Anda di halaman 1dari 7

Sepak Terjang KH.

Achmad Djazuli Utsman Dalam Merintis Pondok Pesantren Al Falah


Ploso
Faza Ahmad (03020220037)
fazaahmad1927@gmail.com

Abstrak
Kiai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu
pesantren. Rata-rata dalam pesantren yang berkembang di Jawa, sosok kiai begitu sangat
berpengaruh, kharismatik dan berwibawa sehingga amat disegani oleh masyarakat di lingkungan
pesantren. Selain itu kiai pondok pesantren juga sekaligus sebagai penggagas dan pendiri dari
pesantren yang bersangkutan. Oleh karenanya sangat wajar jika dalam pertumbuhannya
pesantren sangat bergantung pada peran seorang kiai. Menyadari pentingnya kiai dan pesantren
maka di berbagai daerah muncul pesantren yang salah satunya adalah pondok pesantren al-Falah
yang terletak di Desa Ploso Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Pondok pesantren ini didirikan
oleh KH. Djazuli Utsman. Kiai dijadikan panutan para santri dan masyarakat pendukungnya.
Segala kebijaksanaan yang dituangkan dalam kata-kata menjadikannya bahan renungan.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dituangkan kini menjadikan mekanisme kerja pondok
pesantren. Para kiai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam sering kali di lihat sebagai
orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam dengan demikian
mereka dianggap memiliki kedudukan yang tak terjangkau oleh kebanyakan orang awam.

pendahuluan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pesantren
merupakan tempat untuk belajar ilmu pengetahuan, terutama ilmu agama. Orang yang sedang
belajar ilmu di pesantren disebut santri, sedangkan guru yang mengajar disebut kiyai. Pondok
pesantren pada umumnya dipimpin atau diasuh oleh kyai.
Pondok pesantren berasal dari dua kata yakni pondok dan pesantren. Pondok yang
memiliki arti sebagai tempat tinggal. Sedangkan pesantren sendiri memiliki arti tempat untuk
pembelajaran santri.
Penulis akan membahas tentang sejarah KH. Achmad Djazuli Utsman dalam
perjuanggannya mendirikan sebuah pondok pesantren yang di kenal dengan pondok ploso.
Pondok pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri dari awal didirikannya hingga saat ini tetap
menggunakan model salafiyah. Pondok ini memiliki kecenderungan penguasaan ilmu,
pemahaman pemikiran dan tradisi ulama-ulama salaf yang hidup pada zaman tiga generasi
setelah masa Nabi Muhammad Saw. Pondok pesantren Al Falah yang memprioritaskan
kebutuhan akhirat dalam orientasi pendidikannya. pondok pesantren al Falah Ploso Mojo Kediri
dalam mempertahankan model pesantren salafiyah di pondok pesantren salafiyah memiliki
alalasan-alasan tertentu diantaranya adlah Pencapaian kefokusan mendalami ilmu agama Islam
sehingga mampu menjiwai ilmu yang dipelajari dengan semaksimal mungkin. Kedua keikhlasan
dalam beribadah pada Allah menjadi sebuah tujuan pendidikan baik bagi lembaga dan santri-
santrinya. Ketiga mematuhi amanah yang telah diamanatkan oleh pendiri pondok pesantren Al
Falah. Keempat melestarikan ilmu dan ajaran-ajaran ulama salaf yang berpegangan pada ajaran
ahli sunnah wal jamaah. Kelima pondok pesantren salafiyah benteng pertahanan untuk
menyelamatkan agama Islam dari aliran-aliran yang menyimpang dari Al Quran dan Hadis Nabi
Muhamma Saw.
Berkaitan dengan hal tersebut penulis melakukan penelitian yang membahas mengenai
sejarah berdirinya pondok pesantren Al falah Ploso yang didirikan oleh KH. A. Djazuli Utsman.
Penulis mendeskripsikan dengan rumusan masalah mengenai a). Bagaimana biografi sosok
pendiri pondok pesantren Al Falah Ploso, b). Bagaimana proses sang Muassis dalam mendirikan
pondok pesantren Al Falah Ploso.

