Disusun oleh :
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan
2. Untuk mengetahui unsur-unsur dari konsep kebudayaan dan peradaban secara antropologis
BAB II
PEMBAHASAN
Kata "kebudayaan" dan "culture". Kata "kebudayaan" berasal dari kata Sanskerta
buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti "budi" atau "akal". Dengan demikian
kebudayaan dapat diartikan : "hal-hal yang bersangkutan dengan akal". Ada sarjana lain yang
mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti "daya
dari budy". Karena itu mereka membedakan "budaya" dari "kebudayaan". Demikianlah "budaya"
adalah "daya dari budi" yang merupakan cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah "antropologi-
budaya" perbedaan itu ditiadakan. Kata "Budaya" disini hanya dipakai sebagai suatu singkatan
saja dari "kebudayaan" dengan arti yang sama.
a. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota
masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang
dipandang layak dan dapat diterima oleh semua masyarakat.
b. Francis Merill
Kebudayaan merupakan pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi sosial, semua perilaku
dan semua produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat yang
ditemukan melalui interaksi simbolis.
c. Koentjaraningrat
d. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan adalah buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh
kuat yakni, zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertip dan damai.
Pada pertengahan kedua abad ke-19 Sir Edward Burnett Tylor (London, 2 Oktober 1832
– Wellington, 2 Januari 1917), Bapak Antropologi Budaya, Profesor Antropologi pada
Universitas Oxford, Inggris, melakukan serangkaian studi tentang masyarakat-masyarakat
“primitif”, yang meliputi perkembangan kebudayaan masyarakat manusia melampaui fase-fase
transisi “from savage through barbaric to civilized life,” dari masyarakat liar, melewati
kehidupan barbarik sampai pada kehidupan beradab. Studi tentang kebudayaan masyarakat
manusia ini disampaikannya dalam 2 (dua) jilid buku berjudul Primitive Culture setebal hampir
1000 halaman (Tylor, 1871), meliputi berbagai aspek kehidupan dan ketahanan hidup, kehidupan
spiritual, kekuatan magik, sihir, astrologi, permainan anak-anak, peribahasa, sajak anak-anak,
ketahanan adat, ritus pengorbanan, bahasa emosional dan imitatif, seni menghitung, berbagai
macam dan ragam mitologi, hingga berbagai macam dan ragam animisme, ritus dan upacara.
Tylor (1871: 1) memanfaatkan studi ini antara lain sebagai landasan untuk menyusun
konsep tentang kebudayaan, yang dirumuskannya secara singkat sebagai berikut.
Kebudayaan atau Peradaban adalah satuan kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, akhlak, hukum, adat, dan banyak kemampuan-kemampuan dan
kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
ahli kebudayaan memandang kebudayaan sebagai suatu strategi (van Peursen, 1976: 10).
Salah satu strategi adalah memperlakukan (kata/istilah) kebudayaan bukan sebagai “kata benda”
melainkan “kata kerja.” Kebudayaan bukan lagi semata-mata koleksi karya seni, buku-buku,
alat-alat, atau museum, gedung, ruang, kantor, dan benda-benda lainnya. Kebudayaan terutama
dihubungkan dengan kegiatan manusia (van Peursen, 1976: 11) yang bekerja, yang
merasakan,memikirkan, memprakarsai dan menciptakan. Dalam pengertian demikian,
kebudayaan dapat dipahami sebagai “hasil dari proses-proses rasa, karsa dan cipta manusia.”
Dengan begitu, “(manusia) berbudaya adalah (manusia yang) bekerja demi meningkatnya harkat
dan martabat manusia. Strategi kebudayaan yang menyederhanakan praktek operasional
kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari dan kebijakan sosial dilakukan dengan menyusun
secara konseptual unsur-unsur yang sekaligus merupakan isi kebudayaan.
Potensi akal manusia yang "sempurna" menjadikan mereka lebih cepat beradaptasi
dengan lingkungan, meskipun secara biologis kemampuan mereka kalah dengan binatang dan
tumbuhan atau mahluk hidup lainnya. Dengan potensi akal tersebut memiliki kemampuan
melahirkan ide dan gagasan, perilaku atau tindakan, serta peralatan yang menjadi sarana untuk
bagaimana mereka menghadapi masalah interaksi dengan alam dimana mereka hidup.
Kemampuan manusia menciptakan "solusi" bagi permasalahan hidup mereka, ternyata terus
berkembang bukan dalam ranah masalah yang muncul saat itu saja, tetapi juga terkait dengan
nilai atau cita-cita masa depan yang terkait dengan penerusnya. Akal manusia mampu berkreasi
dan mengembangkan aspek-aspek kehidupan dalam meningkatkan "kemampuan 'adaptasinya
dengan alam. Di antaranya dengan mengembangkan unsur kebudayaan sebagai berikut:
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi,
5. Sistem matapencaharian hidup
6. Sistem Kesenian
7. Sistem Religi.
BAB III
PENUTUP
Masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan seperti halnya mata uang dengan
kedua sisinya, kedudayaan dan manusiapun seperti mata uang yang hanya bisa dibedakan dan
tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan adalah hasil dari interaksi masyarakat yang hidup bersama
dalam jangka waktu yang lama sehingga tercipta kebudayaan yang baru.
Demikian makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi semuanya dan kami mohon maaf
sebesar-besarnya jika ada salah dalam penulisan.Kami berharap bagi pembaca untuk
memberikan saran atau krtik bagi kami agar ketika kami membuat makalah bisa lebih baik lagi.