Anda di halaman 1dari 31

REFLEKSI AJARAN & FILSAFAT ISLAM PADA KEBUDAYAAN JAWA

SERTA PENERAPANNYA HINGGA MASA KINI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu dan dasar dasar logika
Pembina : Dr. Sholih Muadi, SH., M.Si

Disusun oleh :
Fany Adi Pratama / IPL A-1
195120500111005

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jl. Veteran, Kota Malang 65145 web : www.ub.ac.id
Abstraksi
Ajaran islam mulai mengadopsi gaya filsafat masyarakat Yunani kuno yang
menggunakan rasio akalnya. Dalam kasus agama islam, metode metode filsafat
digunakan untuk menjelaskan berbagai wahyu/firman Allah SWT untuk daoat
dipahami secara rasional oleh akal pikiran manusia.

Seiring berjalannya waktu, islam juga makin menyebar ke seluruh belahan


dunia. Termasuk Indonesia. Islam masuk ke Indonesia lewat berbagai tempat, mulai
dari Gujarat, Mekkah, sampai Persia. Saluran yang membuat islam banyak dianit
masyarakat Indonesia adalah lewat pendidikan, perdagamgan, dan perkawinan.
Selain itu, akulturasi budaya juga semakin menarik masyarakat Indonesia untuk
memeluk agama islam.

Fokus utama karya tulis ini mengkaji proses akulturasi budaya Jawa dan
Islam dengan mengeksplorasi berbagai aspek pengaruh unsur nilai dari berbagai
segi kehidupan. Keadaan masyarakat Jawa, sebelum munculnya berbagai akulturasi
dengan agama islam dan budaya asli, serta memiliki peradaban Jawa yang khas
yang tercermin dalam sistem sosial dan norma kemasyarakatan.

Karya tulis ini juga menemukan bahwa keberhasilan proses akulturasi


antara budaya Jawa dengan Islam tak terlepas dari proses penyebaran Islam yang
dibawa oleh Walisongo. Islam masuk ke tanah Jawa secara damai tanpa paksaan
untuk menganutnya. Akulturasi antara Islam dengan budaya Jawa terbukti dapat
melahirkan kedewasaan masyarakat dalam beragama, baik dalam karya sastranya,
sistem ekonomi, kehidupan spiritual dan pola kepercayaan budaya. Penyatuan
antara budaya Jawa dengan Islam nampak jelas dalam kecenderungan masyarakat
Muslim Jawa yang taat agama namun tetap tidak bisa meninggalkan identitasnya
sebagai orang Jawa.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari kita tidak akan terlepas dari aspek aspek dari
filsafat, sehingga itu, mempelajari aspek aspek filsafat dalam hidup sangatlah
penting. Termasuk filsafat dalam islam yang sudah menjadi bagian dari mayoritas
masyarakat Indonesia. Kajian filsafat islam memiliki beberapa cabang, salah
satunya adalah ilmu kalam. Dalam ilmu kalam ada banyak sekali aliran aliran yang
membuat agama islam menjadi semakin beragam.

Di Indonesia sendiri, memiliki banyak sekali suku dan agama yang masing
masing memiliki budaya yang berbeda beda. Keberadaan itulah yang menjadi ciri
khas dan keunggulan bangsa Indonesia. Keberagaman ini makin dioerindah dengan
adanya akulturasi antara kebudayaan Indonesia dan kebudayaaan asing, khususnya
akukturasi Islam – Jawa yang memunculkan kebudayaan kebudayaan yang unik
tetapi tidak meninggalkan pokok dari masing masing kebudayaan.

2. Rumusan Masalah
2.1. Apa itu ajaran dan filsafat islam ?
2.2. Bagaimana islam bisa masuk ke Indonesia
2.3. Aoa saja bentuk akukturasi kebudayaan Islam – Jawa ?

3. Tujuan Penulisan
3.1. Untuk mengetahui apa itu ajaran dan filsafat islam
3.2. Untuk mengetahui bagaimana islam bisa masuk ke Indonesia
3.3. Untuk mengetahui berbagai akulturasi kebudayaan Islam - Jawa
BAB II

PEMBAHASAN

1. Ajaran dan Filsafat Islam


1.1. Ajaran Islam

Islam (bahasa Arab: ‫)اإلسالم‬, adalah salah satu agama dari kelompok agama
yang diterima oleh seorang nabi (agama samawi) yang mengajarkan monoteisme
tanpa kompromi1. Mengajarkan iman terhadap Allah, Nabi Muhammad, malaikat,
kitab suci, hari kiamat, dan qadha & qadar (takdir). Allah, menurut ajaran Islam,
adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan memiliki nama-nama terbaik
(asmaul husna) serta memiliki sifat dan karakter tertinggi.

1.2. Filsafat Islam

Pemikiran filsafat masuk ke dalam islam melalui filsafat Yunani yang


dijumpai oleh kaum muslimin di Suriah, Mesir, dan Mesopotamia pada abad ke-8
masehi. Kebudayaan dan filsafat Yunani menyebar ke daerah itu melalui ekspansi
dari Aleksander Agung2. Pengaruh filsafat ini diperkuat lagi dengan upaya upaya
untuk menerjemahkan buku/naskah filsafat berbagai cabang ilmu ke dalam Bahasa
Arab.

Dalam Islam, terdapat dua istilah yang erat kaitannya dengan pengertian
filsafat, yang pertama adalah ‘falsafa’ yang merujuk pada kajian filosofi, ilmu
pengetahuan alam dan logika, dan ‘Kalam’ yang merujuk pada kajian teologi
keagamaan. Bila merujuk pada periodisasi filsafat islam yang dicetuskan oleh
Jalaluddin dan Usman Said dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan

1
Wikipedia.org, islam, diakses tanggal 10 Oktober 2019 https://id.m.wikipedia.org/wiki/islam
2
Tim Redaksi, 2008, Ensiklopedi Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve.
Perkembangan3 maka perkembangan kajian filsafat islam dibagi menjadi 3 periode,
yakni

a. Periode Awal Perkembangan Islam

Konsep filsafat islam pada masa ini merupakan perwujudan


dari kandungan ayat Al-Qur'an dan Hadist, yang keseluruhannya
membentuk ideologi islam. Pada masa kehidupan Nabi Muhammad
Saw mulai terbentuk pemikiran pendidikan yang bersumber dari Al
Quran dan Hadist. Jadi, hal hal yang berkaitan dengan pendidkan
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad merupakan cerminan apa
yang tercantum dalam Al Quran, sehingga perilaku dan tindakan
dari Nabi Muhammad dijadikan teladan oleh masyarakat
(khususnya umat muslim)

b. Periode Klasik

Lahirnya periode ini ditandai dengan wafatnya Nabi


Muhammad atau masa kepemimpinan khulafaur rasyidin sampai
pada masa imperialisme negara negara Eropa pada abad ke-19.

Pada masa ini pendidikan filsafat islam mulai merambah


berbagai cabang ilmu dan melahirkan banyak tokoh seperti Ibnu
Qutaibah yang berfokus pada pendidikan bagi kaum wanita, Ibnu
Masarrah yang mengkaji jiwa dan sifat sifat manusia, Ibnu Sina
dengan As Syifa' dan Qanun Al Thib-nya4 tentang kedokteran, dan
Al Ghazali dengan karya besarnya Ihya' Al Ulumuddin yang
berpandangan bahwa pendidikan yang baik adalah yang
menghantarkan kepada keridhaan Allah SWT.

3
Academia.edu, sejarah dan perkembangan filsafat islam, diakses tanggal 10 Oktober 2019
https://www.academia.edu/19486159/SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN_FILSAFAT_ISLA
M
4
As Syifa : obat dan Qanun fi At Thib : kaidah kedokteran, yang keduanya merupakan buku karya
Ibnu Sina yang masih sering dijadikan sandaran untuk ilmu kedokteram masa kini
c. Periode Modern

Abbasiyah dan Bani Umayyah secara politik oleh imperialis


barat, tetapi masih ada 3 kerajaan besar yang berpegang teguh pada
kekuatan islam yakni Turki Usmani (Eropa timur, Asia kecil, Afrika
utara), Safawi (Persia), dan Mughal (India).

Tokoh yang paling berpengaruh pada masa ini adalah Ismail


Raj'i Al Faruqi5 yang membidangi kajian filsafat pendidikan islam,
beberapa karyanya yang monumental adalah Christian Ethics, An
historical Atlas of the Religion in The World, Trialogue of
Abrahamic Faith, dan The Cultural Atlas of Islam. Pandangannya
adalah bahwa umat islam sedang lemah dan terpecah, oleh sebab itu
pendidikan harus dikembangkan ke arah yang lebih modern dan
berorientasi tauhid.

1.3. Konsep Filsafat Islam

Dalam bahasa arab filsafat disebut sebagai falsafah, yang berasa dari bahasa
Yunani philo dan sophia yakni cinta dan kebijaksanaa. Sehingga orang yang cinta
terhadap kebijaksanaan disebut philosopher (dalam bahasa Arab failasuf). Menurut
Mustofa Abdul Razik 6 , pemakaian kata filsafat di kalangan umat islam adalah
hikmah 7 hal ini diperkuat lagi dengan banyaknya penyair penyair arab yang
menggunakan kata hikmah untuk menggantikan filsafat. Tetapi ada juga yang
beranggapan bahwa ia berada di atas filsafat.

Ibnu Sina mengatakan bahwa hikmah adalah mencari kesempurnaan dalam


diri manusia dengan dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala
hakikat baik yang berupa teori maupun praktis menurut kadar kemampuan manusia,
singkatnya, ia menganggap bahwa hikmah dan filsafat adalah sama. Yaitu, suatu

5
Al Faruqi adalah cendekiawan muslim yang sangat berpengaruh, lahir di Palestina 1 Januari
1921. Gagasannya adalah perlunya islamisasi ilmu pengetahuan modern ke dalam sebuah bingkai
tauhid
6
Abdul Razik adalah filsuf yang juga merupakan mantan rektor Universitas Al Azhar
7
Kompasiana.com, makna dan konsep filsafat dalam islam, diakses 12 Oktober 2019
usaha untuk mencari kesempurnaan jiwa melalui konseptualisasi atas segala hal dan
pembenaran realitas realitas teoretis dan praktis berdasarkan ukuran manusia.

Al Kindi berpendapat tentang ke-Esa-an Tuhan yang tidak hanya didasarkan


pada wahyu, melainkan juga ada proporsi filosofisnya. Menurut dia, Tuhan tidak
memiliki hakikat baik itu secara juz’iyah (sebagian) maupun kulliyah
(keseluruhan). Al Kindi juga berpendapat bahwa Tuhan bukanlah genus atau
spesies. Tuhan adalah sang pencipta, Yang Benar Pertama (al-Haqq al-Awwal). Ia
juga menolak pendapat yang menganggap bahwa sifat sifat Tuhan itu berdiri
sendiri. Tuhan haruslah merupakaan ke-Esa-an mutlak, bukan sekedar metaforis
yang dapat ditangkap indera manusia8.

Mulla Sadra9 membagi filsafat pada dua bagian utama, yang pertama adalah
yang bersifat teoretis, mengacu pada segala sesuatu sebagaimana adanya. Yang
kedua adalah bersifat praktis yang mengacu pada penyampaian kesempurnaan
kesempurnaan yang cocok bagi jiwa.

Filsafat islam juga membahas tentang problem problem besar filsafat pada
umumnya seperti soal wujud, esa, berbilang, teori tentang pembagian dan
keutamaan, hubungan manusia dengan Tuhan, dan sebagainya. Filsafat islam
memiliki banyak kemiripan dengan filsafat yang berkembang di Yunani, karena
memang banyak filsuf islam yang menyandarkan cara berpikir filsafatnya pada
aristoteles.

1.4. Ilmu Kalam

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, istilah ‘Kalam’ memang erat


kaitannya dengan pembahasan filsafat islam. Ilmu kalam sendiri memiliki banyak
nama seperti, ilmu Ushuluddin karena ilmu kalam membahas pokok pokok dalam
beragama, ilmu Tauhid karena ia membahas ke-Esa-an Allah, Imam Abu Hanifah

8
Republika.co.id, Filsafat Menurut Al Kindi, diakses pada 13 Oktober 2019
m.republika.co.id/amp/p04tij313
9
Memiliki nama asli Muhammad bin Ibrahim, ia merupakan filsuf pada masa dinasti Safawiyyah
menyebutnya al-Fiqh al-Akbar karena menurut persepsinya, ilmu kalam
membahas satu bagian fiqih yang paling penting yakni keyakinan dan istilah pokok
dalam beragama. Nama lain dari ilmu kalam adalah Teologi Islam, istilah ini
dicetuskan oleh William L Reese yang menjelaskan bahwa teologi adalah up up
ilmu yang membicarakan kebenaran wahyu sebagaimana ilmu kalam menjelaskan
keimanan, keyakinan, dan pengetahuan agama secara rasional10.

Al Farabi mendefinisikan ilmu kalam sebagai, “disiplin ilmu yang membahas


Dzat dan sifat sifat Allah serta eksistensi semua yang mukmin, mulai berkenaan
dengan masalah dunia sampai masalah yang sudah mati berlandaskan dengan
doktrin islam”. Pada penjelasan diatas maka dapat dikatan bahwa, ilmu kalam
adalah ilmu tentang masalah masalah ketuhanan dan semacamnya menggunakan
argumentasi yang berlogika, diperkuat dengan dalil dalil rasional tapi tetap
berlandaskan pada doktrin agama islam.

Sejarah dari kemunculan ilmu kalam ini tak lepas dari peristiwa terbunuhnya
khalifah 11 Usman bin Affan yang berujung pada penolakan Muawiyah 12 pada
kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib. Banyak pihak yang menuntut
dituntaskannya kasus pembunuhan Usman bin Affan, bahkan ada yang menuduh
bahwa Ali bin Abi Thalib ikut terlibat dalam pembunuhan itu. Sampai pada
akhirnya meletus perang siffin antara pihak Ali dan Muawiyah, akan tetapi perang
ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), hal ini membuat beberapa tentara di barisan
Ali meninggalkannya karena menganggap bahwa Ali telah melanggar hukum Allah
bahwa segala keputusan itu kembali pada hukum Allah. Mereka inilah yang
akhirnya disebut sebagai kaum khawarij dengan berpegang teguh pada semboyan
mereka yakni la hukma ila lillah (tidak ada hukum selain dari Allah). Setelah itu
mulai muncul banyak lagi aliran ilmu kalam, beberapa diantaranya :

10
Academia.edu, pengantar sejarah munculnya ilmu kalam menurut buku ilmu kalam karya prof.
Abdul rozak dan prof. Rosihon anwar, diakses tanggal 12 Oktober 2019
https://www.academia.edu/37618982/Pengantar_Sejarah_Kemunculan
_Ilmu_Kalam_Menurut_Buku_Ilmu_Kalam_Karya_Prof._Abdul_Rozak_Dan_Prof._Rosihon_An
war
11
Seorang pemimpin dalam sistem pemerintahan islam
12
Gubernur Syam yang juga masih kerabat dari khalifah Usman bin Affan
a. Khawarij

Aliran khawarij adalah aliran pertama yang muncul pada teologi islam.
Tokoh tokohya adalah Abdullah bin Wahab, Urwah bin Hudair, Mustarid bin
Sa’ad, dan Hausarah al Asadi. Secara garis besar beberapa ajaran aliran
khawarij adalah, orang islam yang melakukan dosa besar adalah kafir dan
harus dibunuh; orang yang terlibat dalam perang jamal dan pelaku tahkim
(atau yang menerimanya) dihukumi kafir; khalifah harus dipilih langsung
oleh rakyat; seorang khalifah tidak harus orang Arab.

Banyaknya kemunculan sekte sekte dalam aliran khawarij ini seakan


menjadi bom waktu, sehingga aliran ini sekarang hanya menjadi bagian dari
sejarah.

b. Syi'ah

Secara bahasa Syi’ah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan


pengikut disini ialah para pendukung Ali bin Abi Thalib (syi’atu ali). Secara
istilah Syi’ah sering di maksudkan pada kaum muslimin yang dalam bidang
spritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturuan Nabi Muhammad
SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-bait.

Salah satu tokoh penting yang menyebarkan aliran kalam syu'ah ini
adalah Abu Dzar Al Ghiffari. Ajaran pokok aliran syi'ah ada 5, yaitu at tauhid
(Allah itu Maha Esa), al 'adl (Allah itu Maha Adil), An Nubuwwah (Allah
mengutus para nabi), Al Imamah (pemimpin pengganti rasul), Al Ma'ad
(adanya alam akhirat).

c. Murji’ah

Hal hal yang melatarbelakangi kemunculan aliran murji’ah adalah


adanya perbedaan pendapat antara syi’ah dan khawarij yang saling
menyalahkan, sehingga kaum murji’ah ini mengambil posisi di tengah. Tokoh
tokohnya ada Hasan bin Muhammad (moderat) dan Jaham bin Shafwan
(ekstrem). Ajaran dari aliran murji’ah adalah orang islam yang melakukan
dosa besar tidak dihukumi kafir, selama ia masih mengakui dua kalimat
syahadat, hukuman baginya ditangguhkan sampai hari kiamat kelak.

d. Jabariyah

Berasal dari kata jabara yang artinya memaksa. Hal ini berkaitan
dengan kehidupan orang arab (sebagai tempat lahirnya agama islam) di gurun
pasir yang keras dan tidak bersahabat, sehingga hal ini membuat mereka tidak
berbuat apa apa (berpasrah pada Tuhan). Tokohnya yakni Jaham bin Shafwan
berpendirian bahwa manusia itu terpaksa, tidak mempunyai kekuasan dan
kekuatan. Allah telah menakdirkan apapun yang dilakukannya dari lahir
sampai kematiannya.

Dalam pengaplikasiannya orang orang yang menganut paham jabariyah


ini cenderung apatis dan tidak mau berbuat apa apa, hidup mereka sangat
datar. Tetapi menurut tokohnya yang lain, Husain bin Muhammad, manusia
bukan semata mata wayang. Melainkan ada “kerjasama” antara manusia dan
Tuhan untuk menciptakan sebuah perbuatan.

e. Qadariyah

Berasal dari kata qadara yang artinya kemampuan. Berbeda dengan


aliran jabariyah yang mengangap manusia tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan perbuatan secara bebas, qadariyah menekankan terhadap
kebebasan dan kekuatan manusia untuk melakukan perbuatannya sendiri.

Pokok pokok ajarannya berisi, orang islam yang melakukan dosa besar
itu bukanlah kafir ataupun mukmin, melainkan fasik13, dan orang fasik itu
kekal di dalam neraka; Allah tidak menciptakan amal perbuatan manusia,
melainkan manusia bebas melakukan perbuatannya; kaum qadariyah
berpendapat bahwa akal manusia dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, menurut

13
Orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya
mereka segala sesuatu memiliki “zat dasar” yang membuat ia baik ataupun
buruk.

1.5. Ciri Ciri Filsafat Islam

Filsafat islam memiliki beberapa ciri khusus14 yang menjadikannya berbeda


dengan filsafat barat pada umumnya. Yakni

a. Filsafat Religius

Karena islam adalah agama, maka pastinya salah satu ciri filsafat islam adalah
bagian dari religi. Dimulai dengan meng-Esa-kan Tuhan, menganalisis secara
universal, dan menukik ke teori ke-Tuhan-an yang tak terdahului sebelumnya.
Dari Yang Maha Esa-lah muncul segala sesuatu di alam raya. Karena Ia pencipta,
maka Ia menciptakan sesuatu berasal dari bukan sesuatu, menciptakan alam sejak
zaman azzali15, kemudian mengatur dAcademia.edu, sejarah dan perkembangan filsafat
islam, diakses tanggal 10 Oktober 2019
https://www.academia.edu/19486159/SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN_FILSAFAT_ISLA
M

Zaman semenjak manusia dan alam raya belum diciptakan dan yang ada hanyalah Allah SWT
Hijran1.wordpress.com, Filsafat Baan menatanya. Karena alam adalah
akibat bagi-Nya, maka dalam wujud dan keabadian-Nya, Ia menciptakannya
semata mata karena anugerah-Nya.

b. Filsafat Rasional

Walaupun menggunakan religius dalam dasar berfikirnya, filsafat islam


tidak serta merta menyingkirkan cara berfikir rasional yang sudah menjadi
ciri khas dari filsafat. Filsafat islam bertumpu pada akal untuk menafsirkan
problematika ketuhanan, manusia, dan alam. Hal ini sesuai dengan alasan
awal kemunculan filsafat islam yang berusaha menjelaskan konsep keislaman
melalui cara berfikir yang rasional.

c. Filsafat Sinkretisme

14
Academia.edu, sejarah dan perkembangan filsafat islam, diakses tanggal 10 Oktober 2019
https://www.academia.edu/19486159/SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN_FILSAFAT_ISLA
M

15
Zaman semenjak manusia dan alam raya belum diciptakan dan yang ada hanyalah Allah SWT
Filsafat islam mendekatkan dan mengumpulkan dua sudut pandang.
Dalam filsafat, ada hal yang tidak sejalan dengan konsep agama. Sebaliknya,
ada konsep agama yang tidak sejalan dengan sudut pandang filsafat. Para
filsuf islam berkonsentrasi untuk mempelajari Plato dan Aristoteles, dan saat
itu mereka banyak menerjemahkan buku dan naskah ke dalam Bahasa Arab.

d. Berhubungan kuat dengan Ilmu Pengetahuan Lain

Filsuf islam beranggapan bahwa ilmu pengetahuan yang rasional adalah


bagian dari filsafat. Sehingga ada beberapa kejadian yang tidak bisa dijawab
dengan ilmu rasional melainkan bisa dijawab dengan filsafat islam, dan
sebaliknya. Seperti dalam buku As Syifa dan Qanun fi At Thib yang
merupakan ensiklopedi kedokteran karya Ibnu Sina, ia juga mendalami ilmu
filsafat.

1.6. Perbedaan Filsafat Barat dan Filsafat Islam


Filsafat barat berfokus pada daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami secara radikal dan integral serta sistematik mengenai ketuhanan, alam
semesta dan manusia. Berbeda dengan ilmu filsafat islam yang mengedepankan
pemikiran atau logika sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran, yang
memerintahkan manusia untuk menggunakan akal pikirannya. Selain itu ada lagi
perbedaan perbedaan dalam filsafat barat dan filsafat islam16.
a. Dari Segi Objek dan Ruang Lingkup

Beberapa pandangan para ahli tentang objek dan ruang linglkup filsafat
(barat) adalah, tentang hal mengerti, syarat syaratnya, dan metode metodenya;
tentang ada dan tidak ada; tentang alam, dunia dan seisinya, menentukan apa
yang baik dan apa yang buruk; hakikat manusia dan hubungannya dengan
makhluk lain; membahas alam pikiran manusia yang amat luas. Mulai dari
yang mungkin ada dan benar; benar ada (nyata); baik material konkrit
maupun non-material abstrak (tak terlihat).

16
Hijran1.wordpress.com, Filsafat Barat vs Filsafat Islam, diakses tanggal 13 oktober 2019
hijran1.wordpress.com/2015/12/05/filsafat-barat-vs-filsafat- islam/amp/
Sedangkan objek dan ruang lingkup filsafat menurut Al Kindi adalah
ilmu fisika (ilmu-thabiyyat) sebagai tingkat bawah, ilmu matematika (ilmur-
rhiyyadhi) sebagai tingkat tengah, ilmu ketuhanan (ilmur-rububiyyah)
sebagai tingkatan tertinggi. Menurut Al Farabi objek dan ruang lingkup
filsafat ada dua meliputi, filsafat teori yaitu mengetahui sesuatu yang ada
dimana seseorang tidak bisa/tidak perlu melakukannya (dalam perbuatan) dan
filsafat amalan yaitu mengetahui dan harus mewujudkannya dalam bentuk
perbuatan.

b. Dari Segi Fungsinya

Fungsi dari filsafat barat adalah untuk mendalami unsur unsur pokok
ilmu, sehingga kita bisa melihatnya dari hakikat, sumber sumber, dan tujuan
dari ilmu; memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan
ilmu di berbagai bidang, sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara historis, dan beberapa fungsi lainnya.

SementaraSementara fungsi dari filsafat islam adalah, pengkajian


kepada filsafat islam dapat membebaskan dari dogmatisme (agama), toleransi
dengan orang yang memiliki pandangan berbeda, sertamenimbulkan
kemandirian intelektual; pengkajian terhadap filsafat islam juga dapat
membawa perubahan keyakinan dan nilai nilai dasar seseorang, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi arah kehidupan yang lebih baik.

2. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia


2.1. Teori Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Setelah membahas secara tuntas ajaran dan filsafat islam, pembahasan


selanjutnya adalah bagaimana islam bisa masuk ke indonesia, sehingga islam bisa
banyak mempengaruhi kebudayaan kebudayaan di Indonesia. Berdasarkan data dari
sensus penduduk tahun 2010, menunjukkan bahwa 87,18% masyarakat Indonesia
atau kurang lebih berjumlah 207 juta jiwa adalah pemeluk agama islam 17 .
Walaupun seperti itu, Indonesia bukanlah negara berasaskan islam.

Terdapat banyak teori yang menjelaskan bagaimana islam bisa masuk ke


Indonesia, tetapi yang paling sering dibicarakan ada tiga teori. Ketiga teori inipun
sejatinya tidak membicarakan masuknya islam ke seluruh pulau di Indonesia,
melainkan hanya di pulau Sumatera dan pulau Jawa. Hal ini dikarenakan dua pulau
itulah yang menjadi gerbang masuk pertama agama islam di Indonesia. Ketiga teori
tersebut adalah

a. Teori Gujarat

Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Snouck Hugronje18, dalam


bukunya “L’arabie et les indes Neerlandaises” 19 . Ia menyatakan islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Ada tiga alasan mengapa ia yakin
bahwa islam masuk ke Indonesia lewat Gujarat, yakni tidakbanyak fakta yang
mengungkapkan peranan bangsa Arab terkait penyebaran islam ke Nusantara,
sudah la terjalin hubungan dagang antara Indonesia dan pedagang muslim
Gujarat (India), dan terdapat inkripsi tertua mengenai islam di Sumatera
sehingga memberi gambaran hubungan antara Sumatera dan Gujarat.

20
Teori Gujarat ini juga didukung oleh W.F Shutterheim yang
mengatakan bahwa islam masuk ke Indonesia pada up ke-13 dibuktikan oleh
nisan Sultan Malik As Saleh, Sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai yang
wafat pada tahun 1297

Tetapi dalam perkembangannya teori Gujarat ini banyak dibantah para


ahli. bukti bukti yang lebih kuat seperti berita dari Arab, Persia, dan Turki
menjadi slah satu alasannya.

17
Kumparan.com, Sejarah masuknya islam di Indonesia, diakses tanggal 13 Oktober 2019
m.kumparan.com/amp/muhammad-alief-raflie/sejarah-masuknya-islam-di-indonesia
18
Ia adalah seorang antropolog dan sejarawan asal Belanda
19
Sejarahlengkap.com, Sejarah Islam di Indonesia – Awal Masuk dan Perkembangannya, diakses
tanggal 13 oktober 2019 sejarahlengkap.com/agama/islam/sejarah-islam-di-indonesia/amp
20
Seorang arkeolog, sejarawan, dan pejabat pemerintahan di Hindia Belanda
b. Teori Mekkah (Arab)

Teori Mekkah ini menyatakan bahwa islam masuk ke Indonesia


langsung dari Mekkah atau Arab pada abad pertama hijriah (abad ke-7
masehi)21. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim
Amrullah22 ia menolak pendapat para sejarawan barat bahwa islam datang ke
Indonesia tidak dari Arab langsung. Tokoh lain yang mendukung teori ini
adalah J.C van Leur, dengan argumen bahwa pada yahun 674 M di tepi barat
Sumatera terdapat pemukiman islam. Sedangkan, teori yang menyatakan
bahwa islam masuk pada abad ke-13 dengan argumen adanya kerajaan
Samudera Pasai bukanlah sebagai awal masuknya islam, melainkan tahap
perkembangan islam di Indonesia.

c. Teori Persia

Pencetus dari teori ini adalah Hosein Djajadiningrat, sejarawan asal


Banten. Teori ini menyatakan bahwa islam masuk ke Indonesia dari daerah
Persia/Farsi (sekarang Iran). Argumen yang dinyatakan oleh teori ini adalah
karena adanya kesamaan budaya yang berkembang antara masyarakat islam
Persia dan Indonesia.

Pertama, adalah perayaan 10 Muharram yang dilakukan oleh kaum


syi’ah (yang banyak mendiami daerah Persia) untuk memperingati kematian
Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad. Perayaan 10 Muharram ini juga bisa
ditemui di daerah Pariaman, Sumatera Barat dengan nama tabuik/tabut.
Kedua, ada Syekh Siti Jenar di Jawa Tengah yang menyebarkan ajaran sufi
Al Hallaj dari Persia, ia pun akhirnya dijatuhi hukuman mati seperti
penganutnya yang lain di Persia karena ajaran ajaran sufi ini dianggap
bertentangan dari ketauhidan islam.

21
Kumparan.com, Sejarah masuknya islam di Indonesia, diakses tanggal 13 Oktober 2019
m.kumparan.com/amp/muhammad-alief-raflie/sejarah-masuknya-islam-di-indonesia

22
Lebih dikenal sebagai Hamka, ia adalah seorang ulama, penulis, dan sastrawan asal Sumater
Barat
Namun, teori ini tidak diterima oleh K.H. Saifuddin Zuhri23. Alasannya
adalah jika kita berpatokan pada masuknya agama Islam ke Indonesia pada
abad ke-7 M, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Ummayah.
Saat itu kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan
berada di tangan bangsa Arab, sedangkan pusat pemerintahan Islam berada di
daerah Makkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad, Jadi masih belum
memungkinkan bila Persia menduduki kepemimpinan dunia Islam.

2.2. Masuknya Islam ke Jawa dan Perkembangannya

Sebelum Islam masuk ke tanah Jawa, mayoritas penduduknya menganut


kepercayaan animisme dan dinamisme. Setelah datangnya agama hindu/buddha
maka kebudayaan di tanah Jawa juga dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu
dan Budha dari India. Seiring dengan berjalannya waktu, kemudian Islam masuk
ke Jawa melewati Gujarat, Persia, dan ada yang berpendapat langsung dibawa oleh
orang Arab.

Islam masuk ke pulau Jawa melalui pesisir utara, dibuktikan dengan


penemuan makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475
Hijriah (1082 Masehi) di Leran, Gresik. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan
makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal
pada tahun 822 H (1419 Masehi). Menjorok ke selatan, di Mojokerto juga
ditemukan ratusan makam Islam kuno. Makam tertua adalah tahun 374 M.
Diperkirakan makam makam ini adalah makam keluarga istana Majapahit24

Pada perkembangan selanjutnya, penyebaran agama Islam di tanah Jawa


dilakukan oleh Walisongo (9 wali)25. Kesembilan Wali tersebut adalah Maulana
Malik Ibrahin (Sunan Gresik), Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan
Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Dranat, dan Sunn Gunung Jati. Salah
satu cara penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para Wali tersebut ialah

23
Mantan menteri agama republik Indonesia pada masa Ir. Soekarno
24
Id.islamic-sources.com, Sejarah Awal Masuknya Islam ke Tanah Jawa, diakses tanggal 13
oktober 2019 http://www.id.islamic-sources.com/article/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-
tanah-jawa/)
25
Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah
dengan cara mendakwah. Penyebaran Islam melalui dakwah ini dilakukan dengan
cara para ulama mendatangi masyarakat (sebagai objek dakwah), dengan
menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu
menggunakan jenis budaya setempat yang disisipi dengan ajaran Islam di
dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan berbagai pondok
pesantren sebagai instansi pendidikan Islam.

Sebagai puncak perjuangan para Walisongo menyebarkan agama islam di


tanah Jawa. Pada abad ke-15 Masehi berdiri kerajaan islam pertama di pulau Jawa
yakni kerajaan Demak. Raja pertama kerajaan Demak adalah Raden Fatah yang
bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Raden Fatah memerintah selama 18 tahun,
mulai dari 1500 Masehi sampai 1518 Masehi. Berdasarkan cerita rakyat Jawa
Timur, Raden Fatah ini adalah keturunan terakhir dari Raja Brawijaya V dari
kerajaan Majapahit.

Di masa pemerintahan Raden Fatah, kerajaan Demak berkembang dengan


baik. Demak juga menjadi kerajaan Maritim karena letaknya ada di jalur
perdagangan selat Malaka dan Maluku, yang saat itu sedang ramai ramainya bangsa
Eropa berlayar untuk mencari rempah rempah. Kerajaan Demak juga dikenal
sebagai kerajaan agraris-maritim. Banyak barang yang diekspor oleh kerajaan
Demak, seperti beras, lilin, dan juga madu.

3. Pengaruh Ajaran dan Filsafat Islam Pada Kebudayaan Jawa


3.1.Masyarakat Jawa Sebelum Islam Datang

Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya. Tradisi
dan budaya Jawa hingga akhir-akhir ini masih mendominasi tradisi dan budaya
nasional di Indonesia. Di antara faktor penyebabnya adalah begitu banyaknya orang
Jawa di Indonesia, melebihi 40% dari total penduduk Indonesia. Nama-nama Jawa
pun sudah sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia, begitu pula jargon atau
istilah istilah Jawa. Hal ini membuktikan bahwa tradisi dan budaya Jawa cukup
memberi warna dalam berbagai permasalahan bangsa dan negara di Indonesia.
Situasi kehidupan “religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum datangnya
Islam sangatlah heterogen. Mulai dari Hindu dan Buddha, sampai animisme dan
dinamisme yang telah dipeluk masyarakat Jawa pada masa pra-sejarah. Pandangan
hidup orang Jawa pada masa itu adalah mengarah pada pembentukan kesatuan
numinous antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati (supranatural) yang
dianggap keramat. Di samping itu, mereka meyakini adanya kekuatan magis dalam
keris, tombak, dan senjata lainnya. Benda-benda yang dianggap keramat dan
memiliki kekuatan magis ini selanjutnya dipuja, dihormati, dan mendapat perlakuan
istimewa.

Sebelum datangnya islam, masyarakat Jawa sudah memiliki ajaran ajaran


hidup seperti yang dituangkan dalam abjad/alfabet Jawa HANACARAKA yang
memiliki makna filosofis yakni, Ha : Hurip, Hidup; Na : Hana, Ada; Ca : Cipta,
Pikiran; Ra : Rasa, Perasaan; dan Ka : Karsa, Kehendak26, sehingga bisa dikatakan
bahwa hidup ini manusia harus ada/memiliki pikiran, perasaan, dan kehendak.

3.2. Akulturasi Budaya Islam – Jawa Ditinjau dari Aspek Filsafat

Keyakinan dan kepercayaan merupakan aspek dasar dalam setiap agama.


Oleh karena itu, masing masing agama berusaha memurnikannya agar tidak
bercampur dengan ajaran ajaran lain. Dalam agama Islam masalah tersebut adalah
wilayahnya akidah dan keimanan sehingga kita kenal adanya konsep rukun iman
dan rukun Islam. Sementara itu dalam budaya Jawa pra Islam yang lebih merupakan
asimilasi dari kepercayaan Hindu-Budha, orang-orang Jawa Hindu memaknai
adanya dewa dewa seperti dewa brahmana, Wisnu, Siwa dan dewa-dewa yang lain.
Adanya kepercayaan terhadap upaya sufi/penyucian diri seperti kehidupan para
resi, samsara, moksa, karma. Sedangkan dalam paham Budha dikenal adanya
kasunyatan, dukha, samudaya, nirodha, marga serta konsep mencapai Nirwana27.

26
Ciptoprawiro, Abdullah, 1986, Filsafat Jawa, Jakarta, Balai Pustaka
27
Ciptoprawiro, Abdullah, 1986, Filsafat Jawa, Jakarta, Balai Pustaka
Kepercayaan-kepercayaan dari agama Hindu, Budha maupun kepercayaan
dinamisme-animisme itulah yang dalam perkembangan berikutnya secara perlaham
dipengaruhi oleh agama Islam, seperti pada istilah istilah akidah kejawen : Hyang
Maha Agung (Allahu Akbar) dan Gusti kang murbeng Dumadi (al-Khaliq). Agama
Islam mengajarkan ibadah-ibadah yang berdimensi ritualistik yakni berbagai
bentuk ibadah sebagai penjabaran konsep rukun Islam dan rukun iman. Bila kita
melihat akulturasi antara islam dan Jawa ini dalam aspek filsafat, maka
pembagiannya adalah sebagai berikut

a. Aspek Ontologi

Ontologi merupakan salah satu di antara ruang lingkup penyelidikan


kefilsafatan yang paling kuno. Sejak dulu, filsuf barat berusaha untuk
mengembangkan perenungan ontologis, sebagaimana Thales ketika ia
merenungkan dan mencari apa sesungguhnya hakikat ”yang ada” (being)
itu, yang pada akhirnya ia berkesimpulan, bahwa asal usul dari segala
sesuatu (yang ada) itu adalah air28

Maka, bila dilihat dari aspek ontologi, akulturasi budaya Islam –


Jawa pada hakikatnya adalah suatu proses sosial yang timbul manakala
agama Islam dengan kebudayaan Jawa dihadapkan dengan saling
mempengaruhi satu sama lain. Sehingga kedua kebudayaan itu lambat laun
diterima secara bersamaan dan diolah ke dalam kebudayaan baru tanpa
menyebabkan hilangnya unsur pokok dari salah satu kebudayaan.

b. Aspek Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang bertujuan untuk


menemukan makna dari pengetahuan, dan menyebutnya 'awal yang

28
Uin.malang.ac.id, Ontologi, diakses 14 Oktober 2019 https://www.uin-
malang.ac.id/r/131101/ontologi.html
sesungguhnya' dari filsafat 29 . Epistemologi juga bisa disebut sebagai
sumber datangnya sebuah ilmu pengetahuan.

Dalam membahas akulturasi budaya Islam – Jawa, pasti keduanya


memiliki sumber yang berbeda. Islam bersumber dari firman Allah SWT
yang tertulis di dalam kitab suci Al quran. Sedangkan kebudayaan Jawa
merupakan hasil ciptaan dari pemikiran manusia. Jadi dapat dikatakan,
menyatuka/menyelaraskan dua hal yang dari sumbernya saja sudah berbeda
adalah hal yang luar biasa.

c. Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin di capai oleh
aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu
pengetahuan.

Manfaat akulturasi kebudayaan Islam – Jawa yang dapat kita


rasakan yaitu dapat melahirkan gagasan gagasan baru bagi perkembangan
bagi seluruh masyarakat dengan budaya yang baru tetapi tidak
menghilangkan budaya lama. Seperti contohnya dalam tradisi wayang kulit
yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Ia memperkenalkan wayang kulit
yang lebih “islami” dengan menggunakannya sebagai media dakwah. Hal
ini bisa bermanfaat dalam penyebaran agama islam menjadi lebih cepat dan
efektif, juga bermanfaat bagi masyarakat Jawa agar tidak kehilangan
identitas asalnya sebagai orang Jawa.

3.3. Contoh Contoh Tradisi Jawa yang Dipengaruhi Islam

Upaya penyelarasan model dakwah dan konsep penyebaran Islam itu


semakin ditegaskan saat ini dengan istilah “Pribumisasi Islam”. Istilah ini adalah

29
Wikipedia.org, Epistemologi, diakses tanggal 14 Oktober 2019
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Epistemologi
sebuah konsep yang digagas oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun
1980-an30. Konsep ini mencoba menyelaraskan ajaran Islam yang bersifat normatif
dan berasal dari Tuhan dengan kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa
menghilangkan identitas masing-masing. Dengan begitu, keduanya akan
memberikan memberi corak keunikannya masing masing. Konsep ini berupaya
untuk menghindari timbulnya konflik dengan kebudayaan setempat, sehingga
budaya tersebut tidak hilang, bahkan sebagai sarana dan wadah untuk Islamisasi.
Upacara adat Jawa yang meliputi kehidupan manusia mulai dari dalam rahim
sampai meninggal pun turut dipengaruhi oleh nilai nilai islam di dalamnya seperti.

a. Tingkeban/Mitoni

Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi


31
selametan dalam masyarakat Jawa, disebut juga mitoni yang
berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Seperti
namanya, tingkeban/mitoni dilakukan pada usia kehamilan tujuh
bulan. Tingkeban hanya dilakukan bila anak yang dikandung adalah
kehamilan pertama kali bagi si ibu, si ayah, atau keduanya.

Tradisi Mitoni atau Tingkeban yang sering dijumpai di dalam


masyarakat adalah tradisi yang berasal dari agama Hindu, yaitu
dalam Kitab Hindu Upadesa32. Di dalam kitab ini, disebutkan bahwa
Telonan, Mitoni, dan Tingkeban dilakukan untuk memohon
keselamatan anak yang ada di dalam rahim.

Seiring dengan masuknya agama islam upacara ini tidak


serta merta dihilangkan, tetapi disisipi dengan ajaran ajaran islam.
Sperti yang tertera dalam surat Al-A’raf ayat 189 yang Artinya: “Dia

30
iain-surakarta.ac.id, Islam dan Budaya Jawa, diakses tanggal 14 Oktober 2019 http://www.iain-
surakarta.ac.id/?p=1988://
31
Syukuran
32
Wikipedia.org, Tingkeban, diakses tanggal 13 Oktober 2019
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tingkeban
lah dzat yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu dan
darinya Dia ciptakan istrinya agar ia merasa senang kepadanya.
Maka ketika ia telah mencampurinya, sang istri mengandung
dengan kandungan yang ringan dan teruslah ia dengan kandungan
ringan itu. Lalu ketika ia merasa berat kandungannya keduanya
berdoa kepada Allah Tuhannya, “Apabila Engkau beri kami anak
yang saleh maka pastilah kami termasuk orang-orang yang
bersyukur.”

Ayat di atas bercerita tentang Nabi Adam dan Siti Hawa


sebagai pasangan suami istri. Imam Al-Baghawi 33 dalam kitab
tafsirnya Ma’alimut Tanzil, menceritakan tentang masa-masa awal
kandungan Siti Hawa yang merasakan kandungannya sebagai
sesuatu yang ringan, tidak merasa keberatan. Ia berdiri dan duduk
seperti biasanya. Namun, ketika anak di dalam rahimnya kian
membesar ibu Hawa merasakan kandungannya makin berat. Maka

kemudian Nabi Adam dan istrinya berdoa memohon kepada Allah


agar diberi seorang anak yang saleh sempurna sebagaimana
dirinya34.

Gambar 1 adat tingkeban

b. Sepasaran

33
Seorang ulama ahli tafsir dan hadist dari mazhab syafi'i
34
Islam.nu.or.id, Budaya Selametan Kehamilan dalam Pandangan Islam, diakses tanggal 15
oktober 2019 https://islam.nu.or.id/post/read/87463/budaya-selamatan-kehamilan-dalam-
pandangan-islam
Acara sepasaran dilaksanakan setelah bayi berusia lima hari.
Pada upacara ini, orang tua akan menyiapkan acara syukuran dan
jamuan makan bersama alias kenduri. Biasanya nama bayi juga
diumumkan dalam acara ini. Semua tamu undangan yang hadir akan
mendoakan bayi yang telah dilahirkan.

Rangkaian selanjutnya adalah brokohan berasal dari kata


‘Barakah’ yang artinya ‘Berkah’. Pada acara ini dilaksanakan doa
untuk memohon berkah atas keselamatan dan kelahiran bayi.
Setelah usia bayi tujuh hari, orang tua biasanya mengadakan acara
Aqiqah. Acara ini adalah percampuran adat Jawa dengan agama
Islam, pada saat islam belum masuk ke dalam masyarakat Jawa
upacara aqaiqah ini tidak dilaksanakan. Bentuk dari upacata ini
adalah dengan menyembelih kambing. Jikalau anaknya perempuan,
kambing yang disembelih hanya satu ekor sedangkan anak laki-laki
yang disembelih ada dua ekor.

Gambar 2 upacara sepasaran

c. Mantenan

Sebagai pembuka dari upacara adat mantenan, keluarga


kedua mempelai harus menjalani prosesi pasang tarub, bleketepe,
dan tuwuhuan. Upacara ini lah yang mengawali setiap pernikahan
adat Jawa. Setiap prosesi ini tentu saja sarat dengan
makna. Tarub yang dipasang di pagar atau pintu masuk
melambangkan atap atau peneduh rumah. Pemasangan tarub ini
dibarengi dengan pemasang bleketepe sebagai penanda bahwa
rumah sedang melakukan acara pernikahan. Tuwuhan dipasang di
kiri dan kanan gerbang, isinya adalah tumbuh-tumbuhan. Salah satu
yang wajib ada adalah pisang raja, kelapa muda, batang padi, dan
janur. Pemasangan bleketepe, tarub, dan tuwuhan ini berisi harapan
pada pasangan yang akan segera menikah.

Prosesi selanjutnya dalam pernikahan adat Jawa adalah


Sungkeman. Yang merupakan prosesi yang bukan hanya ada di
prosesi pernikahan saja, melainkan di upacara adat Jawa yang lain.
Karena, Sungekeman ini adalah bukti penghormatan kepada orang
tua dan sesepuh. Prosesi ini biasanya terasa lebih intim karena sang
calon mempelai akan meminta maaf dan meminta izin untuk segera
menjalani kehidupan baru.

Setelah melakukan sungkeman kedua mempelai segera


melakukan prosesi Siraman yang dimaknai sebagai penyucian diri
atau membersihkan diri sebelum upacara sakral ijab qabul. Prosesi
siraman ini akan dilakukan oleh kedua orang tua disambung oleh
kerabat dekat seperti kakek-nenek, pakde-bude, dan orang yang
dituakan. Biasanya ada 7 orang yang akan menyiramkan air kepada
kedua mempelai. Orang orang yang berhak menyiram pasangan
pengantin ini adalah orang yang sudah menikah, hal ini bertujuan
meminta berkah dan doa pada pernikahan.

Setelah acara siraman berakhir, prosesi selanjutnya adalah


kedua orang tua mempelai akan berjualan dawet atau disebut
dengan dodol dawet. Ibu dari calon pengantin akan berjualan sambil
dipayungi sang suami. Dodol dawet ini mempunyai arti kebulatan
kehendak orang tua untuk melepaskan anaknya, menempuh hidup
baru. Tamu yang ingin membeli dawet ini harus membayar dengan
uang kreweng yang terbuat dari tanah liat. Kreweng ini menunjukan
kehidupan manusia yang berasal dari tanah dan akan kembali kepada
tanah. Selama prosesi dodol dawet ini berlangsung, sang ibu akan
melayani pembeli dan ayah yang akan menerima pembayarannya.
Hal ini memiliki arti mengajarkan calon pengantin untuk mencari
nafkah dan saling membantu dalam kehidupan rumah tangga kelak.

Acara pranikah adat Jawa yang selanjutnya adalah ritual


midodareni. Prosesi ini dilakukan oleh calon mempelai wanita. Ia
akan berdiam diri di dalam kamar sejak pukul 18.00-24.00, biasanya
sang mempelai dirias dengan riasan sederhana saja. Calon pengantin
wanita ini akan ditemani ibu dan kerabat dekat yang semuanya
wanita. Pada malam ini juga, ayah dari mempelai wanita akan
menanyaka bagaimana kesiapan dan kemantapan hati putrinya
untuk berumah tangga. Pada prosesi midodareni ini calon pengantin
pria akan datang ke rumah sang calon pengantin wanita, dengan
membawa berbagai seserahan yang berupa barang barang.

Prosesi inti dari mantenan ini adalah Ijab kabul adalah


prosesi dimana wali mempelai wanita mengucapkam kalimat akad
untuk menikahkan putrinya kepada sang calon mempelai pria.
Orang tua mempelai wanita melepaskan putrinya untuk dinikahi
oleh seorang pria, dan mempelai pria menerima mempelai wanita
untuk dinikahi. Ijab kabul merupakan ucapan sepakat antara kedua
belah pihak 35 prosesi inilah yang merupakan bagian dari ajaran
islam. Dalam adat Jawa, setelah ijab kabul masih ada rangkaian

35
Wikipedia.org, Ijab Qabul, diakses tanggal 14 Oktober 2019
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ijab_kabul
upacara yang lain seperti balang gantal, ngidhak endhog, sindur,
dan kacar kucur

Gambar 3 Mantenan adat Jawa

d. Tahlilan

Kata tahlilan berasal dari bahasa Arab ‘Tahlil’ yang


memiliki makna berdzikir dan mengucap kalimat tauhid la ilahaa
illallah (tiada Tuhan selain Allah). Tahlilan adalah
ritual selametan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan
di Indonesia dan kemungkinan di Malaysia36, untuk memperingati
dan mendoakan orang yang telah meninggal yang dilakukan pada
hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya
dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya. Ada pula yang melakukan tahlilan pada hari
ke-1000.

Ritual tahlilan ini baru dipraktikkan pada abad abad awal


masuknya islam pada masyarakat Indonesia (khususnya Jawa),
tetapi tidak dapat meninggalkan kebiasaan mereka yang lama. Oleh
para Walisongo pada waktu itu, ritual yang lama diubah menjadi
ritual yang bernafaskan Islam, sehingga terciptalah ritual tahlilan

36
Wikipedia.org, Tahlilan, diakses 14 Oktober 2019 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tahlilan
ini. Di Indonesia, sampai saat ini tahlilan masih menjadi budaya
yang selalu dijalankan oleh masyarakat.

Gambar 4 tahlilan

3.4. Penerapan Budaya akulturasi Islam – Jawa di Masa Kini

Sampai saat ini masih banyak masyarakat Jawa yang mempertahankan


kebudayaannya, karena masyarakat suku Jawa memiliki nilai moral untuk
menjunjung tinggi nilai nilai luhur kebudayaannya. Salah satu bentuk akulturasi
Islam – Jawa yang masih dilaksanakan sampai saat ini adalah upacara sekaten.

Kebanyakan ahli bersepakat bahwa nama "sekaten" adalah adaptasi dari


istilah bahasa Arab, syahadatain, yang berarti "persaksian (syahadat) yang dua".
Perluasan makna dari sekaten dapat dikaitkan dengan
istilah Sahutain (menghentikan atau menghindari perkara dua, yakni sifat lacur dan
menyeleweng), Sakhatain (menghilangkan perkara dua, yaitu watak hewan dan
sifat setan), Sakhotain (menanamkan perkara dua, yaitu selalu memelihara budi
suci atau budi luhur dan selalu menghambakan diri pada Tuhan), Sekati (setimbang,
orang hidup harus bisa menimbang atau menilai hal-hal yang baik dan buruk,
dan Sekat (batas, orang hidup harus membatasi diri untuk tidak berbuat jahat serta
tahu batas-batas kebaikan dan kejahatan37

Sekaten adalah rangkaian kegiatan tahunan sebagai peringatan ulang tahun


Nabi Muhammad yang diadakan oleh keraton Surakarta dan Yogyakarta.
Rangkaian perayaan secara resmi berlangsung dari tanggal 5 sampai 12 Mulud38 .
Beberapa acara penting perayaan ini adalah dimainkannya gamelan pusaka di
halaman Masjid Agung masing masing keraton, pembacaan riwayat hidup Nabi
Muhammad serta rangkaian pengajian di serambi Masjid Agung dan,

37
Handipaningrat, KRT. H. Perayaan Sekaten. Surakarta: Kapustakan Sono Pustoko Karaton
Surakarta. Hal. 3.
38
Salah satu bulan pada sistem penanggalan Jawa, atau rabiul awal pada sistem penanggalan
hijriyah
puncaknya, Garebeg Mulud sebagai bentuk syukur pihak istana dengan keluarnya
sejumlah gunungan yang terbuat dari berbagai hasil pertanian untuk diperebutkan
oleh masyarakat.

Selain sekaten, masih banyak lagi kebudayaan hasil akulturasi dari Islam –
Jawa yang masih dipertahankan hingga sekrang. Seperti tingkeban/mitoni,
sepasaran, selapanan, sunatan, mantenan, tahlilan, maupun hasil akukturasi
lainnya.
BAB III

KESIMPULAN

Dari penjelasan yang sudah dipaparkan di atas, kita dapat mengambil


kesimpulan bahwa filsafat islam dan filsafat barat memiliki banyak kesamaan tetapi
juga mempunyai berbagai perbedaan. Filsafat islam memiliki cabang yang disebut
dengan ilmu kalam. Dalam ilmu kalam ini muncul berbagai aliran aliran yang
membuat islam beragam, mulai dari Murjiah, Qadariyah, Jabariyah, Syi'ah dan lain
sebagainya.

Jalan masuknya agama islam ke Indonesia juga memiliki banyak versi.


Mulai dari teori Gujarat, teori Mekkah dan teori Persia. Bila kita berfokus pada
penyebaran islam di pulau Jawa, maka yang paling berjasa adalah Walisongo yang
menyebarkan islam melalui akulturasi dengan budaya Jawa. Mulai dari Maulana
Malik Ibrahim yang menyebarkan islam di Gresik sampai Sunan Gunung Jati di
Cirebon.

Akulturasi islam – Jawa juga sudah menguasai banyak lini di kehidupan


masyarakat. Mulai dari manusia masih dalam kandungan lewat upacara tingkeban,
kemudian saat manusia lahir di bumi disambit dengan uoacara sepasaram dan
akikah, kemudian ada rangkaian pernikahan adat Jawa yang memiliki proses
panjang, dan saat manusia meninggal diantar oleh tahlilan selama beberapa hari.
Sampai hari ini masih banyak tradisi akulturasi islam – jawa ini yang dioertahankan
dan terus dijalankan, seperti sekaten yang diadakan oleh Keraton Yogyakarta dan
Keraton Surakarta.
Daftar Pustaka

1. Wikipedia.org, islam, diakses tanggal 10 Oktober 2019


https://id.m.wikipedia.org/wiki/islam
2. Tim Redaksi, 2008, Ensiklopedi Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve.
3. Academia.edu, sejarah dan perkembangan filsafat islam, diakses tanggal 10
Oktober 2019
https://www.academia.edu/19486159/SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN
_FILSAFAT_ISLAM
4. Kompasiana.com, makna dan konsep filsafat dalam islam, diakses 12 Oktober
2019
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/http.vieerum.com
/makna-dan-konsep-filsafat-dalam-islam_552a4e616ea834550c552d19
5. Republika.co.id, Filsafat Menurut Al Kindi, diakses pada 13 Oktober 2019
m.republika.co.id/amp/p04tij313
6. Academia.edu, pengantar sejarah munculnya ilmu kalam menurut buku ilmu
kalam karya prof. Abdul rozak dan prof. Rosihon anwar, diakses tanggal 12
Oktober 2019
https://www.academia.edu/37618982/Pengantar_Sejarah_Kemunculan
_Ilmu_Kalam_Menurut_Buku_Ilmu_Kalam_Karya_Prof._Abdul_Rozak_Dan
_Prof._Rosihon_Anwar
7. Academia.edu, sejarah dan perkembangan filsafat islam, diakses tanggal 10
Oktober 2019
https://www.academia.edu/19486159/SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN
_FILSAFAT_ISLAM
8. Hijran1.wordpress.com, Filsafat Barat vs Filsafat Islam, diakses tanggal 13
oktober 2019 hijran1.wordpress.com/2015/12/05/filsafat-barat-vs-filsafat-
islam/amp/
9. Kumparan.com, Sejarah masuknya islam di Indonesia, diakses tanggal 13
Oktober 2019 m.kumparan.com/amp/muhammad-alief-raflie/sejarah-
masuknya-islam-di-indonesia
10. Sejarahlengkap.com, Sejarah Islam di Indonesia – Awal Masuk dan
Perkembangannya, diakses tanggal 13 oktober 2019
sejarahlengkap.com/agama/islam/sejarah-islam-di-indonesia/amp
11. Kumparan.com, Sejarah masuknya islam di Indonesia, diakses tanggal 13
Oktober 2019 m.kumparan.com/amp/muhammad-alief-raflie/sejarah-
masuknya-islam-di-indonesia
12. Id.islamic-sources.com, Sejarah Awal Masuknya Islam ke Tanah Jawa,
diakses tanggal 13 oktober 2019 http://www.id.islamic-
sources.com/article/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-tanah-jawa/)
13. Ciptoprawiro, Abdullah, 1986, Filsafat Jawa, Jakarta, Balai Pustaka
14. Uin-malang.ac.id, Ontologi, diakses 14 Oktober 2019 https://www.uin-
malang.ac.id/r/131101/ontologi.html
15. Wikipedia.org, Epistemologi, diakses tanggal 14 Oktober 2019
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Epistemologi
16. iain-surakarta.ac.id, Islam dan Budaya Jawa, diakses tanggal 14 Oktober
2019 http://www.iain-surakarta.ac.id/?p=1988://
17. Wikipedia.org, Tingkeban, diakses tanggal 13 Oktober 2019
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tingkeban
18. Islam.nu.or.id, Budaya Selametan Kehamilan dalam Pandangan Islam,
diakses tanggal 15 oktober 2019
https://islam.nu.or.id/post/read/87463/budaya-selamatan-kehamilan-dalam-
pandangan-islam
19. Wikipedia.org, Ijab Qabul, diakses tanggal 14 Oktober 2019
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ijab_kabul
20. Wikipedia.org, Tahlilan, diakses 14 Oktober 2019
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tahlilan
21. Handipaningrat, KRT. H. Perayaan Sekaten. Surakarta: Kapustakan Sono
Pustoko Karaton Surakarta. Hal. 3.

Anda mungkin juga menyukai