LATAR BELAKANG
Filsafat pendidikan dipandang sebagai pembahasan yang sistematis tentang
masalah-masalah pendidikan pada tingkatan filosofis yaitu menyelidiki suatu persoalan
pendidikan hingga direduksi kedalam pokok persoalan metafisika, epistemologi, etika,
logika, estetika maupun dari kombinasi dari semuanya itu.
Dalam pembahasan filsafat pendidikan, persoalan-persoalan tersebut dapat
disederhanakan kedalam ketiga persoalan pokok yaitu :
1. Masalah-masalah pendidikan Islam yang menjadi perhatian metafisika atau ontologi
bahwa dalam penyelenggara pendidikan Islam diperlukan pendirian mengenai
pandangan dunia, manusia atau masyarakat yang bagimanakah yang diperlukan oleh
pendidikan Islam.
2. Pandangan mengenai pengetahuan yang dipelajari oleh epistemologi, antara lain dalam
penyusunan dasar-dasar kurikulum, terutama dalam usahanya mengenai dan
memahami hakikat pengetahuan menurut pandangan Islam.
3. Pandangan mengenai nilai yang dipelajari oleh aksiologi, seperti masalah etika yang
mempelajari tentang kebaikan ditinjau dari kesusilaan, sangat dekat dengan pendidikan
Islam, karena kebaikan budi pekerti manusia menjadi sasaran utama pendidikan Islam
dan karenanya selalu dipertimbangkan dalam perumusan tujuan pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PERIODE PERTMBUHAN
Masa ini merupakan masa awal pertumbuhan dan persemaian nilai-nilai ke-
islam-an, dimana karakteristik pendidikan islam berpusat pada sumber al-qur’an dan
hadis secara murni. Ketika nabi muhammad SAW. Masih hidup, praktik pendidikan
islam mengikuti tuntunan firman Allah SWT. Dan teladan beliau. Tujuan pendidikan
islam waktu itu adalah untuk membentuk sikap takwa serta penanaman nilai akhlak
mulia. Pada saat ini, pendidikan islam belum terwujud dalam bentuk konsep dan
pemikiran yang tertuang dalam karya tulis atau disiplin ilmu secara spesifik, namun
praktik pendidikan yang dilakukan oleh nabi muhammad Saw. Baik keluarga maupun
masyarakat, menunjukkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip pendidikan yang terus
menerus menjadi sumber inspirasi untuk dipelajari.
Setelah wafatnya nabi muhammad SAW., tampuk kepemimpinan umat dipegang
oleh khulafa’ al-rasyidin. Abu bakar (632-634 M) merupakan halifa pertama yang
melakukan konsolidasi kekuasaan terhadap semenanjung arabia hingga masuk ke irak
dan syria. Khalifah ke dua, umar bin al-khattab (634-644 M) melanjutkan
perkembangan islam sampai ke mesopotamia, mesir, syria, palestina, dan sebagian
besar wilayah persia, tabristan, azerbaijan, armenia, serta beberapa bagian wilayah
turki.
Usman bin Affan (644-656 M), merupakan khalifah ke tiga dengan latar belakang
pedagang kaya dan termasuk diantara mereka yang pertama kali masuk islam. Ali bin
abi talib (656-661 M), keponakan dan menantu nabi muhammad Saw., merupakan
khalifah ke empat yang populer dengan ketakwaan, keluasan pengetahuan, keberanian,
dan kedekatannya dengan nabi muhammad saw. [4]
2. PERIODE KEJAYAAN
Masa pertumbuhan diatas menuai hasilnya terutama pada masa khalifah
abbasiyah yang merupakan masa kedua, yaitu peride kejayaan. Pada masa ini islam
mengalami masa keemasan (golden ages).
Dubidang keilmuan, ilmu-ilmu ke-islam-an yang bersumber dari wahyu tumbuh
menjadi disiplin ilmu-ilmu agama yang sangat rinci sehingga menjadi ilmu-ilmu cabang
dan raningna. Munculnya ilmu-ilmu al-Quran, ilmu-ilmu hadis, hukum islam, teologi,
tasawuf, dan lain-lain, benar-benar menandai bangkitnya ilmu pengetahuan dikalangan
umat islam.
