Anda di halaman 1dari 10

JAWABAN UJIAN KOMPREHENSIF

PROGAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA (FUAH)

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora


IAIN Purwokerto sebagai Syarat Untuk
Melaksanakan Sidang Skripsi

Oleh

TINTIN MAITA LISTIANI


NIM. 1717503036

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2021
1. Periodesasi Sejarah Islam Menurut Harun Nasution

Sejarah merupakan suatu peristiwa yang sudah terjadi pada masa

lampau. Dalam penyampaian suatu peristiwa sejarah, sejarawan harus

mampu membuat pembacanya dapat memahami peristiwa tersebut secara

luas. Sehingga penulisan sejarah harus secara kronologis atau berurutan.

Sebab urutan ini sangat menentukan jalan cerita dari suatu peristiwa. Maka

dari itu perlu dibuat patokan atau batasan dari masa ke masa untuk

mempermudah dalam membaca sejarah. Batasan tahun atau masa inilah

yang dinamakan dengan Periodisasi, ditentukan sesuai periode atau tema

tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Harun Nasution membagi periode Sejarah Islam menjadi tiga

periode, yaitu Masa Klasik (650-1250an), Pertengahan (1250-1800an), dan

Modern (1800- Sekarang).

a. Masa Klasik

Periode ini adalah masa awal Islam mulai ada dan perkembangannya

di fase pertama. Dimulai dengan latar belakang masyarakat Arab pada

650-an M, kemudian dilanjutkan dakwah oleh Nabi Muhammad

S.A.W, dilanjutkan oleh Khulafaurrosyidin, Dinasti Umayyah hingga

sampai pada masa runtuhnya Dinasti Abbasiyah pada 1258 M.

Pada masa ini merupakan awal yang cemerlang, dimana perkembangan

Islam dari suatu pandangan hidup agama kemudian meluas menjadi

suatu peradaban yang kokoh. Ciri dari periode ini adalah berpadunya

antara peradaban Islam dengan pola-pola institusi imperium timur


tengah, pola ekonomi dan monoteistik yang sudah ada sebelumnya

(Lapidus, 1999: ix).

Periode klasik sendiri terbagi lagi menjadi beberapa fase besar,

Pertama, fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650-1000 M).

Daerah Islam yang semula hanya berkisar antaa Madina dan Mekah

kemudian meluas hngga mencapai Andalusia dan Afrika. Kedua, fase

Disintregasi (1000-1258 M). Di masa ini persatuan umat islam dalam

bidang politik sudah mulai pecah, ditambah dengan serangan Mongol

di Baghdad pada 1258 M yang membuat otoritas politik mulai

menurun (Naustion, 2013: 5).

b. Masa Pertengahan

Masa Pertengahan adalah masa setelah Baghdad diserang oleh Mongol

pada 1258 M. Diawali dengan berdirinya kerajaan-kerajaan kecil dari

pecahan Abbasiyah. Namun ciri khas dari masa pertengahan adalah

berdirinya 3 kerajaan besar, yaitu Dinasti Utsmaniah atau Ottoman

yang berhaluan Sunni, Dinasti Safawi yang bermadzhab Syiah, dan

Dinasti Mughal dengan madzhab Syiah. Masa pertengahan berakhir

dengan dimulainya ekspansi Barat ke penjuru dunia dan dapat

meonopoli perdagangan. Hingga abad 19, tiga kerajaan besar tersebut

secara politik tidak memiliki kekuatan yang besar, bahkan Syafawi dan

Mughal sudah lebih dahulu rntuh. Dinasti Utsmani baru runtuh pada

abad 20.

c. Masa Modern
Periode modern merupakan masa dimana berlangsungnya modernisasi

dan transformasi masyarakat muslim. Peradaban Islam yang semula

besar sudah tidak lagi memiliki kebesarannya, bahkan mengalami

kemunduran. Kemunduran ini diawali oleh campur tangan Eropa

dalam ekonomi dan perpolitikan daerah Islam.

2. Fungsionalisme Kebudayaan

Dalam tafsir fungsionalis, fungsionalisme adalah metodologi untuk

mengeksplorasi saling ketergantungan. Teori fungsionalisme menekankan

pada keteraturan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang

terdiri dari bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling

menyatu dalam keseimbangan. Apabila perubahan terjadi dalam suatu

bagian akan mempengaruhi bagian lainnya. Dengan kata lain, masyarakat

akan selalu dalam keadan berubah secara berangsur-angsur tetapi tetap

memelihara keseimbangan.

