Anda di halaman 1dari 4

The Role of Logic in Philosophy of Science

Peran Logika dalam filsafat ilmu

Logika didefinisikan sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari metode dan
prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk membedakan atau memisahkan antara
penjelasan/penalaran yang tepat (proper/sound reasoning) dengan penjelasan/penalaran yang tidak
tepat (unproper/unsound reasoning). Definisi lain mengatakan bahwa logika adalah ilmu (science)
dan kecakapan (skill) untuk berpikir lurus, nalar dan tepat. Di sisi lain, Filosofi sains (philosophy of
Science) mendalami dasar-dasar, metode-metode dan juga implikasi dari sains pada dunia
(kehidupan). Filosofi sains juga menjawab pertanyaan terkait kualifikasi dari sains, reliabiliti dari teori
sains, dan juga tujuan utama dari sains.

Pembedaan atau pemisahan ini menjadi penting dalam tradisi sains karena logika juga
dipakai untuk memahami sains dan juga berfungsi sebagai batas demarkasi antar cabang sains.
Dalam sejarah sains, kehadiran logika sebagai basis pemikiran selalu dikaitkan dengan asumsi-asumsi
berbasis ilmu alam (natural science) yang mendasari paradigma positivism, asumsi-asumsi
interpretative dan relative yang mendasari paradigma interpretivism (non positivism). Logika sebagai
sebuah pendekatan keilmuan mendapatkan tantangan dari aliran historicianist yang
mengedepankan pemahaman terhadap sejarah dari satu fenomena untuk memahami fenomena
tesebut.

Selain hal-hal tersebut di atas, posisi penting dari logika pada proses sains mempunyai
adalah untuk memastikan ada context dari sebuah pemikiran, dan juga memastikan kebenaran dari
kesimpulan deduktif yang diambil. Pendekatan terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan adalah
memastikan adanya ruang kolaborasi antara logical thinking dengan relativisme yang diusung oleh
aliran historicism. Secara umum, di luar symbolic logic dan mathematical logic, logika dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu :

a) Logika informal.
Logika informal sering disebut juga sebagai pemikiran kritis (critical thinking) dan
diejawantahkan antara lain dalam bentuk bahasa (languages), definisi, klasifikasi, argumen,
penyelesaian masalah (problem solving), dan sesat pikir (logical fallacy).
b) Logika formal
Logika formal dibagi menjadi dua yaitu pemikiran/argumen deduktif (deductive
reasoning/argument) dan pemikiran/argumen induktif (inductive reasoning/argument).
i. Pemikiran deduktif adalah logika pengambilan kesimpulan berdasarkan premis-
premis yang yang saling berkaitan dan diasumsikan selalu benar (true).
ii. Pemikiran induktif adalah logika pengambilan kesimpulan umum berdasarkan hal-
hal atau premis-premis khusus. Kesimpulan yang diambil dengan penalaran induktif
ini tidak diasumsikan selalu benar. Penalaran induktif saat menjadi pendekatan yang
banyak digunakan oleh para periset.

Selain pengelompokan di atas, para filosofer juga mengkategorikan logika menjadi 2 kelompok
yaitu :

a) Logika Klasik (classical atau standard logic) yang menyatakan bahwa dunia/fenomena
mempunyai sifat konsisten dan banyak menggunakan penalaran deduktif. Classical logic
berlandaskan kepada prinsip bahwa suatu proposisi bisa mempunyai nilai kebenaran sebagai
“benar” atau “salah” tetapi tidak bisa keduanya.
b) True logic (necessarily logic) yang menyatakan bahwa kebenaran sebuah pernyataan tidak
tergantung kepada status kebenaran (benar atau salah) dari proposisinya.

Secara umum dapat disampaikan bahwa peran logika dalam filsafat ilmu sangat penting
karena beberapa hal sebagai berikut :

1) Menyediakan sistem penalaran yang rasional-formal (deduktif dan induktif),


2) Membantu proses berpikir lurus, tepat, dan teratur (terstruktur). Dengan berpikir lurus, tepat,
dan teratur akan diperoleh kebenaran dan terhindar dari kesesatan. Semua bidang kehidupan
manusia membutuhkan keteraturan dalam tindakan-tindakannya yang berdasar atas
kemampuan berpikirnya.
3) Semua filsafat dan ilmu pengetahuan hampir tidak bisa dipisahkan dari analisa-analisa logika.
4) Logika mengarahkan dan mendorong seseorang untuk berpikir sendiri agar dapat mendasarkan
tindakan-tindakannya atas pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan yang obyektif.
5) Membantu untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
6) Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. Menambah kecerdasan
dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
7) Logika memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan pengetahuan serta
pengkajian-pengkajian pengetahuan tertentu.
8) Sebagai sebuah ilmu pengetahuan ia menjadi dasar yang menentukan pemikiran agar lurus,
tepat dan sehat karena fungsi logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum
yang ditepati
Peran logika dalam metodologi riset

Logika memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan pengetahuan serta
pengkajian-pengkajian pengetahuan tertentu. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan ia menjadi dasar
yang menentukan pemikiran agar lurus, tepat dan sehat, dimana fungsi logika adalah untuk
menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang ditepati. Sebagai sarana berpikir
ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah
berpikir yang benar. Dengan logika manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kebanyakan metodologi didasarkan pada logika dimana
berbagai penalaran yanag saling terkait dapat dijelaskan dengan logika. Logika digunakan untuk
melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak.
Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang
matematika.

Daftar referensi

Batens, D., 2008. The Role of Logic in Philosophy of Science. The Routeledge Companion of
Philosophy of Science, editor Statis Spillos and Marthin Curd

Lanur, A., 1983. Logika Selayang Pandang. Kanisius

Poepoprojo, W., 2011. Logika Ilmu Menalar. Pustaka Grafika

Sumber informasi tambahan

Youtube : Kuliah online Victor Gijsbers dari Leiden University (Introduction to Logic)

Anda mungkin juga menyukai