerupai ciptaan para makhluk-Nya.
Tiada yang dapat menemukan hakikat hikmahnya selain orang-orang yang merenung dan
menelitinya.
Renungankanlah! Ikan yang diambil oleh orang (Yahudi) tanpa ridha Allah menyebabkan
menjadi kera. Sedangkan seekor ikan lain yang diambil oleh seorang Nabi pada zaman dahulu
dengan ridha Allah membuatnya menjadi pemimpin dan ketua semua pemilik ikan.
Begitu pula yang dialami iblis. Ia terkutuk dan terusir dari surga dengan hina lantaran
sombong dan takabur kepada Allah, padahal sebelum itu ia menjadikan arasy sebagai
kiblatnya. Sedangkan Umar bin Khaththab menjadi pribadi utama dan dicintai manusia karena
ia berbalik dari berkiblat kepada patung sesembahan ke jalan ridha Allah.
Demikianlah, bila Allah menghendaki, seorang munafik dapat saja melaksanakan itikad
buruk kemunafikannya, tetapi bila Ia berkehendak lain, maka sang munafik pun dapat berbuat
munafik terhadap niat busuk kemunafikannya. Tak ada sesuatu pun yang dapat menghalangai
ketentuan-Nya dan menetang hukum-Nya.
Tentang hari Sabtu, para ulama berbeda pendapat. Sebagian berkata bahwa Sabtu itu
agung, karena orang-orang Yahudi menjadikannya sebagi hari besar. Sebagian lain lagi
berkata bahwa Sabtu artinya istirahat, seperti firman-Nya :
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat (subata). (Qs. 78:9).
Dinamakan hari Sabtu karena pada hari itulah orang-orang Yahudi beristirahat darii
aktivvitas duniawi. Malah mereka beranggapan keliru dengan mengatakan Allah pun pada hari
Sabtu berhenti (beristirahat.Pen) dari menciptakan sesuatu.
Diriwayatka bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya oleh orang-orang Yahudi : “Wahai
Muhammad, terangkan kepada kami tentang apa-apa yang diciptakan Allah dalam seminggu!.”
“Pada hari Ahad, A;;ah swt. menciptakan langit dan bumi, Pada hari Senin, Ia
menciptakan gunung-gunung; Pada hari Selasa, Ia menciptakan bintang-bintang, sedang pada
hari Rabu, Ia menciptakan Cahaya; Pada hari Kamis, Ia ciptakan surga dan neraka, sedang
pada hari Jum’at, Allah menciptakan Adam dan Hawa (manusia)........”
“Andai kau lanjutkan penjelasan itu, pasti kau benar dan alangkah baiknya itu.” Kata
mereka memotong pembicaraan Nabi.
“Bagaimana?” Tanya beliau.
“Setelah Allah selesai menciptakan langit, bumi dan isinya, Ia beristirahat pada hari
Sabtu. Itulah sebabnya kami menjadikan hari Sabtu sebagai hari besar dan hari libur.”
Mendengar ucapan yang amat buruk itu, wajah Rasul merah padam berbaur duka,
menahan marah dan kekecewaan. Maka turunlah wahyu :
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak mengalami keletihan.” (Qs. 50:38).
Hanya yang bekerja dengan menggunakan alat-alat dan anggota badan saja-lah yang
akan merasakan penat. Sedangkan Allah, bila ingin menciptakan sesuatu cukup berkata :
“Kun! (jadilah), maka jadilah ia.” “Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan laksana
sekejap mata.” (Qs. 54:50).
“Sesungguhnya keadaan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya : “Jadilah!”, Maka jadilah ia.” (Qs. 36:82).
Manusia-manusia durjana Yahudi menganggap hari Sabtu sebagai hari libur dan hari
istirahat mereka, padahal Allah menjadikannya sebagai hari ujian bagi mereka.
Rasulullah saw. melukiskan hari Sabtu sebagai hari milik orang-orang Yahudi, dan hari
Jum’at untuk kaum Muslimin. Dan orang-orang diingatkan untuk tidak menyalahi perintah Allah
dalam mengagungkannya seperti mereka (kaum Yahudi) dan orang-orang Nasrani, sehingga
mereka terkena bencana dengan menjadi kera dan babi.
Orang-orang mukmin yang menaati perintah Allah pun akan diubah, tetapi bukan bentuk
jasad mereka, melainkan amalan mereka dari dosa dan kejahatan menjala pahala dan
kebajikan, bila ia bertobat kepada Allah.
“......maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan.” (Qs. 25:70).
Ingatlah, ketika Adam dan Hawa makan bebuahan surga, sedang lebah memakan
dedaunannya. Tetapi apa yag masing-masing mereka alami? Pakaian Adam dan Hawa a.s.
tanggal hingga nampaklah aurat dan aib mereka, karena apa yang mereka lakukan itu tidak
berdasarkan perintah Allah, sementara sang lebah mendapat ridha Allah karena ia melakukan
apa yang diperkenankan-Nya. Maka dedaunan yang dilalapnya itu pun menjadi madu. Inilah
keistimewaan yang dimiliki lebah.
Ada yang lebih unik lagi. Seekor ulat yang menggerogoti daging Nabi Ayub as. Dengan
perkenan Allah, menghasilkan sutera ibraisim yang mahal, sementara manusia yang makan
daging ikan dengan melanggar larangan Allah diubah-Nya menjadi kera (lihat tentang tipu daya
Bani Israil pada hari Sabtu, di muka. Pen). Karena itu, bagaimana mungkin seorang mukmin
yang ikhlas dan taat kepada Allah tidak mendapat rahmat dan karunia-Nya.

8.       KISAH TENTANG UTHBAH AL-GHULAM


Edit : Pujo Prayitno
Ia termasyhur sebagai orang yang paling durhaka dan durjana pada zamannya. Setiap
orang pasti mengenal namanya. Sepanjang hari ia lumuri dirinya dengan lumpur dosa dan
kemaksiatan dengan bermabuk-mabukan dan melakukan kejahatan-kejahatan lain.
Suatu hari, ketika hadir di Majelis ilmu Syeikh Hasan al-Barsry, ia mendengar seseorang
membaca ayat :
“Belumkah datang waktu bagai orang-orang beriman untuk menundukkan hati mengingat
Allah dan kepada kebenran yang telah turun (kepada mereka)........” (Qs.57:16).
Kemudian, Syeikh Hasan menerangkan sifat ayat tersebut sedemikian rupa sehingga
membuat hadirin menumpahkan air mata.
Tiba-tiba berdirilah seorang pemuda seraya bertanya : “Ya Syeikh, apakah Allah
menerima tobat seseorang yang paling durhaka dan berlumur dosa seperti diriku?”
“Tentu saja Allah menerima tobatmu, kendati kesalahan dan dosamu sebanyak yang
dipikul Uthbah al-Ghulam.” Jawab Hasan al-Basry.
Maka pucat pasilah wajah sang pemuda yang tidak lain al-Ghulam itu. Tubuhnya
bergetar hebat mendengar jawaban itu. Ia lalu menjerit dan jatuh pingsan.
Ketika ia siuman, Hasan menyambutnya dengan untaian syair yang membuatnya
pingsan kembali :
“Wahai pemuda
Yang maksiat kepada Pemelihara Arasy
Tahukah dengan apa ia dibalas
Di neraka Sa’ir ia binasa
Pada hari ubun-ubun diremas
Bermaksiatlah
Bila kau sanggup dilalap api
Jika tidak
Jauhilah
Ingatlah
Bila melangkah menuju dosa.
Berarti lumuri diri dengan nista
Maka sungguh-sungguhlah
Mencari selamat jiwa raga”
“Ya Syeikh .....” Katanya setelah sadar, “adakah Allah yang Mahamulia menerima tobat
seorang yang paling nista seperti aku?”
“Adakah selain Allah yang Maha Pemaaf yang dapat mengampuni seorang hamba yang
selalu menetang dan menjauhi Nya?” Sang Syeikh menanggapi.
Lalu Uthbah al-Ghulam menengadahkan kepala seraya mengangkat tangannya, berdoa :
“Ilahi, jika engkau menerima tobatku dan mengampuni dosa-dosaku, maka ilhamkan kepadaku
kemampuan memahami dan menghafal, sehingga aku cept mengerti dan selalu ingat serta
dapat memelihara al-Qur’an dan setia ilmu yang aku dapat.
“Rabbi, anugerahilah hamba kemerdduan suara dan lembutnya senandung agar siapa
saja yang mendengar bacaanku, bertambah sadar dan lembut hatinya, walau ia orang paling
sesat sekalipun.
“Ilahi, karuniailah hamba rizki yang halal, yang kedatangannya tidak terduga, dari sisi-
Mu.”
Allah Ta’ala akhirnya mengabulkan doanya. Kini setiap kali ia menyampaikan ayat-ayat
Qur’an, siapa saja yang mendengarnya menjadi insaf dan bertobat kepada Allah. Tiada pula
seorang yang tahu dari mana atau siapa yang memberikan makanan yang selalu terhidang
kepadanya, setiap hari.
Ia habiskan sisa umurnya dengan melakukan amal-saleh hingga berpisah dengan dunia
fana.
Begitulah keadaan orang yang benarbenar insaf dan kembali kepada Allah.
“Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat ihsan
(kebajikan).” (Qs. 9:120).
BAB II.
TENTANG HARI AHAD
Edit : Pujo Prayitno
“Katakanllah! Dia-lah Allah yang Mahaesa, Allah tempat bergantung dan meminta, Ia
tidak beranak dan tidak diperanakkan, Dan tidak ada bagi-Nya sekutu.” (Qs. 112: 1-4).
Sahabat Anas bin Malik r.a. meriwayatkan bahwa, ketika ditanya tentang hari Ahad,
Rasulullah saw. berkata :
“Hari Ahad adalah hari untuk menanam dan membangun.”
“Mengapa hari Ahad dinamakan hari untuk menanam dan membangun, Ya Rasulullah?”
“Karena pada hari Ahad, Allah memulai menciptakan dunia dan meramaikannya.” Jwab
Rasulullah saw.
Sebgian ulama mengatakan bahwa pada hari Ahad Allah yang Mahaagung, yang tiada
terbilang karunia-Nya, telah menciptakan tujuh macam makhluk, yang masing-masing terdiri
atas tujuh bagian :
1.        Allah menciptakan alam falak (jagad raya) yang selalu berputar;
2.        Alla menciptakan bintang-bintang yang senantiasa beredar;
3.        Allah menciptakan neraka yang berlapis-lapis.
4.        Allah menciptakan bumi yang kukuh;
5.        Allah mencitakan laut dan samudera-samudera;
6.        Allah menciptakan tujuh anggota badan yang paling banyak bergerak (berperan) dalam
ibadah;
7.        Allah mencitakan tujuh rangkaian hari pada hari Ahad.

1.      ALLAH MENCITAKAN ALAM FALAK YANG SELALU BERPUTAR


Edit : Pujo Prayitno
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis......” (Qs. 67:3).
“Kemudian Dia menuju penciptaan langit, dan Ia itu merupakan asap.” (Qs. 41:11).
Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa Allah Yang Mahakuasa mampu menciptakan tujuh
lapis langit yang berbeda-beda dari bahan yang satu : asap. Perhatikan pula suatu kejadian
amat unik sebagai salah satu tanda kemahakuasaan-Nya : Dari bahan yang satu (hujan) yang
Dia turunkan dari langit, hidup suburlah bumi yang kerontang dan tumbuhlah pepohonan, buah-
buahan dan bebungaan puspa ragam, yang merah, putih, kuning dan hitam, yang rasanya
manis, pahit dan masam.
“Dan Kami lebihkan sebagaian atas sebagian yang lain dalam rasa.” (Qs. : 13:4).
Sungguh menarik ciptaan Tuhan. Bermula dari pancaran air mani seorang lelaki yang
menitik di rahim perempuan. Dia himpun menjadi segmpal darah, dan Dia proses menjadi
sekepal daging, lalu berkembang membentuk tulang belulang, Lewat air mani pulalah
berkemebangbiak laki-laki dan perempuan yang Mukmin, yang kafir, yang shaleh dan yang
zalim, yang taat dan yang maksiat, yang hidup bahagia dan celaka. Maahsuci Allah, sebai-baik
pencipta.

2.      ALLAH MENCITAKAN BINTANG-BINTANG YANG SENANTIASA BEREDAR


Edit : Pujo Prayitno
“Dan Dia (Allah) telah menjadikan untukmu bintang-bintang guna kamu jadikan petunjuk
di dalam kelamnya daratan dan lautan.” (Qs. 6.97).
Allah membagi bintang-bintang menjadi tiga macam :
1.        Binang yang selalu nampak pada wakttu-waktu tertentu, yang disebut “Tsawabit.”
2.        Bintang-bintang yang timbul tenggelam.
3.        Bintang-bintang yang selalu berputar pada garis edar mengitari jagat raya.
Terdapat petunjuk bahwa di antara bintang-bintang pun ada tujuh bintang paling besar
dan utama. Begitu pula di antara para Nabi, ada tujuh Nabi Utama (pilihan) : Nabi Syits a.s.;
yang dikaruniai oleh Allah limapuluh shahifah (lembar kitab Pen); Nabi Idris a.s. yang
ddianugerahi oleh Allah tigapuluh Shahifah; Nabi Ibrahim a.s. yang dikaruniai oleh Allah
duapuluh Shahifah; Nabi Daud a.s. yang dikaruniai oleh Allah Zabur; Nabi Musa a.s. yang
dikaruniai oleh Allah Taurat; Nabi Isa a.s. yang dikaruniai oleh Allah Injil; nabi Muhammad saw.
yang dikaruniai oleh Allah al-Qur’an.
Hal itu menunjukan bahwa Umat Rasulullah saw. terbagi menjadi tujuh kelompok :
Orang-orang yang jujur dan lurus; mereka akan melalui suatu jalan penyeberangan (shirat)
pada hari kiamat laksana kilat; orang yang suka beramal, mereka akan melewati jalan
penyeberangan bagaikan tiuan angin; Para Wali Abdal yang akan melalui jalan penyeberangan
bagai burung terbang; Para Mujahid yang syahid, kelompok ini akan menempuh jalan
penyeberangan pada hari kiamat secepat kuda-kuda peperangan yang binal, yakni setengah
hari; Para Haji, mereka akan melaluinya sehari; Orang-orang yang taat, mereka akan pada hari
kiamat akan meniti jalan penyeberangan selama sebulan; Orang-orang Mukmin yang berbuat
maksiat dan dosa, mereka akan terpeleset dan jatuh ke jurang Jahanam tatkala tumit kaki
mereka dijejakkan di ujung jalan, karena dosa-dosa dan kesalahan yang berat. Namun mereka
masih beruntung. Neraka (Jahanam) mengurunkang niatnya untuk menyantapnya, karena ia
menyaksikan cahaya iman di dalam kalbu mereka.

3.      ALLAH MENCITAKAN NERAKA YANG MEMILIKI TUJUH LAPIS PINTU


Edit : Pujo Prayitno
“Baginya (neraka) tujuh pintu, yang pada setiap pintu ada bagian-bagian tertentu.” (Qs.
15:44).
Bagian-bagian tersebut adalah tingkat-tingkat yang berbeda-beda :
1.        Jahanam : (“Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan
kepada mereka (para pengikut setan) semua.” (Qs. 15:43).
2.        Sair : (....... dan ia masuk ke dalam neraka Sa’ir.” ((Qs.84:12)).
3.        Saqar : (“Apa yang menjadikanmu masuk ke neraka Saqar?” (Qs. 74:42).
4.        Jahim : (“.........dan diperlihatkan neraka Jahim kepada orang-orang yang berbuat dosa.”
(Qs.26:91)).
5.        Huthamah : (“..... dan apa yang kau ketahui tentang Huthamah?” (Qs. 104:5).
6.        Ladza : (“Tidak, sekali-kali tidak. Sesungguhnya ia adalah neraka Ladza.” (Qs. 70:15).
7.        Hawiyah : (......”maka tempat kembalinya adalah Hawiyah.” (Qs. 1010:9).
Di neraka pertama (paling dasar) berserulah malaikat : “Celakah pada hari ini orang-
orang yang mendustakan.” (Qs. 77:15).
Di neraka kedua berserulah malaikat :
“Celakalah orang-orang yang shaat, yang lalai akan shalatnya.” (Qs. 107:4-5).
Di neraka ketiga berserulah malaikat :
“Binasalah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Qs. 104:1).
Di neraka keempat, berserulah malaikat :
“Maka celakalah mereka, karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri.” (Qs.2:79).
Di neraka kelima, berserulah malaikat dengan kerasnya :
“.... dan binasalah orang-orang yang menyekutukan Allah, yang tidak pernah membayar
zakat.” (Qs.6:7).
Dan berkatalah malaikat di lapis neraka ke enam dengan lantang :
“ ........ maka kebinasaanlah bagi mereka yang keras hatinya dari mengingat Allah.”
(Qs.39:22).
Sedang di neraka terakhir (ketujuh) malaikat berkata :
“Kecelakaan bagi orang-orang yang curang.” (Qs.83:1).
Sementara itu, para penghuni neraka ketujuh berteriak kesakitan :
“Wahai malaikat, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.....!” (Qs. 43 : 77).
Sedangkan penghuni neraka keenam memanggil-manggil :
“.....Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Ia meringankan azab kami sehari saja!.” (Qs.
40 : 49).
Dan berteriaklah para penghuni neraka ke limma :
“Wahai Tuhan kami, kami telah meliaht dan mendengar maka kembalikanlah kami ke
dunia. Kami akan beramal saleh.....!”. (Qs. 32 : 12).
Kemudian orang-orang yang berada di neraka ke empat berpekik memanggil-manggil :
“Ya Tuhan kami, beri kami kesempatan (kembali ke dunia) walau sesaat, niscaya kami
akam mematuhi seruan-Mu dan mengikuti para Rasul......” (Qs. 14:44).
Dan para penghuni neraka ketiga menjerit tak tahan :
“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (neraka), dan kembalikanlah kami ke dunia.
Maka jika kami kembali kafir, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” (Qs. 23 :
107).
Sedangkan orang yang berada di neraka kedua memekik sejadi-jadinya penuh
penyesalan :
“Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami.....” (qs. 23 : 106).
Dan akhirnya penghuni neraka pertama memekik-mekik : “Ya Allah yang Maha
Penyayang, Ya Allah Yang Maha Pemurah!”.
Tentang keadaan para penghuni neraka ketujuh, Rasulullah saw. pernah bertanya
kepada Jibril as. Lalu Jibril menjawab : “Neraka ketujuh adalah tempat tinggal orang-orang
munafik. Neraka keenam adalah bagi orang-orang yan sesat, zalim, durjana dan menjadikan
diri mereka setaraf dengan Tuhan. Neraka kelima disediakan untuk orang-orang yang berhati
keras, kejam, bengis, perampas hak dan kehormatan orang lain. Sedangkan neraka keempat
adalah tempat tinggal orang-orang yang sombong. Dan neraka ketiga dihuni oleh kaum Yahudi.
Adapun nereka kedua untuk orang Nasrani.”
“Siapakah penghuni neraka pertama, Ya Jibril?” tanya Rasul saw.
Berat bagi Jibril untuk mengatakannya. IA tercengang sejenak. Lalu Ia pun menjawab :
“Adapun penghuni neraka pertama (yang paling ringan) adalah umatmu yang suka berbuat
maksiat.”
Maka pingsanlah Rasulullah mendengar keterangan itu. Setelah siuman, beliau
menangis, lalu mendoa. Tidak lama kemudian Jibril turun kembali membawa kabar gembira
tentang hak istimewa bagi Rasulullah untuk memberikan Syafa’at (pertolongan) kepada
umatnya.

4.      ALLAH MENCITAKAN LAUT DAN SAMUDRA-SAMUDRA


Edit : Pujo Prayitno
“...... dan laut, ditambahkan kepadanya tujuh laut.” (Qs. 31 : 27).
“Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan....” (Qs. 16 : 14).
Dia menegaskan : “Kuhimpun dalam satu lautan dua jenis yang berbeda : Tawar dan
segar, serta asin dan pahit. Namun karena telah Kujadikan di antara keduanya garis pemisah,
maka satu dan dengan lainnya tidak berbaur, sebagaimana Aku mengeluarkan susu yang
bersih dan segar dari antara kotoran manusia dan darah. Karena di antara keduanya
Kuciptakan garis pemisah.
“Demikian pula, telah Kuhimpun Madu dan racun dalam satu lebah. Namun keduanya
tidak berbaur karena ada garis pemisah. Racun dapat mematikan orang, sedangkan madu
adalah penawar bagi orang yang sakit. Seperti itu pula, Kukumpulkan dalam satu tubuh
seseorang, kalbu dan nafsu.. Nafsu selalu cenderung ke alam dunia, sedangkan kalbu ke
kehidupan alam baka. Karena Kuciptakan di antara kedua nafsu dan kalbu tersebut dinding
pemisah, bila seorang Mukmin Kukaruniai agama dan puspa ragam kesenangan dunia, maka
kesenangan hidup dunia tak mengalahkan ibadahnya, dan ketekunan ibadah tak pula
menjadikan dirinya menelantarkan kehidupan dunia berkat Rahmat-Ku.”

5.      ALLAH MENCITAKAN TUJUH ANGGOTA BADAN MANUSIA


Edit : Pujo Prayitno
Ketujuh anggota badan tersebut adalah anggota-anggota sujud dalam shalat. Sebagian
ulama berkomentar bahwa ada anggota badan paling utama manusia : Otak, urat nadi; otot;
tulang; daging; darah dan kulit.
Ahli Isyarat berbicara, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla melengkapi manusia dengan tujuh
anggota badan. Sungguh, suatu penciptaan yang lebih besar, agung dan unik ketimbang
penciptaan alam yang lain, seperti bumi dan langit serta apa yang ada di dalamnya. Betapa
tidak! Suatu keterangan menyebutkan bahwa Allah swt. menciptakan tujuh unsur keindahan
(kebagusan) sebagai hiasan dan sifat bagi masing-masing tujuh macam makhluk-Nya yang
ada di alam langit dan bumi :
1.        Kehalusan (lathafah) surga.
2.        Keelokan (aflahah) bidadari.
3.        Sinar (Dhiya) matahari.
4.        Cahaya (nur) bulan
5.        Kekelaman (Zhalam) malam
6.        Kelunakan (Riqqah) sifat air
7.        Kelembutan (diqqah) udara.
Dia menjadikan tujuh unsur tersebut apda satu jenis makhluk-Nya, yakni manusia (Adam
dan Hawa), sebagai sifat keistimewaan. Allah menjadikan kehalusan pada ruh manusia,
keelokan pada pipinya, cahaya pada wajah, sinar apda sorot matanya, kekelaman pada
rambutnya, dan kelemahlembutan pada kalbu dan perasannya. Maka nyatalah, bahwa kejadian
alam manusia jauh lebih besar, agung dan unik aripada kejadian bumi dan langit. Manusia
adalah satu-satunya makhluk yang paling sempurna. Terkumpul pada dirinya segala yang tidak
pernah ada pada makhluk lain.
Kalau langit memiliki ketinggian, manusia pun memiliki bentuk dan sikap tegak (tinggi).
Jagad raya mempunyai matahari dan bulan, manusia juga memiliki dua mata yang bersinar.
Jika di galaksi terdapat taburan bintang gemintang, maka pada manusia terdapa tgigi-gigi yang
putih cemerlang. Apabila langit menumpahkan hujan, manusia menumpahkan air mata. Jikalau
langit mengeluarkan petir, maka manusia mengeluarkan suara bersin. Bila bumi memiliki
kemantapan tiada terguncang, manusia memiliki ketenangan. Kalau bumi mengalirkan sungai-
sungai, maka manusia mengalirkan keringat. Sedangkan perasaan manusia adalah laksana
tetumbuhan.
Jika di langit ada “Arasy”, maka pada diri sang mukmin ada cita-cita yang lebih tinggi dan
besar. Di sana terdapat surga nan Indah, di dalam diri sang Mukmin terdapat kalbu yang lebih
indah. Karena surga adalah tempat pelampiasan kepuasan kehendak dan nafsu syahwat, yang
penjaganya adalah malaikat, Adapun kalbu, ia adalah tempat mukmin ma’rifat, yang
pemeliharanya adalah Allah Maha Melihat.
Telah diriwayatkan, pernah seorang Nabi bermunajat kepada Allah Ta’ala : “Ilahi, setiap
penguasa (raja) memiliki gudang (kas) perbendahraan. Maka apakah gudang-Mu?”
“Gudang perbendaharaan-Ku lebih besar daripada Arasy, lebih lebar daripada kursi-Ku,
lebih semerbak dari pada bau surga, dan lebih megah daripada seluruh kerajaan : hati sang
mukmin. Buminya adalah ma’rifat, langitnya iman, mataharinya rindu kasmaran pada Allah,
bulannya rasa cinta (mahabbah), bintang-bintangnya detak-detak suara hati, sedang debunya
cita-cita (himmah). Adapun temboknya berupa keyakinan, meganya akal budi dan hujannya
rahmat (kasih sayang). Pohon-pohonnya ketaatan, yang buahnya adalah hikmat. Dan
semuanya memiliki empat tiang : tawakal, sabar, yakin dan kemuliaan; keperkasaan;
keagungan serta harga diri, yang dilengkapi dengan pintu ilmu, pintu keramahan, pintu
keridhaan dan pintu kesabaran, yang kuncinya adalah akal pikiran.”
Allah menciptakan di alam ini tujuh langit, sedang bagi manusia Ia ciptakan tujuh anggota
badan. Allah menciptakan di alam ini matahari, sedang pada manusia (mikmin) Ia ciptakan
ma’rifat hati. Bila di alam ini Allam menciptakan bulan, maka pada manusia Ia ciptakan pikiran.
Jika di alam (langit) ini bertaburan butir-butir bintang, maka pada manusia bertaburan ilmu
pengetahuan. Andai di alam ada burung-burung beterbangan, maka pada manusia ada detak
hati dan aneka perasaan. Adapun gunungnya (manusia) ialah tulang belulang. Jika di alam ada
empat macam air : tawar, pahit, asin dan berbau busuk, maka pada manusia terdapat ludah
yang tawar, air telinga yang rasanya pahit, air mata yang asin, dan air hidung yang berbau
busuk.
“Dan dalam kejadian dirimu, apakah kamu tidak pernah memandang (memperhatikan)
dan memikirkan......?” (Qs. 5 : 21).

6.      PENCIPTAAN TUJUH RANGKAIN HARI


Edit : Pujo Prayitno
Andai orang-orang mau menggunakan akal mereka memikirkan hakikat kejadian tujuh
langit, tujuh bumi, tujuh samudra, tujuh neraka, serta jika mereka mau merenungkan
penciptaan manusia yang dilengkapi dengan tujuh anggota badannya, dan bahwa Allah
pemberi rizki mereka (orang-orang gyang punya otak), niscaya sadarlah ia sesadar-sadarnya
bahwa semua itu merupakan dalil dan bukti bahwa Pencipta semua itu bukanlah termasuk ke
dalam makhluk-Nya yang tujuh macam, yang tidak serupa sama sekali dengan mereka, dan
tak pula bergantung pada mereka, bahkan Dia-lah pencipta yang tujuh, pemberi rizki mereka,
yang menghidupkan dan yang mematikan makhluk-makhlluk-Nya.
Sebagin ulama berbicara : “Oleh karena Allah swt. menciptakan langit dan bumi pada
hari Ahad, maka bagi siapa saja yang hendak membangun sesuatu atau bercocok tanam,
sebaiknyalah pada hari Ahad. Dan oleh karena Matahari dan Bulan sebagai benda angkasa
yang selalu beredar dan berkeliling diciptakan oleh Allah pada hari Senin, maka sebaiknyalah
orang yang hendak berangkat menuju suatu tempat atau bepergian, melakukannya pada hari
Senin.
Sedangkan untuk seseorang yang ingin melakukan bekam (canduk) atau mengeluarkan
darah kotor hendaklah hari Selasa, yang pada hari itulah Allah swt. menciptakan hewan dan
binatang-binatang dan memperkenankan penyembelihannya. Dan bilamana Alah Pencipta
telah menjadikan laut dan sungai pada hari Rabu, juga membolehkan memanfaatkan mulai hari
itu, maka bagi orang yang ingin meminum obat, mulailah pada hari Rabu. Adapun pada hari
Kamis, Allah menciptakan surga, menanamkan rasa rindu surga kepada manusia, menciptakan
neraka, dan meletakkan rasa benci, takut dan tak ingin masuk neraka pada hati manusia.
Karena itu jika anda ingin meminta, mengharapkan atau membutuhkan sesuatu dari orang
lain, maka hendaknya lakukanlah pada hari Kamis. Sedangkan pada hari Jum’at, selain
menciptakan Adam dan hawa (manusia), Allah menikahkan keduanya. Pada hari Jum’at pula
sebaiknya orang menikah atau menyambung tali silaturarahim.
Mengapa Allah menamakan hari pertama hari Ahad? Menurut sebagian ulama, karena :
“Pada hari itu Allah memulai penciptaan.”
Hari Ahad adalah awal semua rangkaian hari. Tak pernah ada sesuatu pun (ciptaan-Nya)
sebelumnya.
Dialah Allah Mahaada, yang Dahulu, yang Tak Berawal, Mahasuci Allah, Mahaluhur,
tiada Tuhan selian Allah, sebenar-benar Raja.
Berikan hatimu kepada yang engkau cintai
Dan kau rindu
Namun ketahuilah
Tiada cinta sejati, kecuali
Kekasihmu pertama (Allah Ta’ala).
Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan yang Batin. Ketahuilah! Andai hatimu
rindu dan cinta kepada ayah bunda, kepada anak istri atau saudara, karib kerabat dan harta
benda, namun tatkala hayatmu berpisah dari badan, berakhirlah segalanya, dan putuslah
hubungan kalbumu dengan mereka. Oleh karena itu, jadikanlah Tuhan-mu, Allah, sebagai
kekasih pertama dan sejatimu. Dengarlah seruan Mahasuci : “Abdu-Ku, Akulah kekasihmu
yang pertama. Kau akan Merindukan-Ku. Dan membutuhkan-Ku pada Hari Kiamat, niscaya
Aku akan memuliakanmu.”
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi
diridhai.” (Qs. 89:27-28).
Dengarlah pula seruan-Nya yang lain :
“Abdi-Ku, ketahuilah! Bahwa kekasihmu itu ada empat :
1.        Kekasih yang bermanfaat pada masa kecil atau mudamu, namun menjadi berkurang daya
manfaatnya, pada hari akhir (saat besar dan tua) hidupmu. Itulah orang tuamu. Mereka
bermanfaat dan meberi perhatian penuh kepadamu. Mereka mampu mengasuh,
mengurus, membesarkan dan mencukupi segala kebutuhan hidupmu tatkala engkau
masih kecil dan muda. Setelah engkau besar, terlebih-lebih setelah engkau tua, mereka
menjadi tua renta, lemah dan tak mampu mengasuh dan mengurusmu lagi.
2.        Kekasih yang memberi manfaat, mampu mengurus dan mencurahkan perhatian
kepadamu ketika engkau tua, namun tidak mampu mengurusmu (kurang bermanfaat)
serta tidak mampu mencukupi kebutuhanmu pada awal masa muda dan kuatmu. Kekasih
itu tak lain adalah anak-anak (putra-putrimu). Mereka mengurusmu dan membalas jasa
(bermanfaat) kepadamu pada hari-hari tuamu hingga akhir hayatmu.
3.        Kekasih yang hanya mampu dan melibatkan diri dalam urusan lahiriahmu, dan tak mampu
serta tak boleh melibatkan diri dalam persoalan batin, keluarga, dan pribadimu. Itulah
kenalan, sahabt atau rekanmu. Mereka hanya menyambung gagasan dalam masalah
lahiriahmu.
4.        Kekasih yang hanya layak dan bermanfaat dalam masalah-masalah batiniah dan rumah
tanggamu, namun tidak mampu, tidak layak, serta kurang bermanfaat dalam masalah-
masalah lahiriahmu. Kekasihmu ini adalah isteri dan keluargamu. Mereka hanya patut
melibatkan diri dalam memecahkan perkara pribadi dan batiniah dengan mencurahkan
daya dan perhatian.”
Allah melanjutkan : “Hamba-Ku, jika engkau ingin mencintai seseorang, maka cintailah
Aku. Aku adalah kekasihmu yang paling patut, paling memberi manfaat dan mampu
menolongmu kapan saja dalam segala persoalan, baik pada masa kecil dan muda perkasamu,
maupun pada masa akhir dan tuamu, dalam masalah lahiriah maupun batiniah.
Alah menamakan hari Ahad, dari salah satu nama-Nya. Al-Ahad.
“Katakanlah! Dialah Allah yang Ahad (Esa, Tunggal).” (Qs. 112:1).
Al-Ahad, dalam al-Qur’an mempunyai tujuh arti :
1.        Allah swt. (seperti ayat di atas (Qs.112:1) juga dalam ayat : “Apakah ia menyangka bahwa
tiada (Allah) yang melihatnya?” (Qs. 90:7); “Apakah ia (Manusia) itu menyangka bahwa
sekali-kali tiada yang berkuasa atasnya?” (Qs. 90:5).
2.        Nabi Muhammad saw. : “(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang
(Muhammad) (Qs. 3:153); “.......... dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada
seseorang pun (Muhammad) untuk menyusahkannya.” (Qs. 59:11).
3.        Bilal r.a. : “Padahal tidak ada satu pun yang memberikan sesuatu nikmat kepadanya yang
harus dibalasnya.” (Qs. 92:19).
4.        Amalikha (salah seorang pemuda gua (Ashabul Kahfi) : “Maka utuslah seorang di
antaramu pergi ke kota dengan uang perakmu ini.” (Qs. 18:19).
5.        Diqyanus : “Dan janganlah sekali-kali dia menceritakan halmu kepada seseorang pun
(Diqyanus).” (Qs. 18:19).
6.        Zaid bin Haritsah. R.a. : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang lelaki di
antara kalian.” (Qs. 18:19).
7.        Makhluk Allah : “..... dan janganlah mempersekutukan dengan apa pun dalam beribadat
kepada Tuhannya.” (Qs. 18:110).
Pengakuan orang-orang Nasrani : “Ini hari kita.” Maka Allah swt. menolak
pengakuan mereka dengan penegasan-Nya tentang hari Ahad.
Ketahuilah bahwa manusia, setelah Nabi Isa a.s. terpecah menjadi empat
kelompok :
1.        Kelompok Nusthuriah : Kelompok ini berpendapat bahwa Isa as. Adalah anak Allah, dan
Maryam adalah isteri-Nya (Maha Suci Allah dari tuduhan keji mereka ini, Pen).
2.        Kelompok Ya’qubiah : “Mereka berpendapat bahwa Isa a.s. ialah Tuhan Allah yang turun
dari langit ke rahim Maryam, lalu lahir ke bumi (Maha Suci Allah dari tuduhan keji ini dan
semoga Allah mengutuk mereka. Pen).
3.        Kelompok Malkaniah : “Mereka menuduh bahwa Tuhan itu ada tiga : Maryam, Isa dan
Allah (Maha Suci Allah dari kedustaan mereka. Pen). Al-Qur’an telah menolak pendapat
orang-orang pandir ini : “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan Allah itu
yang ketiga dari yang tiga.” (Qs. 5:75).
4.        Kelompok (ahli) Haq : “Mereka membantah keras tuduhan busuk ketiga golongan di atas,
kelompok ini mengatakan “Tidak. Isa bukanlah Tuhan. Dia adalah hamba Allah.” Kelompok
ini bertumpu pada dua ayat berikut : (1) “Itulah Isa Putera Maryam, yang mengatakan
kata-kata yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (Qs.
19:34). (2) “Katakanlah! Dia-lah Allah yang Mahaesa. Yang tidak beranak dan tak
diperanakkan. Yang tidak pula ada sesuatu yang setara dengan-Nya.” (Qs. 112:1-4).
.Tentang surat terakhir ini sebagian ulama mengatakan bahwa sebab turunnya surat
tersebut aalah lantaran seorang kafir musyrik dengan sombong mengaku dan menyatakan diri
sebagai sekutu Tuhan, dan surat tersebut turun sebagai penolakan terhadapnya. Sebagian
yang lain mengatakan bahwa pada suatu saat kaum musyrikin Arab mengejek Rasulullah saw.
: “Ceritakanlah kepada kami tentang Tuhanmu, hai Muhammad! Dari bangsa dan jenis apakah
Ia?” Dari emas, perak, besi atau tembaga?” Pada saat itulah Jibril a.s. turun dengan membawa
surat (al-Ikhlas) ini dan berkata :
“Wahai insan gagah satria
Wahai insan peling lembut dan manis
Tuturnya
Wahai Nabi termulia, Rasul paling utama,
Katakanlah : “Dialah Allah yang Mahaesa.
Yang kepada-Nya bergantung segala sesuatu (ash-Shamad).”
Pengertian Ash-Ahamad ialah yang punya puncak kemuliaan (yang tak satu pun melebihi
kemuliaan-Nya). Ash-Shamad adalah Dia yang kita tuju yang kita bergantung kepada-Nya)
dalam segala urusan dan kebutuhan. Ada yang mengatakan bahwa arti Ash-Shamad ialah
yang tak makan dan tak minum, yang tidak tidur dan yang berdiri sendiri, yang tak beranak dan
tak diperanakkan.
Menurut Ibnu Abbas, arti Ash-Shamad ialah yang tak mungkin siapa pun dapat
mengatasi atau melebihi-Nya. Dan menurut Maqatil, Ash-Shamad ialah yang suci dari aib dan
segala cela. Adapun menurut Imam Malik, Ash-Shamad ialah yang tak tersentuh oleh kantuk
ataupun tidur. Sedangkan menurut Abu Hurairah, arti Ash-Shamad ialah Yang Mahakaya,
Mahacukup (tak membutuhkan segala sesuatu), dan yang dibutuhkan oleh segala sessuatu.
Dari sisi lain, makna surat ini, ialah :
1.        Qul : mengandung rahasia : “Menetapkan wahyu da al-Qur’an.
2.        Huwa : mengandung rahasia : “bebas dari ketiadaan dan kehampaan.”
3.        Allah : mengandung rahasia : “bebas dari kekafira dan penggantian agama.”
4.        Ahad : mengandung rahasia : “bebas dari kemusyrikan.”
5.        Allahu Shamad : mengandung arti rahasia : “ketidakadaan cela dan bencana dari-Nya
secara terperinci (tafshili).”
6.        Lamyalid walam yulad : mengandung rahasia “tidak memperbanyak serta melebih-
lebihkan.”
7.        Walam yakul lahu kufuan Ahad : mengandung arti rahasia : tidak adanya sekutu dan
keserupaan.”
Wahai orang-orang yang bijak, katakanlah : “Huwa.” Wahai orang-orang yang rindu,
katakanlah : “Allah.” Wahai orang-orang yang taat, ucapkanlah : “Ahad.” Wahai orang-orang
yang zuhud, katakanlah : “Ash_Shamad.” Wahai orang-orang yang ‘alim, katakanlah : “Lam
yalid.” Dan wahai orang-orang yang berbuat maksiat, ucapkanlah : “Walam yakul lahu kufuan
Ahad!”.
Ada pula yang mengatakan, wahai hati, ucapkanlah : “Huwa.” Wahai sirr (nurani),
ucapkanlan : “Allah.” Wahai ruh, katakanlah : “Ahad.” Wahai lisan sebutlah : “Ash_shamad.”
Wahai pendengaran, katakanlah : “Lam yalid wa lam yulad.” Wahai pandangan, ucapkanlah :
“Wa lam yakul lahu kufuan Ahad.”
Selanjutnya, hayatilah seruan Allah di bawah ini dalam kata-kata lain : “Wahai para
musafir pencari kebenaran : “Huwa” adalah isyarat tentang-Ku. Wahai orang-orang yang
mencintai-Ku, “Allah” adalah nama-Ku. Waahai umat tauhid, “Ahad” ialah sifat-Ku. Wahai
orang-orang yang rindu kepada-Ku, “Ash_shamad adalah sifat-Ku. Wahai orang-orang yang
suka beramal : “Lam yalid walam yulad” adalah nisbat-Ku. Wahai orang-orang yang bijak, “Wa
lam yakul lahu kufuan Ahad.” Adalah kehebatan-Ku.”
BAB III.
TENTANG HARI SENIN
Edit : Pujo Prayitno
“Jangan kalian menjadikan dua Tuhan!.” (Qs. 16:51).
Anas bin Malik r.a. berkata : “Rasulullah pernah ditanya tentang hari Senin. “Hari Senin
adalah hari bepergian dan berdagang.” Jawab beliau.
“Mengapa disebut hari bepergian dan berdagang, Ya Rasulullah?” tanya mereka kembali.
“Karena pada hari Senin, Nabiyullah Syits a.s. pergi berniaga dan memperoleh
keuntungan.” Jawab Rasulullah saw.”
Sebagian ulama meriwayatkan bahwa ada tujuh kisah penting yang terjadi pada hari
Senin : “Kenaikan Nabi Idris a.s. ke langit; bepergian Nabi Musa a.s. ke bukit Thursina;
turunnya wahyu tentang ke-Esaan Allah Ta’ala; lahirnya Muhammad Rasulullah saw.; awal
turunnya Jibril a.s. membawa wahyu kepada Rasulullah saw.; diperlihatkannya amal-amal
Mukminin kepada Nabi Muhammad saw.; wafatnya Habibullah, Muhammad saw.

1.         KENAIKAN NABI IDRIS a.s. KE LANGIT


Edit : Pujo Prayitno
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Nabi Idris yang tersbut di
dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat benar lagi seorang Nabi. Dan
Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Qs. 19:56 -57).
Sebenarnya, nama Idris adalah “Uhnukh”. Ia mendapat predikat Idris karena banyak ber-
tadarus (membaca) Kitabullah (al-Qur’an). Padahal pekerjaan sehari-harinya ialah tukang jahit.
Acap kali ketika menusukan jarum, ia senantiasa melafalkan tasbih (Subhanallah, Pen).
Kepada Allah. Bila sudah selesai jahitan diserahkan kepada pemiliknya dengan segera tanpa
menuntut imbalan. Di samping seorang penjahit, ia juga ahli ibadat siang dan malam, sampai-
sampai malaikat maut ingin menziarahinya, agar langsung dapat mengetahui ketekunan
inbadahnya.
Suatu ketika, setelah memohon izin kepada Allah, datang kepadanya malaikat maut
menyamar sebagai seorang lelaki tampan membawa makanan surga untuk hidangan buka
puasa Nabi Idris a.s. sore itu. Sebagaimana biasa, ia berbuka puasa setiap hari dengan
makanan surga yang dibawakan oleh malaikat.
“Makanlah!” Nabi Idris a.s. mulai berbuka seraya menawarkan kepada lelaki (malaikat
maut) yang duduk mendampinginya. Sang lelaki diam saja. Seusai berbuka, Idris a.s. shalat.
Lali ia menenggelamkan diri dalam kekhusyukan ibadah dan munajat kepada Allah swt. hingga
menjelang fajar, bahkan sampai matahari menyingsing. Sang lelaki tetap menunggunya dan
tidak pernah bergeser dari tempat duduknya.
“Hai laki-laki!” tegus Idris sesudah Shalat. “Tidaklah lebih baik kita berjalan-jalan
menghilangkan kebekuan, menjemput keceriaan dan keriangan?”
“Baiklah.” Sambut malaikat maut. Maka berjalanlah keduanya hingga sampai di
persawahan.
“Aduhai ‘kan kupetik tangkai padi itu, untuk kumakan isinya.” Ujar sang lelaki.
“Subhanallah,” sekarang Anda hendak makan barang haram setelah semalam tak mau
kuajak makan?” sambut Nabi Idris terkejut.
Empat hari lamanya mereka bergaul. Dan nampaklah oleh Idris bahwa sifat dan tabiat
lelaki tersebut banyak berlainan dengan manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris bertanya kepada
lelaki itu : “Siapakah Anda sebenarnya?”
“Aku malaikat maut.”
“Anda sang pencabut nyawa?”
“Betul.”
“Sudah empat hari Anda bersamaku. Apakah Anda sudah mencabut nyawa seseorang?”
“Tentu. Malah sudah banyak sekali nyawa yang kucabut. Begitu aku mencabut nyawa
seperti mencomot hidangan di piring sesuap demi sesuap.”
“apakah maksud kedatangan Anda untuk menjemputku, atau berkunjung?”
“aku datang untuk berkunjung.”
“Sekarang aku ingin Anda mencabut ruhku, Tetapi mohonlah kepada Allah supaya aku
dihidupkan kembali. Sehingga setelah merasakan mati, aku akan bertambah beribadah.” Pinta
Idris.
“Aku tak akan mencabut nyawa siapa pun tanpa izin Allah Ta’ala.” Jawab malaikat maut.
Lalu turunlah wahyu mengabulkan keinginan Idris a.s. Malaikat maut pun mencabut
nyawa Idris. Setelah Nabi Idris a.s. wafat, malaikat menjadi sedih berurai air mata. Ia berdoa
agar temannya. Idris dihidupkan kembali. Doanya dikabulkan Allah. Idris a.s. kembali hidup
seperti sedia kala.
“Saudaraku, Idris bagaimanakah rasanya mati?” tanya malaikat maut kepadanya seraya
merangkulnya.
“Sungguh, betapa mati itu lebih terasa pedih ketimbang yang dirasakan oleh seekor
binatang yang dikuliti dalam keadaan hidu-hidup sampai seribu kali.” Demikian Idris melukiskan
pengalaman matinya.
“Padahal inilah pencabutan nyawa yang paling hati-hati kulakukan dan dengan amat
kasih sayang kepadamu, yang belum pernah kuperbuat terhadap seseorang pun selainmu.”
Sambut malaikat maut.
“Wahai malaikat maut, kini kau punya keinginan lain. Aku ingin melihat Jahanam untuk
rasa takutku kepadanya, dan agar akau semakin giat beribadah kepada Allah, setelah aku
menyaksikan berbagai siksaan dan keadaan di sana.” Kata Idris.
“Mana mungkin kita bisa ke neraka tana izin-Nya.” Wahyu pun turun memperkenankan.
Maka pergilah Idris bersama malaikat maut ke neraka Jahanam menyaksikan berbagai alat
penyiksaan. : belenggu dan rantai-rantai, kobaran api dan duri-duri, timah amat panas dan air
yang mendidih bergolak, ular-ular besar dan kalajengking-kalajengking.
Sepulang dari neraka, ia berkata : “Malaikat maut, sekarang aku ingin mengetahui surga.
Aku ingin menyaksikan segala yang ada di sana : seperti puspa ragam keindahan, aneka
kenikmatan dan kesenangan yang disediakan oleh Allah untuk orang-orang yagn beramal
saleh. Agar aku lebih taat lagi.”
“Kita dapat masuk surga hanya dengan izin Allah.” Jawab malaikat. Wahyu pun turun,
dan berangkatlah mereka ke surga. Tampak di mata Idris a.s. perbagai keindahan di kanan kiri
aneka pemandangan penuh nikmat dan kesenangan, kelezatan dan kemegahan yang amat
mengesankan, menyejukan hati dan sedap dipandang mata. Ketika itulah ia berkata kepada
malaikat mat : “Saudaraku pahit getir dan sakit pedihnya mati telah kurasakan. Neraka telah
kumasuki, dengan keadaannya yang mengerikan. Maka mohonkan kepada Allah agar aku
boleh masuk ke dalam surga dan meneguk airnya yang sejuk segar, penghapus rasa getir dan
penawar pedihnya mati.
Ia masuk setelah Alalh memperkenankan. Kemudian keluar sebentar, lalu kembali masuk
untuk kedua kalinya sambil menaruh terumpahnya di pohon surgawi. Sesudah keluar, ia
berkata kepada malaikat mat : “Terumpahku telah kutinggalkan di dalam surga sana.”
“Ambillah!” seru malaikat.
Idris a.s. masuk sekali lagi, dan tidak mau keluar lagi. Ketika malaikat maut
memanggilnya keluar, Idris a.s. menolak tak perduli.
“Bukankah Allah berfirman :
“Setiap jiwa akan mengalami mati .....” (Qs. 3:185).
Dan aku sudah mati. Dan Dia berfirman :
“Dan tiadalah seseorang melainkan mendatanginya (neraka)...” (Qs. 19:71).
Sedang aku sudah ke sana. Juga firman-Nya :
“Dan tidaklah mereka (di dalam surga) keluar darinya........” (Qs. 15 : 48).
Maka Allah mewahyukan : “Ya malaikat maut, biarlah dia! Aku memutuskan dia untuk
terlebih dahulu tinggal di dalam surga.” Kisah ini dibawakan olrh Rasulullah saw.
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Idris yang tersebut di dalam al-
Qur’an. Sesungguhnya ia seorang yang benar dan seorang Nabi. Dan Kami telah
mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Qs. 19:56-57).
Sungguh berbahagia Idris di tengah-tengah keindahan taman Firdaus nan abadi dan di
taman bahagia duniawi, berkat pelajaran yang dianugerahkan Allah Pengurus langit dan bumi.
Idris banyak membaca Kitabullah dan dapat menentang kejahatan iblis terkutuk.

2.         KENAIKAN MUSA a.s. KE BUKIT THURSINA


Edit : Pujo Prayitno
“Dan tatkala Musa datang (untuk bermunajat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan .....” (Qs. 7:143).
Ada tujuh perjalanan Musa a.s. yang bersejarah dalam hidupnya :
1.    Perjalanan untuk menghindari amarah serta ancaman Fir’aun yang zalim, dengan
dihanyutkan oleh ibunya di sungai (safarul ghadhab). “Dan Kami ilhamkan kepada ibu
Musa : Susukanlah dia, dan apabila kamu khawatir kepadanya, hanyutkanlah dia di sungai
(nil)” .....” (Qs. 28:7).
2.    Perjalanan Musa a.s. sewaktu melarikan diri dari negeri Mesir ke Madyan (safarul Harb).
“(Maka keluarlah Musa a.s.) dari kota itu, dengan rasa takut menunggu-nunggu, ia berdoa :
“Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim!” (Qs. 28:21).
3.    Perjalanan dalam mencari titik cahaya api yang dia lihat ketika membutuhkannya di tengah
perjalanan pulang dari negeri Madyan (Safaruth thaib). “Maka tatkala Musa telah
menyelesaikan waktu yang ditentukan dan berangkat bersama isterinya, dilihatnya api yang
berkedip di lereng gunung, ia berkata kepada keluarganya : “Tunggulah (di sini),
sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suluh api agar kamu
dapat menghangatkan badan.” (Qs. 28:29)
4.    Perjalanan yang menyebabkan kebinasaan musuhnya. Yaitu tatkala ia membelah laut untuk
menyelamatkan diri dan kaumnya, sedang Fir’aun dan pasukannya yang menguntitnya
tenggelam digulung air hingga binasa (safurus sabab). “Dan Kami tenggelamkan golongan
yang lain (Fir’aun dan kaumnya.” (Qs. 26:65-66).
5.    Perjalanan yang sarat dengan keheranan, sat Musa a.s. dan para pengikutnya terdapar di
tanah sesat (negeri Tih) selama empat puluh tahun, yang Allah beri makan mereka dengan
manna dan salwa (sebangsa madu dan manisan – Pen), dan Ia pancarkan mata air dari
batu sebagai minuman mereka (safarul ‘ajab). “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air
untuk kaumnya, lalu kami berfirman : “Pukullah batu itu dengan tongkatmu! ‘Lalu memancar
darinya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempt minumnya.” (Qs.
12:60). “Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu Manna dan
salwa .....” (Qs. 2:56).
Menurut sumber lain, jumlah pengikut Musa di negeri Tih kala itu adalah tujuhpuluh
ribu orang.
6.    Perjalanan dalam mencari Nabi Khdihir a.s. untuk berguru, hingga sampai di tempat
pertemuan dua laut (safarul ladab). “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya
(Yusya bin Nun) : “Aku tak akan berhenti berjalan sebelum sampai di pertemuan dua lautan,
atau aku akan berjalan hingga bertahun-tahun.” (Qs. 18:60).
7.    Perjalanan penuh suka cita, yaitu ketika naik bukit Thursina untuk bermunajat kepada Alalh
swt. (safiruth tharb).
“Dan ketika Musa datang (bermunajat kepada-Ku) pada wktu yang Kami tentukan.”
(Qs. 7:143).
Ayat ini melukiskan mi’rajna Musa dan sebagai dalil penguat kejadian besar (Isra
Mi’raj nabi Muhammad saw.) yang diabadikan dalam ayat :
“Maahsuci (Allah) yang telah menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Qs. 17:1).
Pada Mi’raj keduanya (Musa a.s. dan Rasulullah saw.) terdapat beberapa perbedaan :
1.        Musa a.s. naik ke Bukit Thursina. Sedangkan Rasulullah saw. turun dari Buraq di Batil
Maqdis lalu dinaikan oleh Allah Maula ‘Azza wa Jalla ke angkasa hingga ke Sidratil
Muntaha. Sesampainya di sebuah tempat, beliau berkata dalam hati : “Wahai, di manakah
gerangan berada jiwa al-Musthafa ini?” Kalbunya menyahut dengan seuntai tanya : “Wahai,
dimanakah perasaan al-Musthafa ini berada?” “Ah, Muhammad tengah menyaksikan apa
pula ?” nuraninya bertanya.
2.        Nabi Musa a.s. Mi’raj ke bukit Thursina, sedangkan Nabi Muhammad Mi’raj ke atas
hamparan cahaya.
3.        Kepada Nabi Musa a.s. Allah berfirman : “Mengapa kamu datang lebih cepat daripada
kaummu hai Musa>” (Qs. 20:83). Sedangkan kepada Rasulullah saw. Allah berfirman :
“Mahasuci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan tanda-tanda
kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. 17:1).
4.        Kepada Musa a.s. Allah memerintahkan agar melepas alas kakinya. “ ..... maka tanggalkan
kedua terumpahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah suci Thuwa.” (Qs. 20:12).
Adapun kepada Nabi Muhammad saw. Allah melarang melepaskan terumpahnya : “Jangan
kau lepaskan sandalmu!.”
Menurut sebuah riwayat, Rasul saw. pernah bercerita : “Aku bermaksud akan melepas
alas kaki pada malam Isra Mi’rajku. Tapi tiba-tiba kudengar suara : “Jangan! Jangan kau
tinggal terumpahmu. Kenakanlah! Agar “Arasy mendapat kehormatan dan Kursi-Ku menjadi
di bawah tapak alas kakimu!”. Aku Muhammad berkata : “Ya Rabbi, Kau titahkan saudaraku,
Musa, meelpaskan alas kakinya saat di lembah suci Thuwa untuk menghadap-Mu.” Allah
Ta’ala menjawab : “Dekatlah engkau ke sini Ya Ahmad! Hampirlah kemari, wahai Abal
Qasim! Engkau bukanlah Musa. Dia Kalim-Ku, sedang engkau Habib.”
Adapun Musa a.s. (Sebagaimana tersebut dalam Qs. 7:43), dikala datang ke Miqat
Allah swt. (pada saat yang telah Ia tentukan), dia berkeinginan amat melewati batas
kehendak seorang manusia : ingin melihat Allah secara langsung. Tapi Allah berfirman :
“Wahai Musa! Itu tak mungkin. Jauh ....! Amat jauh sekali engkau dapat melihat-Ku. Aku
adalah Allah, Mahawelas, Mahasayang, yang apda hari ini ( di dunia) tak mungkin mata
dapat memandang dan melihat-Nya.

3.         TURUNNYA AYAT TENTANG KEESAAN ALLAH PADA HARI SENIN


Edit : Pujo Prayitno
“Janganlah kalian menduakan Tuhan.” (Qs. 16:51).
“...... maka jika anak itu semuanya perempuan, lebih dari dua.” (Qs. 4:11).
Mahasuci Allah dari semua itu. Dialah Allah Tuhan Mahaesa, Mahatunggal, tiada sekutu
bagi-Nya, tiada yang menyerupai-Nya, yang menjadikan sesuatu berpasang-pasangan
(itsnain). Dia menciptakan Arasy dan Kursi, siang dan malam, pepohonan dan sungai, dan
manusia, surga dan neraka, daratan dan lautan, Lauh (papan) dan Qalam (pena), Dia ciptakan
bulan dan matahari, langit dan bumi. Ia pasang-pasangkan sehat dan sakit, luas dan sempit,
sunnah dan kewajiban, pertemeuan dan perpisahan, kebaikan dan keburukan, mafaat dan
mudharat, mati dan hidup.
Dialah Allah pencipta tanah dan tanaman, yang menjadikan terang dan gelap, teduh dan
panas, bermacam-macam penyakit, kesenangan, kedukaan, bebatuan, rambut, laki-laki dan
perempuan, kalbu dan lisan, tangan, kaki, telinga dan mata. Semua merupakan bukti, fakta dan
pernyataan kepada segenap makhluk bahwa Dia Mahapencipta, Tuhan yang Mahaesa, tempat
bergantung segala sesuatu, yang tiada Tuhan selain-Nya.
“Janganlah kalian menduakan Tuhan.” (Qs.16:51).
Ayat ini merupakan dalil tentang keesaan Allah Ta’ala. Siapa yang mau memikirkan dan
melihatnya dengan mata ma’rifat dan iman, niscaya ia akan mendapatkan bahwa penciptanya
adalah Allah yang Mahakuasa, Mahatunggal, Maha Pengasih dan Pengarunia nikmat, yang
mewujudkan alam semesta, Pengendali peredaran waktu.
“Sungguh heran
Mengapa bermaksiat, menetang dan ingkar
Terhadap Allah Rabbul ‘Izzati
Padahal
Dialah Penggerak, Pengendali segala
Sesuatu
Lagi Penyaksi abadi
Di balikyang berkelip ada bukti
Dialah, Allah Mahaesa lagi Mahasuci.”

4.         KELAHIRAN RASULULLAH


Edit : Pujo Prayitno
Ada beberapa mukjizat yang mengiringi kelahiran Rasulullah :
1.    Lepasnya sang bunda al-Mushtafa tercinta (Aminah) dari derita selama mengandung.
2.    Tiada menembus kalbu sang Mukmmmdirasakan sang bunda rasa sakit dan pedih sewaktu
melahirkan.
3.    Beliau lahir sudah dalam keadaan dikhitan.
4.    Dari sejak beliau lahir hingga kiamat, setan dilarang memanjat ke langit untuk mengikuti
pecakapan para malaikat.
Pada saat kelahiran Rasulullah, setan dan iblis terkutuk berembuk : “Dahulu kita
diperkenankan Allah naik ke langit, namun mulai hari ini kita dilarang ke sana untuk
selamanya.”
“Sekarang.” Ujar iblis kepada setan, “berkelilinglah kalian, berpencarlah ke timur da ke
barat, ada kejadian apakah kiranya!” Mereka pun berkeliaran hingga bertemu di Makkah.
Setiba di sana, mereka terheran-herandemi menyaksikan suatu peristiwa yang sang bayi al-
Musthafa tengah dikelilingi malaikat yang dengan riang gembira – mengucapkan selamat.
Sementara dari dirial-Musthafa mencuat cahaya ke langit.
“Binasalah aku!” pekik iblis menerima laporan dari setan-setan.
“Kiranya telah datang rahmat anak Adam, telah terbit tnda-tanda alam. Itu sebabnya kita
dilarang oleh Allah untuk nai ke langit. Karena langit merupakan pusat pandang mata
Muhammad dan ummatnya.” Katanya lagi.
“Dan Kami hiasi langit bagi orang-orang yang memandangnya.” (Qs. 15:16).
Apabila setan-setan tak mampu lagi menembus langit yang menjadi pusat pandangan
orang-orang Mukmin, bagaimana mungkin mereka dapat menembus kalbu sang Mukmin yang
merupakan tempat dan pusat pandang Allah al-Muhaimin.
Ka’ab al-Akhbar berkata : “Aku pernah membaca di dalam Taurat, bahwa Alalh pernah
menerangkan kepada umat Musa a.s. tentang saat kelahiran Muhammad saw. Disebutkan
bahwa apabila bintang ‘ats-Tsabit” (yang diam tak bergerak) yang kalian kenal itu suatu ketika
bergerak dan berjalan, maka pada saat itulah kelahiran Rasulullah saw. Namun setelah Rasul
lahir, mereka membungkam dan mengubur berita itu dalam kebencian mereka.”
“Allah telah menjelaskan pula dalam Injil, kepada kaum Isa a.s. bahwa saat kelahiran
seorang Rasul terakhir akan ditandai dengan tumbuh menghijau dan berbuahnya kembali
sebatang kurma yang telah kering kerontang. Tapi tatkala kabar dalam injil ini terbukti (pohon
kurma itu hidup dan berbuah) mereka mengingkari kenyataan, dan memendam peristiwa
kelahiran al-Musthafa itu di dalam kebungkaman lantaran iri dan benci.
Di dalam Zabur pun disebutkan bahwa ada sebuah mata air termasyhur yang telah lama
kering. Suatu saat ia akan kembali memancarkan airnya tepat pada saat lahirnya Nabi akhir
zaman. Namun setelah mengetahui hal itu, mereka menyembunyikannya di balik perasaan iri-
dengki mereka.”
5.    Tercurahnya kembali air susu Halimah Sa’diyah pada saat menyusui Nabi. Padahal
sebelumnya telah berhenti, tidak memancar dalam waktu yang lma. Dalam sebuah riwayat,
dikatakan bahwa Abdul Muthalib bercerita : “Kala itu aku tengah berada di sekitar Ka’bah. Tiba-
tiba aku terkejut melihat patung-patung bergelimpangan tunduk sujud ke hadirat Allah. Lalu
kudengar suara dari balik dinding Ka’bah : “Telah lahir seorang Rasul yang akan
menghancurleburkan benteng-benteng kekufuran dan menyucikan-Ku dari berhala-berhala
sesembahan serta menitahkan para insan beibadah kepada Allah, Maha Raja Diraja semesta
alam.”

5.         MALAIKAT JIBRIL TURUN PERTAMA KALI KEPADA RASULULLAH


Edit : Pujo Prayitno
Ada beberapa hal yang menjadi sebab turunnya wahyu yang pertama kepada Rasulullah.
Di antaranya ialah bahwa Muhammad bin Abdullah, sebelum menerima Nubuwwat,a dalah
seorang yang gemar ber-Khalwat (menyendiri untuk bertafakur – Pen) dan banyak beribadat.
Beliau isi hari-harinya selama empat puluh tahun dengan taat dan dekat kepada Allah. Sikap
dan kebiasaannya yang terpuji, luhur, disegani, dikagumi, dihormati, dan amat dicintai, hingga
digelari “al-Amin” (orang yang jujur dan terpercaya).
Kebiasaan-kebiasaannya seperti itu menambah terang cahaya cinta (mahabbah)
kepada-Nya di relung kalbunya, hingga mengalahkan rasa cinta kepada selain-Nya, dan
mendorong banyak bertafakur serta mengalirkan butir-butir airmata kepatuhan kepada-Nya.
Bila melihat orang karam di laut kesibukan
Katakanlah, ia tengah tenggelam dan kerinduan
Dan orang lain pun niscaya tahu keadaannya
Hamzah bin Abdul Muthalib paman Rasulullah, bertanya kepada Atikah, saudaranya :
“Tahukah kau apa yang sedang dirundung Muhammad, keponakan kita? Ia nampak demikian
pucat pasi, banyak merenung, tiada gairah bergaul seolah-olah ada sesuatu yang
menimpanya.”
Atikah diam. Sementara itu kaumnya, demi melihat keadaan Rasulullah murung,
mencoba melipur dan memecahkan persoalan yang dihadapi beliau.
“Muhammad, andai hatimu duka atau sakit, ceritakanlah kepada kami agar deritamu,
dapat kami tanggung pula.”
Tapi Rasulullah diam saja.
Beliau mengenakan kainnya, lalu berjalan menuju bukit Hira. Di sana beliau merintih
khusuk ke hadirat Alalh dengan rintihan yang menggoncangkan istana di tujuh langit, dan
menjadikan para bidadari surgawi mengadu kepada Allah tentang beliau karena iba.
“Ilahi, kami mendengar rintihan seorang manusia yang paling mencintai-Mu.” Saat itulah
Allah swt. menyuruh Jibril a.s. “Ya Jibril, tiba saatnya engkau membawa wahyu untuk
menerangkan hukum-hukum tentang perintah dan larangan-Ku. Turunlah kepda kekasih-Ku,
yang paling baik dan utama dari seluruh makhluk-Ku. Sampaikanlah salam dari-Ku kepadanya!
“Malaikat Jibril pun turun dan memanggil-manggil Nabi Muhammad saw. dari ruang angkasa.
Maka nampak di mata beliau sesosok makhluk berpakaian hijau-hijau.
“Bacalah!” perintah Jibril a.s. kepada Rasulullah yang merentangkan tangannya
ketakutan.
“Bacalah! Perintah Jibril sekali lagi sambil memegang dan mendekap Rasul.
“Aku tak bisa membaca.” Jawab Rasul gemetar.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Ia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.” (Qs. 96:1-2).
Setelah mengalami peristiwa bersejarah itu, Rasulullah pulang mengisahkan kepada
sang isteri, Khadijah.
“Khadijah, isteriku, selimuti aku! Selimutilah! Sungguh aku takut pada peristiwa luar biasa
tadi.”
“Duhai suamiku. Engkau penyambung silaturahim. Penyayang para yatim, pecinta
perkara-perkara agung, dan berbudi amat luhur, Tuhanmu niscaya tak akan memperlakukanmu
melainkan dengan kebaikan.” Khadijah sang isteri, mencoba menghibur dan menenangkan
perasaan sang sami dengan tutur yang lembut dan sendu.
“Terbertik di hatiku, mungkin peristiwa itu merupakan suatu berita besar dan agung yang
belum pernah dialami oleh para Nabi terdahulu.” Sambung Khadijah yang kemudian
menyelimuti Nabi. Lalu turun pula wahyu :
“Wahai orang yang berselimut, bangkitlah. Beri peringatanlah. Dan Tuhanmu,
besarkanlah!” (Qs. 74:1-3).
“Ya Khadijah, inilah makhluk yang pernah datang itu.”
“Wahai suamiku, akan kuuraikan rambutku. Bila setan, ia akan nampak, dan jika utusan
Allah ia tak terlihat.”
Setelah Khadijah menyibakkan rambut, bertuturlah Rasulullah : “Hai Khadijah, ia lenyap
dari pandanganku.”
“Ajaklah aku kepada Islam. Sungguh engkau adalah utusan Allah. Jibril a.s. telah datang
kepadamu.” Akhirnya masuk Islamlah Khadijah, Ummul Mukminin, satu-satunya wanita paling
awal memeluk Islam.

6.         PEMAPARAN AMAL-AMAL KAUM MUKMININ KEPADA RASULULLAH


Edit : Pujo Prayitno
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Nabi saw. bersabda : “Hidupku lebih baik bagimu,
dan matiku pun lebih baik bagimu.”
“Ya Rasulullah kami tahu bahwa hidupmu lebih baik bagi kami. Namun bagaimanakah
tentang wafatmu yang juga lebih baik bagi kami?”
Rasulullah menjawab : “Hidupku lebih baik untukmu, yakni kuajak kalian ke jalan Allah
dengan hikmah dan nasihat yang bijak. Adapun mengenai matiku lebih baik bagimu, karena
amal-amalmu diperlihatkan kepadaku pada setiap hari Senin dan Kamis Andai kutemui amal
saleh, gembiralah aku. Jika kulihat amal buruk dan dosa, aku beristighfar dan memohon
kepada Allah swt. agar mengampunimu.”

7.         WAFATNYA RASULULLAH


Edit : Pujo Prayitno
Ibnu Mas’ud berkata : “Di kala hari perpisahan Rasulullah saw. telah dekat, kami
berkumpul di rumah Aisyah. Beliau memandangi kami dengan berlinang air mata : “Selamat
datang saudara-saudaraku. Semoga Allah melimpahkan hidayah kemuliaan dan kasih sayang
kepada kalian. Aku berwasiat kepadamu, bertakwalah kepada Allah. Dia telah berpesan
kepadaku, yang telah menjadikanku khalifah kalian, bahwa aku adalah pembawa peringatan
yang nyata. Jangalah kalian berlaku sombong kepada-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan
kita!.”
“Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan
tidak berbuat kejahatan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu bagi orang-orang takwa.”
(Qs. 28:83).
“Kemudian kami bertanya tentang ajalnya. “Sesungguhnya.” Jawabnya : “Ajal telah
dekat, dan tempat berpulang hanyalah kepada Allah, ke sidratul Muntaha, ke surga dan Asary
yang tinggi.”
“Siapakah yang berkenan memandikanmu?”
“Seorang glaki-laki Ahlul Baitku.”
“Bagaimana cara kami mengafanimu, ya Rasulullah>”
“Cukup dengan bajuku ini, atau dengan kain tenunan Yaman, bila kalian mau.” Jawabnya
sendu.
“Dan siapa pula yang akanmenyalatimu?”
“Sementara beliau belum sempat menjawab, berderailah air mata sendu-sedan kami,
tiada tertahankan, menanggung kesedihan mengiringi cucuran air mata beliau. Beliau lantas
menjawab : “Tunggulah sejenak. Semoga Allah memaafkan kalian.”
“Seuasai memandikan dan mengafaniku, baringkanlah aku di atas peterana di rumah ini,
di sisi lobang lahatku. Lalu keluarlah kalian sejenak, yang pertama kali menyalatiku adalah
karibku Jibril, kemudian Mikail, Israfil dan izrail, bersama bala tentara mereka masing-masing.
Sesudah mereka, masuklah kalian secara bergantian. Hendaklah orang yang pertama kali
menyalatiku di antara kalian adalah seorang lelaki dari Ahlil Baitku, kemudian kamum
wanitanya. Barulah yang lain.”
“Sehari atau dua hari berselang, Rasulullah jatuh sakit (sakit terakhir) selama delapan
belas hari yang mengantarkannya ke akhir hayatnya. Pada hari Ahad, semakin bertambah
sakitnya. Kala itu Bilal mengumandangkan azan. Kemudian memanggil Rasul saw.
“Assalamu’alaikum, ya Rasulullah. Telah tiba waktu shalat!” Dari dalam, Fatimah az-
Zahra menjawab : “Rasulullah tengah sakit.” Mendengar jawaban Fatimah, Bilal kembali masuk
ke Masjid dengan perasan gelisah sampai fajar. Ketika fajar tiba, kembali memanggil-manggil
nabi. Kali ini beliau mendengar suara Bilal. “Masuklah Bilal, Aku sdang menanggung sakit.
Suruhlah Abu Bakar menjadi imam shalat kalian.”
“Dengan langkah gontai, Bilal keluar sambil mengeluh : “Oh, tolonglah aku. Tolonglah,
betapa remuk redam tulang balungku. Seandainya ibuku tak melahirkanku.”
“Wahai Abu Bakar, Rasulullah menyuruh Anda mengimami shalat pada subuh ini.” Kata
Bilal.
“Abu Bakar, yang berperasaan lembut, demi melihat Rasulullah tak ada di tempat
shalatnya, pingsan sehingga jamaah berhiruk pikuk sampai terdengar oleh Rasulullah.
“Fatimah, suara apakah itu?” Rasulullah bertanya kepada puterinya.”
“Suara riuh kaum muslimin di masjid, karena kehilangan ayah.” Jawab Fathimah.”
“Saat itu juga Rasulullah memanggil Ali bin Abi Thalib untuk membimbing Nabi ke Masjid.
Seusai shalat, Rasulullah berpidato : “Hadirin! Kalian adalah amanat Allah, dan dalam
naungan-Nya. Aku berpesan, bertakwalah kalian kepada Allah. Aku akan segera meninggalkan
dunia ini. Hari ini adalah hari awal akhiratku, dan hari akhir duniaku.”
Kemudian Allah memerintahkan malaikat maut :
“Datanglah engkau kepada kekasih-Ku, Muhammad, dengan sebaik-baik rupa dan
penampilan. Dan lemah-lembutlah dalam menjemput ruhnya. Bia ia memperkenankamu,
masuklah. Jika tidak, maka kembalilah!.”
“Assalamu’alaikum ya Ahlul Bait wahyu dan Risalah.” Malaikat maut turun mengetuk
pintu Rasulullah dengan sosok seorang Arab amat tampan.
Mendengar suara itu itu, Fatimah menjawab :
“Wahai hamba Allah, Rasulullah sedang sakit.” Kemudian malakul maut mengulangi
salamnya.
“Assalamu’alaikum.” Ucap malaikat maut lagi.
Mendengar seseorang mengucap salam, Rasulullah bertanya kepada Fatimah :
“Siapakah dia?”
“Seorang lelaki, Ayah. Sudah kusampaikan bahwa Rasul sedang sakit.”
Tidak lama kemudian, malaikat maut mengucapkan salam kembali dengan suara yang
menggetarkan badan dan mengguncangkan sendi-sendi.
“Tahukah engkau, hai Fatimah, siapakah dia?” beliau berkata kepada puterinya setelah
mendengar suara itu.
“Tidak!” jawabnya.
“Itulah dia yang menceraikan kita dari aneka kelezatan yang memisahkan kita dari riang
gembira berkumpul bersama, yang membuat rumah-rumah menjadi kosong, yang menjadikan
kuburan-kuburan bertambah ramai.” Lanjutnya.
“Masuklah, hai Malaikat maut!” seru Nabi.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam, Kau datang untuk berziarah atau untuk menjemputku?” tanya Nabi
kepada sang Malaikat.
“Aku datang untuk berziarah sekaligus menjemputmu, jika kau mengizinkan. Tapi kalau
tidak, aku akan segera kembali.”
“Wahai malaikat maut, dimana kekasihku Jibril.”
“Ia kutinggal di langit dunia. Dan segenap malaikat akan melayatmu.”
Tidak lama kemudian, Jibril a.s turun dan duduk di dekat kepala Nabi saw.
“Wahai Jibril, bukankah engkau telah tahu ajalku sudah hampir?”
“Betul, ya Habiballah.” Sambut Jibril.
“Ceritakanlah kepadaku, apa yang sudah disediakan di sisi Allah untukku?”
“Semua pintu-pintu langit telah dibuka. Seluruh Malaikat berkumpul berbaris akan
menyabut ruhmu.” Jawab Jibril.
“Alhamdulillah.” Ucap Rasul. “dan hiburlah aku dengan berita yang lain, ya Jibril!.”
“Pintu-pintusurga sudah dibuka. Sungai-sungai telah mengalir,d an puspa ragam
bebuahan lezat telah tersedia. Semua menanti ruhmu. Dan engkau adalah manusia yang
pertama kali memberi syafa’at.” Kata Jibril menghibur
“Segala syukur dan puji bagi Allah. Tolong ceritakan berita yang lain kepadaku, ya Jibril!.”
“Tentang apa?” tanya Jibril.
“Tentang orang-orang yang membaca al-Qur’an sepeninggalku. Orang-orang yang
berpuasa pada bulan Ramadhan. Orang-orang yang berziarah ke Baitullah Al-haram untuk
menunaikan Haji. Bagaimanakah mereka?”
“Allah telah menandaskan.” Aku telah mengharamkan surga bagi segenap Nabi dan
umatnya, sebelum engkau beserta umatmu masuk surga terlebih dahulu.”
Mendengar penjelasan dari Jibril, Nabi berkata : “Kini tenteramlah hatiku!” Wahai
malaikat maut, mendekatlah!.”
Saat itu Ali bin Abi Thalib bertanya kepada beliau : “Siapakah yang menadikan dan
mengafanimu, ya Rasulullah?”
“Yang akan meandikanku adalah engkau. Sedang Ibnu Abbas yang mencucurkan airnya.
Sesudah kalian berdua memandidkan dan mengafaniku, keluarlah beberapa saat sebagaimana
yang pernah kujelaskan dahulu.”
Maka malaikat maut mulai menjemput ryh Rasulullah dengan amat hati-hati dan lemah
lembut. Akhirnya, manusia teladan paling utama itu berpisah dari dunia fana.
Anas bin Malik bercerita : “Aku pernah lewat di depan pintu rumah Aisyah. IA tengah
bersedu sedan berurai air mata ssambil merangkai kalimat :
Wahai yang tak pernah mengenakan sutera
Dan tak pernah tidur di atas tilam
Wahai yang gpergi dari dunia fana
Dan yang tak pernah kenyang
Wahai yang lebih memilih tikar ilalang
Ketimbang ranjang
Wahai yang setiap malam tiada lelap
Lantaran takut api neraka Sa’ir
Diriwayatkan pula dari Said bin Ziyad, dari Hadid bin Sa’ad bahwa Muadz bin Jabal
bertutur : “Aku pernah diutus oleh Rasulullah saw. ke negeri Yaman. Di sana aku tinggal
selama duabelas tahun di rumah tingkat.
“Pada suatu malam aku bermimpi didatangi seseorang. Katanya : “Wahai Muadz, engkau
asyik mendengkur, sedang Rasulullah berbaring di dalam kubur.” Maka aku tersentak bangun,
berlindung kepada Allah dari setan terkutuk dan terus shalat malam.
“Pada malam kedua, aku bermimpi lagi seperti sebelumnya. Impian ini pasti bukan dari
setan, kataku setelah bangun menjerit.
Pada pagi harinya aku menceritakan impian itu kepada khalayak yang datang
berrkerumun : “Semalam aku bermimpi. Tolong bawakan kepadaku satu Mushaf.” Hal itu
sesuai dengan apa yang pernah dipraktekkan Rasulullah bila melihat mimpi aneh, yaitu beliau
bertafa’ul (mengharap kebaikan – Pen), melalui al-Qur’an.
“Setelah dibuka, ayat yang pertama nampak dan terbaca adalah :
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah mayat, dan merekan pun mayat pula.” (Qs.
39:30). Sesudah membaca ayat itu aku pingsan. Ketika sadar dari pingsan, aku buka al-Qur’an
sekali lagi. Ayat yang terbaca ialah :
“Muhammad itu tak lain hanyalah seorang Rasul. Sungguh telah berllu sebelumnya
beberapa orang Rasul. Apakah jia ia wafat atau terbunuh, kamu berbalik ke belakan?”
Barangsiapa berbalik ke belakang, maka tak sedikit pun ia merugikan Allah......” (Qs. 3:244).
Selanjutnya aku berkata : “Andai hal ini bertul terjadi, maka akan menderitalah para
janda, para yatim, dan kaum miskin. Kita akan menjadi laksana domba-domba liar kehilangan
pengembala. Betapa pilu berpisah dengan Muhammad! Oh Muhammad, alangkah baik
sekiranya aku tahu tentangmu yang sebenarnya. Di atas bumi atau dalam timbunan tanah-
kah?”
“Ketika hampir sampai di Madinah, tiba-tiba aku mendengar gema suara dari balik bukit :
“Setiap jiwa akan merasakan mati.” (Qs. 3:184).”
“Aku mendekat dan bertanya : “Siapakah Anda?”
“Aku adalah seorang hamba Allah.” Jawab seorang Anshar.
“Wahai hamba Allah. Apa yang terjadi pada diri Rasulullah?” aku bertanya penasaran.
“Rasulullah sudah kembali ke pangkuan Allah.” Jawab sang lelaki itu.
Aku jatuh pingsan sesudah mendengar keterangan itu.
“Kau memang patut utnuk pingsan Muadz.” Kata orang itu.
“Setelah siuman, aku diberi sebuah kitab. Kukecup dan kuletakkan kitab itu di atas kedua
mataku sebentar. Tak terasa air mata duka membasahi pipi.
“Pada subuh hari, aku tiba di Madinah. Terdengar olehku alunan merdu azan Bilal
berazan. Saat Bilal meninggikan suaranya, aku kembali tak sadarkan diri di sisi Salman al-
Farisi yang tengah duduk.
“Bilal! Lanatangkan suaramu dalam menyebut kalimat Muhammad! Muadz sedang
pingsan teringat kepadanya.” Kata Salman.
“Assalamu’alaikum! Angkatah kepalamu, hai Muadz, saudaraku! Aku pernah mendengar
Rasulullah bersabda : “Sampaikan salamku kepada Muadz.” Ujar Bilal.
“Aku mengangkat kepala dan tiba-tiba menjerit sejadi-jadinya, membuat para jamaah
menyangka rhku meregang jasad, kalau saja aku tidak segera bicara : “Demi Allah mengapa
tak seorang pun ingat kepadaku pada saat Rasulullah wafat?” Sekarang marilah kita ke
kuburnya, ke rumah Aisyah.”
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, aku mengucap salam.
“Mendengar salamku, Raihanah keluar dan memberitahukan bahwa Aisyah pergi ke
rumah Fathimah az-Zahra. Aku segera ke sana.
“Assalamu’alaikum, ya Ahlil Bait Rasul!.
“Wa’alaikun salam,” sambut Fathimah.
“Aku kembali pingsan demi melihat Fathimah dan Aisyah. Beberapa saat sesudah aku
sadar, Gathimah berkata : “Aku masih ingat sabda beliau kepadaku : “Sampaikan salam dariku
(buat Muadz – Pen). Hai Fathimah. Dan ceritkan kepada Muadz bahwa pada hari kiamat ia
akan menjadi pemimpin para ulama.”
“Sesudah itu, aku berziarah ke makam Nabi ditemani Imam Ali yang bercerita kepadaku
bahwa Fathimah pernah menggenggam sekepal debu pusara Rasul saw. dan diciumnya
sambil menyusun untaian kata :
Dia yang mencium debu pusara Ahmad
Tiada ‘kan pernah menemukan lagi sepanjang hayat
Sesuatu yang paling berharga
Demi, aku terlanda musibah mahaberat
Yang andai menimpa siang
Niscaya ia akan berganti menjadi malam kelam.

BAB IV.
TENTANG HARI SELASA
Edit : Pujo Prayitno
“Dan ceritakanlah kepada mereka kisah dua putera Adam (Qabil dan Habil) dengan
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterimalah (kurban) salah
seorang mereka (Habil), dan ditolak (kurban) yang lainnya.” (Qs. 5:27).
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya tenetang hari
Selasa. “Hari Selasa adalah hari pertumpahan darah. Karena pada hari itu terjadi pembunuhan
putra Adam oleh Saudaranya.” Jawab Rasul.
Sebagian ulama menerangkan bahwa pada hari Selasa terjadi tujuh tragedi berdarah :
1.        Terbunhnya Nabi Jirjis a.s.
2.        Terbunuhnya Nabi Yahya a.s.
3.        Terbunuhnya Nabi Zakariya a.s.
4.        Terbunuhnya para tukang sihir Fir’aun.
5.        Terbunuhnya Asiah binti Muzahim, isteri Fir’aun
6.        Terbunuhnya seorang Bani Israil
7.        Terbunuhnya Habil Putra Adam a.s.

1.         TERBUNUHNYA NABI JISRJIS a.s.


Edit : Pujo Prayitno
Jirjis bin Qulthin hidup di zaman seorang raja zalim penyembah berhala, Dardiyan. Suatu
hari, patungnya dihiasi emas permata diminyaki dengan kafur dan misik, dan diletakkan di
sebuah tempat yang indah. Siapa saja yang bersembah sujud kepadanya, selamat. Ddan
barangsiapa yang tidak tunduk menyembah, maka ia dilemparkan ke api bessar yang telah
disediakan.
Allah mengutus seorang Nabi-Nya, Jisjis kepada raja durjana itu.
“Mengapa Anda tunduk menyembah kepada benda yang tak dapat mendengar, melihat
dan tak dapat memberi kekayaan kepadamu?” Kata Jisjis memulai dakwahnya kepada sang
raja.
“Sesungguhnya harta dan tahta kerajaan, seluruh nikmat kemegahan yang tiada
terbilang ini kuperoleh semenjak aku menyembah kepadanya. Dan aku tak melihat kesenangan
pada dirimu sebagai hasil penyembahanmu kepada Tuhanmu?” jawab dan sanggahan sang
raja.
“Sesungguhnya segala kenikmatan dan kesenangan duniawi akan sirna. Sedangkan
Allah menganugerahiku nikmat akhirati yang langgeng di alam surgawi.” Sahut Jisjis a.s.
menyadarkan san g raja.
Terjadilah debar sengit antara keduanya, yang memebangkitkan emosi sang raja,
sehingga sang raja menitahkan pengawalnya untuk menyiksanya. Lalu Jirjis disiksa. IA disiram
dengan air matang mendidih yang dicampuri dedaunan, merontokkan kulit-kulitnya. Kemudian
dagingnya diiris-iris dengan besi tajam, hingga nampak tulang belulangnya. Namun setelah itu,
Allah swt. menghidupkan kembali dengan bentuk semakin rupawan.
Melihat kejadian menakjubkan itu, sang raja menyuruh pengawalnya membawa enam
buah pasak besi. Diikatnya dua tangannya dan direntangkan. Satu di kepalanya, dan yang lain
diperutnya. Tapi Allah mengutus Malaikat Jibril a.s. mencabutnya. Tiba-tiba ia pun hidup
kembali.
“Wahai yagn zalim, katakanlah : Tiada Tuhan selain Allah.!.”
Raja Dardiyan semakin marah. Ia memerintahkan memasak air di sebuah belanga besar
dan melemparkan Jisjis ke dalamnya. Namun golakan air yang panas itu pun dingin
dirasakannya. Demikianlah, sang raja zalim menyiksa Jisjis a.s. dengan siksaan yang beragam
dan berulangkali sampai tuju puluh kali, bahkan menurut sebagian kitab sampai seratus kali.
Setiap kali disiksa, setiap kali pula ia selamat dan tetap hidup berkat kodrat Allah.
Setelah kewalahan dan kehabisan cara, raja zalim berkata merayu : “Jisjis, jika kau
menaatiku, aku akan menaatimu. Sembahlah berhalaku sekali, aku akan menyembah
Tuhanmu. Bagaimana?”
Lama Jirjis tak menyahut, sampai-sampai seorang lelaki menduga ia menerima tawaran
itu.
“Aku telah berkali-kali menyiksamu dengan pelbagai siksaan. Kini marilah ke rumah
untuk melepaskan keletihanmu malam ini. Dan beristirahatlah.” Kata raja kepadanya.
Di rumah raja Dardiyan, Jirjis a.s. menunaikan shalat dan membaca Zabur sampai fajar.
Bacaannya malam itu meresap ke kalbu sang Permaisuri sampai menagis, bertobat dan secara
diam-diam menyatakan masuk Islam.
Pada pagi hari, sang raja sekali lagi menyuruh Jirjis sujud. Tapi ia tetap menolak.
Akhirnya ia dibawa ke sebuah gubuk milik seorang nenek pikun yang tinggal bersama
puteranya yang buta, tuli dan bisu. Di situ Nabi Jirjis a.s. dipenjara tanpa diberi makan minum.
Tatkala melihat sebatang kayu tiang rumah itu, ia berdoa kepada Allah swt.
Maka kayu itu menghijau tumbuh, dan berbuah. Sang nenek keheranan demi
menyaksikan hal itu. Lalu memohon kepada Jirjis agar mendoakan puteranya supaya sembuh
sehingga dapat masuk Islam bersama-sama.
“Nak, pergilah ke tempat berhala-berhala. Sampaikan kepada mereka bahwa Jirjis
mengundang mereka.” Ucapnya kepada putera nenek yang sudah sembuh dan masuk Islam
itu.
Sang anak berangkat. Setelah sampai, ia menyampaikan undangan Jirjis kepada tujuh
puluh buah patung. Dengan kodrat Allah, serentak patung-patung itu mencabut diri dari tempat
dan berjalan menuju Jirjis.
Sesampainya di hadapan Jirjis, ia memberi isyarat kepada bumi dengan menjejakkan
kaki. Bumi terbelah menelan habis mereka semua. Sang permaisuri raja, yang menyaksikan
kejadian luar biasa itu pun, tampil di atas panggung Istana : “Wahai penduduk negeri,
sayangilah jiwamu. Islamlah kalian!.”
“Sungguh, sejak tujuh puluh tahun aku menyaksikan banyak sekali mukjizat dan
keajaiban, tapi aku tak pernah masuk Islam. Namun mengapa engkau masuk Islam hanya
karena melihat satu mukjizat saja, wahai sayangku?” Kata sang raja.
“Tidak. Yang demikian itu semata-mata kedurjanaan dan kezaliman belaka. Itulah
kemalanganmu. Sedangkan ini adalah keberuntunganku.” Jawab sang Permaisuri.
Akhirnya sang Permaisuri dibunuh. Lalu Jirjis berdoa kepada Allah swt. : “Ilahi, tujuh
puluh tahun hamba menanggung siksaan kaum kafir, sehingga hamba kehilangan daya. Maka
anugerahilah hamba mati syahid.” Seusai berdoa, ia melihat nyala api turun dari langit kepada
mereka (pengikut) raja). Serempak merekapun mengangkat pedang membunuh Jirjis a.s.

2.         TERBUNUHNYA NABI YAHYA, a.s.


Edit : Pujo Prayitno
Pada zaman Nabi Yahya a.s. ada seorang raja Bani Israil yang beristerikan janda yang
telah mempunyai seorang puteri. Karena khawatir puterinya jatuh ke tangan lelaki lain, maka
sang permaisuri memutuskan mengawinkannya dengan suaminya, sang Raja. Ia mengundang
Yahya a.s. untuk menghadirinya. Yahya a.s. menolak, bahkan menegaskan bahwa perkawinan
tersebut haram menurut Islam. Mendengar keterangan itu, permaisuri menjadi benci dan
berupaya membunuhnya. Ia menemukan satu cara, yakni memberinya minuman memabukkan.
“Wahai Kakanda, sesungguhnya Yahya menentangku untuk mengawinkan engkau
dengan si manis puteriku.” Kata sang permaisuri.
Lalu raja memanggil Yahya. Akhirnya, Yahya dismbelih laksana seekor kambing,
lantaran tetap pada keputusannya. Suatu kejadian yang menduka-pilukan para Malaikat di
langit.
“Ilahi, dosa apakah yang telah diperbuat Yahya, sehingga ia dibunh dengan amat –amat
kejam?” Malaikat bertanya kepada Allah.
“Yahya tidak berdosa. Ia mencintai-Ku, maka Aku pun mencintainya. Cintanya yang amat
sangat kepada-Ku memestikannya dibunuh.” Kata Allah swt.
Mengenai cinta yang amat sangat ini, ada sebuah riwayat ketika Husein al-Hallaj ditahan
selama delapan belas hari, asy-Syibli datang kepadanya dan berkata : “Ya Hisein,a da apa di
balik cinta (mahabbah) itu?”
“Jangan kau bertanya tentang itu hari ini. Esok sajalah,” jawabnya.
Esok harinya, orang-orang membawa al-Hallaj untuk dibunuh di atas batang pohon
kurma. Dan asy-Syibli pun lewat. Al-Hallaj, yag akan dibunuh itu, memanggil-manggil : “Syibli,
cinta itu permulaannya dijemur, sedangkan akhirnya dibunuh!.”
Abu Yazid al-Busthami berkata : “Suatu hari aku berjalan menelusuri gurun pasir.
Sekonyong-konyong aku menemukan empat puluh sosok pemuda ahli tharikat mati terkapar
kehausan dan kelaparan. Lalu aku bermunajat kepada Allah : “Ya Allah, Kau matikan mereka,
dan kau alirkan darah para sahabtku ini. Lantas terdengar suara : “YA Abu Yazid, Aku alirkan
darah, dan Kubayar diyat-nya.”
“Apa diat meraka?”
Suara itu menjawab : “Diyat (tebusan) orang yang terbunuh karena makhluk adalah dinar
(uang), sedangkan diyat orang yang mati karena membela haq (kebenaran) ialah melihat Allah
Maha Pengampun.
Abu Bakar asy-Syibli pernah ditanya tenang cinta. Ia menjawab : “Cinta adalah minuman.
Bagi mereka yang mereguk dengan piala “cinta”, dunia terasa sempit. Barangsiapa mengenal
Allah dalam Keagungan-Nya, ia akan kagum terhadap Kemaha-Kuasaan-Nya. Dan
barnagsiapa meneguk cinta dengan gelas “riindu kepada-Nya”, ia akan karam dalam samudera
“akrab dengan-Nya”, dan merasa puas bila selalu bermunajat kepda-Nya. Dan barangsiapa
mengenal Allah ‘Azza wa Jalla, tiadalah ia senang dengan selain-Nya, dan tak pula senang
berteman dengan selain-Nya.”
Duhai
Ingat kepada kecintaan
Membuatku mabuk kepayang
Adakah perrnah kau saksikan
Orang yang tengah diamuk badai cinta?
Ia tenang, tiada lupa daratan dan lautan

3.         TERBUNUHNYA NABI ZAKARIYA, a.s.


Edit : Pujo Prayitno
Tatkala orang-orang Yahudi semakin dekat mengejar, Zakariya a.s. melihat sebatang
pohon. “Hai pohon, sembunyikan aku ke dalam tubuhmu!” Katanya. Pohon itu terbelah dan ia
pun masuk. Tak lama kemudian, kaum Yahudi sampai disekitar tempat itu. Dalam kebingungan
itu, tiba-tiba iblis terkutuk memberitahu bahwa Zakariya masuk ke dalam batang pohon. Maka
mereka menggergajinya sampai terbelah dua. Di saat gergaji menembus dahi, Zakariya
menjerit menanggung sakit, dengan jeritan yang mengguncangkan kerajaan langit.
Yahya bin Muadz ar-Razi berkata : “Pada suatu malam, Nabi Zakariya berdoa : “Ilahi,
bebanilah hamba kesusahan, jika hamba benar-benar mencari ridha-Mu. Dan andai hamba lari
dari-Mu, maka bakar matikan aku sebagai seorang yang mencintai-Mu. Sungguh, Aku tak akan
berpaling dari-Mu!.”

4.         TERBUNUHNYA PARA AAHLI SIHIR FIR’AUN


Edit : Pujo Prayitno
Setelah menyatakan diri beriman kepada Allah, Tuhan Musa dan Harun a.s., Fir’aun
mengancam, dengan amat marah, akan memotong tangan dan kaki mereka dengan disalib.
Mereka tetap pada keyakinannya. Akhirnya tangan dan kaki mereka di salib dan dipancang di
pelepah-pelepah kurma.
Dalam suatu hadis, Rasulullah saw. bersabda : “Pada malam Isra Mi’raj-ku ke langit,
kulihat di surga sekawanan burung hijau di dahan-dahan pepohonan. Aku bertanya kepada
Jibril. Ia berkata, itulah roh tukang-tukang sihir Fir’aun yang dibunuh oleh Fir’aun terkutuk dan
disalib di batang-batang pohon kurma, setelah mereka beriman kepada Allah Ta’ala.”

5.         TERBUNUHNYA NABI YAHYA, a.s.ASIAH BINTI MUZAHIM, ISTERI FIR’AUN


Edit : Pujo Prayitno
“Dan Allah telah mengadakan contoh bagi orang-orang yang beriman, yaitu isteri Fir’aun
tatkala ia berkata : “Wahai Tuhanku, dirikanlah untukku di sisi-Mu rumah di dalam surga, dan
selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatan durjananya.” (Qs. 66:11).
Asiah adalah seorang wanita Muslim yang saleh. Selama enampuluh tahun ia
menyembunyikan keimanannya dari suaminya, Fir’aun. Tatkala Fir’aun mengetahui ia beriman,
ia disiksa dengan berbagai siksaan.
“Kembalilah kepada agamamu, hai Asiah!” seru Fir’aun.
“Tidak!” jawab Asiah mantap, “Engkau boleh menyiksa diriku sesukamu. Namun
ketahuilah ha itu hanya akan menambah rasa cintaku kepda-Nya.”
Di tengah-tengah penyiksaan, lewat;ah Musa a.s. Asiah memanggilnya memelas :
“Wahai Musa, ceritakanlah kepadaku tentang Tuhanku, ridha atau tidakkah Dia kepdaku?”
“Wahai Asiah, para malaikat di tujuh langit tengah menantimu. Dan Allah swt. memuji-
muji dan membanggakanmu di hadapan mereka. Mintalah kepada-Nya, ia pasti mengabulkan!”
Asiah berdoa : “Ya Rabbi, binalah untuk hambamu gedung di sisi-Mu di dalam surga!.”

6.         TERBUNUHNYA SEORANG BANI ISRAIL


Edit : Pujo Prayitno
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk menyembelih lembu......” (Qs. 2:67).
Sebab, penyembelihan sapi tersebut adalah dua orang bersaudara yang fakir papa
bersepakat hendak membunuh pamannya yang kaya, Amili. Padahal mereka adalah pewaris
tunggal. Namun karena selama ini tak pernah ditolong dan tidak mendapat tunjangan hidup
sepeser pun, mereka tak sabar untuk segera memperoleh harta warisan.
Setelah dibunuh, mayat sang paman dilemparkan ke tengah-tengah dua kampung Bani
Israil. “Kita mesti melapor kepada ketua kampung bahwa kita menemukan pama kita mati
terkapar di sana. Kita harus menuntut diyat” kata keduanya. Ulah licik ini ternyata menimbulkan
fitnah, hingga kedua kampung itu bersilang sengketa.
“Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamusaling tuduh tentang
itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.” (Qs. 2:72).
Kemudian berangkatlah wakil penduduk kedua kampung itu kepada Nabi Musa a.s.
“Wahai Musa, mohonlah kepada Allah agar terungkap siapakah gerangan pembunuh
misterius itu?”
“Agar peristiwa itu terungkap, Allah menyuruh kalian menyembelih seekor lembu.” Jawab
Musa a.s.
“Kau hendak menjadikan kami buah ejekan?”
“Demi Allah, aku berlindung kepada-Nya dari tipu daya orang-orang zalim.” Sahut Musa.
“Baiklah kalau begitu. Tapi mohonkan kepada Tuhanmu agar menjelaskan kepada kami
sapi apakah itu?”
“Allah berfirman bahwa sapi itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda. Laksanakan,
kerjakanlah perintah-Nya.”
“Mohonlah kepada-Nya untuk menerangkan kepada kami, bagaimanakah warnanya?”
“Allah menjelaskan bahwa sapi itu berwana kuning tua, sedap dipandang mata.”
“Tapi, mohonlah kepada Tuhanmu agar Dia menjelaskan hakikat sapi itu. Karena
sesungghnya kami, insya Allah, akan mendapatkan petunjuk.”
“Allah berfirman bahwa lembu itu belum pernah dipakai membajak tanah dan tidak pula
untuk mengairi tetanaman, tidak cacat, dan tidak da belangnya.”
“Kini barulah engkau menjelaskan yang sebenarnya,” kata mereka.
“Maka mereka pun menyembelih dan hampir saja mereka tidak melaksanakan.” (Qs.
2:67-71).
Setelah itu, Allah memerintahkan kepada Musa supaya memukulkan lidah sapi
semeblihan kepada orang yang terbunuh itu. Dan ia pun hidup kembali seraya berkata : “Aku
dibunuh oleh dua orang saudaraku.”
“Pkullah mayat itu dengan sebagian anggota badan sapi itu. Demikianlah Allah
menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda
kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.” (Qs. 2:73).
Peristiwa di atas menyiratkan peringatan agar mereka sadar bahwa sapi tak patut di
sembah atau diagung-agungkan, melainkan sapi adalah binatang yang hanya patut untuk
disembelih.
Menurut riwayat, sapi yang disemeblih itu milik seorang yatim. Dibeli dengan emas
sekarung. Betapa untuk si yatim. Itulah suatu balasan kebaikan bagi seorang anak yang
hormat dan taat kepada orang tua.
Ketika sampai pada detik-detik terakhir hidupnya. Sang ayah berdoa : “Ilahi, hamba fakir
dan papa, tak mempunyai apa-apa kecuali seekor sapi sebagai warisan satu-satunya untuk
puteraku tersayang. Maka ia kupasrahkan kepda-Mu. Peliharalah agar warisan itu bermanfaat
baginya.”
Allah swt. mengabulkan doanya.
Adalagi riwayat serupa yaitu, seorang lelaki bersama anaknya yang serupa pernah
datang kepada Umar bin Khaththab. Khalifah terkejut melihat dua orang bapak dan anak yang
persis serupa. Belum pernah ia melihat sebelumnya.
“Ya Amirul Mukminin, anakku ini lain daripada yang lain. Ia tinggal di dalam kubur selama
sembilan bulan dalam keadaan hidup.” Kata sang bapak.
“Betul, ya Amirul Mukminin, dahulu ketika aku akan bepergian, ia masih dalam
kandungan rahim bundanya. Sebelum berangkat, aku terlebuh dahulu shalat dua rakaat dan
berdoa : “Ya Allah, aku bertawakal kepada-Mu. Lindungilah ia yang akan kutinggalkan, sampai
aku pulang kembali.” Maka aku berangkat.
“Sembilan bulan kemudian, aku pulang, aku mendapati rumahku lengang. Kiranya
isteriku telah berpulang. Maka kudatangi kuburnya. Di sana aku menangis. Tiba-tiba aku
dikejutkan oleh suara dari balik tanah pusara. Aku penasaran hingga aku menggalinya.
Sungguh, kutemui isteriku telah berubah jasadnya, kecuali puting susunya yang masih sehat,
yang sedang diisap oleh si buyungku ini. Ia pun kuangkat, dan aku berkata : “Ilahi, Dikau
anugerahi hamba dengan puteraku ini. Sungguh andai isteriku kau kembalikan, bertapa
bertambah besar nikmat-Mu buat hamba.” Selanjutnya kudengar suara : “Kau hanya
menitipkan anakmu. Jika dahulu engkau memasrahkan isterimu, niscaya ia juga Kulindungi dan
Kukembalikan dengan selamat.” Kisah sang Bapak selanjutnya.

7.         TERBUNUHNYA HABIL


Edit : Pujo Prayitno
“Dan ceritakanlah kepada mereka kisah dua putera Adam (Qabil dan Habil) dengan
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterimalah (kurban) salah
seorang mereka (Habil), dan ditolak (kurban) yang lainnya.” (Qs. 5:27).
Ibunda Hawa a.s. melahirkan seratus duapuluh orang anak. Dalam riwayat lain, seratud
delapan puluh, bahkan ada satu sumber mengatakan limaratus orang anak. Setiap kali
melahirkan keluarlah dua bayi kembar : lelaki dan perempuan. Qabil adalah anak pertama yang
lahir bersama Aqlimah. Sedangkan Habil, anak kedua, bersaudarakan Damima (menurut
riwayat lain bernama Laburra).
Setelah mereka dewasa, Allah mewahyukan kepada Adam untuk mengawinkan Qabil
dengan Damima (Saudara Habil), dan Habil dengan Iqlima. Nabi Adam menyampaikan wahyu
tersebut kepada mereka, namun Qabil menolak.
“Iqlima, saudara kembarku jauh lebih cantik daripada Damima. Aku tak mau.” Kata Qabil.
“Anakku, jangan menetang perintah Allah.” Kata Adam memperingatkan puteranya.
“Allah tidak pernah memerintahkan ha ini, melainkan semata-mata karena ayah lebih
menyayangi Habil ketimbang aku, hingga menikahkannya dengan Iqlima yang lebih cantik.”
Jawb Qabil.
“Baik, kalau begitu.” Kata Nabi Adam a.s., “pergilah kalian kalau meinta keputusan
kepada Allah dengan mempersembahkan kurban. Siapa kurbannya yang dikabulkan Tuhan,
berati ia yang berhak.”
Mereka berdua berangkat ke sebuah tempat yang telah ditetapkan. Qabil, sebgai
seorang petani, membawa beberapa tangkai padi. Sementara adiknya, Habil, seorang
penggembala, mempersembahkan kambing kibasy. Masing-masing diletakkan di atas bukit
Mina.
Habil berdoa : “Ya Allah, termilah kurbankanku.” Tidak lama kemudian, turunlah sebentuk
api tanpa asap berbentuk dia sayap berwana hijau menghanguskan kurban Habil, bukan
kurban Qabil.
Setelah kurban Habil dikabulkan Allah. “Niscaya akan ku bunuh engkau.” Ancam Qabil.
Habil menjawab tenang, sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya Allah menerima persembahan orang-orang gyang betakwa.” (Qs. 5:27).
Ada tujuh karunia Allah :
1.    Allah ‘Azza wa Jalla menghapus dosa-dosa mereka. “Dan barang siapa takut (takwa) kepada
Allah, IA akan menghapus segala kesalahan (dosa)nya.” (qs. 65:5).
2.    Allah menyelamatkan mereka dari lumatan api neraka. “ Dan Allah menyelamatkan orang-
orang yang bertakwa dengan kemenangan.” (Qs. 39:61).
3.    Allah akan mengaruniai mereka balasan yang baik. : “.... dan akibat (balsan) yang baik itu
untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs. 83:28).
4.    Allah Rabbul ‘Izzati mewariskan kepada orang-orang yang bertakwa surga. : “Itulah surga yang
akan Kami wariskan kepada hamba-hamba-Ku yang selalu bertakwa.” (Qs. 19:63).
5.    Allah meberikan kepad mereka kemenangan. “Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang
yang bertakwa dan mereka yang berbuat ihsan.” (Qs. 16:128).
6.    Allah swt. mencintai mereka. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.”
(Qs. 9:4).
7.    Allah Ta’ala menerima ketaatan dan doa mereka.. “Hanya Allah menerima doa (persembahan)
orang-orang yang bertakwa.” (Qs. 5:27).
Ketika Qabil mengancam akan membunuh, Habil menjawab :
“Demi, andai kau julurkan tanganmu untuk membunuhku, aku tak akan mengayunkan
tanganku untuk membalas membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan alam
semesta.” (Qs. 5:18).
Hari selasa merupakan saat yag paling tepat bagi Qabil untuk melaksanakan rencana
kejinya. Berangkatlah ia mencari Habil, saudaranya. Habil tengah mendengkur melepaskan
penat, di dekat sekumpulan kambing gembalaannya. Ia angkat seonggok batu dan
menimpakannya di kepala Habil sampai bercucuran darah.
Habil menghembuskan nafas terakhir, disaksikan oleh segerombolan burung garuda.
Maka terjadilah, untuk pertama kali dalam sejarah hidup umat manusia, pertumpahan darah di
atas bumi.
Seusai membunuh, Qabil berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain, memanggul
mayak adiknya itu. IA bingung bagaimanakah cara menyembunyikan jasad yang sudah tidak
bernyawa itu.
Sementara itu, darah menitik melumuri setiap bumi yang ia lalui. Pada saat itulah Allah
swt. mengutus burung gagak memperagakan kepadanya cara mengubur mayat, menimbunnya
di galian tanah.
“Ah mengapa aku sedungu ini. Tak mampu berbuat seperti burung gagak itu?” Ujarnya
sesudah menyaksikan burung gagak tersebut. IA nampak menyesali kepandirannya, tanpa
menyesali perbuatan jahatnya. Persis seperti kaum Nabi Saleh a.s. yang menyessali
pembunuhan terhadap anak unta, namun tak pernah menyesal membunuh induknya.
Selesai mengubur, ia pulang. Sedang ayahnya, Adam a.s. saat itu tengah menuju Baitul
Haram. Beberapa hari kemudian ia pulang dan disambut penuh ceria oleh putera puterinya.
Mereka berkata : “Sudah beberapa hari ini Habil tak berkumpul bersama kami. Entahlah, kami
tak tahu kemana dia?” Mendengar laporan itu, Adam menjadi sedih semalaman. Dalam
tidurnya ia bermimpi Habil memanggil-manggil namanya dari kejauhan : “Ayah, tolonglah
puteramu.” IA tersentak bangun gemetaran dan menjerit pingsan. Jibril a.s. turun mebawa dan
meletakkan Adam di atas tempat tidur.
“YA, Jibril, didmanakah puteraku, Habil?”
“Ya, Adam, Alalh telah mengagungkan pahala buatmu dalam hal Habil, IA telah dibunuh
oleh Qabil.”
“Aku lepas dari perbuatan terkutuk Qabil.” Sahut Adam. “Begitu juga aku.” Timpal Jibril.
:Jibril, tunjukkan aku kuburnya!.”
Setelah menemukan kubur puteranya yang tercinta, nampak oleh Adam sekujur jasad
Habil bermandikand arah, yang membuatnya menjerit : “Wahai puteraku, duhai pelita hatiku.”
Adam menangis tersedu berurai air mata, yang menjadikan malaikat tujuh langit menangis
karena iba.
“Ilahi, Adam menangis sedih selama tigaratus tahun taida berhenti kecali sebentar saja.”
Sembari menangis Adam melantunkan kidung :
Telah berubah negeri-negeri dan
Penduduknya
Maka aduhai sayang, Habil puteraku
Betapa wajah bumi redup berdebu
Puteraku terkapar di dalam pusara
Apabila sampai di suatu lembah, menangislah leba karena tangisannya. Jika Adam
mendaki gunung, menangislah bebatuanlanarannya. Sedang apabila bertemu dengan
binatang-binatang, mereka pun lari sambil berkata : “Tak ada baginya beban tanggung jawab
terhadap orang yang tidak mengasihi saudaranya. Maka bagaimanakah ia yang tak
menyayangi itu akan menyayangi kita?”

BAB V.
TENTANG HARI RABU
Edit : Pujo Prayitno
“Sesungguhnya kami telah meniupkan kepada mereka angin yang sangat kencang pada
hari nahas yang terus menerus.” (Qs. 54:19).
Peristiwa yang dilukiskan oleh ayat di atas terjadi pada hari Rabu, berdasarkan hadis
yang diriwayatkan Anas bin Malik. Katanya, Rasulullah pernah ditanya tentang hari Rabu. “Hari
Rabu adalah hari nahas (sial) yang terus menerus. Allah swt. telah menenggelamkan Fir’aun
dan kaumnya. Ia juga telah membinasakan kaum Ad dan Tsamud (umat Nabi Saleh a.s.) pada
hari Rabu.”, jawab Rasul.
Sebagian ulama berkata bahwa pada hari Rabu, Allah atelah membinasakan tujuh
golongan kafir dengan tujuh cara :
1.    ‘Iwaj bin Aniq binasa oleh burung Hud-Hud.
2.    Qarun ditelan bumi.
3.    Fir’aun bersama kaumnya tenggelam di alutan.
4.    Matinya Raja Namrud karena seekor nyamuk
5.    Kaum Nabi Luth a.s. musnah oleh bebatuan.
6.    Syaddad bin ‘Ad dibinasakan oleh teriakan keras Jibril a.s.
7.    Hancurnya kaum ‘Ad oleh amukan angin.

1.         IWAJ BIN ANIQ BINASA


Edit : Pujo Prayitno
IA berusia 4.500 tahun. Perawakannya amat tinggi, sampai-sampai air bah yang
mengaramkan gunung-gunung paa zaman Nabi Nuh a.s. pun tiada sampai melintasi lututnya.
Konon, ketika banjir tersebut, ia mendaki gunung membenamkan tangnnya, menciduk ikan dan
menggorengnya di terik matahari. Jika membenci suatu negeri, ia cukup mengencinginya
hingga meneggelamkan penduduknya. Dikala Nabi Musa a.s. ada di negara Tih, ‘Iwaj
bermaksud jahat ingin mengahcurkan seluruh jiwa yang ada di situ. Untuk itu, terlebih dahulu ia
mencari dan mengintai tempat pemukiman Musa a.s. dan tentaranya, utnuk dikethui seberapa
dan bagaimana kekuatan mereka.
Setelah berhasil menemukan tempat Nabi Musa a.s. beserta tentaranya di sebuah lokasi
sejauh kurang lebih 1 farsakh (8 km), ia menjebol sebuah batu (gunung) untuk ditimpakan
kepada mereka. Namun Allah swt. mengutus burung Hud-Hud melempar sebongkah batu
untuk memecahkan batu gunung yang sedang dijunjungnya itu. Akhirnya pecahlah batu itu
menimpa lehernya hingga ia terluka, jatuh terkulai tiada berkutik.
Ddalam riwayat lain, disebutkan bahwa tinggi badan Nabi Musa a.s. sama dengan
panjang tongkatnya, yakni empat puluh hasta. Sambil melompat sejauh empat puluh hasta
pula, ia memukul ‘Iwaj dengan tongkatnya dan mengenai mata kakinya. Waktu itulah, ‘Iwaj
tersungkur tak bernyawa.
Maut adalah pintu nanpasti
Setiap insan pasti memasuki
Aduhai kiranya kutahu
Di sana tempatku surga abadi
Karena amal diridhai Ilahi
Atau Neraka
Lantaran aku menentang-Nya
Bagi setiap insan
Hanya uda ini, tiada lagi
Pandang dan renungi dirimu
Mana tempatmu

2.         QARUN DITELAN BUMI


Edit : Pujo Prayitno
Ketika Allah Ta’ala memerintahkan menulis Taurat dengan tinta emas, Musa berkata :
“Ilahi, di mana aku mesti mendapatkan tinta emas itu?” Kemudian Allah mengajarinya ilmu
kimia.
Tersebutlah pada zaman itu, seorang yang fakir dan papa, sarat dengan tanggungan
keluarganya yang amat banyak. Qarun namanya, meskipun demikian ia selalu beribadat. IA
bangun pada malam hari dan puasa pada siangnya. Melihat ihwal yang memprihatinkan itu,
kalbu Nabi Musa a.s. terusik dan jatuh iba kepadanya, maka ia pun mengajarinya ilmu kimia
dengan harapan dapat meringankan beban derita hayatnya dalam rangka bertakwa kepada
Allah swt. Akhirnya, Qarun menjadi kaya raya.
“......... dan Akmi telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta, uang kunci-
kuncinya sangat berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat......” (qs. 28:76).
Demikianlah al-Qur’an melukiskan kekayaan Qarun. Jumlah kunci lemari dan petinya
sebanyak muatan seratus unta.
Al-Mujahit berkata : “Berat setiap kuncinya adalah satu dirham (pada riwayat lain
setengah diirham), dan tiap satu buah kunci dapat digunakan untuk seratus buah pintu.
Kesibukannya mengumpulkan dan mengurusi hartanya yang melimpah ruah itu,
membuat ia mulai meninggalkan ibadat-ibadat sunnat.
Akhirnya, ketika Allah Rabbul ‘alamin menyuruh Nabi Musa a.s. meminya zakatnya,
Qarun menolak, karena sayang akan betapa banyaknya harta yang mesti dikeluarkannya. Ia
memiliki seribu budak lelaki dan seribu pelayan perempuan, yang masing-masing memiliki
kuda tunggangan lengkap dengan pakaian dan pelananya dari emas.
Pada saat itu, kaum Bani Israil terbagi dua kelompok. Kelompok pertama adalah pengikut
Musa, sedang kelompok kedua adalah pendukung Qarun. Sesudah berulangkali Musa a.s.
menuntut zakatnya, ia menjawab amat sombong dan menantang : “Baiklah, tunggulah esok.
Aku akan menghimpun penduduk Mesir untuk berdebat denganku. Bila aku kalah, akan
kukeluarkan zakatku, Jika tidak, tidak!.”
Sebenarnya ia ingin membuat suatu tipu muslihat terhadap Nabi Musa a.s. Seba ia akan
mengundang seoarng wanita jelita pelacur terkenal dukana di negeri itu. Qarun berkata
kepadanya : “Esok aku akan mengumpulkan kaum Bani Israil. Bila kau melihat Musa datang,
berbicaralah bahwa ia telah menghamilimu. Kau akan kuberi hadiah yang banyak lagi
memuaskan.” Pada hari yang didtentukan, Bani Israil berdatangan memenuhi undangannya,
disusul oleh Musa yang disambut hangat oleh mereka.
“Wahai Musa, nasihatilah kami dengan nasihat yang berguna!.” Pinta mereka.
Nabi Musa a.s. mulai berkhutbah : “Barangsiapa mengambil barang orang lain, niscaya
akan kupotong tangannya. Barang siapa merampok, akan kutebas batang lehernya. Dan
barangsiapa berzina, akan kurajam.”
“Musa!, bagaimanakah bila engkau sendiri yang berbuat?” tanya Qarun.
“Hukumnya sesuai dengan hukum Allah.” Jawab Musa a.s.
“Aku mempunyai seorang saksi bahwa engkau telah berzina dengan seorang
perempuan. Dan ia mengaku telah hamil. Inilah dia orangnya!.” Qarun menunjuk kepada
seorang wanita di sampingnya. Ketika wanita itu berdiri untuk berbicara membenarkan ucapan
Qarun, Allah swt. menanamkan rasa takut dikalbunya, maka terlontarlah dari mulutnya kalimat
yang sebenarnya : “Sungguh, Musa tidak seperti yang dituduhkan Qarun, Qarun telah
mengundangku ke sini. IA telah menyediakan hadiah yang besar untukku agar aku memfitnah
Musa. Sekarang aku takut dan bertobat kepada Allah.”
Mendengar penuturan tersebut, merah padamlah Musa lantaran marah.
“Hai musuh Allah, apa pula maksud kedurjaanmu ini?” kata Musa sambil meninggalkan
kumpulan orang. Selanjutnya ia sujud kepada Allah mengadukan ulah jahat Qarun.
“Wahai Musa, Allah telah menjadikan bumi tunduk menerima perintahmu demi
kehancuran Qarun!.” Kata Jibrl a.s. Musa lantas kembali menemuinya. Ia tengah duduk di atas
singgasananya yang bepermadanikan sutera na indah berhiaskan warna-warni lukisan.
Tongkat Musa dipukulkannya ke bumi sembari menunjuk Qarun, maka amblaslah
singgasananya. Qarun sempat melompat. Musa kembali berkata : “Wahai Bummi telanlah
Qarun!” Ia amblas sampai ke lutut. Pada saat naas itu, ia tunduk berlutut di hadapan Musa.
Namun Musa tidak perduli : “Hai bumi, telanlah dia!.” Maka Qarun pun lenyap bersama
istananya dilumat bumi.
Kisah di atas mengisyaratkan bawah Qarun binasa karena tiga faktor utama : “Cinta
dunia, menolak membayar zakat dan berbuat dusta kepada Musa a.s. Maka wahai yang
bangga dengan hidup bergelimang materi, ambillah kisah Qarun ini sebagai pelajaran.
Janganlah mendustai seseorang. Wahai yang enggan membayar zakat, petiklah hikmah dari
peristiwa amblasnya Qarun. Dan wahai para hartawan, pikir dan hayatilah binasanya Qarun.
Dengarlah untaian kata berikut :
Jika Anda kaya
Beramallah
Tiadalah kedermawanan memfanakan harta
Malah mendatangkan barakah
Dan kebakhilan tiada ‘kan mengekalkannya
Dialah penyebab musnahnya

3.         TENGGELAMNYA FIR’AUN DAN TENTARANYA


Edit : Pujo Prayitno
Nabi Musa a.s. sampai di tepi laut bersama tujuh puluh pasukann, dan Fir’aun
mengejarnya dengan dua juta tentara. Manyaksikan musuh sebanyak itu, para pengikut Musa
menjadi gentar : “Wahai Musa, kiranya riwayat hidup kita akan tamat di tepi laut ini.”
“Tidak!” Demi Allah, tenanglah kalian. Tuhan bersama kita!.” Tegas Musa tenang.
“Dan Dia senantiasa menyertaimu di mana pun kamu berada.” (Qs. 57:4).
Telah nyata, bila Nabi Musa dan Nabi Muhammad berkata : “Tuhan selalu bersama kita,”
maka akan selamatlah mereka dari kejaran orang-orang kafir. Karena itu, maka mana mungkin
orang yang kepadanya Allah Mahaperkasa menegaskan : “Aku selalu besertamu.” Akan
terjerumus ke jurang neraka.
Di dalam keadaan terjepit itu, Allah menurunkan wahyu kepada Musa a.s. untuk
melemparkan tongkatnya ke atas batu. Tiba-tiba terbentanglah jembatan membelah laut. Musa
dan pengikutnya menyeberang dan dikejar oleh Fir’aun. Dan begitu Fir’aun bersama
pengikutnya sampai di tengah lautan, karamlah mereka digulung air.
Sungguh dikala lalim
Fir’aun dustakan Allah
Bila ia insaf
Memohon ampunan Allah ar-Rahim
Niscaya terampuni

4.         KEMATIAN NAMRUD BIN KAN’AN


Edit : Pujo Prayitno
“........ dan tiada seorang pun yang mengetahui serdadu Tuhanmu, kecuali Dia.” (Qs.
74:31).
Namrud adalah seorang raja perkasa lagi zalim. Pasukannya berjumlah tujuh ratus ribu
penunggang kuda berbaju besi. Mereka menggunakan penutup kepada yang kuat,
bersenjatakan amat lengkap, gagah tegap.
Suatu hari Namrud menantang Nabi Ibrahim a.s. : “Hai Ibrahim, Jika Tuhanmu
mempunyai seorang raja, utuslah ia untuk beradu kekuatan denganku, dan rubuhkanlah kursi
kerajaanku!.”
“Ilahi, Namrud telah siap di atas kuda bersama bala tentaranya menanti prajurit-Mu.
Utuslah nyamuk-nyamuk makhluk-Mu yang terlemah.” Ibrahim bermunajat.
Sementara Namrud dan para prajurit perangnya berkumpul siap tempur, Allah swt.
mengirimkan rombongan nyamuk amat banyaknya memenuhi daratan di tepi laut.
“Ya Allah, apa tugas kami?” tanya mereka.
“Hari ini rizkimu adalah daging dan darah serdadu Namrud. Bertebaranlah kalian!
Bergegaslah ke sana!” firman Allah.
Terbanglah nyamuk-nyamuk itu menyerbu tentara Namrud dengan daya sengatnya
dapat menembus baju besi dan penutup kepala mereka, dan mengisap darahnya. Maka
bergelimpangan jasad-jasad kaku tiada bernyawa dalam sekejap. Namrud dapat melarikan diri.
Ia diberi waktu oleh Allah untuk menyaksikan kematian tentaranya, untuk menyelamatkan diri
dan bertobat. Melihat petaka dahsyat itu, nabi Ibrahim a.s. takjub.
“....... dan tiada seorang pun yang mengetahui tentara Tuhanmu, kecuali Dia.” (Qs.
74:31).
Pada detik-detik kematian Namrud, Allah Ta’ala mengutus seekor nyamuk berputar-putar
mengelilingi sebatang pohon. Setelah tiga hari terbang, ia hinggap dan masuk hidung Namrud,
menyelusup dan menghisap otak dan sumsunya selama empat hari sampai mati.
Kisah di atas menyiratkan bahwa seolah-olah Allah swt. menegaskan kepada nMarud :
“Kukaruniai engkau, hai Namrud, hidup dengan maksiat kepada-Ku. Jika dalam sisa hari-hari di
dunia engkau kembali kepda-Ku dan beriman, maka selamatlah dirimu dan Kukabulkan
tobatmu. Tetapi apabila kau tetap dalam kekafiran, maka Aku akan mencelakakanmu. Dan hal
itu tidak berarti bahwa Aku tidak memiliki sifat pemurah dan belas kasih.”
5.         KEBINASAAN KAUM NABI SALEH
Edit : Pujo Prayitno
“Sesungguhnya Kami telah mengirim kepada mereka suatu jeritan yang membinasakan.”
(Qs. 54:31).
Nabi Saleh a.s. menerangkan kepada kaumnya bahwa pada zaman itu akan lahir
seorang bayi yang kelak akan menjadi penyebab kehancuran mereka. Mendengar keterangan
tersebut, berkumpullah para tokoh mereka, mengadakan rapat untuk menjauhkan diri dari
isteri-isteri mereka. Barangsiapa ternyata isterinya hamil dan melahirkan anak laki-laki, maka
anak tersebut berhak dibunuh. Kemudian isteri seseorang melahirkan bayi laki-laki. Karena
anak pertama, ia dibiarkan oleh orang tuanya hingga dewasa. Kehadiran Qidar (demikian nama
anak itu) menjadikan mereka kesal dan dendam terhadap Nabi Saleh. Lalu mereka
bermusyawarah akan membunuhnya.
“....... dan adalah di sebuah negeri terdapat sembilan orang pembuat kerusakan di muka
bumi, bukan memelihara kesejahteraannya.” (Qs. 27:48).
Mereka sepakat : “Kita pergi ke sebuah daerah, lalu kita kembali secara sembunyi-
sembunyi. Setelah itu kita bunuh Saleh, dan bersumpah bahwa kita bukan pelakunya, bahkan
kita tak mengetahui pembunuh misterius itu.”
Pada suatu hari seusai asyik minum arak di suatu tempat, mereka membutuhkan air.
Kebetulan hari itu adalah giliran unta Nabi Saleh meminum air yang ada di sekitar negeri itu.
Setelah gagal mencari air di berbagai tempat, berkatalah Qidar yang sudah pemuda.
“Bagaimana kalu kubunuh saja unta itu? Gara-gara dia, kita tidak kebagian air, habis diminum
olehnya.”
“Suatu gagasan yang baik, Qidar.”
Tidak lama kemudian ia pergi dengan pedang terhunus, bersembunyi direrumputan
semak belukar di balik bukit, menanti unta Nabi Saleh pulang dari sumber air. Setelah dekat,
Qidar menyeret dan membunuhnya. Qidar selanjutnya menuju ke tempat persembunyian unta
itu yang teletak tidak jauh dari lereng bukit guna membunuh anaknya. Sesampai di sana,
gunung pun pecah, berkat kudrat Ilahi. Qidar tertimpa akhirnya mati terkubur di bawah
reruntuhan batu gunung sebelum sempat membunuh anak unta itu.
Said bin Musayyab berkata bahwa penyebab utama terbunuhnya unta Nabi Sale a.s.
adalah minuman keras. Begitu juga penyebab dibunuhnya Nabi Yahya a.s. dan kezaliman
kaum Nabi Nuh a.s. Minuman keras juga penyebab orang-orang Bani Israil menyembah sapi,
dan penyebab terjadinya permbunuhan terhadap Usman bin Affan. Begitu juga terbunuhnya
Husen, cucu Rasulullah saw. Itulah makanya Rasulullah bersabda :
“Minuman keras adalah ibu dan pangkal segala bencana dan kejadian.”
Setelah Nabi Saleh a.rsenang-senanglah hari ini. Tiga hari lagi kalian akan merasakan
balasan Allah, yang akan datang kepada kalian dengan ciri-ciri wajah kalian akan berwarna
merah pada hari pertama, dan warna kuning pada hari kedua, serta warna hitam pada hari
ketiga.” Maka ketika nampak tanda-tandan itu, mereka mengancam Saleh : “Kita akan bunuh
Saleh, seperti membunuh untanya!.”
Ketika mereka beramai-ramai menuju rumah Saleh a.s. datanglah Jibril a.s. berpekik
amat kerasnya mengguncangkan tembok-tembik negeri, merontokkan nyawa-nyawa mereka.
Allah yang Mahakuasa mampu mengeluarkan unta Nabi Saleh a.s. dari gunung. Dia juga
mampu menyelamatkan unta itu dari pembunuhan mereka. Namun Allah menakdirkan unta itu
terbunuh, agar-agar orang-orang Muslim yang mendengar dan membaca kisahnya merasa
tersinggung dan dihina serta merasa tersakiti hatinya, untuk pada akhirnya mendapat
kebahagiaan. Sedangkan orang kafir, yang membenci Nabi Saleh dan membunuh untanya,
bergembira lantaran berhasil melaksanakan niat jahatnya itu, guna akhirnya memperoleh
siksaan pedih.
Hal itu juga seperti tragedi berdarah yang menimpa cucu Rasulullah saw. Sayyidina
Husein r.a. Pada hakikatnya Allah kuasa menyelamatkannya dari pembunuhan musuhnya yang
biadab itu. Namun Allah swt. menakdirkan Husein terbunuh, agar akhirnya musuh-musuhnya
itu tertimpa siksaan pedih abadi, sedangkan kaum Muslimin yang tentunya tersinggung dan
terhina lantaran itu, akhirnya memperoleh pahala dengan menarik hikmah dari peristiwa itu.
Mengapa terhadap para pembunuh unta Nabi Saleh tersebut Allah swt. langsung
mengazabnya – dengan pekikan Jibril, sedangkan kepada para pembunuh cucu Rasul
(Husaein r.a.) Allah tidak langsung menyiksanya? Padahal Husein nyata-nyata jauh lebih
utama dan mulia ketimbang unta tersebut ?
Jawabnya sebagai berikut :
1.        Unta tersebut adalah penyebab berkobarnya api cobaan (fitnah) bagi kaum Nabi Saleh a.s.
“Sesungguhnya kami kirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah
tindakan mereka dan bersabarlah.” (Qs. 54:27).
2.        Setelah Rasulullah lahir, Allah swt. menghilangkan siksaan langsung. “Dan tiadalah Allah
menyiksa mereka sedangkan engkau (Muhammad) ada di kalangan mereka.” (Qs. 8:33).
3.        Husein r.a. adalah keturunan seorang yang diutus untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rakhmat bagi semesta alam.”
(Qs. 21: 107).
4.        Pada masa Nabi Saleh a.s. pintu azab senantiasa terbuka, sedang pada masa sesudah
kenabian Muhammad Rasulullah, pintu-pintu rakhmatlah yang selalu terbuka. “Dan tiadalah
Kami mengutus engkau, melainkan untuk menjadi rakhmat bagi semesta alam.” (Qs. 21:107).

6.         KEBINASAAN SYADDAD BIN ADI


Edit : Pujo Prayitno
Adi mempunyai dua orang anak : Syadid dan Syaddad. Adi adalah seorang yang tekin
mempelajari al-Kitab, di samping seorang yang mempunyai karisma dan pengaruh besar yang
menundukkan para raja saat itu.
Suatu hari seusai membaca suatu keterangan tentang hal-ihwal surga di al-Kitab, ia
berkata : “Aku akan membuat sebuah taman surgawi di dunia ini seperti surga yang dilkukiskan
itu.” Lalu ia bermusyawarah dengan para raja untuk mewujudkan hasratnya itu. Dengan penuh
antusias meereka menyambut : “Segala urusan ada dalam genggamanmu, bahkan seluruh
dunia tunduk kepadamu, serta seluruh perbendahaaraan kami adalah milikmu.”
Maka ia memerintahkan mereka untuk mengumpulkan bhan-bahannya : emas, perak,
intan, permata, mutiara dan ratna kumala dari barat sampai timur. Di samping itu, ia juga
menunjuk tiga ratus arsitek dan insinyur dari berbagai negeri, yang masing-masing membawahi
seribu pekerja.
Mulailah mereka sibuk mondar-mandir mencari lokasi yang strategis. Akhirnya mereka
menemukan suatu daerah yang sesuai, penuh panorama indah menarik. Di situlah mereka
membangun taman surgawi dengan emas permata dan butiran-butiran mutiara. Dan
mempercantiknya dengan hamparan intan kumala yang berkilauan. Selain itu, ditata tetanaman
dan bebungaan yang sejuk menawan serta tetumbuhan dengan ranting emas berlian.
Setelah itu, mereka membangun istana dan villa-villa menjulang, bertahtahkan marmer
pualam, batu-batu yakut merah dan ratna mutu manikam dan perhiasan lainnya. Sementara di
pelatarannya ditaburi misik dan aroma wewangian.
Setelah rampung, mereka melapor kepada putera Adi yang bernama Syaddad bahwa
taman surga yang diinginkan telah selesai. Maka ia berangkat. Untuk berkeliling diperlukan
masa sepuluh tahun lamanya.
Sebenarnya, perbuatan para raja dan pendukung Adi – mengumpulkan pelbagai jenis
perhiasan itu – merupakan suatu kezaliman semata. Di kala itu di dunia, tiada lagi emas dan
intan berlian, sampai-sampai seuntai kalung seorang anak yang sedang menggantung di
lehernya diambil dengan paksa. Sang anak bertanya kepada mereka saat kalungnya diminta :
“Mengapa kalian ambil kalungku ini?” Mereka menyahut : “Ini perintah paduka raja.”
Mendengar jawaban itu, bocah itu bengong seraya memandang ke langit penuh hampa :
“Ya Ilahi, Engkau Mahatahu kelakuan manusia zalim terhadap hamba-hambamu yang lemah.
Maka tolonglah hamba, Engkau Maha Penolong!” Kemudian Allah swt. mengutus malaikat Jibril
a.s. untuk berteriak senyaring-nyaringnya menjadikan Syaddad dan para pendukungnya mati
bergelimpangan sebelum sempat menapakkan kakinya di taman surgawi itu, dan musnahlah
orang-orang kafir itu.
“Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat
seorang pun dari mereka, atau kamu dengar suaranya yagn samar-samar.” (Qs. 19:98).

7.         KEBINASAAN KAUM ‘AD


Edit : Pujo Prayitno
:Sesungguhnya Kami mengirim kepada mereka angin yang amat kencang.” (Qs. 54:19).
“Hai Hud, apa pun yang akan terjadi kami akan tetap menyembah berhala-berhala,
persetan dengan dakwahmu! Kami tak pernah gentar kepadamu. Kalau memang kau benar-
benar seorang Rasul, turunkanlah kepada kami sikssa!” Ucap kaun Hud.
“Sungguh, pasti siksa Allah itu akan datang menghancurkan kalian!” tanggap Hud
tenang.
Untuk membuktikan kata-kata Rasul-Nya itu, Allah swt. menahan hujan selama tiga
tahun, hingga terjadilah paceklik dan kemarau panjang. Ketika itu Nabi Hud a.s. berseru :
“Tobatlah kalian kepada Allah!.”
“Kami tak akan bertobat. Kami akan mengutus orang-orang pilihan untuk pergi ke negeri
Makkah mencari air.” Jawab mereka.
Pada saayang telah ditentukan, berangkatlah enam orang ke sana. Setibanya di Makkah,
dua orang dari mereka masuk Islam, dan berdoa : “Ilahi, hamba tahu Engkau akan
menghancurkan kaum Hud, namun kami sekarang bukan lagi termasuk mereka. Oleh karena
itu, kabulkanlah doa kami. Penuhilah segala kebutuhan kami!.”
“Sebutlah permintaanmu, niscaya akan diberi!” mereka tiba-tiba mendengar suara itu.
“Ya Tuhan, hamba memohon dipanjangkan umur sebanyak umur tujuh ekor garuda.”
Doa seorang di antara mereka.
“Baiklah, permintaanmu akan dipenuhi,” sambut suara tadi.
“Wahai Tuhan, hamba datang ke sini bukan untuk mengobati orang sakit, bukan pula
untuk membebaskan tawanan. Tuhanku, beri minumlah suku ‘Ad seperti dahulu.” Doa yang
satu lagi.
Seuasai berdoa beraraklah awan merah, putih dan hitam.
“Pilihlah awan yang kamu senangi!” kata suara gaib itu.
“Aku memilih yang hitam.” Katanya sambil memandangi awan-awan itu.
“Berarti engkau memilih penyakit mata yang akan menimpa kaum ‘As,” kata suara itu
lagi.
Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk mengatur angin topan supaya
berhembus dahsyat dengan bergumpal sebesar lubang kerah baju perang.
Mengenai angin, Wahab bin Mubbah al-Yamani berkata bahwa di lapis tanah yang paling
besar terdapat angin yang bernama ‘Aqim. Ia akan bertiup amat kerasnya pada hari kiamat,
menjebol gunung-gunung dan mengguncangkan bumi serta meruntuhkan langit.
“Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali
benturan .......” (Qs. 69:24).
Untuk mengatur angin ini, Allah menugaskan tujuh puluh ribu malaikat. Satu malaikat
diperintahkan membawa segumpal dari angin tersebut untuk menumbangkan kaum ‘Ad.
“Berapakah ukuran angin yang mesti hamba kirim?” tanya sang malaikat.
“Sebesar lubang hidung banteng.”
“Besar sekali, wahai Tuhan?”
“Kalau begitu, bawalah seukuran lubang jarum!.”
Ketika kaum ‘Ad melihat arak-arakan awan itu, mereka girang. “Inilah dia, hujan akan
segera turun!.”
“Bukan, itu bukan hujan. Itulah siksa Allah yang amat pedih yang pernah kau minta untuk
disegerakan!” sambut Nabi Hud a.s. mengingatkan mereka.
Di kala angin topan itu tiba, sebanyak tujuh ribu orang lelaki keluar mendaki gunung.
Mereka saling merentangkan tangan, saling berpegangan erat. Setelah kian keras tiupan angin
itu, berteriaklah mereka sambil lari pontang-panting, dan akhirnya terbanting jatuh.
Hitamlah langit kini. Dan menggunturlah petir, kemudian angin turun menumbangkan
bangunan-bangunan hingga berhamburan laksana tepung terhempas angin. Maka Kaum ‘Ad
pun jungkir balik mati bagai pelepah-pelepah korma yang patah.
Menurut Lathaiful Qashash, saat itu Nabi Hud mengumpulkan kaum muslimin
(pengikutnya) di sebuah daerah tertentu. Maka selamatlah ia dan pengikutnya.
“Sesungguhnya telah Kami kirim kepada mereka angin yang sangat dahsyat.” (Qs.
54:19).
Wahab bin Munabbih berkata bahwa ada tujuh macam angin : tiga angin rahmat dan
empat angin azab. Yang tergolong angin rahmat, adalah :
1.        An-Nasyirat : “ ..... dan demi angin yang tertiup keras (membawa hujan).” (Qs. 77:3).
2.        Mubassyirat : “ ......dan sebagian ayat (tanda-tanda) kekuasaan-Nya adalah Dia yang
mengirimkan angin (membawa kabar gembira)” (Qs. 30:46).
3.        Adz-Dzariyat : “Demi angin yang menerbangkan debu dengan kuatnya.” (Qs. 51:1).
Adapun yang tergolong angin azab (bencana) adalah :
1.        Ash-Sharshar : “.....maka mereka (kaum ‘Ad) dibinasakan dengan angin yang amat kencang
lagi dingin.” (Qs. 69:5).
2.        Al-‘Aqim : “Ingatlah, saat Kami mengirim kepada mereka angin yang membinasakan.” (Qs.
51:41).
3.        Al-‘Ashif : “ ..... dan mereka bergembira karenanya, maka datanglah angin badai.” (Qs. 10:22).
4.        Al-Qashif : “..... lalu Dia meniupkan kepadamu angin topan.” (Qs. 17:69).

BAB VI.
TENTANG HARI KAMIS
Edit : Pujo Prayitno
“Sesungguhnya Allah membuktikan impian itu dengan sebenarnya kepada Rasul-Nya ....”
(Qs. 48:27).
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya tentang hari Kamis.
“Hari Kamis adalah hari tertunaikannya maksud dan keperluan, karena Ibrahim pada hari
Kamis menghadap raja Mesir terpenuhi kehendaknya, dan menerima hadiah seorang wanita
bernama Hajar,” sabda Rasulullah saw.
Menurut sebuah riwayat, pada hari Kamis tujuh Nabi dan Wali berhasi memenuhi
harapan mereka :
1.        Nabi Ibrahim mengahdap raja Mesir, memperoleh apa yang diharapkannya, dan berjumpa
dengan Hajar.
2.        Si pemberi minum raja (As-Saqi) keluar dari penjara. Kemudian ia memperoleh nasib baik:
memegang tampuk kerajaan. “dapun salah seorang di antaramu akan memberikan minum
kepada tuannya dengan arak.” (Qs. 12:41).
3.        Saudara-saudara Yusuf menghadap Yusuf. Maka dia mengenal mereka, sedang mereka tidak
mengenalnya.” (Qs. 12:58).
4.        Bunyamin (Saudara kandung Yusuf) masuk dan bertemu dengannya. “Dan tatkala mereka
masuk meenemui Yusuf, maka Yusuf membawa saudara kandungnya (Bunyamin) ke
kamarnya.” (Qs. 12:69).
5.        Ya’qub a.s. datang ke negeri Mesir,d an berjumpa dengan Yusuf (anaknya) dengan penuh
kegembiraan hati.”..... dan Yusuf berkata : “Masuklah kalian ke negeri Mesir. Insya Allah dalam
keadaan aman.” Dan ia menaikkan ibu bapaknya ke atas singgasana....” (Qs. 12:100).
6.        Nabi Musa a.s. masuk kembali ke negeri Mesir dan bertemu dengan seorang Qibthi. : “Dan
Musa masuk ke kota (Mamphis) ketika penduduknya tengah terlena, maka didapatinya di
dalam kota itu dua lelaki sedang berkelahi.” (Qs. 28:15).
7.        Nabi Muhammad saw. masuk ke kota Makkah dan menyandang kemenangan. “Sesungguhnya
Allah membuktikan mimpi itu dengan sebenarnya kepadsa Rasul-Nya.” (Qs. 48:27).

1.         NABI IBRAHIM MENGHADAP RAJA MESIR


Edit : Pujo Prayitno
Setelah selamat dari api Namrud, Ibrahim berangkat ke Mesir beserta isterinya, Sarah.
Ibrahim berkata :
“Sesungguhnya aku pergi kepada Tuhanku yang akan menunjukki jalan bagiku.”
(Qs.37:99).
Konon raja Mesir itu adalah seorang kaisar yagn zalim. Ia suka merampas isteri orang
yang cantik jelita. Ia memiliki tentara yang ditugaskan untuk merampok para musafir. Sebelum
berangkat, Ibrahim membuat peti untuk menyembunyikan Sarah, seorang wanita paling cantik
pada zaman itu. Kemudian dengan mengendarai seekor unta, ia berangkat. Di pintu gerbang
kota, Ibrahim diminta bayaran msuk. Ketika sang penjaga hendak memeriksa petinya, Ibrahim
menolak keras : “Akan kubayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tetapi jangan buka peti
ini.” Mereka memaksa hendak membukanya.
“Apakahdia isterimu?” mereka bertanya garang setelah nampak seorang wanita yang
luar biasa cantiknya.
“Dia saudara perempuanku .....” jawab Ibrahim.
“Amat serasi sekali ia buat tuan raja.” Sambung mereka sembari merebut sarah dari
Ibrahim. Saat itu, Allah swt. menyingkap tabir dinding-dinding bangunan, hingga Ibrahim dapat
melihat apa yang dibuat si raja durjana terhadap isterinya. Ketika sang raja zalim hendak
mendekati Sarah, tiba-tiba tangan dan kakinya kaku.
“Kiranya engkau wanita tukang sihir.” Ucap raja terheran-heran.
“Bukan, aku bukan tukang sihir. Tapi aku adalah isteri Khalilullah (Ibrahim a.s.). Oleh
karena itu Allah mengakukan tangan dan kakimu. Bertobatlah dan minta ampunlah kepada
Allah, Ia akan menyembuhkanmu.” Jawab Sarah.
Sang raja bertobat, dan ia pun sembuh. Tapi, melihat Sarah jelita di hdapannya,
darahnya kembali tersirap nafsunya kembali bergolak tak tahan hendak mengganggunya lagi.
Kali ini ia menjadi buta.
“Kau memang tukang sihir.” Katanya geram.
“Bukan, aku bukan tukang sihir. Aku isteri kekasih Allah. Karena engkau akan melakukan
perbuatan terkutuk, maka engaku dibutakan oleh Allah, sekarang bertobatlah atas dosa-
dosamu dengan sebenar-benarnya. Sarah kembali menyadarkannya.
Setelah bertobat, dan ia pun sembuh, raja kembali mencoba hendak mencengkeram
Sarah, tapi tak mampu, karena Allah ta’ala melumpuhkan seluruh badannya.
“Engkau memang benar-benar tukang sihir, wahai perempuan!” ucapnya kesal.
“Sudah kukatakan, aku bukan tukang sihir. Aku adalah isteri Ibrahim, Khalilullah. Minta
ampunlah kepada Allah!.” Jawab Sarah tenang.
Barulah setelah itu sang raja memanggil Nabi Ibrahim.
“Wahai Ibrahim, hukumlah aku sekehendakmu. Kini aku benar-benar bertobat.
Mohonkanlah kepada Allah agar aku sembuh!.” Pinta sang raja.
“Kuserahkan perkara kepada-Nya. Aku tak dapat menghukummu tanpa izin-Nya.” Jawab
Ibrahim a.d.
Sekonyong-konyong datang Malaikat Jiril a.s. menyampaikan wahyu bahwa Dia
menyuruh raja supaya melapas baju kerajaannya dan menyerahkan tahta kekaisarannya
kepada Nabi Irahim a.s. Raja menerima keputusan tersebut dengan kesadaran imannya, dan
Ibrahim A.s. pun berddoa sampai sang raja sembuh.
Kisah ini menyiratkan baha Sarah adalah seorang isteri yang amat dicintai suaminya.
Maka Allah melindunginya dari tangan najis manusai zalim. Dan bahwa kalimat tauhid yang
terpateri di kalbu mukmin amat dicintai pemiliknya, yaitu Allah swt. Maka apabila seorang
musuh (sang raja zalim) saja tak mampu, walau dengan berrbagai cara, mengganggu dan
menjahati seorang yang menjadi kekasih Ibrahim Al-Khalil (sarah), maka mungkin setan
erkutuk akan dapat menemukan jalan untuk mengganggu dan membencanakan mukmin,
kekasih Allah Mahaagung.
Akhirnya Nabi Ibrahim a.s. menjadi raja. Ia mendapat hadiah dari raja Mesir itu seorang
wanita yang diserahkannya melalui Sarah.
“Kuserahkan Hajar untukmu, wahai suamiku. Karena engkau telah bersussah paya
membelaku.” Kata Sarah.
Hajar takut dan malu-malu sewaktu diterima oleh Nabi Ibrahim a.s.
“Jangan takut. Jangan sedih dan malu, ;hai Hajar! Allah swt. membuka tabir antara kita.
IA telah menyatakan hubungan kita secara terang.” Nabi Ibrahim a.s. mencoba
menenangkannya.
Andai ada seorang yang berkata bukankah Nabi Muhammad saw. lebih utama daripada
Nabi Ibrahim a.s. namun mengapa Allah tidak menyingkap tabir antara Nabi Muhammad saw.
dan Aisyah, iterinya, tatkala isterinya tertinggal sewaktu pulang dari suatu peperangan, yang
mengakibatkan orang-orang munafik dengan yakin menuduhnya telah berbuat serong dengan
seorang sahabat (Safwan bin al-Mu’aththal). Mengapa tidak disingkapkan tabir untuk beliau,
sehingga dengan tersingkapnya tabir tersebut, seperti yang dialami Nabi Ibrahim a.s.
Rasulullah dapat melihat langsung dan mengetahui – walau dari kejahuan – kejadian
sebenarnya yag dialami oleh Aisyah? Denagn begitu, maka tidak terjadi fitnah yang dikobarkan
oleh kaum munafik itu.
Andai tabir dibuka, tentu Rasulullah dapat mengetahui secara psti hal-ihwal isterinya
(Aisyah) saat tertinggal jauh sendirian itu. Dengan demikian, tak akan ada persoalan apa-apa,
dan tak ada fitnah yang ditebarkan oleh orang-orang munafik. Tetapi, sengaja Alalh tidak
membukakan tabir itu untuk Rasulullah (melainkan hanya dengan Wahyu tentang kesucian
Aisyah dari berbuat serong seperti yang dihebohkan orang-orang munafik). Hal itu agar orang-
orang munafik tidak ragu-ragu dan tanggung-tanggung dalam melontarkan tuduhan keji.
Seakan-akan Alalh berfirman : “Wahai Muhamad, kusingkap tirai dari padangan mata
Ibrahim supaya ia dapat mengetahui langsung keadaan isterinya di istana raja, sehingga walau
jauh, ia dapat selamat dari nafsu serakah raja. Tapi Aku tidak membuka tabir bagimu, karena
Aku sendiri langsung yang menyelamatkan isterimu. Sarah dijaga oleh al-Khalil (Ibrahim),
sedang Aissyah dijaga langsung oleh al-Jalil (Allah swt.).

2.         KELUARNYA PELAYAN MINUM RAJA DARI PENJARA


Edit : Pujo Prayitno
“Dan bersamanya (Yusuf a.s.) masuklah pula ke dalam penjara dua orang pemuda....”
(Qs. 12:36).
Yang satu adalah as-Saqi (pelayan minum raja), dan yang satu lagi ialah juru masak raja.
Mereka masuk penjara karena kaisar agung Romawi membujuk mereka berdua dengan
uang agar mereka meracuni raja mereka. Si juru masak menerima uang itu, sedang si pelayan
minum menolak, bahkan melaporkan hal itu kepada sang raja. Setelah menerima laporan itu,
sang raja menjebloskan mereka ke dalam penjara untuk masa satu tahun (Dalam riwayat lain
hanya tiga hari). Di dalam sel, mereka bertemu dengan Nabi Yusuf. Untuk menguji kebenran
takwil Yusuf, mereka mencoba mengajukan impian kepada Yusuf, padahal mereka tak
bermimpi.
Sebagian ulma mengatakan bahwa si pelayan minum memang bermimpi, sedang si juru
masak tidak. Sebagian lagi mengatakan, malah keduanya bermimpi, tapi mereka menukarkan
impina mereka untuk diajukan kepada Yusuf a.s. menurut riwayat yang paling benar, keduanya
bermimpi.
“Aku pernah bermimpi melihat tiga mangkuk emas, dan aku memeras anggur di
dalamnya untuk hidangan sang raja.” Kata as-Saqi.
“Aku bermimpi menjunjung roti da dimakan oleh burung, kata yang lain.” Mendengar
keterangan tersebut, Yusuf a.s. mencoba mentakwilnya : “Wahai kedua teman sepenjaraku,
seorang di antara kalian akan memberi minum tuannya arak, sedang yang lainnya disalib dan
kepalanya dipatuk burung.” Seusai mendengar penjelasan Yusuf itu, seorang dari mereka
tertawa mengejek : “Yusuf, sebenarnya aku tak pernah bermimpi seperti itu.”
“Aku hanya mentakwil, sedang kepastian hanya di tanagn Allah.” Jawab Yusuf tenang.
“Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya....” (Qs. 12:41).
Sesudah beberapa saat berselang, datanglah utusan raja mengambil si juru masak dan
menyalibnya.
Kisah ini mengisyaratkan bahwa orang yang menantang dan tidak setia kepada raja
(tuan)nya disalib dan ditebas kepaalanya, maka bagaimana orang yang mencoba-coba
berkhianat dan menetang Allah?
Sementara itu, si pelayan minum tetap mendekam di balik terali-terali besi selama tiga
hari. Kemudian dikeluarkan, Saat ia akan menghadap raja dengan penuh rasa bahagia, Yusuf
a.s. berkata kepadanya : “Saudaraku, bicarakanlah tentang nasibku kepada tuanmu!.” Waktu
Yusuf a.s. mengucapkan kata-kata itu, seakan-akan goyanglah gunung-gunung, guncanglah
tembok-tembok, dan menyingkirlah malaikat-malaikat darinya. Lalu turun malaikat Jibril : “Hai
Yusuf, siapakah yang menaruh rasa “menyayangimu” di kalbu ayahmy?”
“Allah,” jawab Yusuf.
“Siapakah pula yang menyelamatkanmu dari tipu muslihat busuk saudara-saudaramu?”
“Tuhanku.”
“Dan siapakah yang memeliharamu di dalam sumur itu?”
“Juga Allah.”
“Siapa pula yang menjadikan engkau dicintai oleh Zulaikah?”
“Alalh, Tuhanku.”
“Lalu siapakah yang meluputkanmu dari tergelincir ke lembah dosa dengannnya?”
“Allah swt.”
“Hai Yusuf. Ketahuilah, Alalh teleh menghimpun pada dirimu segala ketampanan. Maka
adakah engkau merasakan sesuatu kekurangan, sehingga engkau meminta tolong kepada
selain Allah? Padahal kakekmu, Ibrahim (as.) tak pernah minta tolong kepada selain Allah,
kepada Jibril sekalipun saat ia menawarkan kepada Ibrahim akan keselamatannya dari api
yang berkobar. Begitu pula kakekmu, Ismail (as) tak pernah meminta tolong kepada ayahnya
saat ia disembelih. Ia malah mengatakan : “Ayah, akan ayah dapati puteramu (Insya Allah)
dalam golongan orang-orang yang sabar.” Tetapi mengapa baru saja tiga hari dalam penjara
engkau tak sabar, minta tolong kepada sang raja?”
Yusuf a.s. akhirnya menangis bertobat kepada Allah demi mendapat teguran itu : “Ilahi,
demi kemuliaan kakekku, Ibrahim, Ishak dan Ismail, dan dengan kebenaran ayahku Ya’qub,
kasihanilah dan maafkanlah hamba.”
Tak lama kemudian, Jibril a.s. datang lagi : Yusuf, Alalh swt. telah memaafkanmu.
Kendati begitu, engkau tetap mesti meringkuk di dalam penjara selama tujuh tahun, karena
satu kesalahan.” Dengan demikian bagaimanakah bila orang berkecimpung dalam lumpur dosa
dan kesalahan selama tujuh puluh tahun? Berapa lamakah yang harus ditempuhnya untuk
tinggal di tengah kobaran api neraka?

3.         SAUDARA-SAUDARA YUSUF MENGHADAP YUSUF


Edit : Pujo Prayitno
“Dan datanglah saudara-saudara Yusuf ke Mesir. Lalu mereka masuk ke tampatnya.
Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak mengenalnya lagi.” (Qs. 12:58).
Tatkala hampir sampai di tanah Mesir, Jibril a.s. memberitahukan kepaa Yusuf tentang
kedatangan mereka.
“Yusuf, saudara-saudaramu akan menemuimu! Bagaimanakah sikapmu?” kata Jibril.
Dahulu mereka mendatangiku untuk menyakitiku, mala hendak membunuhku. Kini
mereka datang kepadaku sebagai musafir yang menghajatkan uluran tangan. Maka tak ada
yang harus kuperbuat selain memberi maaf.” Ucap Yusuf.
Sebagian ulama mengatakan bahwa saudara-saudara Yusuf datang kepadanya, tiga
kali :
1.        Mereka datang untuk meminta tolong, yang disambut oleh Yusuf dengan hati lapang dan dada
terbuka. “Bawalah barang-barang ini ke kendaraan kalian!.” Kata Yusuf.
2.        Mereka datang dengan penuh bangga dan berbesar hati. Namun akhirnya meraka pulang
dengan sedih dan kecewa ketika Yusuf berkata : “Pulanglah kalian dan sampaikanlah kepada
ayahmu bahwa Saudaramu Bunyamin, telah mencuri.” Dan lakukan itu, karena dia adalah
seorang raja yang tidak menyenangi orang-orang yang tinggi hati.
3.        Mereka datang dengan penuh rendah ahti. Kemudian mereka pulang dalam kegembiraan,
karena Yusuf a.s. adalah seorang raja yang santun dan pemurah, maka Allah juga sangat
mencintai orang-orang seperti itu.
Saat mereka memasuki negeri Mesir, Yusuf a.s. menitahkan anak buahnya untuk
menghias kota. Ia menginstruksikan para pelayan dan pengawalnya untuk menggunakan
pakaian resmi kerajaan, menghampari istana dengan warna-warni pemadani, menyiapkan
perlengkapan, serta tempat-tempat duduk yang indah megah, guna menyambut sang tamu.
Setelah itu Yusuf a.s. duduk di atas singgasana megah didampingi oleh para menteri dan staf
kerajaan. Ketika saudara-ssaudaranya datang, Yusuf a.s. masih mengenalnya, sedang mereka
sudah tidak mengenalnya lagi.

4.         BUNYAMIN MASUK DAN BERTEMU YUSUF


Edit : Pujo Prayitno
“Dan tatkala mereka masuk menghadap Yusuf, Yusuf membuka tirai membawa mereka
ke dalam (tempat khususnya)” (Qs. 12:69).
Disebutkan bahwa sesudah Nabi Yusuf memenuhi segala keperluan mereka, maka
mereka menyuru Bunyamin untuk menghadapnya langsung.
Saat itu, Yusuf tengah berada di atas singgasana, di dalam ruangan khusus istana.
Diperhatikannya wajah saudaranya (Bunyamin). Tiba-tiba tak terasa berlinang air mata
sedihnya demi terlukis di relung matanya wajah ayahnya tercinta, Ya’qub a.s. Maka ia
menitahkan seorang pengawal menanyakan kepada mereka ihwal ayahnya.
“Ayah kami tengah dirundung duka nestapa. IA menangis terus karena kekecewaan yang
amat menusuk hatinya.” Jawab mereka.
Yusuf a.s. lalu menyuruh membuka tabir, dan mereka masuk mengucap salam. Seorang
di antara mereka, Bunyamin, tampil menyerahkan sepucuk surat kepadanya. Isinya melukiskan
keduka-piluan dan musibah yang diderita ayah tercinta mereka, Ya’qub a.s. Air mata Yusuf a.s.
kembali mengalir membaca surat tersebut. Kemudian Yusuf menjamu mereka.
“Mengapa tuan muda yang satu itu tidak menyantap hidangan dan nampak bermuram
durja?” tanya Yusuf kepada mereka.
“Ia teringat saudara kandungnya yang telah lama berpisah karena hilang dimangsa
harimau.” Jawab mereka.
“Akulah Yusuf, saudaramu seibu dan seayah.” Kata Yusuf akhirnya pecahlah suara sedu
sedan, mereka berpelukan melepas rindu.

5.         NABI YA’QUB DAAN KE MESIR DAN BERJUMPA YUSUF


Edit : Pujo Prayitno
“Maka tatkala mereka masuk kepada Yusuf, ia bawa kedua ibu bapaknya ke tempatnya,
dan ia berkaa : “Masuklah kalian ke negeri Mesir (Insya Allah) dalam keadaan aman.” (Qs.
12:99).
Wahab bin Munabbih berkata bahwa tatkala hampir sampai di negeri Mesir, Ya’qub a.s.
menugaskan seorang Yahudi bersama seratus orang lainnya untuk menyampaikan berita
kedatangannya kepada Yusuf. Setibanya di Mesir, mereka menyaksikan mega memayungi
Ya’qub a.s. Dan saat bertemu dengan Yusuf, berangkulan keduanya memadu rindu, begitu
juga bibinya yang telah menjadi ibunya, yakni isteri Ya’qub yang dinikahinya sesudah ibu
kandung Yusuf wafat, setelah lama berpisah, yakni sejak Yusuf berumur tujuh tahun sampai
tujuh puluh tahun.
Dalam peristiwa tersebut, ada satu isyarat yang menunjukkan bahwa seakan-akan Alalh
berfirman : Di kala Ya’kub meninggalkan negerinya (Kan’an), Kujadikan Yusuf sebagai tempat
untuknya bernaung. Dan Rasul-Ku, Muhammad, tatkala kehilangan kedua orang tuanya,
Kujadikan pemelihara dan pengasuhnya, Abu Thalib, sebagai tempat baginya berlindung.
Begitu pun seorang Mukmin di saat terasing dari kesenangan hidup di dunia (meninggalkan
kemewahan dunia), Kujadikan surga sebagai tempat mukim abadinya.
“dan orang-orang yang menahan diri dari nafsunya, maka sesungguhnya surga ialah
tempat tinggalnya.” (Qs. 79:41-42).
“Siapakah mereka?” Ya’kub bertanya kepada Yusuf saat melihat banyak orang di istana.
“Ayah, mereka adalah hamba sahaya dan para pelayanku yang kumerdekakan kaerna
pertemuanku dengan ayah.” Jawab Yusuf.

6.         NABI MUSA KEMBALI KE NEGERI MESIR


Edit : Pujo Prayitno
“Dandia masuk ke kota Mesir ketika penduduknya sedang tidak sadar, lalu ia bertemu
dengan dua orang yang sedang baku hantam.” )Qs. 28:15).
Tentang masuknya Musa ke Mesir, ada beberapa pendapat. As-Suda berkata bahwa,
ketika Musa a.s. tumbuh dewasa, pada suatu hari ia naik kuda bersma Fir’aun ke luar kota, lalu
kembali pada tengah hari. Menurut Muhammad ibnu Ishak, setelah Musa dewasa, ia mengerti
dan mengetahui tentang kesesatan dan kedurjanaan Fir’aun. Semenjak itulah ia mencoba
kabur dari lingkugan kerajaan. Tapi pada suatu hari, ia kembali pulang pada tengah hari. Dan
menurut Abu Yazid, setelah Musa memukul Fir’aun, ia diusir dari istana. Tapi kemudian ia
pulang kembali pada saat penduduk sedang terlena (tidur).
Hasan al-Bashri mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada hari raya. Adapun menurut
Muqtil, kejadian itu adalah antara waktu Maghrib dan ‘Isya. Pada waktu keluar, ia menjumpai
dua orang tengah berkelahi. Seorang dari sukunya (Bani Israil) dan yang lain dari kelompok
Fir’aun (Qibthi). Melihat Musa, orang Bani Israil itu meminta bantuan. Maka Musa
membantunya. Tapi ia ditinju oleh Qibthi tersebut, akhirnya Musa marah dan membunuhnya.
Namun ia menyesali perbuatan itu, lalu bertobat : “Ilahi, aku bertobat. Mulai hari ini aku tak
akan lagi berbuat semacam itu.” Dalam janjinya itu ia tidak mengucapkan Insya Allah.
“Wahai Tuhanku, dengan nikmat yang Kau anugerahkan kepasaku, aku tak akan lagi
menjadi orang yang berbuat dosa.” Lanjutnya.
Esok harinya, di tengah perjalan pulang, Musa berjumpa lagi dengan orang Bani Israil
yang kemarin dibelanya sedang baku hantam dengan pengikut Fir’aun yang lain.
“Kau memang keterlaluan.” Kata Musa.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa lelaki Bani Israil itu mengepalkan tinjunya hendak
menghantam lawannya. Tapi tidak jadi, akrena takut kepada Musa yang menyaksikannya
dengan marah, kendati dalam hatinya ia marah kepada si Qibthi.
“Musa kau akan bunuh pula aku seperti temanku kemarin?” kata si lelaki Qibthi ketakutan
demi melihat Musa. Ia terus pulang melapor kepada Fir’aun, sesudah ia mendengarkan
pembicaran antara si lelaki Bani Israil itu dengan Musa. Akhirnya Fir’aun memaklumkan untuk
membunuh Musa a.s. Dari peristiwa ini lahirlah pepatah :
“Musuh yang cerdik dan berakal lebih baik daripada sahabat yang pandir lagi bodoh.”

7.         NABI MUHAMMAD MASUK KE KOTA MAKKAH


Edit : Pujo Prayitno
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran
mempinya dengan sebenarnya, bahwa sesungguhnya kamu akan memasuki Masjidil Harm
dalam keadaan aman...” (Qs. 48:27).
Impian tersebut dialami oleh rasulullah pada tahun enam Hijriah.
“Alalh telah memperlihatkan kepadaku suatu impian berupa kemenangan dan
penaklukan kota Makkah.” Tuturnya kepada para sahabtnya.
Ketika menuju Makkah, beliau dihadang oleh Suhaib bin ‘Amr untuk mengadakan
perjanjian mengurungkan maksud memasuki Makkah pada tahun itu dan kembali ke Madinah.
Saat itu Umar bin Khaththab bertanya : “Ya Rasulullah, mengapa kita mesti kembali?”
Insya Allah kita akan menaklukkan Makakh pada tahun depan.” Jawab Rasul. Tahun
yang ditunggu-tunggu pun tiba. Maka Rasulullah saw. berangkat bersama para sahabt menuju
Makkah dan berhasil menaklukkannya. Ketika itu Malaikat Jibril a.s. datang membawa ayat
tersebut di atas (Qs. 48:27).
Para ahli berkata bahwa di dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan tujuh macam impian :
1.        Impian Nabi Ibrahim a.s. : “Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku akan
menyembelihmu (Ismail). .....” (Qs. 37:102).
2.        Impian nabi Yusuf a.s. : “Aku melihat dalam mimpi sebelas bintang dan matahari serta bulan
sujud padaku.” (Qs. 12:4).
3.        Impian as-Saqi (pelayan minum raja) : “Sesungguhnya aku bermimpi diriku sedang memeras
anggur.” (Qs. 12:36).
4.        Impian seorang juru masak raja. : “Sesungguhhya aku bermimpi menjunjung roti yang
sebagaiannya dimakan burung.” (Qs. 12:36)
5.        Impian Raja : “Aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang geuk-gemuk dimakan oleh
tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan tujuh butir gandum yang hijau segar dan tujuh
butir lainnya yang kering...” (Qs. 12:43).
6.        Impian orang-orang Mukminin : “Bagi mereka ada berita gembira mengenai kehidupan di dunia
dan akhirat ....” (Qs. 10:64).
7.        Impian Rasulullah saw. : “Sesungghnya Allah membuktikan kepada Rasul-Nya kebenran
impiannya....” (Qs. 48:27).
Setelah Rasul memasuki Kota Makkah, kaum musyrik berkumpul di dalam Masjid penuh
rasa cemas dan takut. Lalu beliau menuju Masjid diiringi pasukan dan para tokoh masyarakat.
Beliau masuk ke Ka’bah untuk menunaikan shalat, sementara para pengiringnya berdiri tegap
menyandang pedang terhunus. Seusai shalat, Rasul keluar berdiri di tangga pintu seraya
memandangi wajah-wajah kaum musyrik yang tunduk murung dalam ketakutan.
“Wahai penduduk Makkah, kalian adalah sejahat-jahat kaum terhadap Nabi. Kalian sakiti
dan usir aku dari negeri kelahiranku. Sekarang Allah mengaruniakan kemenangan. Maka
perbuaan apakah yang paling patut kulakukan terhadap kalian!” kata Rasul.
“Ya Muhammad, engkau saudara kami yang mulia budiman. Andai kami engkau azab,
berarti kau berbuat suatu kesalahan. Bila kami engkau maafkan, itulah memang sifatmu yang
paling utama!” kata Suhaib bin Amr.
Rasul tersenyum mendengan uracapan itu, seraya memandangi wajah-wajah pasrah
mereka.
“Aku akan menyampaikan kepada kalian kata-kata seperti yang penah disampaikan
Yusuf kepada Saudara-saudaranya : “”Hari ini tiada lagi dendam dan cerca. Semoga Allah
mengampunimu. Pergilah kalian bertebaran, kalian bebas merdeka!” kata Rasul.
Kemudian beliau memerintahkan kepada mereka untuk saling berangkulan dan berjanji
untuk tidak lagi saling mengganggu harta mereka atau mencaci maki anak cucu dan keturunan
mereka.
Akhirnya mereka semua, baik laki-laki maupun perempuan, bersma-sama beriman
kepada Rasulullah saw.

BAB VII.
TENTANG HARI JUM’AT
Edit : Pujo Prayitno
“Wahai orang-orang yang beriman, jika diseru untuk shalat pada hari Jum’at hendaklah
segera berangkat menuju mengingat Allah, dan meninggalkan perniagaan.....” (Qs. 62:9).
Dari Anas bin Malik, dengan sanad yang sama dengan yang terdapat pada Bab : I,
diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya tentang hari Jum’at. Beliau menjawab :
“Hari Jum’at adalah hari untuk menjalin silaturrahim dan pernikahan.”
“Mengapa demikian, Ya Rasulullah?”
Karena dahulu para Nabi menikah pda hari Jum’at” sambut beliau.
Beberapa ulama menjelaskan bahwa ada enam pernikahan pada hari Jum’at :
1.        Pernikaha Nabi Adam a.s. dengan Ibu Hawa a.s.
2.        Pernikahan Nabi Yusuf a.s. dengan Permaisuri Zulaikha.
3.        Pernikahan Nabi Musa a.s. dengan Puteri Syafura.
4.        Pernikahan Nabi Sulaiman dengan Ratu Bilqis.
5.        Pernikahan Rasulullah saw. dengan Ummul Mukminin Khadijah.
6.        Pernikahan Imam Ali dengan puteri Rasul Gathimah az-Zahra

1.         PERNIKAHAN NABI ADAM DENGAN IBU HAWA


Edit : Pujo Prayitno
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Allah menciptakan dan menempatkan Adam di surga
pada hari Jum’at, begitu juga mengeluarkannya dari sana. Pada hari Jum’at pula Adam
bertobat kepada Allah. Oleh karena itu, pada hari Jum’at terdapat saat untuk berdoa yag
mustajab.
Seusai Adam tercipta, ia tak menemui satu makhluk pun yang sejenis dengannya. Ia
aksana burung yang melayang bersama bayang-bayangnya. Ia merasa kesepian. Ketika
tengah dudu-duduk seorang diri, tiba-tiba ia diusap kantuk. Saat itulah Allah emnciptakan
seorang wanita, yakni Hawa a.s. Ia menghimpun pada diri Hawa a.s. seluruh unsur kecantikan
dan keanggunan, kesejukan tatapan mata dan kesucian kebersihan, yang semuanya itu akan
terdapat pada hari kiamat.
Dengan begitu, ia menjadi satu-satunya wanita yang paling cantik di seantero bumi dan
langit. Begitupun semua unsur cinta dan perasaan rindu dan kasih sayang, Allah himpun di
relung kalbu Adam a.s. sehingga menjadi orang yang paling banyak dan paling dalam rasa
cintanya terhadap seorang wanita, yaitu Hawa a.s. Suatu rasa cinta yang tidak dimiliki oleh
semua lelaki di dunia.
Kemudian, Allah memakaikan pada hawa tujuh puluh perhiasan surgawi nan indah. Ia
duduk di ats kursi emas berlian. Adam terkejut demi bangun dari tidurnya melihat sesosok
wanita rupawan.
“Siapa Anda?” tanya Adam.
“Aku diciptakan oleh Allah untukmu.” Jawab Hawa.
“Kalau begitu kemarilah!” ucap Nabi Adam.
“Tidak!” Hawa menjawab.” .... engkaulah yang ke sini.”
Adam bangkit mendekat. Mulai saat itu, berjalan suatu adat kebiasaan, lelakilah yang
mendatangi seorang wanita, bukan sebaliknya.
“Hai Adam, bersabarlah. Ia belum halal sebelum engkau menikahinya.” Adam tiba-tiba
mendengar suara itu di kala akan menjulurkan tangannya.
Selanjutnya Allah menitahkan segenap penghuni surga untuk menghias surga serta
mempersiapkan aneka hidangan untuk memeriahkan pernikahan Adan dan Hawa. Sedang
Malaikat langit berkumpul di bawah pohon thuba. Mulailah Allah menikahkan mereka.
“Segala puji hanya bagi-Ku, Keagungan adalah pakaian-Ku. Kesombongan (bangga diri)
adalah selendang-Ku, dan makhluk-makhluk adalah abdi-Ku. Kunikahkan Adam dan Hawa,
suatu jenis makhluk yag paling rendah, dengan maskawin bertahlil serta bertasbih kepada-Ku.
Dan Kujadikan para malaikat dan para penghuni surga sebagai saksi.
Setelah itu mereka menyerahkan Hawa kepada Adam. Ia menerima sambil berkata : “Ya
Tuhanku, apa maskawin yang harus kuberikan kepadanya? Emas, perak, atau intan kumala?”
“Bukan.” Rabbul, Izzati menjawab.
“Kalau begitu, apa?”
“Maskawinmu adalah membaca shalawat sepuluh kali kepda Rasul-Ku Muhammad,
penutup para Rasul dan penghuu sekalian Nabi.
Kisah ini menyiratkan bahwa Allah swt. memerintahkan Adam untuk membaca shalawat
kepada Nabi Muhammad saw. sebagai maskawin, sehingga Hawa menjadi halal baginya. Dan
dia juga menganjurkan ummat Muhammad saw. membaca shalawat kepadanya sehingga Dia
mengharamkan mereka masuk neraka. Juga ia menganjurkan agar banyak mengucapkan
salam untuk beliau, sehingga Dia menghalalkan mereka masuk surga.

2.         PERNIKAHAN NABI YUSUF DENGAN PERMAISURI ZULAKIKHA.


Edit : Pujo Prayitno
Sepeninggal raja Mesir, al-Azizi, permaisuri Zulaikha jatuh pailit, papa lagi pikun, dan
terkena penyakit rabun mata. Kendati demikian api asmaranya terhada Yusuf a.s. tidak pupus,
bahkan kian berpendar semarak dipelabuhan hatinya. Padahal ia berusaha sehabis daya untuk
memadamkannya.
Suatu ketika ia membanting berhala sesembahannya hingga remuk redam. Hal itu ia
lakukan karena ternyata “barang yang dianggapnya Tuhan” itu tak mampu mengusir kekalutan
hidupnya. IA kemudian menyatakan diri masuk Islam.
“Ya Allah, tak ada lagi bagi hamba harta dan kecantikan yang pernah kumiliki. Hamba
kini menjadi ibu tua yang fakir lagi hina. Terlebih-lebih, bencana yang tak kunjung berakhir,
yakni rasa rindu dendam dan cintaku yang amat dalam kepada Yusuf.
“Ya Allah, betapa bahagia andai Engkau pertemukan aku dengannya. Kalaupun tidak,
lebih baik cabutlah tangkai asmara itu dari kalbu ini, agar lebih ringan derita yang hamba
tanggung.” Doa Zulaikha kepada Allah.
Rintihan doa yang penuh keikhlasan itu didengar oleh Malaikat : “Ya Tuhan, Zulakikha
datang mengetuk pintu-Mu memohon uluran tangan welas kasih-Mu.
“Wahai para Malaikat-Ku. Aku tahu. Dan kiranya sekaranglah saat ia harus lepas dari
derita berkepanjangan. “Allah swt. menjawab permohonan Malaikat.
Suatu hari, Yusuf sang raja, diiringi beberapa pengawalnya lewat di depan rumah
Zulaikha. Kebetulan Zulaikha baru keluar dari rumahnya. Ia melihat Yusuf, lalu menyindirnya
dengan kata-kata : “Subhanallah (Maha Suci Allah) yang dengan rahmat-Nya menjadikan
hamba-hamba-Nya sebagai raja.”
Yusuf tertegun menghentikan langkahnya.
“Siapa Anda wahai perempuan?” tanyanya.
“Aku seorang yang pernah membelimu dengan intan permata, misik dan mutiara. Akulah
si perempuan yang tidak pernah enak makan dan tak nyenyak tidur lantaran dibakar api
asmara kepadamu.”
“Oh, aku ingat sekarang! Di manakah harta dan kekayaanmu. Manapula kecantikanmu?”
“Wahai Yusuf, semuanya telah sirna! Di makan oleh rasa rindu da cintaku kepdamu yang
merasuk jiwa.”
“Sekarang bagaimana perasannmu?”
“Sungguh kian bergejolak dalam kalbu.”
Perbincangan Yusuf dengan Zulaikha di atas tidak jauh berbeda dengan erbincangan
seorang Mukmin dengan malaikat setelah ia dibaringkan di dalam kubur.
“Mana hartamu di dunia dahulu?” tanya malaikat.
“Ia telah pergi binasa.” Jawab Mukmin.
“Dan mana kebun dan sawah ladangmu yang subur menghijau itu?”
“Ia pun telah hilang musnah.”
“Kemana pula rumah, gedung dan villamu?”
“Semuanya lenyap bersama anak-anak dan kerabatku.”
“Bagaimanakah pengetahuanmu tentang Allah?”
“Allah adalah Tuhanku, Islam Agamaku dan Muhammad Nabiku.”
Akhirnya menikahlah Nabi Yusuf a.s. dan Zulaikha.

3.         PERNIKAHAN NABI MUSA DENGAN PUTERI SYAFURA


Edit : Pujo Prayitno
“Salah seorang puteri Syuaib berkata : “Ayah, pekerjakanlah dia (Musa a.s.) di sini.
Sesungguhnya sebaik-baik orang yang bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi jujur.” (Qs.
28:26).
Tatkala Musa a.s. tiba di negeri Madyan, ia membantu puteri Syuaib untuk memberi
minum kambing-kambingnya. Lalu ia mencari tempat berteduh untuk beristirahat melepskan
penat sembari merenungi nasib sebagai musafir di rantau orang.
“Oh, betapa melelahkan perjalanan ini.” Keluhnya.
Sementara itu, dua puteri Syuaib yang telah ditolongnya, pulang dan mengisahkan
pengalamannya kepada ayah mereka. Setelah mendengar kisah mereka, Syuaib a.s.
menyuruh salah seorang puterinya (Syafura) memanggil Musa.
“Ayah memanggil tuan untuk datang ke rumah.” Kata Syafura tersipu malu.
Lalu berjalanlah keduanya bersama-sama.
Kisah di atas menyiratkan bahwa langkah kaum hawa pada hakikatnya senantiasa
diiringi oleh perasaan malu. Kalau bukan karena mencari ridha Allah, tentu Syafura tidak pergi
menemui Musa. Karena sebagai seorang perempuan ia malu berjumpa dengan lelaki.
Sebagaimana memang demikianlah tabiat perempuan yang sebenarnya. Adapun Syuaib
mengutus puterinya untuk memanggil Musa, tidak lain untuk memberikan hadiah atas jasa
baiknya.
Seperti halnya Allah ‘Azza wa Jalla mengutus Nabi-Nya untuk mengajak manusia ke
jalan-Nya, yang akhirnya memperoleh upah berupa surga.
“Ayah, pekerjakanlah dia di sini. Ia jujur dan kuat.” Kata Syafura kepada ayahnya.
“Tapi aku belum mengetahui kekuatan dan kejujurannya.” Jwab Syuaib.
“Ia telah mampu mengakat batu besar sendirian dari mulut sumur itu, yang seharusnya
diangkat empat puluh orang. Dan tadi, ketika aku berjalan di depannya, ia menegurku :
“Jalanlah di belakangku, agar aku tak memandangmu.” Lanjut Syafura meyakinkan ayahnya.
Maka bangkitlah minat Nabi Syuaib untuk menikahkannya dengan salah seorang
puterinya.
“Aku musafir yang fakir. Tak mampu membayar mas kawin.” Jawab Musa kepada Syuaib
ketika diminta kesediannya.
“Maskawinmu adalah menggembala kambingku selama delapan tahun. Jika kau ingin
menyempurnakannya sampai sepuluh tahun, maka itu adalah kesukarelaanmu.”
Akhirnya Syuaib a.s. mengudang masyarakat untuk menghadiri resepsi pernikahan Musa
dengan Syafura.
Kisah di atas menyiratkan bahwa sesudah mengetahui kejujuran Musa, Syuaib segera
menjalin hubungan, menikahkannya dengan puterinya. Demikian juga Allah, setelah
mengetahui keteguhan iman dan kesalehan hamba-Nya, mengikat mereka.
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang Mukmin jiwa dan harta mereka dengan
surga.” (Qs. 9:111).
As-Suddi berkata bahwa satu malaikat, pernah datang kepada Nabi Syuaib dengan rupa
seorang lelaki tampan menitipkan sebuah tongkat yang sudah lama diturunkan ke bumi, yakni
sejak Nabi Adam dikeluarkan dari surga. Tongkat tersebut berasal dari Sidratil Muntaha. Pada
waktu Nabi Adam Wafat, Jibril mengambilnya. Pada zaman Nabi Syuaib, ia turun kembali
mebawanya untuk Nabi Musa.
Seusai Musa dan Syafura menikah, Syuaib berkata : Musa, masuklah ke kamar,d an
ambillah satu tongkat untukmu!”.
“Musa, jangan yang itu!” kata Syuaib ketika melihat Musa keluar dengan sebuah tongkat.
“Taruhlah dan ambillah yang lain!” lanjutnya.
Nabi Musa kembali masuk hendak menukar tongkatnya, tetapi setiap kali ia akan
mengambil yang lain, tongkat yang itulah yang selalu tepegang. Akhirnya ia terpaksa
mengambilnya lalu pegi menggembala kambing tanpa memperdulikan teguran Syuaib supaya
mengembalikan tongkat itu, hingga terjadilah silang sengketa.
Untuk memutuskan perkara tersebut, keduanya bersepakat untuk mengangkat seorang
lelaki yang dijumpainya sebagai hakim. Tidak lama, mereka bertemu dengan malaikat yang
berbentuk seorang laki-laki.
“Wahai hamba Allah, putuskanlah perrkara kami ini!” ujar mereka.
“Taruhlah tongakt itu di bawah. Barangsiapa yang kuat mengangkatnya, berarti itulah
haknya.” Kata lelaki itu.
Syuaib terlebih dahulu mengangkat tongkat itu sekuat tenaga. Tetapi ia tak mampu,
walau sekedar menggerakkannya. Lalu Musa mengangkatnya dengan mudah.
Dari tongkat tersebut lahir berbagai mukjizat Nabi Musa. Jika letih dalam perjalanan.
Musa menaikinya bagai kuda tunggangan. Bila ia haus dan tak menemukan air, memancarlah
darinya air. Di saat ia kegelapan di mlam hari, muncullah darinya cercah sinar menerangi.
Dan kalau Musa kebingungan dan kecewa, ia menjadi pelipurnya. Begitu juga ketika
Musa menghadapi musuh, ia dilempar menjadi ular yang menyeramkan, yang dari mata dan
telinganya keluar kilatan api yang panas, dengan suaranya yang bergemuruh menakutkan,
seperti dilukiskan sebuah syair tebakan :
Kakinya empat
Punya dedaunan
Juga tempat naungan
Memiliki daging yang lembut
Dan tulang belulang
Kedua matanya menakutkan
Mendengarkan dan mengerti apa yang diperintahkan

Sempurnalah Musa menggembala kambing.


“Mulai tahun ke sembilan ini, bila kambing-kambing itu melahirkan anak betina, maka
untumu.” Kata Syuaib kepada Musa.
Mulai tahun itu bila setiap kali Musa memandikan kambing-kambingnya, ia merendam
tongkatnya, sehingag pada tahun itu, kambingnya beranak betina semua, selanjutnya, pada
tahun ke sepuluh. Syuaib menjanjikan, apabila anak kambing-kambing itu jantan, akan
diberikan kepada Musa. Ternyata kambing-kambing itu setiap kali melahirkan, anaknya jantan
semua. Kini ia memiliki kambing. Sepuuh tahun sudah Musa merampungkan tugasnya. Timbul
keinginannya untuk pulang ke negerinya bersasma keluarganya. Di tengah perjalanan, ia
melihat kerdip api, seperti dijelaskan Al-Qur’an.
“Sesungguhnya aku melihat api.” (Qs. 20-10).

4.         PERNIKAHAN NABI SULAIMAN DENGAN RATU BILQIS


Edit : Pujo Prayitno
Sebab pernikahan adalah kunjungan Bilqis ke istana Nabi Sulaiman, yang ternyata di
sana ia menemukan istananya, berkat doa Ashif bin Barhaya.
Menurut riwayat, nabi Sulaiman a.s. memiliki tujuh puluh perwira tempur yang masing-
masing membawahi seribu tentara penunggang kuda. Menurut Muhammad bin Ishak, setiap
panglima memimpin limaraus pasukan tempur penunggang kuda.
Ratu Bilqis adalah seorang wanita yang amat cantik rupawan. Tiada baginya ccat sedikit
pun. Ia benar-benar wanita yang sempurna keayuannya. Namun jin telah menghasutnya. “Ia
mempunyai dua cela.” Katanya kepada Nabi Sulaiman. “Pertama, kurang tinggi semampai, dan
kedua, betisnsya seperti betis unta.”
Kemudian Nabi Suaiman mengundangnya ke istana. Ia menginstruksikan untuk
memindahkan istana sang ratu ke kerajaannya. Selainitu, ia juga mengerahkan punggawa dan
bawahannya untuk membuat mahligai-mahligai indah persisi seperti kerajaan Bilqis, yang
terbuat dari kaca dan marmer pualam, dengan sungai-sungai yang berkelok-kelok mengalir di
bawah dan di sekeliling istana, serta kolam dan telaga-telaga yang berisikan katak, ikan dan
kura-kura aneka ragam yang timbul tenggelam menari-nari amat menarik. Juga jembatan-
jembatan kaca dan intan permata manikam di atas permukaan air.
Beberpa saat saja rampunglah segalanya sebelum Ratu tiba. Setelah sampai, Nabi
Sulaiman menyambutnya dan bertanya : “Beginikah istana Anda?”
“Seperti inilah.” Ia menjawab dan curiga. Ia melihat itu sama persis dengan istananya.
Dari jawaban tersebut, Nabi Sulaiman tahu bahwa sang ratu adalah seorang yang cerdik, lalu
Nabi Sulaiman mempersilahkannya masuk. Di kala hendak melewati titian kaca na kemilau,
sang Ratu Ayu menyibakkan kainnya, akrena menyangka air. Saat itulah nampak oleh Nabi
Sulaiman dua betis putih indah tanpa noda.
“Itu jembatan kaca dan emas permata.”
“Kiranya aku tengah berada di dalam istanaku. Di tengah-tengah bala tentara dan inang.
Aku seperti tengah berada did aerah kekuasaanku, sungguh, ternyata aku sedang hadir di
arena kemahakuasaan Allah, Maha Diraja yang Mahatinggi, yang tak mungkin apapun mampu
menyamai-Nya.” Kata sang ratu dalam hati.
“Tuhanku, sesungguhnya aku zalim terhadap diriku,d an aku psrah (Islam) bersama
Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. 27:44).
Akhirnya, Nabi Sulaiman menikah dengan ratu Bilqis.

5.         PERNIKAHAN RASULULLAH saw. DENGAN UMMUL MUKMININ KHADIJAH


Edit : Pujo Prayitno
Suatu malam Khadijah bermimpi kejatuhan matahari. Sinarnya menghanguskan semua
rumah penduduk Makkah, kecuali satu dapur. Impian itu lalu diceritakan kepada pamannya
yang ahli mimpi, Waraqah bin Naufal.
“Nabi akhir zaman akan menjadi suamimu.” Kata sang paman.
“Dari negeri manakah dia?”
“Dari Makkah.”
“Suku apa?
“Suku Quraisy.”
“Keturunan siapa?”
“Bani Hasyum.”
“Siapakah namanya?”
“Ia bernama Muhammad.”
Pada suatu hari di rumah Abu Thalib, tatkala sedang ada makan bersama, berjalanlah
percakapan santai antara Abu Thalib, Atikah (Saudara Abu Thalib) dan Rasulullah saw.
“Muhammad sudah dewasa, namun sampai sekarang belum mendapatkan calon.
Entahlah wanita bagaimanakah yang cocok dengannya.” Kata Abu Thalib membuka
perbincangan.
“Saudaraku, Khadijah sebetulnya adalah seorang wanita yang baik. Banyak orang
senang berhubungan dengannya. Rupanya Allah memberkahi kehidupan wanita itu. Ia sedang
mencari seorang lelaki untuk meniagakan dagangannya. Bagaimana kalau kita mengajukan
Muhammad, sambil mencari langkah baginya untuk menikah?” kata Atikah.
Abu Thalib dan Atikah bermusyawarah dengan Muhammad. Setelah Rasul setuju, Atikah
berangkat ke rumah Khadijah menyampaikan kesediaan keponakannya membawakan
dagangannya.
“O..... rupanya inilah takwil impianku.” Ucap Khadijah dalam hati, mengingat-ingat tuturan
pamannya saat menerima penjelasan dari Atikah.
“Kata Paman, ia seorang Arab, dan .... keponakan Atikah ini orang Arab, suku Quraisy,
keturunan Hasyim. Namanya Muhammad, dan berbudi luhur. Dialah orangnya, penutup para
Nabi......!” kata Khadijah.
IA ingin sekali menikah dengan Rasul. Sebenarnya ia sudah tak sabar lagi untuk segera
mengayuh bahtera rumah tangga dengan Rasul pada saat-saat itu juga.
Tapi, ia takut gunjingan dan omongan orang.
“Aku harus sabar. Sekarang ia kupekerjakan dahulu.” Demikian kata hatinya.
Keadaan Khadijah sama dengan keadaan Syafura, puteri Syuaib tatkala ingin menikah
dengan Musa. Namun karena malu mengungkapkannya terus terang kepada ayahnya saat itu,
maka ia hanya berkata : “Ayahku, jadikanlah ia kuli kita yang jujur di sini. Karena sbaik-baiknya
kuli yang jujur ialah yang jujur lagi kuat.”
Hal yang demikian serupa pula dengan penegasan berikut ini : “Seakan-akan Allah
berfirman : “Ketahuilah bahwa Aku hanya menyuruhmu taat dan beribadah kepada-Ku, dan
Aku menimpakan kesulitan kepadamu. Tapi Aku tiak menghajatkan darimu ketaatn dan
ibdahmu tersebut. Sungguh, betapa besar tuduhan dan fitnah oarng-orang kafir. Sehingga
tatkala kalu letakkan kepalamu dalam sujud sambil melafalkan “Subhana Rabbiyal A’la wa bi
Hamdhi (Mahasuci Allah, Tuhanku yang Mahaluhur dan dengan segala Puji-Nya). Aku
menjawab : “Labaik. Hai Abdi-Ku. Sungguh rahmat-Ku meliputimu,d an Kuberi makan dan
minum engkau dengan kasih sayang-Ku. Angkatlah kepalamu! Yang kuhrapkan darimu adalah
hubungan dengan-Ku terus menerus.”
Akhirnya Khadijah menyambut tawaran Atikah : “Aku biasa menggaji pegawaiku dua
puluh dinar. Namun Muhammad akan kugaji lima puluh dinar.”
Atikah pulang amat gembira. Sesampaidi rumah, ia bercerita kepada saudaranya, Abu
Thalib, dan akhirnya Muhammad disuruh berangkat ke rumah Khadijah.
Ketika berangkat dagang, Allah swt. memayungi Rasul dengan awan putih dari sengatan
matahari padang pasir Hijaz. Dan Khadijah telah berpesan kepaa Maisarah agar Muhammad
mengenakan pakain paling bagus dan menunggang unta paling kuat dan besar.
Kafilah pun berjalan, beliau terlelap di atas untanya dihembus angin semilir, hingga
sampai di halaman sebuah gereja di tepi jalan. Rasul turun di situ untuk beristirahat di bawah
sebatang pohn. Dari dalam gereja, sang Pendeta melihat awan menaungi kepada Rasul.
Timbul firasatnya, bahwa lelaki yang tengah berteduh itu adalah seorang Nabi Akhir Zaman.
Maka ia mengudang rombongan kafilah tersebut, untk menjamu mereka sembari menyelidiki
siapa diantara mereka yang menyandang kemuliaan itu. Mereka memenuhi undangan itu
kecuali Rasul. Ia sendirian menunggu barang-barang.
“Masih adakah orang di sana?” tanya si pendeta kepada mereka, saat ia melihat awan itu
masih diam.
“Ada, seorang yatim, yang sedang menunggu barang-barang dagangannya!”
Pendeta lalu keluar menemui. Rasul berdiri bersalaman. Dan beliau diajak masuk,
sementara mata pendeta tetap tertuju kepada awan yang ikut bergerak. Sampai di dalam
gereja, awan itu diam di atas pintu.
“Wahai pemuda, dari manakah Anda?” tanya si pendeta.
“Dari Makkah!” jawab Rasul saw.
“Dari suku apa?
“Dari suku Quraisy.”
“Keturunan siapa?”
“Bani Hasyim.”
“Siapa namamu?”
“Muhammad.”
Tepatlah dugaannya. Selanjutnya sang pendeta menciumnya, seraya berkata : “Tak ada
Tuhan Selain Allah. Muhammad Rasul Allah. Perlihatkanlah kepadaku suatu tanda kenabian
agar aku lebih yakin.”
“Apa itu?” Tanya Rasulullah.
“Bukalah bajumu!” Di antara ketiakmu ada tanda Risalah kenabianmu.” Ujar pendeta.
“Bagus.............. Bagus....... !” lanjutnya setelah Rasul membuka bajunya.
“Tampillah kau di atas pentas dunia, dan dakwalah manusia. Niscaya kau menang!” sang
pendeta berkata sembari mengusap wajah Rasulullah saw.
“Wahai perhaisan hari kimat! Wahai pemberi syafaat! Wahai engkau yang tinggi cita-cita
dan harapan! Pembuka jalan kesusahan umat dan duka hayat!.”
Akhirnya ia masuk Islam dengan sebenarnya.
Dalam kisah ini ada makna yang tersirat : “Bila seorang endeta yang hanya melihat tanda
kenabian satu kali saja, lantas Allah swt. membuka pintu hatinya untuk menerima Islam, berarti
Dia menyelamatkannya dari api Jahanam, maka seorang mukmin yang kalbunyadilihat oleh
Allah tiga ratus enampuluh kali, dan di dalam kalbu itu Dia temui Tauhid dan iman yang kuat
dan suci dari syirik, penuh dengan ikhlas dan ihsan, juga rasa sesal bahkan benci terhadap
kemaksiatan, maka apakah Allah tidak akan menyelamatkannya dari azab neraka, dan tidak
mewajibkannya baginya memperoleh surga. Dan bagaimana pula Allah tak akan memberinya
makan dari aneka ragam bebuahan. Dia memuliakan dan memberi kemudahan serta
keistimewaan.
Setelah dagangannya habis di negeri Syam, maka pergilah Rasul bersama Maisarah
melihat upacara hari raya Yahudi. Beliau masuk ke kalangan mereka secara sembunyi-
sembunyi, guna melihat lebih dekat upacara itu.
Tiba-tiba lentera yang bergntungan yang dipandanginya jatuh berantakan, membuat
orang-orang yang sedang sibuk girang itu panik kebingungan.
“Kami membaca dalam taurat, Bila Muhammad, Nabi Akhir Zaman hadir dalam upacara
hari raya Yahudi, maka akan terjadilah hal seperti ini. Barangkali sekarang ia tenga ada di sini.”
Kata ulama mereka.
“Kalau begitu, mari kita cari dia!” Serentak mereka mencarinya. Melihat keadaan itu,
Maisarah mengajak Rasul pulang ke Makkah. Dan ketika perjalanan tinggal sejarak tujuh hari
lagi dari Makkah, Maisarah menawarkan kepada Nabi untuk pulang lebih dahulu, untuk
menyampaikan berita kepulangan mereka kepada Khadijah. Rasulullah menyambut tawaran itu
dengan senang hati. Sesudah segala dipersiapkan, ia mempersilahkan Rasul pulang, sereaya
menitipkan sepucuk surat berisikan :
“Hai wanita terkemuka Quraisy! Perdagangan kita tahun ini memperoleh untung yang
luar biasa, yang belum pernah kita dapatkan sebelumnya.”
Rasulullah terus melaju bersama untanya. Di tengah perjalanan pulan, Allah menuruh
Malaikat Jibril a.s. memperpendek jarak perjalanan. Israfil mengapit di sebelah kanannya,
sedang Mikail di sebelah kirinya, dan awan tetap memayunginya. Maka dengan izin-Nya, Rasul
tertidur pulas penuh damai, tak terasa beliau sampai ke Makkah beberapa jam saja.
Sementara itu, di serambi rumah, Khadijah sedang duduk santai penuh penantian
dengan padangan sekali-sekali ke negeri Syam. Nampak olehnya di kejauhan sosok manusia
menaiki unta menuju ke arahnya.
“Tahukah kalian, siapakah lelaki yang datang itu?” Khadijah bertanya kepada
sekumpulan budak perempuan yang tenegah mengerumuninya.
“Nampaknya ia Muhammad, al-Amin,” kata seorang dari mereka.
“Kalau benar Muhammad, kalian akan kumerdekakan semua.” Tuturnya lagi.
Rasul yang dinanti-nanti pun sampailah. Khadijah menyambutnya penuh hormat. Lantas
katanya : “Kuhadiahkan unta yang kau kendari itu buatmu.”
Selesai melapor, beliau pulang ke rumahnya guna mencurahkan rindu dengan paman
dan bibinya.
Beberapa hari kemudian, rasul datang kembali ke rumah Khadijah.
“Ya Muhammad, kaakanlah, perlu apa?” sambut Khadijah degan sebuah pertanyaan.
Sambil menundukkan kepala agak malu, Rasul bertutur : “Paman dan bibiku menyuruhku
mengambil gaji. Mereka ingin menikahkanku.”
“ Wahai Muhammad! Gaji itu terlalu sedikit. Tak mencukupi. Tapi, aku bersedia
menikahkanmu dengan seorang wanita yang paling mulia. IA berpengaruh besar di
masyarakat, lagi seorang hartawan. Banyak pembesar Arab berminat kepadanya, teetapi ia
menolaknya. Aku siap untuk menikahkanmu. Sayang ia sudah janda. Kalau Anda menerima, ia
bersedia menjadi isterimu, dan akan melayanimu penuh bakti setia.” Kata Khadijah.
Mendengar ucapan Khadijah tersebut, Rasul pulang tanpa komentar. Beliau
menceritakan hal itu kepada paman dan bibinya.
Pada suatu hari, Abu Thalib mengadakan acara makan-makan mengundang Waraqah
serta tokoh Arab. Pada saat itu, Abu Thalib mengungkapkan maksudnya kepada Waraqah
melamar Khadijah.
“Tetapi, akan bermusyawarah dulu dengan Khadijah.” Kata Waraqah.
“Paman, bagaimana mungkin aku menolak lamaran seorang lelaki paling jujur, berjiwa
pemelihara, dari keturunan baik lagi mulia?” tukas Khadijah saat ditanya sang paman.
“Betul, Kahdijah. Tapi bukankah dia seorang miskin?” jawab Waraqah.
“Aku punya harta melimpah. Tak menghajatkannya lagi. Yang penting keluhuran budinya.
Paman, kuwakilkan engkau untuk menikahkanku dengannya.” Ujar Khadijah.
Pada waktu yang ditetapkan, berlangsunglah akad nikah di rumah Abu Thalib.
“Ya Muhammad, semua milikku, baik benda mati maupun yang bergerak, tanah, ladang
dan kebun, rumah dan segala bangunan, barang-barang kebutuhan sehari-hari ataupun segala
isi rumah, budak-budak perempuan serta hamba-hamba sahaya, harta yang baru maupun
pusaka lama, kuserahkan untukmu!.”
Ujar Khadijah kepada Rasulullah saw.
“Dan Ia temui dia dalam keadaan miskin, lalu Ia mengkayakannya.” (Qs. 93:8).
Diriwayatkan bahwa Khadijah mengayuh bahtera rumah tangga bersama Rasulullah
selama duapuluh empat tahun, lima bulan, delapan hari. Lima belas tahun sebelum kenabian
dan sisanya sesudah kenabian. Adapun usia Rasul saat menikah adalah dua puluh lima tahun.
Dari pernikahan ini, lahir tujuh orang anak : tiga orang putera, dan empat orang puteri : al-
Qasim, at-Thahir dan al-Muthahhir, yang semuanya wafat pada masa kecil.
Puteri-puterinya adalah : Fatimah (az-Zahra) yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib
r.a. : Zainab, Ummi Kultsum, menikah dengan Utsman bin Affan; Ruqayah, yang juga menjadi
isteri Utsman setelah wafat Ummi Kultsum. Semua pernikahan mereka berlangsung pada hari
Jum’at.
Setelah Sayidah Khadijah wafat, Rasulullah saw. dirundung duka. Untuk meghibur
beliau, datanglah Jibril a.s.

6.         PERNIKAHAN IMAM ALI DENGAN FATHIMAH, PUTERI RASULULLAH


Edit : Pujo Prayitno
Fathimah adalah seorang wanita zuhud. Ia dicintai Rasul. Kehadiran Fathimah bagi
Rasullullah merupakan buah kenangan dai isterinya tercinta, Khadijah r.a. Fathimah
mempunyai banyak apnggilan : al-Batul (yang banyak beribadah), az-Zahra (yang cemerlang),
at-Thahirah (yang suci bersih).
Demi, ia tak memiliki seorang yang mengasuh dan membesarkannya. Tak ada baginya
seorang Ibu yang menuntunnya. Demi nasib Fatimah tersebut, Allah mengutus Jibril a.s. untuk
menegaskan : “Allah amat mencintai puterimu itu. Aku akan menikahkannya dengan seorang
yang Kucintai.” Rasul bersujud sebagai rasa syukur kepada Allah setelah mendengar
penuturan Jibril itu.
Rasul segera memeberi tahu Ali dan Fathimah. Lalu mengundang para sahabt di Masjid
untuk menghadiri upacara pernikahan mereka. Bersamaan dengan itu, turunlah Jibril
membawa pesan ari Allah bahwa Ali harus membaca khutbah nikahnya sendiri. Ali pun
berkhutbah : “Segala puji bagi Allah, Yang Mahaesa dengan Kemahaagungan-Nya, yang
Tunggal dengan Kemahasempurna-Nya. Pencipa segenap makhluk yang nampak dan yang
tidak, yang berbangsa-bangsa dan berbagai rupa. Tiada yang menyerupai-Nya. Maka
bertasbihlah kalian kepada-Nya, wahai hadirin! Dialah Allah, tiada Tuhan selain-Nya, yang
menitahkan para hamba-Nya menikah, dan mereka menaatinya.
Alhamdulillah atas segala nikmat-Nya. Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah dengan
pesaksian yang dapat mengantarkan si pengucapnya kepada Allah untuk mendapatkan ridha-
Nya, keselamatan serta perlindungan dari-Nya, pada hari ketika manusia lari dari saudara, ibu
dan bapaknya, dan dari sahabat dan anaknya. Semoga Dia melimpahkan rahmat dan
kesejahteraan kepada junjungan kita, Muhammad Nabi pilihan, akrena wahyu dan ridha-Nya,
dengan shalawat yang dapat menyampaikan si pengucapnya kepada “selalu dekat dengan-
Nya.” Juga, semoga tercurah kepada kerabat, sahabt dan para pecinta beliau.
“Pernikaha sesuai dengan takdir Allah. Aku adalah hamba Allah, putera hamba-Nya,
yang mencintai-Nya, yang meminang sebaik-baik wanita dunia. Kuserahkan maskawin empat
ratus dirham tunai untuk Fathimah. Nikahkan aku dengannya, Ya Rasulullah, di atas jalan para
Rasul terdahulu!.”
“Kunikahkan puteriku, Fathimah, denganmu, Ya Ali! Allah telah emnikahkanmu dan ridha
memilihmu!” sambut rasul saw.
Kuterima Fathimah dari Allah dan darimu, Ya Rasulullah!” ucap Ali r.a.
Demikian pernikahan sahabt Ali dan Fathimah r.a. yang terjadi pada hari Jum’at, seperti
juga para Rasul sebelumnya. Itulah sebabnya Allah menyeru Ummat Nabi Muhammad untuk
mengikat silaturahmi pada hari Jum’at. Sbagai contoh : Shalat Jum’at, yang merupakan bentuk
silaturahmi.
“Hai orang-orang yang beriman, bila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at,
bergegaslah untuk mengingat Allah, dan tinggalkanlah jual beli. Demikianitu lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui.
“Maka jika shalat sudah ditunaikan, bertebarlah kamu di muka bumi, dan carllah karunia
Allah, dan dzikirlah kepada Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
“Dan bila mereka melihat perniagaan (perbuatan main-main), maka bubarlah mereka
menuju ke sana, meninggalkan engkau sendirian (berkhutbah), Katakanlah : “Apa yang di sisi
Alalh lebih baik daripada perniagaan, dan Alalh sebaik-baik pemberi rizki.” (Qs. 62: 9 – 11).
Sebab musabab turunnya ayat ersebut ialah : “Pada suatu hari Jum’at, Rasulullah saw.
sedang berkhutbah di atas mimbar. Sekonyong-konyong datang al-Kalbi pulang dari berniaga
di negeri Syam. IA memukul-mukul tamburnya memberitahukan kepulangannya. Demi
mendengar suara itu, bubarlah jamaah Jum’at, meinggalkan Rasul berdiri di atas mimbar
bersama dua belas orang hadirin. Lalu Rasulullah bersabda : “Demi Allah yang jiwa
Muhammad di tangan-Nya! Andaikan Masjid tidak ada orang yang dua belas itu, niscaya akan
menjulanglah kobaran api Jahanam.”
“Dan andai Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang
lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta
alam.” (Qs. 2:251).
Sebagian ulma mengatakan bahwa Alalh swt. mengaruniakan hari Sabtu kepada Nabi
Musa bin Imran dan lima puluh Nabi Lainnya. Dan Allah menganugerahkan hari Ahad kepada
Nabi Isa dan lima puluh Nabi lainnya. Dan juga mengaruniakan hari Senin kepada Rasulullah
saw. beserta enam puluh tiga Rasul yang lain. Sedangkan kepada Nabi Sulaiman bin Daud
bersama limapuluh Nabi lain, Allah memberikan Hari Selasa; dan untuk Nabi Ya’qub dan lima
puluh Rasul-Nya, Allah mengaruniakan hari Rabu. Dan kepada Nabi Adam serta limapuluh
Rasul-Nya yag lain, Allah memberikan Hari Kamis.
Rasuulullah saw. bertanya : “Apakah keistimewaan umatku?”
“Hari Jum’at. Dan surga sebagai hadiah untuk ummatmu, dengan rahmat-Ku!” sambut
Allah swt.
Jumlah para Nabi sekitar 124.000. Yang diangkat menjadi Rasul sebanyak 313.
YA Allah, ampunilah kami. Dan tetapkanlah pikiran, pendirian dan keimanan kami. Dan
matikanlah kami semua dalam al-Islam, Ya Arhamar Rahimin!”
Semoga Alalh senantiasa melimpahkan salam sejahtera yang abadi kepada panutan
kami, Nabi Muhammad saw., kerabat dan para sahabt sejatinya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.!
Wahadulillah.

Sepanjang, Sidoarjo, 09 – 01 - 2014

Anda mungkin juga menyukai