Metode Penelitian
Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang berupa Heuristik. Tahapan
ini berperan penting untuk mengetahui fakta-fakta tentang sebuah peristiwa. Penulis
menggunakan sumber tulisan, sumber ini berisi keterangan tentang peristiwa sejarah dalam
bentuk tulisan. Sumber tulisan berasal dari catatan-catatan mengenai suatu kejadian di masa
lampau yang sampai saat ini masih dapat ditemukan. Beberapa contoh sumber tulisan dalam
penelitian sejarah yaitu dokumen, prasasti, piagam, naskah, surat kabar, dan laporan.
Sepak Terjang KH. Achmad Djazuli Utsman Dalam Merintis Pondok Pesantren Al Falah
Ploso
Biografi KH. Achmad Djazuli Utsman
KH. Djazuli Ustman dilahirkan di Ploso, 16 Mei 1900. Pada masa kecilnya Mas’ud
terkenal dengan anak yang pendiam. Seperti anak yang lain, Mas’ud juga bermain dengan anak–
anak yang lain, namun dalam bermain, Mas’ud tidak memilih permainan yang mengerahkan dan
membutuhkan tenaga yang besar, melainkan olahraga ringan yang membutuhkan fikiran dan
kefokusan seperti nekeran dan cirak, terdengar sepele tetapi membidik kelereng satu dengan
yang lain bukanlah hal yang mudah. Tak ada yang tahu bahwa dibalik diamnya Mas’ud
tersimpan mutiara kehebatan. Tak pernah disangka kalau kalau kelereng merupakan awal
keberangkatan pribadinya untuk menjadi orang yang luar biasa di kemudian hari.1
Hari demi hari Mas’ud berkembang seperti anak yang lain. Usia 6 – 7 tahun beliau
diterima di sekolah Ploso yang disebut sekolah cap Jago. Genap 3 tahun mengenyam di Cap
Jago, dilanjutkanlah ke Inlandsche Vervolg School, nama sekolah lanjutan dengan masa dua
tahun. Semakin rajin dan tekun saja, kini ia lebih banyak menimang – nimang buku daripada
bermain kelerengnya. Dua tahun mengenyam pendidikan, genap sudah Mas’ud melanjutkan
1
KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran) Diakses pada tanggal 1 oktober 2021 melalui
http://pesmabaitulhikmah.blogspot.com/2016/05/kh-djazuli-utsman-sang-blawong-pewaris.html
ketingkat SLTA dengan masuk di Hollandsch-Indlandsche School (HIS) di Grogol Kediri. Lagi–
lagi Mas’ud menjadi murid yang palig menonjol dalam pelajaran. Kesempatan ini tidak dimiliki
oleh saudara- saudara yang lain, mereka hanya sampai sekolah desa, kemudian masuk ke
pesantren. Pak Naib ingin anak- anaknya memahami ilmu- ilmu agama, akidah yang kuat dan
akhlak yang mulia. Karena pada jaman itu Belanda hanya menekankan pada ilmu sekuler.
Setelah diadakan rembukan keluarga, Mas’us diizinkan melanjutkan ke Stovia (UI) sekarang di
kota Batavia.2
Di kemudian hari pak Naib kedatangan tamu, Kyai Ma’ruf Kedunglo, seorang yang
dihormatinya berkunjung. “pundi Mas’ud?” tanya Kyai Ma’ruf mengawali pembicaaan dengan
