Anda di halaman 1dari 13

The Integration of Knowledge

in Islamic Perspective
CAN ISLAM DOMINATE THE NOBEL PRIZE WINNER?
Pemenang nobel didominasi oleh ilmuwan dengan latar belakang Kristen dan Yahudi. Dunia Islam “hanya” menyumbang
1,3% pemenang. Pemenang nobel berasal dari negara-negara yang mewakili peradaban dan tradisi barat/kristiani (bukan
tradisi dan peradaban timur/islami)

Pertanyaan : Apakah ada peluang bagi dunia islam untuk menyumbang “lebih” kepada ilmu pengetahuan?

NOBEL PRIZE WINNERS (1901 – 2021) – FACTS & NUMBERS


According to
Mustafa Akyol (2021), Pemenang Nobel berdasarkan agama
the relative lack of
Muslim Nobel laureates 68,3%
in sciences per capita
can be attributed to
more insular 20,8%
interpretations of the
religion than in the
golden age of Islamic
1,3%
discovery and
development, when 0,8%
Islamic society and
intellectuals were more
open to foreign ideas. 0,4%
Historical & Future Road Map of Islamic Civilization

tauhid
Syi’ar Faktor eksternal
Kemajuan eropa Ilmu agama

Era
integrasi
disintegrasi
agama
dan sains
ekspansi
Sains & tech
Faktor internal
picik
Open mind

Abad 9 Abad 21
Pemikiran-pemikiran Ismail Raji al-Faruqi

3 Islamisasi sains adalah upaya mengislamkan


1 Konsep tentang “Islamisasi sains modern” yang 2 Ismail Raji al-Faruqi menyatakan
bahwa latar belakang munculnya disiplin-disiplin ilmu modern dalam wawasan Islam.
digalakkan oleh sejumlah ilmuwan Muslim, seperti
Syed Mohammad Naquib al-Attas, Ismail Raji al- ide Islamisasi ilmu disebabkan Dengan kata lain, para cedekiawan Islamharus
Faruqi, Osman Bakar, dan Ziauddin Sardar. oleh kemunduran umat Islam meletakkan upaya integrasi pengetahuan-
Islamisasi Sains modern merupakan proses dalam berbagai aspek pengetahuan modern ke dalam keutuhan
integrasi antara sains dan agama, dalam hal ini kehidupan, sebagaimana yang warisan Islam dengan melakukan eliminasi,
adalah agama Islam tertulis dalam bukunya: “Dunia perubahan, penafsiran kembali, dan
ummah Islam pada saat ini penyesuaian terhadap komponen-komponennya
berada di anak tangga bangsa- sebagai islam world view serta menetapkan
nilai-nilainya.
4 Pada tataran praktisnya, upaya Islamisasi bangsa terbawah.
sains ini mesti dibuktikan dengan
menghasilkan text book di perguruan tinggi
5 Melalui Islamisasi ilmu pengetahuan, 6 Tauhid sebagai pandangan dunia
dan sekolah-sekolah dengan menuangkan umat Islam akan terbebaskan dari Islam menjadi dasar atau fundamen
kembali disiplin ilmu modern (khazanah belenggu hal-hal yang bertentangan bangunan Islam. Oleh karena itu,
barat) kedalam khazanah Islam dengan Islam, sehingga timbul sains dan teknologi harus
keharmonian dan kedamaian dalam dibangun di atas landasan yang
dirinya. benar dari pandangan dunia
tauhid.
ENRICH MODEL (Zain, et.al., 2016)
Islamisasi sains adalah upaya mengislamkan disiplin-disiplin ilmu modern dalam wawasan Islam. Dengan kata
lain, para cedekiawan Islamharus meletakkan upaya integrasi pengetahuan-pengetahuan modern ke dalam
keutuhan warisan Islam dengan melakukan eliminasi, perubahan, penafsiran kembali, dan penyesuaian
terhadap komponen-komponennya sebagai islam world view serta menetapkan nilai-nilainya.
LANDASAN FILOSOFIS INTEGRASI ILMU DALAM ISLAM

Meski demikian, tujuan tertinggi


Menurut al- Kindi bahwa agama dan filsafat (ultimate goal) yang ingin dicapai
adalah dua hal yang berbeda baik dari aspek keduanya adalah kebenaran dalam
sumber maupun metodenya. Agama berasal dari persoalan ketuhanan atau metafisika,
sehingga tujuan agama dan filsafat
wahyu Ilahi, sedangkan filsafat berasal dari adalah sama.
pengetahuan diskursif.

Dengan demikian, al-Kindi mempertemukan


agama dan filsafat pada bentuk substansinya
yang pada kajian puncaknya yakni
kebenaran tertinggi atau kebenaran tunggal
yang sama-sama dicari oleh filsafat dan
agama.
KONSEP INTEGRASI ILMU DAN AGAMA

Dunia Islam pernah mencapai masa kejayaan pada kisaran abad ke VI-XII M, dalam hal
iptek dan peradaban, yang ditandai dengan maraknya kajian tentang ilmu pengetahuan
dan filsafat, sehingga saat itu dunia Islam menjadi mercusuar dunia, baik dibelahan
Timur maupun Barat. Bukti fisik yang bisa dilihat bahwa masa tersebut banyak
ilmuwan dan filosof kaliber dunia di berbagai disiplin ilmu diantaranya :
Bidang Fikih
 Imam Malik Bidang Filsafat
 Imam Syafi‟i  al-Kindi, al-Farabi
 Imam Abu  Ibnu Sina
 Hanifah  Abu Yazid
Imam Ahmad bin Hanbal

Bidang Sains
 Ibnu Hayyam, al-
Khawarizmi
 al-Razi,
 al-Mas‟udi.
Pada pertengahan abad ke-l2 M masa kejayaan Mulai abad ke-l8 M dan seterusnya (sampai sekarang),
yang pernah digapai dalam dunia Islam sedikit bangkitlah umat Islam dari tidurnya yang dimulai dari
demi sedikit mulai pudar dan menjauhi dunia jatuhnya Mesir ke tangan bangsa Barat menyadarkan
Islam. Hal ini disebabkan karena terjadinya dan membuka mata umat Islam, bahwa di dunia Barat
disintegrasi pemerintahan Islam yang telah muncul peradaban baru yang lebih tinggi dan
berimplikasi pada munculnya sekte-sekte sekaligus menjadi ancaman besar bagi umat Islam.
politik yang sparatif-kontradiktif. Mulai saat itu muncul di kalangan intelektual Islam ide-
ide untuk mempelajari ilmu pengetahuan Barat yang
sekularistik dan rasional-materialistik serta terpisah
sama sekali dari ruh dan nilai-nilai moralitas Islam.

Kemajuan peradaban di dunia Barat membangkitkan ghirah bagi intelektual muslim dan menimbulkan persaingan dan dua
macam respon yang saling bersimpangan jalan di kalangan intelektual Muslim. Satu sisi mereka menampakkan sikap
antagonistik-kontradiktif, bahkan mereka menganggap ilmu pengetahuan Barat sebagai karya-karya jahat dan hanya sebagai
gembar-gembor dunia yang hampa. Di sisi lain, terdapat kelompok intelektual muslim yang menunjukkan sikap protagonis dan
kompromistis.
MODEL INTEGRASI IMU DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Dikotomi ilmu dalam Islam terkait erat dengan


pembagian kelompok ilmu, ada ilmu agama Dalam mewujudkan integrasi keilmuan
atau ilmu Islam dan ilmu non Islam atau ilmu tentulah tidak mudah pertama yang perlu
umum, yang akhirnya memunculkan dikotomi dilakukan adalah memahami konteks
dalam lembaga pendidikan. munculnya ide integrasi keilmuan
tersebut, bahwa selama ini dikalangan
umat Islam terjadi suatu pandangan dan
sikap yang membedakan antara ilmu-ilmu
keislaman di satu sisi dengan ilmu-ilmu
Munculnya nama sekolah identik dengan
umum di sisi lain. Adanya perlakukan
lembaga yang mengkaji ilmu pengetahuan
diskriminatif terhadap dua jenis ilmu
umum, sementara madrasah serta pesantren
tersebut. Umat Islam seolah terbelah
yang mewakili sekolah agama. Pembedaan
antara mereka yang berpandangan positif
itulah merupakan wujud kongkrit dikotomi
terhadap ilmu-ilmu keislaman sambil
pendidikan Islam. Untuk itulah dikotomi dalam
memandang negatif yang lainnya, dan
lembaga pendidikan di Indonesia harus segera
mereka yang berpandangan positif
kita akhiri dengan membentuk pola baru, yakni
terhadap disiplin ilmu-ilmu umum dan
adanya integrasi antar lembaga pendidikan,
memandang negatif terhadap ilmu-ilmu
diantaranya pesantren dengan madrasah atau
keislaman.
sekolah dalam berbagai bentuk
Dalam millenium ketiga ini beberapa institusi atau lembaga
pendidikan Islam baik tingkat pendidikan dasar, menengah
maupun perguruan tinggi, mengintegrasikan kembali ilmu-ilmu
agama dengan ilmu-ilmu umum dengan berpijak pada beberapa
desain model integrasi agama dan ilmu.

1
2
Model monadik. Model ini ada dua
pandangan yakni religius dan sekuler. Model diadik. Model ini mengatakan bahwa
Religius menyatakan bahwa agama adalah sains dan agama adalah dua kebenaran yang
keseluruhan yang mengandung semua setara. Sains membicarakan fakta alamiah,
cabang kebudayaan, sedangkan sekuler sedangkan agama membicarakan nilai
menganggap agama sebagai salah satu Ilahiyah.
cabang kebudayaan.

model triadik. Dalam model ini ada unsur ketiga yang


menjembatani sains dan agama, jembatan itu adalah filsafat.
3
Model ini diajukan oleh kaum teosofis dengan semboyan
“There is no religion higher than truth” (tidak ada agama yang
lebih tinggi dari kebenaran)
T ER
IM A
K AS
IH

Anda mungkin juga menyukai