Pada masa keemasan ini banyak bermunculan para tokoh dan cendekiawan
muslim yang produktif dalam keilmuan. Dapat disebutkan sebagian kecil dari tokoh
yang kajiannya terkait langsung dengan pendidikan adalah ibnu miskawaih dan al-
ghazali.
Menurut ibnu miskawaih, syariat agama merupakan faktor penentu bagi
lurusnya karakter manusia, karena rujukan utamanya adalah al-qur’an dan hadis.
Dalam bidang astronomi, umat islam dahulu telah berhasil memadukan tradisi
bangsa india, persia, timur dekat kuno khususnya yunani, menjadi sebuah sintesis yang
mengukur babak baru dalam sejarah astronomi sejak abad ke-8 dan seterusnya. Di
bidang kelembagaan, lembaga pendidikan yang ada pad periode kemajuan ini juga
bersifat integral, artinya tidak hanya mengembangkan ilmu-ilmu agama saja melainkan
menyatu dengan ilmu-ilmu umum yang kita sebut sekarang dengan ilmu modern.
Kegemilangan masa abbasiyah mulai menurun seiring dengan munculnya konflik
politik, perebutan kekuasaan, gaya hidup mewah para penguasa, dan krisis ekonomi
umat, sehingga memperlemah kemajuan yang telah dicapai selama kurang lebig 5 abad
sebelumnya.
3. PERIODE KEMUNDURAN
Masa kemunduran terjadi setelah jatuhnya kekuasaan abbasiyah akibat berbagai
faktor yang saling berkaitan. Diantaranya adalah:
a. Persaingan antar bangsa
b. Kemerosotan ekonomi
c. Konflik sosial-keagamaan
d. Ancaman dari luar[5]
4. PERIODE PEMBARUAN
Pembaruan pemikiran pendidikan islam sebenarnya telah dilakukan para ulama
dan cendekiawan muslim terdahulu, tanpa dibatasi oleh periode terdahulu, tanpa
dibatasi oleh periode tertentu.
Bila dicermati, kondisi umat dan negara-negara islam saat ini masih dilanda oleh
ketegangan politik, masalah kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dibidang sains dan
teknologi, sekteranianisme, serta ketergantungan dengan negara asing, maka gerakan
pembaruan ini harus dilakukan secara intensif.
KESIMPULAN
Terkait dengnan perkembangan pemikiran umumnya dan perkembangan islam
khususnya, dapat dikemukakan periodisasi sebagai berikut: 1) periode pertumbuhan
(rise) yang terjadi pada awal kemunculan islam sejak lahirnya nabi muhammad SAW.
Sampai akhir masa umayah; 2) periode kemajuan (peak) yang berlangsung pada masa
khilafah abbasiyah; dan 3) periode kemunduran (decline) yang terjadi setelah jatuhnya
kota baghdad oleh tentara tartar pada 1258 M; serta 4) periode pembaruan yang
berkembang secara intensifsejak abad ke-18 M..
Sistem pemikiran filsafat tersebut jika dikaitkan dengan pendidikan, maka :
1. lapangan metafisika, diperlukan adanya pendirian mengenai pandangan dunia yang
bagaimanakah yang diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan.
2. Dalam lapangan epistemology, diperlukan dalam penyusunan dasar-dasar kurikulum.
3. Dalam lapangan aksiologi, yakni mempelajari nilai-nilai, juga sangat dekat dengan
pendidikan, yang selalu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan, karena
dunia nilai (etika dan estetika) juga menjadi dasar pendidikan, yang selalu
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan.
4. Dalam lapangan logika, sebagai cabang filsafat yang meletakkan landasan mengenai
ajaran berpikir yang benar dan valid, sangat diperlukan dalam pendidikan kecerdasan.
DAFTAR PUSTAKA
Assegat Assegat, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011,
Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013
Mustansyir Rizal Dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Celeban Timur: Pustaka
Pelajar,2002,
Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara,
2007,