Adapun konsep dalam teori fungsionalisme, yaitu:

1. Fungsi, berupa elemen yang berfungsi dalam sebuah sistem.

2. Disfungsi, berupa elemen yang tidak memiliki fungsi pada sebuah

sistem

3. Fungsi Manifest (tampak) berupa konsekuensi nyata yang memberikan

sumbangan pada penyesuaian atau adaptasi sistem yang dikehendaki

dan disadari oleh partisipan sistem tersebut.

4. Fungsi Laten (terselubung), fungsi ini tidak berbeda jauh dari fungsi

manifes. Hanya saja pada fungsi laten tidak disadari dan tidak

dikehendaki oleh partisipannya.


5. Keseimbangan (Equilibreum), berupa gabungan dari beberapa

keseluruhan

Contoh metode dan praktiknya:

3. Jaringan Islam Asia Tenggara dan Timur Tengah

Asia Tenggara merupakan bagian dari peradaban Islam yang

wilayahnya meliputi jazirah Indocina, kepulauan Filiphina dan Indonesia.

Penyebaran Islam di Asia Tenggara ta dapat dipisahkan dari hubungan

dagang antara Timur Tengah dengan Asia Tenggara. Pada abad 7 dan 8

ketika Kerajaan Sriwijaya berkuasa, jalur selat Malaka sudah ramai oleh

para pedagang muslim. Namun perkembangan pada abad 7 dan 8 tidak

berjalan mulus. Baru sekitar abad 13, setelah Abbasiyah dikalahkan

Mongol, banyak pedagang yang singgah dan menetap di Asia Tenggara.

Golongan pembawa islam yang datang ke Asia Tenggara juga

menimbulkan berbagai pendapat. Ada pendapat yang mengatakan bahwa

Islam dibawa dari Arab langsung, ada juga yang berpendapat dari Gujarat

India, dan Persia. Hal ini dibuktikan dengan pengaruh Syiah yang lebih

kental di Asia Tenggara.

Hubungan antara Timur tengah dan Asia tenggara tidak semata

mengenai perdagangan, melainkan juga mengenai hubungan diplomatik. I’

Tsing ketika datang ke Palembang pada 671 M bahwa Sriwijaya menjalin

hubungan dengan Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan (661 M) dan

Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) (Siti, 2018: 322). Jalinan ini
mengindikasikan bahwa sekitar abad 7 dan 8 M sudah ada hubungan

antara Asia Tenggara dengan Timur Tengah.

Penyebaran Islam di Asia Tenggara juga melalui beberapa media

selain Perdagangan, yaitu perkawinan, tasawuf, pendidikan (pesantren),

kesenian, politik, seni dan kebudayaan. Terdapat beberapa peninggalan

yang menjadi bukti penyebaran Islam di Asia Tenggara, diantaranya

adalah munculnya komunitas atau kampung Arab di pesisir pantai,

berkemangnya aliran tasawuf, dan munculnya tradisi pesantren atau

lembaga pendidikan yang khas, serta peninggalan daam bentuk tembang,

serat, kidung, dan seni pertunjukkan.

4. Metodologi Penelitian Sejarah

Dalsm penelitian sejarah, metodologi diperlukan guna menghasilkan

produk sejarah yang ilmiah. Ada beberapa tahapan dalam melakukan

penelitian sejarah, Louise Gatschalk membagi tahapan sejarah menjadi

empat sebagai berikut;

1. Heuristik

Tahap pertama dalam penelitian sejarah adalah pencarian sumber.

Sumber sejarah sangat beragam bentuk dan jenisnya. Sumber menurut

bahannya dibagi menjadi dua, sumber tertulis dan tidak tertulis.

Sumber tertulis seperti pada dokumen atau arsip/manuskrip.

Sedangkan arsip tak tertulis seperti Sumber Lisan dan artefak.

Kuntowijoyo membagi sumber dalam penyampaiannya menjadi dua,

yaitu sumber Primer dan Sekunder. Sumber Primer dalam penelitian


sejarah merupakan sumber yang didapat oleh saksi mata atau orang

pertama yang menyaksikan langsung suatu peristiwa dan dokumen

yang ditulis bersamaan dengan peristiwa terjadi. Selanjutnya, sumber

sekunder adalah sumber yang didapat dari saksi tak langsung atau

orang kedua. Sumber sekunder biasanya meliputi berita dalam koran,

majalah, dan buku.