bahasa jawa yang halus. Pak Naib menjawab: “ke Batavia, dia melanjutkan sekolah di jurusan
kedokteran”. Lalu dengan lembutnya Kyai Ma’ruf memberikan saran: “Saene Mas’ud dipun aturi
wangsul, lare niku prayogi dipun lebetaken pondok”. Mengetahui bahwa Kyai Ma’ruf adalah
murid sukses Kyai Kholil Bangkalan yang tersohor kewaliannya, pa Naib tidak bisa berbuat apa-
apa, selain menyetujui saran tersebut meskipun hal ini diluar pertimbangan akalnya.
Mendapat perintah dari seorang ulama yang sangat dihormatinya itu, Pak Naib kemudian
mengirim surat ke Batavia meminta Mas’ud untuk pulang ke Ploso, Kediri. Sebagai anak yang
berbakti ia pun kemudian pulang ke Kediri dan mulai belajar dari pesantren ke pesantren yang
lainnya yang ada di sekitar karesidenan Kediri.
Mas’ud mengawali rihlah ilmiyahnya dengan di pesantren Gondanglegi Nganjuk yang
diasuh oleh KH. Ahmad Sholeh. Di pesantren ini ia mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
Al-Qur’an, khususnya tajwid dan kitab Jurumiyah yang berisi gramatika Arab dasar (Nahwu)
selama 6 bulan.
Setelah sempat mondok di Mojosari, Mas’ud berangkat haji sekaligus menuntut ilmu
langsung di Mekkah. H. Djazuli, demikian nama panggilan namanya setelah sempurna
menunaikan ibadah haji. Selama di tanah suci, ia berguru pada Syeikh Al-‘Alamah Al-Alaydrus
di Jabal Hindi. Namun, ia di sana tidak begitu lama, hanya sekitar dua tahun saja, karena ada
kudeta yang dilancarkan oleh kelompok Wahabi pada tahun 1922 yang diprakasai Pangeran
Abdul Aziz As-Su’ud.
Sepulang dari tanah suci, Mas’ud kemudian pulang ke tanah kelahirannya, Ploso dan
hanya membawa sebuah kitab yakni Dalailul Khairat. Selang satu tahun kemudian, 1923 ia
meneruskan nyantri ke Tebuireng Jombang untuk memperdalam ilmu hadits di bawah bimbingan
langsung Hadirotusy Syekh KH. Hasjim Asya’ri.
Tatkala H. Djazuli sampai di Tebuireng dan sowan ke KH. Hasjim Asya’ri untuk belajar,
Hadrotusy Syekh sudah tahu siapa Djazuli yang sebenarnya, ”Kamu tidak usah mengaji,
mengajar saja di sini.” H. Djazuli kemudian mengajar Tafsir Jalalain, bahkan ia kerap mewakili
Tebuireng dalam bahtsul masa’il (seminar) yang diselenggarakan di Kenes, Semarang, Surabaya
dan sebagainya.
2
Sejarah pondok pesantren Al Falah Ploso mojo Kediri Diakses pada tanggal 1 oktober 2021 melalui
https://alfalahploso.net/profil/sejarah/
Setelah dirasa cukup, ia kemudian melanjutkan ke Pesantren Tremas yang diasuh KH.
Ahmad Dimyathi (adik kandung Syeikh Mahfudz Attarmasiy). Tak berapa lama kemudian ia
pulang ke kampung halaman, Ploso. Sekian lama H. Djazuli menghimpun “air keilmuan dan
keagamaan”. Ibarat telaga, telah penuh. Saatnya mengalirkan air ilmu pegetahuan ke
masyarakat.3

