Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Di
mana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yang
lainnya. Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari
struktur sosial yangmerupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola
perilaku manusia yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masingmasing, yang diwujudkan dalam proses hubungan sosial.
Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses
penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat. Kemudian meningkat
menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik,
melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentang
maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam hubungan tersebut. Misalnya
saling berbicara (komunikasi), bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah,
atau mungkin pertemuan dalam suatu pertikaian dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut.
1)
2)
3)
4)
5)

Apa yang dimaksud dengan proses sosial?


Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?
Apa ciri-ciri interaksi sosial?
Apa syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?
Apa saja bentuk-bentuk interaksi sosial?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Proses Sosial
Definisi umum proses sosial menurut Abdulsyani (1994:151), proses sosial
merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Di mana di dalamnya
terdapat suatu proses hubungan antara manusia satu dengan lainnya. Proses
hubungan antara berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
secara terus-menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh
timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu
atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai atau tujuan tertentu. Proses sosial
pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang
merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Gillin dan Gillin dalam Basrowi (2005:137) menyebutkan bahwa
proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang
perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila
ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang
telah ada. Dari pengertian tersebut, proses sosial didefinisikan sebagai hubungan
yang terjadi secara langsung, di mana perorangan atau individu dengan kelompok
bertemu dan berkomunikasi secara langsung tanpa perantara atau media apapun.
Menurut Abu Ahmadi dalam Abdulsyani (1994: 152) mengartikan bahwa,
proses sosial sebagai cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat kita amati
apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah ada. Dari
pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa proses sosial merupakan proses yang
terjadi secara nyata sehingga dapat diamati.
Dari beberapa pengertian proses sosial menurut para ahli tersebut, penulis
menarik kesimpulan bahwa proses sosial merupakan suatu aspek yang jelas terjadi
dalam kehidupan masyarakat antara individu dengan individu lain atau kelompok
untuk mencapai tujuan tertentu. Proses sosial pada umumnya berhubungan dengan
perubahan sosial, di mana proses sosial terjadi apabila ada perubahan-perubahan

yang menyebabkan gangguan dalam cara hidup yang telah berlaku dalam
masyarakat tertentu.
2. Pengertian Interaksi Sosial
Pengertian interaksi sosial telah dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti
yang telah dikemukakan oleh Soerdjono Dirdjosisworo dalam Ulum (2009:74)
bahwa ...interaksi sosial sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial
timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara
perorangan dan antara orang dengan kelompok-kelompok manusia. Jika dilihat
dari pengertian proses sosial yang dikemukakan oleh Soerdjono Dirdjosisworo,
maka dapat dipahami bahwa interaksi sosial merupakan aspek penting dalam
terjadinya suatu proses sosial. Dalam arti lain, suatu proses sosial akan terjadi
apabila adanya interaksi sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto
(2012:54) bahwa interaksi merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena
tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Dari definisi tersebut penulis menyimpulkan akan definisi interaksi sosial
sebagai hubungan timbal balik yang dinamis antara perorangan atau individu
dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, di mana interaksi sosial ini
merupakan aspek penting dalam aktivitas-aktivitas sosial, dapat diartikan pula
bahwa interaksi sosial ini merupakan dasar dari terjadinya proses sosial. Seperti
yang dijelaskan Meinarno (2011:181) bahwa secara umum interaksi sosial
memiliki dua peran yang sangat penting, yakni membentuk diri manusia dan
membentuk budaya/peradaban.
3. Ciri-ciri Interaksi Sosial
Menurut Charles P. Loomis dalam Mardjono (2012), interaksi sosial
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.
b) Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
c) Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang
menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.
d) Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan oleh pengamat.

4. Syarat-syarat Interaksi Sosial


Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi
dua syarat, yaitu adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi
(communication). Berikut penjelasan dari kedua syarat tersebut.
a) Kontak Sosial
Istilah kontak berasal dari kata Latin, yaitu cum atau con yang berarti
bersama-sama dan tangere yang berarti menyentuh. Secara harfiah, kontak
berarti bersama-sama menyentuh, tetapi dalam pengertian sosiologis kontak
tidak selalu berarti sentuhan fisik. Menurut Abdulsyani (1994:154), kontak
sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan
dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam
kehidupan masyarakat. Dalam kontak sosial dapat terjadi secara langsung dan
tidak langsung. Kontak sosial secara langsung adalah kontak sosial yang
melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialog antara kedua
belah pihak, sedangkan kontak sosial secara tidak langsung adalah kontak
sosial yang menggunakan alat sebagai perantaranya, contohnya telepon, radio,
surat, dan lain-lain.
Dalam kontak sosial juga dapat terjadi hubungan positif dan negatif.
Kontak sosial positif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak
terdapat saling pengertian, disamping menguntungkan masing-masing pihak
tersebut, sehingga biasanya hubungan dapat berlangsung lebih lama atau
mungkin dapat berulang-ulang dan mengarah pada suatu kerjasama. Sedangkan
kontak sosial negatif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak
tidak melahirkan saling pengertian, mungkin merugikan masing-masing atau
salah satu, sehingga mengakibatkan suatu pertentangan-atau perselisihan.
Menurut Basrowi (2005:141), kontak sosial dapat berlangsung dalam
tiga bentuk sebagai berikut.
1) Antara orang-perorangan
2) Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau
sebaliknya
3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia dengan
kelompok manusia lainnya.

b) Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada
atau dari perilaku pihak lain. Melalui tafsiran pada perilaku pihak lain,
seseorang mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud atau peran
yang ingin dismpaikan oleh pihak lain itu. Menurut Soekanto (2012:60),
komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan
orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap)
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang lain tersebut.
Untuk mewujudkan suatu interaksi sosial, suatu kontak dapat terjadi
tanpa komunikasi. Contohnya, jika orang Indonesia bertemu dengan orang
Jepang, mereka saling berjabat tangan. Lalu orang Jepang tersebut berbicara
bahasa Jepang dengan orang Indonesia tersebut, padahal orang Indonesia itu
tidak paham bahasa Jepang. Maka, dalam hal tersebut kontak sosial telah
terjadi, akan tetapi komunikasi tidak terjadi, karena kedua orang tersebut tidak
mengerti maksud perasaan masing-masing. Jadi, interaksi sosial tidak terjadi.
Dalam berlangsungnya suatu interaksi sosial juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
a) Imitasi
Imitasi adalah suatu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti
perilaku orang lain. Faktor ini memiliki peranan yang penting dalam proses
interaksi sosial, salah satu pengaruh positifnya adalah mendorong seseorang
untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di sekitarnya. Akan
tetapi, imitasi juga akan berpengaruh negatif apabila yang dicontoh adalah
perilaku yang menyimpang, selain itu imitasi juga dapat melemahkan
kreativitas individu, karena individu hanya meniru apa yang dilakukan individu
lain.
b) Sugesti

Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh


seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut
mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang.
c) Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri sesorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi ini sifatnya lebih mendalam
daripada imitasi, karean kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar
proses ini. Berlangsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruhpengaruh yang lebih mendalam pula daripada imitasi dan sugesti, meskipun
identifikasi ini dapat bermula dari adanya imitasi dan/atau sugesti.
d) Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan
membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang tersebut. Di
dalam proses ini perasaa memegang peranan yang sangat penting, walaupun
dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain
dan untuk bekerja sama dengannya.
5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Proses-proses interaksi yang pokok menurut Soekanto (2012) dibagi
menjadi dua yaitu, proses yang asosiatif dan disosiatif sebagai berikut.
a) Proses-proses yang Asosiatif
1) Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial di mana di dalamnya
terdapat aktivitas tertentu yang ditijukan untuk mencapai tujuan bersama
dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masingmasing. Bentuk dan pola-pola kerjasama dapat dijumpai pada semua kelompok
manusia. Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan
out-group-nya). Pentingnya kerja sama dikemukakan oleh Charles H. Cooley
dalam Soekanto (2012:66) bahwa kerjasama timbul apabila orang menyadari
bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat
yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap
diri sendiri untuk memnuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan
6

adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan


fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
Ada lima bentuk kerja sama sebagai berikut.
a. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
b. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barangbarang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
c. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilitas organisasi yang bersangkutan.
d. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan
yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih
tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu
dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.
e. Joint ventrue, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu, misalnya, pengeboran minyak, pertambangan batubara,
perfilman, perhotelan, dan seterusnya.
2) Akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation)
Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak
yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan normanorma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Soekanto (2012:69)
tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya
sebagai berikut.
a. Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompokkelompok manusia akibat perbedaan salah paham. Akomodasi ini bertujuan
untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut agar
menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut agar
menghasilkan suatu pola yang benar.
b. Mencegah meledaknya suatu pertetangan untuk sementara waktu atau secara
kotemporer.
c. Untuk memmungkingkan terjadinya kerjasama antara kelompok kelompok
sosial yang yang hidupnya terpisah sebgai akibat faktor faktor sosial

psikologis dan kebudayaan seperti yang kita jumpai pada masyarakat yang
mengenal sistem berkasta.
d. Mengusahakan peleburan antara kelompok kelompok sosil yang terpisah
misalnya lewat perkawinan campuran atau asimililasi dalam arti luas.
Kemudian, akomodasi juga memiliki bentuk-bentuk berikut ini.
a. Coercion ( paksaan ) yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilakansanakan oleh adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk
akomadasi dimana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah sekali
bila dibandingkan dengan pihak lawan.
b. Compromise (kompromi) yaitu suatu bentuk akomodasi diman pihak pihak
yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutanya agar tercapai sutu
penyelesaian terhadapa perselisihan yang ada.
c. Arbitrase yaitu merupakan suatu cara untuk mencapai kompromi apabila
pihak-pihak yang berhadapan masisng masing tidak sanggup mencapai
kesepakatan sendiri.
d. Mediasi yaitu hampir menyerupai arbitrase pada mediasi diundanglah pihak
ketiga atau netral dalam soal perselesihan yang ada.
e. Konsiliasi yaitu suatu usaha mempertemukan keinginan keinginan pihakpihak yang berselisih bagi tercapainnya suatu tujuan bersama.
f. Toleransi yaitu yang sering juga tolerantion partipation ini merupakan
suatubentuk akomodasi tanpa persetujuan formal berikutnya.
g. Stalemate yaitu merupakan suatu akomadasi dimana pihak pihak yang
bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada
suatu titik tertentu dalam melakukan pertetangannya.
h. Ajudikasi yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Selain memiliki bentuk-bentuk sendiri, akomodasi juga memiliki hasilhasil prosesnya yaitu: akomodasi menyebabkan usaha-usaha untuk sebanyak
mungkin menghindarkan diri dari benih-benih yang dapat menyebabkan
pertentangan baru, kepentingan integrasi masyarakat: menekan oposisi; koordinasi
pelbagai kepribadian yang berbeda; perubahan diri lembaga-lembaga
kemasyarakatan supaya sesuai dengan keadaan yang baru atau keadaan yang
berubah; perubahan-perubahan dalam kedudukan; akomodasi membuka jalan ke
arah asimilasi.

b) Proses-proses yang Disosiatif


1) Persaingan (competition)
Persaingan menurut Soekanto (2012:83) dapat diartikan sebagai suatu
proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang
bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat memiliki beberapa fungsi
yaitu sebagai berikut.
a. Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat
kompetitif.
b. Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada
suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka
yang bersaing.
c. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi.
Sebuah persaingan atau competition dapat menghasilkan sesuatu, yaitu
kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas kelompok, dan disorganisasi.
Persaingan yang dilakukan secara jujur akan dapat mengembangkan rasa sosial
dalam diri seseorang. Dalam hal kemajuan, persaingan akan mendorong
sesorang untuk bekerja keras untuk mengejar suatu kemajuan atau
perkembangan tertentu.
2) Kontravensi (Contravention)
Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala
adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan
perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan
terhadap kepribadian seseorang. Jika dibandingkan dengan persaingan dan
pertikaian, kontravensi ini lebih bersifat tertutup atau rahasia, salah satu

contohnya adalah perang dingin. Bentuk-bentuk kontravensi menurut von


Wiese dan Becker dalam Soekanto (2012:88) adalah sebagai berikut.
a. Umumnya meliputi perbuatan seperti penolakan dan perlawanan.
b. Sederhananya seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum,
memfitnah, memaki-maki melalui media lain.
c. Intensifnya seperti penghasutan, menyebarkan desas-desus, dan lain-lain.
d. Perbuatan khianat.
e. Mengganggu atau membingungkan pihak lain.
3) Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertikain adalah bentuk persaingan yang berkembnag ke arah negatif,
artinya karena di satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau palig tidak
berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya. Pertentangan terjadi disebabkan
oleh beberapa faktor sebagai berikut.
a. Perbedaan antara individu, perbedaan ini bisa berupa perbedaan
pendirian atau prinsip yang dapat menyebabkan bentrokan antar mereka.
b. Perbedaan kebudayaan, perbedaan kepribadian dari orang perorangan
tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang
pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut.
c. Perbedaan kepentingan.
d. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung cepat untuk
sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Golongan-golongan yang berbeda pendirian akan mengakibatkan
disorganisasi pada struktur sehingga menyebabkan adanya pertentangan.
Akibat dari adanya pertentangan adalah sebagai berikut.
a. Tambahnya solidaritas in-group. Hal ini terjadi apabila suatu kelompok
bertentangan dengan kelompok lain. Solidaritas antara warga-warga
kelompok akan bertambah erat, bahkan mereka rela berkorban untuk
keutuhan kelompoknya.
b. Perubahan kepribadian pada individu. Pertentangan yang berlangsung di
dalam kelompok atau antar kelompok selalu ada orang yang menaruh
simpati kepada kedua belah pihak. Apabila pertentangan terjadi antara
dua kelompok yang berlainan, maka biasanya orang perorangan akan
mengidentifikasikan dirinya dengan satu kelompok saja, kemudian
kelompok lain yang dianggap musuh.
10

c. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban jiwa. Adanya konflik akan
memicu peperangan yang dapat menimbulkan kerusakan dan penderitaan
bagi kedua belah pihak yang bertikai.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses sosial merupakan suatu aspek yang jelas terjadi dalam kehidupan
masyarakat antara individu dengan individu lain atau kelompok untuk mencapai
tujuan tertentu. Proses sosial pada umumnya berhubungan dengan perubahan
sosial, di mana proses sosial terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan gangguan dalam cara hidup yang telah berlaku dalam masyarakat
tertentu. Sedangkan, interaksi sosial merupakan sebagai hubungan timbal balik
yang dinamis antara perorangan atau individu dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok, di mana interaksi sosial ini merupakan aspek penting dalam
aktivitas-aktivitas sosial, dapat diartikan pula bahwa interaksi sosial ini
merupakan dasar dari terjadinya proses sosial.
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu
orang, ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol, ada
dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang menentukan
sifat aksi yang sedang berlangsung, ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama
atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat. Syaratsyarat terjadinya interaksi sosial ada dua, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
Selain itu, interaksi sosial juga dapat terjadi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu
imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Proses-proses interaksi dibagi menjadi
dua bentuk, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Proses asosiatif terbagi
menjadi kerja sama dan akomodasi, sedangkan proses disosiatif terbagi menjadi
persaingan (competition), konversi (convertion), dan pertentangan atau pertikaian
(conflict).
B. Saran
Hendaknya masyarakat (manusia) dapat menyadari, sebagai makhluk
sosial tidak dapat untuk berdiri sendiri dalam artian perlu berhubungan dengan
individu atau pun kelompok lain yang dalam ilmu sosiologi disebut proses sosial
dan bentuk umum dari proses sosial itu adalah interaksi sosial. Maka dari itu, mari
menerapkan interaksi sosial yang sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai

12

sosial yang berlaku dalam masyarakat agar hubungan-hubungan sesama


makhluk sosial dapat berlangsung dengan baik.

13

DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, 1994. Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia
Meinarno, Eko A, dkk. 2011. Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat.
Jakarta: Salemba Humanika
Mardjono, Bambang. 2012. Modul IPS, (online),
(https://bambangmardjono.files.wordpress.com/2012/09/modul-ips-jadi2.pdf) diakses tanggal 23 Maret 2015
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Ulum, Darul. 2009. Sosiologi : Sebagai Ilmu Pengetahuan. Mahameru Pustaka
Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai