Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR FILOLOGI

Disusun sebagai Tugas

Pada Matakuliah Filologi

Oleh Dosen Pengampu: M. Labib Syauqi, S. Th. I., MA

Oleh;

1. Khoerul Aji Pratama (1717503017)

2. Siti Chotijah (1717503033)

3. Tintin Maita Listiani (1717503036)

4. Wahid Ibnu Kholid (1717503038)

5. Zaghlul Fitrian (1717503042)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

JURUSAN SEJARAH DAN SASTRA

FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PURWOKERTO

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam memahami sejarah, diperlukan beberapa ilmu bantu guna
memahami keadaan pada masa lampau. Salah satu ilmu bantu tersebut yaitu
Filologi. Secara bahasa filologi bermakna cinta kata, namun kemudian
makna tersebut melebar menjadi ilmu yang membahas sastra masa lampau.
Filologi sudah ada sejak Peradaban masa lampau. Pada masa
lampau, Filologi digunakan sebagai alat trans pengetahuan. Filologi
menjadi sangat penting seiring kemajuan yang ada pada dunia Islam. Pada
tulisan ini penulis mencoba menjelaskan mengenai pengantar ilmu Filologi,
sejarah filologi, serta teori-teori filologi. Penulis telah mengumpulkan
sumber yang terpercaya dalam pembuatan tulisan ini. Sehingga penulis
berharap bahwa tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
2. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, penulis merumuskan pembahasan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut;
1. Apa pengertian dari Filologi?
2. Bagaimana Sejarah Filologi?
3. Apa saja teori-teori dalam Filologi?
3. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian Filologi.
2. Menjelaskan Sejarah Filologi.
3. Menyebut dan menjelaskan mengenai teori-teori filologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar Filologi
1. Pengertian Filologi
Filologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “philos” dan “logos”. Philos yang
berarti ‘cinta’ dan logos yang berarti ‘kata’. Arti kata tersebut berkembang menjadi
cinta kata, senang bertutur, senang belajar, senang ilmu, dan senang kesastraan atau
senang kebudayaan.1 Pada dasarnya filologi merupakan ilmu yang berisikan cerita,
baik berupa tembang, maupun cerita narasi. Dapat berupa tulisan Arab, tulisan
Jawa, tulisan Sulawesi, tulisan Sumatera, dan tulisan Sunda.
Filologi sebagai istilah mempunyai arti sebagai berikut :
 Filologi pada abad ketiga masehi digunakan oleh sekelompok ahli
dari Aleksandria yang dikenal sebagai ahli filologi. Pertama kali
digunakan oleh Erastothenes. Pada waktu mereka berusaha
mengkaji teks lama dari bahasa Yunani.
 Filologi dipandang sebagai sastra secara ilmiah. Arti tersebut
muncul ketika teks yang dikaji berupa karya sastra yang mempunyai
nilai satra tinggi yaitu karya sastra Humeiros.
 Filologi dipakai sebagai istilah untuk menyebut studi bahasa atau
ilmu bahasa (linguistik). Pengertian ini muncul karena pentingnya
peran bahasa dalam mengkaji teks sehingga kajian pertama filologi
adalah bahasa, terutama teks lama.
 Dalam perkembangannya, filologi melambang perbedaan dalam
berbagai naskah sebagai suatu ciptaan dan menitik beratkan
kerjanya pada perbedaaan tersebut serta memandangya sebagai
alerternatif yang positif. Filologi dalam aspek kerja demikian
disebut filologi modern
Di Indonesia dalam sejarahnya telah banyak dipengaruhi oleh
bangsa Belanda, arti filologi mengikuti penyebutan yang ada di

1
Dwi Sulistyorini, Filologi Teori dan Penerapannya (Madani : Malang, 2015), hal. 2.
negeri Belanda, ialah suatu disiplin yang mendasarkan kerjanya
pada bahan tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks
tersebut dalam segi kebudayaan.2
2. Ruang Lingkup Filologi
Ruang lingkup filologi mencangkup hakikat filologi ( sebagi dasar
untuk memahami filologi), objek kajian filologi, tujuan kajian filologi,
hubungan filologi dengan ilmu lain, seluk beluk naskah dan teks,
perkembangan teks, metode kajian filologi dan pendekatan yang
digunakan dalam filologi serta penerapannya.3
3. Tujuan filologi
a. Tujuan umum filologi
 Memahami sejauh mungkin kebudayaaan suatu bangsa melelui
hasil sastranya baik lisan maupun tertulis.
 Memahami makna dan fungsi teks bagi masyarakat penciptanya
 Mengungkapkan nilai-niai budaya lama sebagai alternatif
pengembangan kebudayaan
b. Tujuan khusus filologi
 Menyunting sebuah teks yang dipandang paling dekat dengan
teks aslinya
 Mengungkap sejarah terjadinya teks dan sejarah
perkembangannya
 Mengungkap resepsi pembaca pada setiap kurun
pemerintahanya.4
B. Sejarah Filologi
Kebudayaan Yunani Lama merupakan salah satu dasar yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Barat pada umumnya. Di antara
cabang ilmu yang mampu membuka aspek tersebut adalah ilmu filologi.

2
Siti Baroroh Baried dkk, Pengantar Teori Filologi (Pusat pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta, 1985) hal. 3.
3
Dwi sulistyorini, filologi teori dan penerapannya ... hal. 3.
4
Siti baroroh baried dkk, pengantar teori filologi ...... hal. 6.
Bangsa Yunani mulai melakukan penerjemahan naskah-naskah lama yang
ditulis dari Abad 8 SM. Dalam huruf yang berasal dari bahasa Funisia yang
kemudian di kenal sebagai bahasa Yunani, penulisan naskah banyak
menggunakan media kertas Papirus, dan mengandalkan tradisi lisan yang
sudah ada pada abad-abad sebelumnya.
Di kota Iskandariyah pada abad 3 SM. Terdapat pusat ilmu
pengetahuan karena di tempat itu banyak dilakukan pembahasan naskah-
naskah lama yang berisi berbagai keilmuan seperti Filsafat, kedokteran,
perbintangan, sastra, karya sastra, ilmu hukum dan lain sebagainya.5
Selain di Yunani kegiatan Filologi juga di lakukan oleh Romawi
barat dengan pengkajian naskah-naskah dengan bahasa Latin sejak abad ke3
SM. Naskah-naskah itu berupa puisi, prosa antara lain tulisan Cicero dan
Varro, karena kegiatan filologi yang dilakukan menjadikan tradisi latin
berkembang di kerajaan Romawi Barat dan menjadikan bahasa latin
memiliki kedudukan sebagai bahasa Ilmu pengetahuan, setelah kristenisasi
terjadi pada bangsa Romawi maka kajian Filologi lebih terfokus pada
naskah-naskah keagamaan dan mengakibatkan terbengkalainya naskah-
naskah Yunani yang di anggap sebagai faham yang masih Jahiliyah. 6 Pada
abad ke 4, teks mulai di tulis dalam bentuk buku yang disebut dengan
Codex, yang menggunakan kulit binatang, seperti kulit Domba.
Kemunduran pembahasan tentang teks Yunani di Romawi
dikarenakan fokus pembahasan hanya pada naskah-naskah keagamaan,
Romawi Timur tampil dalam membahasa naskah-naskah Yunani, maka
munculah pusat-pusat studi teks Yunani, misalnya Antioch, Athena,
Iskandariyah yang masing-masing merupakan pusat kajian tertentu.
Kekurangan tenaga ahli ya ng melakukan kegiatan Filologi maka dilakukan
pembelajaran naskah-naskah penting di perguruan tinggi sehingga

5
Siti baroroh baried dkk, pengantar teori filologi ...... hal 30.
6
Siti baroroh baried dkk, pengantar teori filologi ...... hal 32.
memunculkan mimbar-mimbar kuliah Filologi di berbagai perguruan
tinggi.7
Perkembangan Filologi juga terjadi pada masa Renaisans tepatnya
pada abad 13 M. Di Italia kemudian menyebar ke negara-negara Eropa dan
berakhir pada abad 16 M. Renaisan dalam arti sempit berarti periode yang
didalamnya menggunakan kebudayaan kelasik sebagai pegangan hidup, dan
dalam arti luasa berarti periode yang didalamnya cenderung berpegang pada
kebudayaan Yunani Klasik atau kepada faham Humanisme. Gerakan ini
bermula dari kalangan sarjana, kemudian menjadi perubahan yang muncul
pada cara berfikir di kalangan umat beradab, Renaisan mendorong terhadap
penelaahan teks-teks Yunani klasik juga terhadap teks-teks Arab mulai dari
Filsafat, Keagamaan, Sastra, Hukum, Sejarah, Bahasa dan Kesenian,
sehingga banyak naskah-naskah yunani klasik yang diterjemahkan ke
bahasa latin. Penemuan mesin cetak pada abad 15 M. Menuntut tersedianya
naskah-naskah yang siap cetak dari hasil kerja filologi.
Perkembangan filologi dalam Kawasan Timur Tengah mendapatkan
ide pengetahuan yang didapat dari Yunani Lama, sejak zaman Iskandar
Zulkarnain telah menambahkan kebudayaan di Mesir, Siria, dan beberapa
tempat lain. Pada abad ke-4 terdapat pusat study pengetahuan yang berasal
dari Yunani. Seperti Gaza sebagai pusat ilmu Oratory, Beirut dalam bidang
hukum, Edhessa dalam bidang kebudayaan ekonomi.
Pada masa Abbasiyah dalam pemerintahan Khalifah Mansur (754-
755), Harun Ar Rasyid (786-809), dan Makmun (809-833). Studi naskah
dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan pada masa pemerintahan
Makmun. Dalam perekmbangannya, sejumlah ilmuwan belajar ilmu
geometri, astronomi, teknik dan musik. Mereka mendapatkan pelayanan
yang baik, kemudian diabngunkan pusat studi yang diberi nama Bait al-
Hikmah (Lembaga Kebijaksanaan).8

7
Siti baroroh baried dkk, pengantar teori filologi ...... hal 33.
8
Siti baroroh baried dkk, pengantar teori filologi ...... hal 35.
Tidak hanya Abbasiyah, tetapi Umayyah juga ikut dalam
perkembangan filologi, yaitu dengan meluasnya kekuasaan dinasti
Umayyah ke Andalusia dan Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Banyak orang-orang dari Barat yang belajar di Timur Tengah dan
Andalusia, sehingga muncul berbagai karya dari ilmuwan Muslim seperti
karya Ibnu Sina, Al-Farabi, Al Ghazali, Ibnu Rusyd, dan lainnya yang dapat
diserap ke Eropa.
Sejak beberapa abad sebelum Masehi, Asia merupakan daerah yang
memiliki peradaban yang tinggi, yang terbentang dari negara China, dan
Jepang di sebelah timur sampai Negara India disebelah Barat, dan Nusantara
disebelah selatan, bangsa-bangsa tersebut telah mengenal bentuk Huruf, dan
sebagian besar kebudayaan mereka telah ditulis dalam bentuk naskah. Studi
filologi telah membuka tentang betapa luasnya kebudayaan Asia dan
naskah-naskah di sajikan untuk kepentingan Humaniora dan memperjelas
bagaimana sejarah Asia serta kebudayaannya dan dapat membuka
hubungan dengan kawasan luar Asia hingga dapat diketahui budaya apasaja
yang pernah berhadapan dengan kebudayaan Asia.9
Diantara negara-negara Asia yang memiliki dokumen-dokumen
yang cukup dalam masalah peninggalan masa lampau adalah India,
dokumen-dokumen yang ada di India terpecahkan karena adanya penelitian
yang dilakukan kepada prasasti-prasasti dan naskah-naskah. Kontak yang
terjadi dengan kebudayaan Yunani terjadi pada masa Raja Iskandar
Zulkarnain yang mengadakan perjalanan sampai ke India pada abad 3 SM.
Kebudayaan India di daerah Gadhara membuktikan adanya pengaruh
kebudayaan Yunani pada seni patung. Patung Budha yang ditemukan di
daerah Gadhara dipahat seperti pahatan patung Apollo yang memakai jubah
tebal. Perpaduan antara budaya Yunani, Hindu, Budha disebut dengan
budaya Gadhara dan kebudayaan ini mencapai puncaknya hingga masa Raja
Kaniska Kusana dalam taun 78-100. Dalam hal keilmuan filsafat yunani

9
Siti baroroh baried dkk, pengantar teori filologi ...... hal 38.
juga mempengaruhi sistem filsafat India yang Nyana dan Waisesika,
doktrin Aristoteles juga mempengaruhi Silogisme India.
C. Teori dan Penerapan
1. Pengertian Naskah dan Teks
Pengertian Naskah yaitu tulisan tangan yang menyimpan berbagai
ungkapan pemikiran dan hasil budaya bangsa masa lampau menjadi sebuah
penelitian bagi kajian filologi. Semua hasil tulisan tangan tersebut dengan
handschrift atau manuscrift , dengan demikian naskah merupakan benda
konkret yang dapat dilihat dan dipegang. 10 Sedangkan yang dimaksud teks
adalah kandungan atau isi dari naskah yang bersifat abstrak yang hanya
dapat dibayangkan saja. Perbedaan naskah dan teks menjadi jelas apabila
terdapat naskah yang muda tetapi mengandung teks yang tua. Teks terdiri
dari isi yaitu, ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang
kepada pembaca, dan bentuk yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan
dipelajari menurut berbagia pendekatan melalui alur , perwatakan, gaya
bahasa dan lain-lainya
Dalam penjelmaan dan penurunanya,secara garis besar dapat
disebutkn adanya tiga macam teks:
1. Teks lisan (tidak tertulis)
2. Teks naskah tulisan tangan
3. Teks cetakan. 11
Masing–masing teks ada filologinya. di Indonesia, bahan naskah untuk Jawa
Kuno sebagaimana disebutkan Zoetemulder (dalam Suryani,2006:66)
adalah karas , yatu semacam papan atau batu tulis ,yang diduga oleh Robson
hanya dipakai untuk sementara. Naskah Jawa memakai lontar (ron-tal’daun
tal’ atau ‘ daun siwalan ‘), dan dluwang yaitu Kertas Jawa dari kulit kayu.
Naskah Bali dan Lombok memakai Lontar: naskah Batak memakai kulit
kayu bambu dan rotan. Sedangkan naskah Sunda memakai lontar,saeh,

10
Elis Suryani, “Filologi” (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012) hlm. 47.
11
Nabilah Lubis, “Naskah, Teks dan Metode Filologi” (Jakarta: Yayasan Media Alo
Indonesia, 2007) hlm. 28.
daluang dan kertas. Kertas Eropa yang didatangkan dai Eropa mengantikan
Dluwang karena kualitasnya lebih baik bagi naskah di Indonesia.12

2. Kodikologi
Kodikologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala hal
mengenai naskah klasik. Dalam hal ini naskah disebut juga dengan codex,
yaitu dipahami sebagai bahan tulisan tangan atau manuskrip. Dengan
demikian kodikologi membahas mengenai seluk beluk semua aspek naskah,
antara lain bahan, umur, tempat penulisan, dan perkiraan penulisan
naskah.13 Kodikologi sendiri pertama kali dikenalkan oleh Alphonse Dain
dalam kuliah-kuliahnya di Ecole Normale Superienre di Paris. Menurutnya
kodikologi merupakan ilmu mengenai naskah dan bukan ilmu mengenai apa
yang ditulis didalamnya.
Menurut penjelasan diatas, Objek kajian yang menjadi fokus
kodikologi yaitu pembahasan mengenai suatu wujud naskah yang mana di
dalamnya terdapat beberapa teks, mengenai sejarah naskah, sejarah koleksi
naskah, penelitian akan tempat-tempat naskah sebenarnya, masalah
penyusunan katalog, perdagangan naskah, dan penggunaan naskah-naskah
itu. Secara garis besar, kodikologi adalah ilmu pernaskahan.14
3. Tekstologi
Tekstologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk teks, yang
antara lain meneliti penjelamaan dan penurunan teks sebuah karya sastra,
penafsiran dan pemahaman. Dalam ilmu ini, ada pegangan yang sangat
berguna yaitu sepuluh prinsip Lichacev untuk penilitian tekstologi karya-
karya monumental klasik di Rusia. Dalam ruang lingkup yang terbatas
prinsip-prinsip ini di sebutkan saja tanpa keterangan yang lebih lanjut.

12
Elis Suryani, “Filologi” ....... hlm. 47.
13
Nabilah Lubis, “Naskah, Teks dan Metode ...... hlm. 42-43.
14
Nabilah Lubis, “Naskah, Teks dan Metode .......hlm. 43.
a. Tekstologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks suatu
karya sastra. Salah satu penerapanya secara praktis adalah edisi ilmiah
yang mencampurkan.
b. Penelitian teks harus didahulukan penyuntingannya.
c. Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya.
d. Tidak ada kenyataan tekstologi tanpa penjelasannya.
e. Secara metode, perubahan yang diadakan secara sadar dalam sebuah
teks (perubahan ideologis, artistic, psikologis, dan lain-lain harus
didahulukan dariperubahan mekanis, misalnya kekeliruan tidak sadar
oleh penyalin.
f. Teks harus diteliti secara keseluruhan.
g. Bahan-bahan yang mengiringi sebuah teks harus diikutsertakan dalam
penelitiannya
h. Perlu diteliti sejarah pemantulan teks sebuah karya dalam teks-teks dan
monument sastra lainya.
i. Pekerjaan seorang penyalin dan kegiatan scriptoria tertentu harus diteliti
secara menyeluruh.
j. Rekonstruksi teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan dalam
naskah-naskah.

4. Terjadinya Teks
Menurut de Haan dalam proses penulisan teks terdapat beberapa
kemungkinan yaitu:
a) Aslinya ada dalam ingatan pengarang apabila orang ingin memiliki teks
itu, ia dapat menulisnya melalui dikte, setiap teks ditulis terdapat
banyak variasi yang berbeda. Perbedaan ini adalah bukti dari berbagai
pelaksanaan penurunan dan perkembangan cerita sepanjang hidup
pengarang
b) Aslinya adalah teks tertulis kurang lebih merupakan kerangka yang
masih memungkinkan atau memerlukan kebebasan seni. Dalam
hubungan ini ada kemungkinan bahwa aslinya disalin begitu saja
dengan tambahan sepelunya, kemungkinan lain ialah aslinya di salin, di
pinjam, diwarisi, atau dicuri. Terjadinya cabang tradisi kedua atau
ketiga disamping yang telah ada karena varian-varian pembaca cerita
yang dimaksud.
c) Aslinya merupakan teks yang tidak kemungkinkan untuk diadakan
pernyempurnaan karea pengarangnya telah menentukan pilihan kata
yang tepat dalam bentuk literer dan hal semacam ini biasa terdapat
dalam teks- teks keagamaan.
5. Teks Tulisan Lisan
Antara teks tulisan dan teks lisan tidak ada perbedaan yang tegas.
Dalam sastra Melayu, hikayat, dan syair dibacakan keras-keras pada
pendengar. Hal ini berarti bahwa hikayat dan syair yang sudah dibukukan
dari cerita-cerita lisan dan disesuaikan dengan sastra tulis tidak dibaca
seorang diri, tetapi dibaca bersama-sama. Kebiasaan ini berhubungan erat
dengan ciri umum sastra Indonesia.
Sehubungan dengan masalah teks lisan, di Bali, misalnya, dalang
memanfaatkan naskah klasik kakawin. Demikian pula babad-babad yang
mempunyai fungsi sosial, karena di Bali masih berlangsung tradisi mabasan
atau makakawin, yaitu membacakan kakawin dalam bahasa Jawa Kuno dari
Lontar, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Bali. Sedangkan di
Lombok, teks tembang dibacakan untuk upacara ‘rites de passge’, misalnya
supitan.
Tradisi seperti itu, di Jawa biasa dilakukan tembang macapatan
karya-karya pujangga besar, seperti Ranggawarsita, Mangkunegara IV,
Pakubuwana IV, dan bermacam-macam babad lazim didengarkan bersama-
sama pada peristiwa-peristiwa adat yang penting. Demikian di daerah Sunda
yang dikenal dengan istilah beluk yang dibacakan pada acara-acara
syukuran atau slamatan., seperti mencukur rambut bayi (naskah yanga
dibacakan adalah Paras Nabi atau Nabi Bercukur), perkawinan, khitanan,
pindahan ruah, atau upacara ruwatan. Di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa
Timur, cerita kentrung dengan tradisi tulis dan lisan, disampaikan kepada
sejumlah pendengar pada perhelatan khitanan, perkawinan, ruwatan, dan
lain-lain. Dengan demikian terjadi interaksi terus-menerus antara teks
tulisan dengan teks lisan.
6. Penyalinan
Rangkaian penuturan yang dilewati oleh suatu teks yang turun-
temurun disebut tradisi. Naskah diperbanak karena orang ingin memiliki
sendiri naskah itu, sebabnya mungkin karena naskah asli sudah rusak
dimakanzaman, atau karena kekhawatiran terjadi suatu dengan naskah yang
asli, misalnya, hilang, terbakar, ketumpahan benda cair karena perang, atau
hanya karena terlantar saja. Mungkin pula naskah disalin dengan tujuan
magis. Dengan menyalin suatu naskah tertentu, orang merasa merasa
mendapat kekuatan magis dari naskah yang di salinya itu. Naskah yang
dianggap penting di salin dengan berbagai tujuan, misalnya tujuan politik,
agama, pendidikan dsb.
Akibat penyalinan, terjadilah beberapa atau bahkan banyak
mengalami perubahan cerita. Dalam penyalinan yangberkali-kali itu, tidak
tertutup kemungkinan timbulnya berbagai kesalahan dan perubahan. Hal ini
terjadi antara lain, karena mungkin di penyalin kurang memahami bahasa
atau pokok-pokok persoalan naskah yang disalinya, mungkin pula karena
tulisnnya tidak terbaca /tidak terang atau tidak jelas, karena salah baca, atau
karena ketidaktelitian, sehingga beberapa huruf hilang (haplografi),
penyalinan maju dari dari perkataan ke perkataan yang sama (saut du meme
au meme), suatu kata, suatu bagian kalimat, beberapa baris, atau suatu bait
terlampaui, atau sebaliknya di tulis dua kali (ditografi). Pergeseran dalam
lafal dapat mengubah ejaan, adakalanya huruf terbalik atau baris puisi
tertukar, demikian pula baru disalin. Dalam proses salin-menyalin yang
demikian, korupsi atau rusak bacaan tidak dapat dihindari. Di samping
perubahan yang terjadi karena ketidaksengajaan, setiap penyalin bebas
dengan sengaja menambah, mengurangi, mengubah naskah menuut
seleranya, disesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman penyalinan.
Sehubungan dengan itu, teks modern pun perlu diadakan penelitian secara
filologis, karena ada kemungkinan yang menyebabkan terjadinya beberapa
bentuk penyajian itu adalah perubahan-perubahan yang diadakan oleh
penyusunnya sendiri dengan maksud menyempurnakan teks sesuai dengan
pertimbangan atau pandangan sebaik-baiknya. Di samping itu, unsur-unsur
dari luar yang berhubungan dengan teks, antara lain sensor pemerintah,
pengetik, pencetak, dan sebagainya dapat merupakan penyebab timbulnya
perbedaan antara beberapa penyajian atau penerbitan karya yang sama.
Dengan demikian, naskah salinan belu tentu merupakan kopi yang
sempurna dari naskah yang disalin. Ada kalanya perbedaan hanya kecil saja,
tetapi ada pula perbedaan yang besar, sehingga timbul naskah-naskah yang
berbeda versi atau berbeda bacaanya.15

15
Nabilah Lubis, “Naskah, Teks dan Metode......, hlm. 49-52.
BAB III
KESIMPULAN

1. Simpulan
Dari penjabaran diatas, maka penulis menyingkatnya dalam beberapa poin
sebagai berikut;
a. Filologi berasal dari kata Philos (Teman) dan Logos (Pengetahuan).
secara istilah Filologi daiartikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang
teks dan naskah kuno yang bernilai sastra tinggi.
b. Sejarah Filologi bermula dari bangsa yunani. Bangsa Yunani mulai
melakukan penerjemahan naskah-naskah lama yang ditulis dari Abad
8 SM.
c. Teori-teori dalam filologi melingkupi pengertian teks, naskah,
kodikologi, tekstologi, penyalinan, dan lain-lain.
2. Saran
Dari uraian diatas, penulis berharap tulisan ini dapat membantu
pembaca dalam mengenal pengantar Filologi. Tulisan ini juga diharapkan
dapat menjadi bahan rujukan bagi pembaca dalam mendapatkan segala
informasi mengenai pengantar Filologi.
DAFTAR PUSTAKA

.
Lubis, Nabilah. Naskah, Teks dan Metode Filologi. Jakarta: Yayasan Media Alo
Indonesia, 2007.
Siti Baroroh Baried, dkk, Pengantar Teori Filologi, Pusat pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:
Jakarta, 1985.
Suryani, Elis. Filologi .Bogor: Ghalia Indonesia, 2012.
Sulistyorini, Dwi. Filologi Teori dan Penerapannya, Malang : Madani, 2015.

Anda mungkin juga menyukai