Proses Merintis Pesantren

Pada pertengahan tahun 1924, dengan satu masjid dan seorang santri bernama
Muhammad Qomar, yang tidak lain adalah kakak iparnya sendiri, Haji Djazuli mulai merintis
pesantren. beliau meneruskan pengajian untuk anak-anak desa sekitar Ploso yang sudah
dimulainya dengan pulang pergi sejak masih berada di Karangkates. Jumlah murid pertama yang
ikut mengaji ± 12 orang. Di penghujung tahun 1924 itu seorang santri Tremas bernama Abdullah
Hisyam asal Kemayan (± 3 km selatan Ploso) datang bertamu kepada Haji Djazuli sambil
membawa salam dan surat-surat dari sahabat lamanya. Akhirnya Hisyam melanjutkan belajarnya
kepada kyai Djazuli yang memang sudah dikaguminya semenjak di Tremas.
pada tanggal 1 Januari 1925 kyai Djazuli mengajukan surat permohonan pemantauan
kepada pemerintah Belanda untuk lembaga baru yang kemudian dikenal dengan nama Al Falah.
Karena Madrasah tersebut belum punya gedung maka tempat belajarnya menggunakan serambi
masjid. Inilah awal keberangkatan Haji Djazuli menjadi seorang Kyai di usia yang masih muda
25 tahun.
Banyaknya santri yang menetap sudah tak tertampung lagi di Masjid sehingga timbullah
permasalahan lagi yaitu pengadaan asrama (pondok) tempat bermukim bagi para santri. Maka
pada tahun berikutnya (1928) dibangunlah asrama pertama yang diberi nama pondok D
(Darussalam) yang disusul pada tahun berikutnya dengan pembangunan Pondok C (Cahaya)
yang semula diperuntukkan sebagai tempat mujahadah bagi para santri. Pada tahun 1939
dibangunlah komplek A (Andayani), sebuah asrama berlantai dua dilengkapi sebuah musholla di
depannya. Dengan tersedianya asrama D, C dan kini A beserta musholla yang merupakan hak
milik pondok pesantren diharapkan santri dapat tentram mengikuti pengajian dan
kegiatan-kegiatan belajar lainnya.4
Pada masa penjajahan Jepang, mengetahui bahwa Kyai Djazuli adalah orang yang
mempunyai pendidikan umum yang cukup tinggi dan mampu untuk menjalankan tugas-tugas
kepemimpinan formal yang berkaitan dengan administrasi, diangkatlah beliau sebagai Sancok
(Camat) dan dengan paksa pula beliau diharuskan mengganti sarung, kopyah dan surbannya
dengan celana pendek, topi dan sepatu. Beliau menjalankan kemauan Jepang dengan alasan
3
KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran). Diakses pada tanggal 1 oktober 2021 melalui
http://pesmabaitulhikmah.blogspot.com/2016/05/kh-djazuli-utsman-sang-blawong-pewaris.html

4
Khan, Ahmad roy. Dkk. 1992. KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran). Kediri : pondok pesantren
al falah
Bid-Dlorurot, sebab jika beliau tak mau, Jepang menjadi curiga bahkan tak segan-segan
membunuhnya seperti yang dilakukan terhadap banyak Kyai waktu itu.
Dari sancok beliau dipindah tugaskan ke Pare, sebagai ketua parlemen (Ketua DPRD Tk.
II) setiap pagi beliau sudah dijemput dengan kendaraan untuk menjalankan tugas dan baru
diantar pulang menjelang maghrib.
Kegiatan pondok yang sempat terganggu di zaman Jepang kini telah berakhir,
penyempurnaan-penyempurnaan di bidang kurikulum dapat terus dilakukan. Gaung kemajuan Al
Falah semakin menyebar ke kalangan yang lebih luas sehingga jumlah santri melonjak menjadi
±400 orang dalam waktu sekitar dua tahun. Tahun 1948, belanda melancarkan agresi militer.
sehingga para santri ikut berjuang mempertahankan agama dan negara. Bahkan dua orang dari
santri Ploso gugur di medan juang, sebagai syuhada bunga bangsa.
Kepadatan warga mulai terasa lagi di pondok Al Falah sehingga perluasan harus segera
diwujudkan. Maka pada tahun 1952 kyai Djazuli beserta segenap para santrinya membangun
sebuah asrama yang diberi nama komplek B (Al Badar). pada tahun 1957 dibangun dua unit
bangunan asrama yang diberi nama Komplek G (Al Ghozali) dan Komplek H (Hasanuddin).
Begitu seterusnya lima tahun berikutnya pondok terasa sesak lagi dan dibangunlah Komplek AA
(Al Asyhar) pada tahun 1962.
Sampai di akhir hayat, KH. Ahmad Djazuli Utsman dikenal istiqomah dalam mengajar
kepada santri-santrinya. Saat memasuki usia senja, Kyai Djazuli mengajar kitab Al-Hikam
(tasawuf) secara periodik setiap malam Jum’at bersama KH. Abdul Madjid dan KH. Mundzir.
Bahkan sekalipun dalam keadaan sakit, beliau tetap mendampingi santri-santri yang belajar
kepadanya. Riyadloh yang beliau amalkan memang sangat sederhana namun mempunyai makna
yang dalam. Beliau memang tidak mengamalkan wiridan-wiridan tertentu. Thoriqoh Kyai
Djazuli hanyalah belajar dan mengajar “Ana thoriqoh ta’lim wa ta’allum” ,dawuh beliau
berulangkali kepada para santri.5
Pasangan KH. Djazuli dengan Ibu Nyai Rodliyah dikaruniai 8 anak putra dan 3 anak putri :

1. Siti Azizah (meninggal diusia 1 thn)


2. Hadziq (meninggal diusia 9 bln)
3. KH. A. Zainuddin Djazuli
4. KH. Nurul Huda Djazuli
5. KH. Hamim Djazuli (Alm. Gus Miek)
6. KH. Fuad Mun’im Djazuli
7. Mahfudz (meninggal diusia 3 thn)
8. Makmun (meninggal diusia 7 bln)
9. KH. Munif Djazuli (Alm)

5
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Falah-Ploso Mojo Kediri. Diakses pada tanggal 1 oktober 2021 melalui :
https://dalwadakwah.blogspot.com/2015/04/sejarah-berdirinya-pondok-pesantren-al.html
10. Ibu Nyai Hj. Lailatul Badriyah Djazuli
11. Su’ad (meninggal diusia 4 bln)6

ِ ‫ اإلستقامة خير من اَ ْل‬. artinya


Slogan yang tertanam dalam ponpes Al Falah adlah ‫ف كرامة‬
Istiqomah itu lebih baik dari pada 1000 karomah.

Hadratus Syaikh KH. A. Djazuli Utsman menghadap kepada yang kuasa pada jam 15.30
wib hari Sabtu wage 10 januari 1976 bertepatan dengan 10 Muharam 1396 H.

Kesimpulan

Pondok penstren  Al Falah Ploso Mojo Kediri, didirikan pada tanggal 1 Januari 1925 oleh KH.
A. Djazuli Usman.  Pondok Ploso merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran model
salafaiyah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kyai pondok pesantren al Falah Ploso Mojo
Kediri dalam mempertahankan model pesantren salafiyah di pondok pesantren salafiyah
memiliki alalasan-alasan tertentu diantaranya: a) Pencapaian kefokusan mendalami ilmu agama
Islam sehingga mampu menjiwai ilmu yang dipelajari dengan semaksimal mungkin. b)
Keikhlasan dalam beribadah pada Allah menjadi sebuah tujuan pendidikan baik bagi lembaga
dan santri-santrinya. c) Mematuhi amanah yang telah diamanatkan oleh pendiri pondok
pesantren Al Falah. d) Melestarikan ilmu dan ajaran-ajaran ulama salaf yang berpegangan pada
ajaran ahli sunnah wal jamaah. e) Pondok pesantren salafiyah benteng pertahanan untuk
menyelamatkan agama Islam dari aliran-aliran yang menyimpang dari Al Quran dan Hadis Nabi
Muhamma Saw. Hal ini dikarenakan pondok Al Falah Ploso lebih fokus untuk ke akhirat. Seuai
dengan hadis yang artinya Bagi siapa yang menghendaki dunia maka wajib untuk mempelajari
ilmu dunia. Bagi siapa yang menghendaki akhirat maka wjib mempelajari ilmu akhirat bagi siapa
yang ingin kedua-duanya wajib memiliki ilmu dunia dan akhirat."

Daftar Pustaka

Khan, Ahmad roy. Dkk. 1992. KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran).
Kediri : pondok pesantren al falah

Al Falah. 2014. Buku Saku Santri. Kediri : pondok pesantren al falah

KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran) Diakses pada tanggal 1 oktober
2021 melalui http://pesmabaitulhikmah.blogspot.com/2016/05/kh-djazuli-utsman-sang-
blawong-pewaris.html
6
Al Falah. 2014. Buku Saku Santri. Kediri : pondok pesantren al falah
Sejarah pondok pesantren Al Falah Ploso mojo Kediri Diakses pada tanggal 1 oktober 2021
melalui https://alfalahploso.net/profil/sejarah/

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Falah-Ploso Mojo Kediri. Diakses pada tanggal 1
oktober 2021 melalui : https://dalwadakwah.blogspot.com/2015/04/sejarah-berdirinya-pondok-
pesantren-al.html

Anda mungkin juga menyukai