2. Verifikasi

Setelah semua sumber terkumpul, tahap selanjutnya adalah Verifiksi

atau kritik sumber. Ada dua kritik sumber, Pertama, yaitu kritik

ekstern (Autentisitas) atau kritik keaslian sumber. Keaslian sumber

daat dilihat dari fisik sumber, seperti apabila data berbentuk dokumen

arsip maka yang harus diteliti adalah jenis kertas, tulisan, tahun terbit,

siapa yang menerbitkan, dan apakah sumber itu merupakan sumber asli

atau salinan. Kedua, kritik intern yaitu kritik kepercayaan/kesahihan

sumber atau tingkat kredebilitas. Kritik intern ini meliputi isi dari

sumber baik itu sumber tertulis atau tidak tertulis. Kritik ini meliputi

keobjektifan sumber dalam memberikan data fakta sejarah.

3. Interpretasi

Dalam penelitian sejarah, interpretasi biasa diartikan sebagai analisis

sejarah. Sumber-sumber yang telah terverifikasi diuraikan masing-

masing fakta sejarahya. Dalam proses interpretasi , seorang peneliti

harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan

suatu peristiwa terjadi. Metode interpretasi sejarah pada umumnya


sering diarahkan kepada pandangan ahli filsafat, sehingga

memungkinkan sejarawan dalam menyelesaikan masalah historis.

4. Historiografi

Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan

hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Historiografi harus berisi

pemaparan yang jelas dari fase awal hingga kesimpulan sebab dalam

historiografi dapat dilihat bagaimana prosedur kepenulisannya serta

sumber-sumber yamg mendukungnya, apakah penelitian tersebut

sesuai prosedur ilmiah atau tidak.

5. Faktor Pergerakan Nasional Di Indonesia

Pada abad 19, pergerakan nasional berjalan terus menerus dengan

dipelopori oleh beberapa tokoh yang secara langsung berkesinambungan

menyadarkan opini publik tentang nasionalisme dan kemerdekaan. Seperti

perjuangan Pangeran Diponegoro tentang kemerdekaan kesultanan Jogja

dari cenkraman Belanda. Kemudian diikuti oleh beberapa pandangan R.A

Kartini tentang emansipasi wanita dalam budaya bangsawan jawa. Di

Banten, asisten Reiden Lebak juga memberikan pandangan yang serupa

dalam karyanya yang terkenal “Max Havelaar” karya Multatli atau Edward

Douwes Dekker.

Secara umum faktor-faktor pergerakan nasional dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu Faktor internal dan eksternal.

1. Faktor dari dalam negeri (intern), yang terdiri dari:

a. Kejayaan masa lampau


Bangsa India, Indonesia,Mesir dan Persia pernah mengalami

masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Kejaayaan yang pernah dialami pada masa lalu mendorong semangat

untuk melepaskan diri dari penjajah. Bagi Indonesia, kenangan

kejayaan pada masa lampau terlihat dengan adanya Kerajaan

Majapahit dan Sriwijaya yang berhasil memperluas dan menguasai

wilayah sampai ke seluruh nusantara, sedangkan Sriwijaya mampu

berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat

b. Kedatangan Bangsa Barat mengakibatkan kemiskinan melanda

rakyat, sehingga mereka ingin menentang terhadap imperialisme

Barat

c. Munculnya golongan cendekiawan baik dari hasil pendidikan Barat

maupun pendidikan Indonesia sehingga mereka bisa menjadi

penggerak dan pemimpin melalui organisasi pergerakan Indonesia

untuk berjuang melawan penjajahan

d. Adanya paham nasionalis yang berkembang di bidang politik,

ekonomi, dan kebudayaan.

Dalam bidang politik tampak dengan adanya gerakan

nasionalis yang menyuarakan aspirasi rakyat pribumi yang hidup

dalam penindasan dan penyalah gunaan HAM, sehingga mereka

ingin menghancurkan kekuasaan asing di Indonesia

Dalam bidang ekonomi, adanya usaha penghapusan

eksploitasi ekonomi asing agar taraf hidup masyarakat pribumi

meningkat.
Dalam bidang budaya dengan adanya usaha perlindungan,

perbaikan serta pengembalian budaya Indonesia yang hampir punah

karena masuknya budaya asing.

2. Faktor dari luar (ekstern)

a. Kemenangan Jepang melawan Rusia memberi semangat pada bangsa

lain terutama Indonesia untuk bangkit dan melawan bangsa asing di

negaranya

b. Kemunculan paham-paham baru di Eropa, yaitu liberalisme,

demokrasi, dan nasionalisme. Adanya hubungan antara Asia dan

Eropa menyebabkan paham tersebut menyebar ke Asia, termasuk

Indonesia. Paham tersebut pada dasarnya mengajarkan persamaan

derajat semua warga negara tanpa membedakan warna kulit, asal-

usul keturunan, dan peradaban keyakinan agama. Paham-paham

tersebut diperkenalkan oleh orang-orang Belanda yang mendukung

perjuangan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai