Anda di halaman 1dari 15

Hakikat Ilmu; Logika, Hipotesis, dan Verifikasi

Makalah Ini Dibuat Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada
Mata Kuliah“Filsafat Ilmu”.

Dosen Pengampu :
Zaenal Muftie, M.Ag

Disusun Oleh : PAI/IV/B

Azmi Sholahudin 1212020046


Della Berliana 1212020061
Eep Saepul Mizan 1212020067
Faristianti Fathiani 1212020077

PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Hakikat Ilmu; Logika, Hipotesis, dan Verifikasi” ini dengan sebaik mungkin.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada suri tauladan kita sekaligus
penutup para nabi yaitu Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada Zaenal Muftie, M.Ag selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu
Prodi Pendidikan Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, Baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan, Walaupun demikian, inilah usaha maksimal
kami selaku penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca
guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Bandung, 21 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Logika.............................................................................................................3
B. Hipotesis.........................................................................................................4
C. Verifikasi........................................................................................................7
D. Pengoperasian Sistem Logico-Hypothetico-Verifikasi..............................9
BAB III....................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat ilmu merujuk pada esensi atau karakteristik inti dari ilmu
pengetahuan. Hal ini mencakup aspek-aspek penting yang membedakan ilmu
pengetahuan dari bentuk pengetahuan lainnya. Pengertian hakikat ilmu dapat
bervariasi tergantung pada perspektif dan pendeketan yang digunakan. Dalam
hakikat ilmu, terdapat tiga konsep penting yang berkaitan dengan cara ilmu
pengetahuan berkembang yaitu logika, hipotesis dan verifikasi.
Semua ilmu berangkat dari filsafat, maksudnya ialah filsafat memiliki peran
fundamental dalam perkembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan. Filsafat
memiliki fungsi sebagai landasan konseptual dan metodologis bagi ilmu
pengetahuan. Dalam peralihan filsafat menuju ke ilmu, terjadi proses penyempitan
ruang lingkup pengamatan (tidak menyeluruh), dimana pengembangan
pengamatan hanya pada batas-batas yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Pada level ini, konsep-konsep dasar masih menggunakan norma-norma filsafat.
Metode masih menggunakan normatif dan deduktif yang berdasar pada asas moral
filsafati. Pada tahap selanjutnya ilmu diklaim sebagai bagian yang otonom,
walaupun masih memegang konsep-konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya
kepada hakekat alam secara alamiah, hingga pada tahap terakhir, ilmu sudah
bersandar pada penemuan alamiah secara apa apanya.
Logico-hypotetico-verifikatif merupakan bagian evolusi perkembangan
ilmu. Logico-hypotetico-verifikatif merupakan tahap akhir dari perkembangan
fisafat menuju ke ilmu. Dimana normatif dan deduktif digantikan dengan
pendekatan metode ilmiah berupa perkawinan antara deduksi dan induksi yang
disebut dengan logico-hypotetico-verifikatif. Secara teknis logico-hypotetico-
verifikatif, lebih condong ke empirisme-positifisme. Logico artinya adanya
logika, yakni bagaimana cara kita berfikir menurut pola tertentu. Hypotetico
adalah hipotetis, yakni untuk menjawab sebuah fenomana, maka dibutuhkan
adanya hipotesa-hipotesa. Verifikatif adalah proses verifikasi (pembuktian), yakni
mengumpulkan faktafakta untuk melakukan pembuktian apakah hipotesa
didukung oleh fakta. Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang logika,
hipotesis, verifikasi dan bagaimana pengoperasian sistem ketiganya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan logika?
2. Apa yang dimaksud dengan hipotesis?
3. Apa yang dimaksud dengan verifikasi?
4. Bagaimana pengoperasian sistem logico-hypothtico-verfikasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep logika
2. Mengetahui konsep hipotesis
3. Mengetahui konsep verifikasi
4. Mengetahui pengoperasian sistem logico-hypothtico-verfikasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Logika merupakan salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut
dengan logike episteme (bahasa latin : logica scientia) atau ilmu logika (ilmu
pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan
teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan
kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan
ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut diartikan dengan masuk
akal.
Konsep bentuk logis ialah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa
kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan
oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni
hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis).
Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah
contoh-contoh dari logika formal.
Dalam penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.
Pendalaran deduktif atau kadang disebut dengan logika deduktif merupakan
proses nalar yang menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari hal-hal yang
bersifat umum. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan
ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen
deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah
argumen deduktif dinyatakan valid hanya jika kesimpulannya merupakan
konsekuensi logis dari premis-premisnya. Sedangkan penalaran induktif, kadang
disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-
fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang
mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul
Logika itu merupakan pemikiran dalam bentuk penalaran. Kemampuan berpikir
yang dimiliki manusia merupakan kemampuan yang spesifik manusiawi. Hal
ini disebabkan karena kemampuan berpikir manusia memang dianugerahkan oleh
Allah. Adapun kegunaan logika ialah :
3
a. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional,kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
b. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
c. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajamdan mandiri.
d. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis
e. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan
berpikir, kekelituan, serta kesesatan
f. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian
g. Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun temurun
h. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis lurus, metodis dan analitis
sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra
diri seseorang
B. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa yunani tersusun dari kata ‘hypo’ yang artinya
dibawah dan ‘thesis’ yang artinya pernyataan atau pendapat. Lebih dari pada itu,
hipotesis atau hipotesa adalah suatu pernyataan atau suatu pendapat yang belum
diketahui pasti kebenarannya, namun memungkinkan untuk di uji dalam
kenyataan empiris. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah
yang ditemukan berdasarkan fenomena, teori, fakta empiric dan ketajaman
berpikir yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah
dianalisis dan masih perlu diuji kebenarannya. Dalam metode ilmiah dan proses
berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang
jelas dapat membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode
ilmiah. Sering kali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa
semua data sangat penting. Oleh karena itu, melalui rumusan hipotesis yang baik
akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar
dibutuhkannya. Hal ini disebabkan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan.
Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehubungan dengan
masalah yang diteliti. Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang
lain dan membentuk suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hubungan antara
berbagai fakta.
4
Fungsi atau kegunaan hipotesis, setidaknya ada empat yaitu (Ikhwana, 2015).
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan
mengemukakan penjelasan. Karena hipotesis tersebut dapat diuji dan
divalidasi (pengujian kesahiannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka
hipotesis dapat mebantu kita untuk memperluas pengetahuan.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji
dalam penelitian.
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga
menentukan sifat-sifat data yang diperlukan untuk menguji pernyataan
tersebut. Secara sederhana, hipotesis menunjukkan kepada para peneliti apa
yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang
ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang mentukan
relevansi fakta-fakta itu.
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Akan sangat memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara
terpisah dan menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut.
Artinya, peneliti dapat menyusun bagian laporan tertulis ini diseputar
jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula, sehingga membuat penyajian ini
lebih berarti dan mudah dibaca.
Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menghasilkan
suatu hipotesis yang baik. Menurut Moh. Nazir, setidaknya ada 6 ciri-ciri
hipotesis yang baik, yakni :
 Harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu
pengetahuan
 Harus bisa menerangkan fakta
 Harus dapat diuji
 Harus menyatakan hubungan
 Harus sederhana
 Harus sesuai dengan fakta
Sehingga untuk membuat sebuah hipotesis yang baik, harus

5
mempertimbangkan fakta-fakta yang relevan, masuk akal dan tidak bertentangan
dengan hukum alam. Selain itu, hipotesis juga harus bisa diuji sebagai langkah
verifikasi dalam penelitian (Safitri, 2018).
Hipotesis memiliki beberapa karakteristik penting dalam konteks filsafat
ilmu pengetahuan:
1. Pendekatan empiris: Hipotesis harus berdasarkan pengamatan yang dapat
diuji secara empiris atau melalui pengumpulan data. Hipotesis yang baik
harus dapat diuji melalui metode ilmiah dan menghasilkan bukti yang
dapat diobservasi.
2. Falsifikasi: Hipotesis haruslah falsifikasi, artinya harus untuk menguji dan
menemukan bukti yang mengarah pada penolakan hipotesis. Ini berarti
bahwa hipotesis harus dirumuskan dengan jelas sehingga dapat diuji dan
diterima atau ditolak berdasarkan bukti yang ditemukan.
3. Generalitas: Hipotesis yang baik memiliki cakupan yang luas dan dapat
diterapkan pada situasi atau kasus yang lebih umum. Hipotesis yang
terlalu spesifik akan sulit untuk diuji dan memiliki keterbatasan dalam
generalisasi hasilnya.
4. Eksplanasi: Hipotesis seharusnya memiliki potensi untuk memberikan
penjelasan tentang fenomena yang diamati. Hipotesis harus memiliki
relevansi dan dapat memberikan pemahaman baru tentang topik yang
diteliti.
5. Relevansi: Hipotesis yang baik harus memiliki hubungan yang jelas
dengan kerangka penelitian yang ada dan konteks ilmiah yang lebih luas.
Hipotesis seharusnya membangun pada pengetahuan yang ada dan dapat
memberikan kontribusi penting dalam pemahaman ilmiah yang lebih
besar.
Dalam konteks filsafat ilmu, terdapat beberapa hipotesis yang sering
dibahas dan dipertimbangkan :
1. Empirisme: Hipotesis empirisme menyatakan bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman sensori yang diperoleh melalui observasi. Ini
berarti bahwa semua pengetahuan dapat diturunkan dari pengalaman
langsung dan tidak ada pengetahuan a priori.
2. Rasionalisme: Hipotesis rasionalisme berpendapat bahwa sebagian besar
pengetahuan didasarkan pada nalar dan pemikiran rasional, bukan hanya
6
pada pengalaman sensori. Ini menyiratkan bahwa ada pengetahuan apriori
yang dapat diperoleh melalui pemikiran dan penalaran.
3. Realisme ilmiah: Hipotesis realisme ilmiah menyatakan bahwa dunia luar
objektif ada secara independen dari pengamat. Ini berarti bahwa ilmu
pengetahuan dapat mengungkapkan kebenaran tentang dunia secara
obyektif melalui metode ilmiah.
4. Konstruktivisme: Hipotesis konstruktivisme berpendapat bahwa
pengetahuan adalah konstruksi sosial yang dibangun oleh manusia melalui
interpretasi dan interaksi sosial. Ini menekankan peran aktif subjek dalam
pembentukan pengetahuan.
5. Falsifikasi: Hipotesis falsifikasi mengemukakan bahwa sebuah teori ilmiah
haruslah dapat diuji secara empiris dan harus mampu menentukan kondisi
yang dapat membuktikan teori tersebut salah. Ini berarti bahwa teori
ilmiah haruslah memungkinkan untuk dibantah dan dapat berubah dengan
adanya bukti baru.
6. Reduksionisme: Hipotesis reduksionisme menyatakan bahwa fenomena
yang kompleks dapat dijelaskan dengan memahami bagian-bagian
dasarnya. Ini berarti bahwa fenomena yang kompleks dapat direduksi
menjadi prinsip-prinsip yang lebih dasar dan lebih sederhana.
7. Holisme: Hipotesis holisme berpendapat bahwa fenomena tidak dapat
sepenuhnya dipahami dengan memahami bagian-bagiannya saja. Ini
menekankan bahwa fenomena harus dipahami sebagai keseluruhan yang
lebih besar daripada hanya sekumpulan bagian yang terpisah.
C. Verifikasi
Verifikasi adalah teori filsafat logis yang mengatakan bahwasumber
pengetahuan itu berasal dari pengalaman yang kemudian diuji dengan metode
verifikasi yang dibuktikan kebenarannya secara empiris. Apabila pernyataan
tersebut dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut bermakna (ilmiah), dan
apabila pernyataan itu tidak dapat diverifikasi maka pernyataan itu tidak
bermakna (non ilmiah) seperti estetika, etika, agama, metafisika. Tujuannya untuk
menemukan teori-teori, generalisasi dan hukum. [1]
Adapun prinsip verifikasi itu merupakan pengandaian untuk melengkapi
suatu kriteria, sehingga melalui kriteria tersebut dapat ditentukan apakah suatu
kalimat mengandung makna atau tidak. Melalui prinsip ini tidak hanya kalimat
7
yang teruji secara empirik saja yang dapat di analisis Prinsip verifikasi ini
menyatakan bahwa suatu proporsi adalah bermakna jika ia dapat diuji dengan
pengalaman dan dapat diverifikasi dengan pengamatan. Perlu diingat bahwa,
menurut positivisme logis hanya pengamatan indrawi itulah yang relevan,
pengalaman adalah satu-satunya sumber dasar pengetahuan dan dalam analisa
logis dapat dilakukan dengan bantuan simbol-simbol logika dengan menggunakan
metode untuk pemecahkan masalah melalui metode verifikasi yaitu bila terdapat
sesuatu yang tidak dapat diverifikasi secara empirik maka hasilnya adalah sia-sia.
Verifikasi data dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengola, dan menganaslisis
data untuk menguji hipotesis. Apabila hipotesis telah diuji melalui fakta-fata
empiris maka jawaban mencapai tingkat definitif, dan kebenaran ilmiahnya dapat
dipertanggung jawabkan manakala telah melalui prosedur yang benar.
Dalam kerangka pemikiran semacam itu, filsafat ilmu pengetahuan mereka
pandang semata-mata sebagi logika ilmu (The Logic of Science),yang ada dalam
konteks logika ilmu hanyalah pengujian dan pembenaran (contexs of justification)
ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Mereka tidak peduli bagaimana ilmu
pengetahuan tertentu itu muncul dan berkembang. Mereka hanya merasa
berkepentingan dengan pengujian susunan logis pernyataan-pernyataan ilmiah
yang digunakan. Akibatnya, filsafat ilmu, dalam hal ini yang dimaksud logika
ilmu-kian jauh dari kenyataan ilmu pengetahuan yang terjadi sebenarnya, karena
terlalu sibuk dengan apa yang seharusnya terjadi dalam ilmu pengetahuan..
Implikasi Prinsip Verifikasi Bagi Filsafat. Metafisika Ayer dan juga kaum
Positivisme Logik pada umumnya secara tegas menolak metafisika. Alasan-alasan
yang dikemukakanya itu sekaligus menampakkan konsekuensi-konsekuensi tugas
filsafat menurut kacamata Positifme Logik. Di sini kita dapat melihat kelihaian
Ayer dalam menggabungkan pandangan yang bertitik tolak dari penggunaan
bahasa sehari-hari, dengan pandangan Atomisme Logik yang di dasarkan pada
kerangka bahasa logika. Kendatipun tampak kecenderungan yang lebih kuat
dalam pemikiran Ayer itu untuk menerapkan teknik-teknik analisis bahasa dari
Atomisme Logik, namun analisis bahasa sehari-hari seperti dalam pandangan
Moore digunakan dengan maksud untuk mencegah atau menelanjangi sejulah
pandangan metafisik. [2]
Fungsi filsafat dalam pandangan Ayer itu melulu bersifat kritik. Kritik-kritik
yang dilancarkan oleh filsafat itu memang berguna untuk mengantar kita kea rah
8
pintu gerbang ilmiah, namun itu bukan berarti filsafat merupakan suatu jenis
“Super Sciences” (ilmu pengetahuan tertinggi). Sebab tugas filsafat bukanlah
menetapkan praandaian-praandaian bagi ilmu pengetahuan. Filsafat tidak
mengandung tugas positif seperti yang di miliki ilmu-ilmu pengetahuan empirik
D. Pengoperasian Sistem Logico-Hypothetico-Verifikasi
Sistem logico-hypothetico-verifikatif merupakan kerangka kerja yang digunakan
dalam ilmu pengetahuan untuk merumuskan dan menguji hipotesis ilmiah.
Pengoperasian sitem ini melibatkan langkah-langkah berikut:
a. Rumusan Masalah
Keseluruhan aktifitas penelitian senantiasa mengikuti suatu proses yang
bertahap. Dalam sebuah penelitian, merumuskan masalah merupakan
langkah awal dan merupakan langkah terpenting. Singkatnya, perumusan
masalah merupakan kasus apa yang akan diteliti. Untuk merumuskan
masalah, peneliti biasanya akan mencoba untuk mempertanyakan suatu
fenomena dan mendefinisikan fenomenan tersebut sebagai suatu masalah.
b. Menyusun Kerangka Berpikir
Penyusunan kerangka berpikir ini diajukan untuk mengajukan hipotesis
yang merupakan argumentasi dalam menjelaskan suatu hubungan yang
memungkinkan terdapat diantara berbagai faktor yang memiliki kaitan dan
membentuk suatu permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara
rasional dengan mendasarkan kepada premis yang ilmiah yang teruji
kebenarannya dengan memperhatikan faktor empiris yang jelas sesuai dan
relevan terhadap permasalahan.
c. Merumuskan Hipotesis
Setelah menyusun kerangka berpikir maka selanjutnya adalah
memerumuskan hipotesis. Hipotesis memiliki tujuan utama yakni
membangun, mengembangkan atau menyempurnakan suatu teori.
Perumusan hipotesis berdasarkan penelaahan yang dilakukan. Data yang
terkumpulkan daripada penelaahan disusun dengan rapih, sampai disini
tentu harus dimaknai itu sebagai sebuah hipotesis dan bukan-Nya sebagai
jawaban final daripada suatu persoalan. Setelah itu, kemudian akan
dilakukan sebuah pengujian terhadap hipotesis yang telah di design.
d. Menguji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis, maka keseluruhan data yang terkumpulkan
9
dalam penelisian itulah yang dioperasikan untuk menguji suatu hipotesis.
Hipotesis sebagai jawaban sementara, haruslah dilakukan pengujian untuk
menunjukkan apakah jawaban sementara itu disokong oleh data atau justru
digugurkan. Jadi ini harus begitu kritis dalam menganalisis sebuah data.
Analisis data merupakan kaidah penelitian yang wajib dilakukan oleh
semua peneliti, jika tidak maka data yang dihasilkan adalah bahan mentah
dan amat diragukan keabsahan-Nya. Hipotesa dipandang sebagai suatu
jawaban yang berakhir kepada kebenaran tatkala data yang dihasilkan
kemudian itu mendukung.
e. Menarik Kesimpulan
Tahapan terakhir adalah merumuskan kesimpulan, rumusan kesimpulan
haruslah sesuai dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya, ditulis
dengan kalimat deklaratif secara singkat dan jelas. Penarikan kesimpulan
adalah penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima.
Berdasarkan keterangan akan tahapan daripada Sistem Logico-Hypothetico-
Verifikasi. Maka keseluruhan langkah tersebut haruslah ditempuh agar suatu
pemikiran dapat disebut ilmiah. Tahapan yang tersusun itu secara konseptual
tersusun dalam urutan yang teratur, bahkan bagi penulis sendiri, tahapan pertama
jelas menjadi landasan bagi tahapan kedua, dan tahapan kedua menjadi landasan
bagi tahapan ketiga dan seterusnya. Akan tetapi bagaimana jika tahapan tersebut
tidak dilalui secara teratur? Memang sering terjadi kasus lompatan dalam tahapan
tersebut. Dalam buku karya Suriasumantri yang berjudul “Pengantar Filsafat
Ilmu” menyebutkan, hubungan antara tahapan satu dengan tahapan berikutnya
tidaklah bersifat statis melainkan bersifat dinamis dengan perolehan pengetahuan
yang tidak semata bersandar pada penalaran melainkan imajinasi dan kreativitas.
(Jujun,2009)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa, boleh saja untuk tidak mengikuti tahapan secara
teratur, namun sebelumnya memang harus melihat bagaimana kondisinya, dimana
jika ada suatu persoalan yang mengharuskan kita menggunakan bentuk perolehan
pengetahuan yang menyandarkan pada penalaran atau pada iamajinasi. Jika
ternyata dengan penalaran maka tahapan harus dilalui secara teratur, namun jika
ternyata dengan imajinasi, maka boleh saja tidak menggunakan-Nya secara
teratur.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang
mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul
Logika itu merupakan pemikiran dalam bentuk penalaran. Kemampuan
berpikir yang dimiliki manusia merupakan kemampuan yang spesifik
manusiawi.
2. hipotesis adalah suatu pernyataan atau suatu pendapat yang belum diketahui
pasti kebenarannya, namun memungkinkan untuk di uji dalam kenyataan
empiris. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah yang
ditemukan berdasarkan fenomena, teori, fakta empiric dan ketajaman berpikir
yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis
dan masih perlu diuji kebenarannya
3. Verifikasi adalah teori filsafat logis yang mengatakan bahwasumber
pengetahuan itu berasal dari pengalaman yang kemudian diuji dengan metode
verifikasi yang dibuktikan kebenarannya secara empiris
4. Sistem logico-hypothetico-verifikatif merupakan kerangka kerja yang
digunakan dalam ilmu pengetahuan untuk merumuskan dan menguji hipotesis
ilmiah. Terdiri atas :
a. Rumusan Masalah
b. Menyusun Kerangka Berpikir
c. Merumuskan Hipotesis
d. Menguji Hipotesis
e. Menarik Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Hakikat Ilmu; Logika, Hipotesis, dan
Verifikasi”, kami sebagai penyusun berharap agar pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang bisa memperbaiki dan membangun. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat dan berkah ilmunya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ikhwana, N. (2015). Hipotesis dalam Filsafat Ilmu. Tugasdanmakalah.Wordpress.


https://tugasdanmakalah.wordpress.com/2015/05/15/hipotesis-dalam-
filsafat-ilmu/
Osborn Richard, 2001, (terj), Filsafat untuk Pemula, Yogyakarta, Penerbit
Kanisius
Rizal Mustansyir,Filsafat Analitik,hlm;87
Safitri, A. (2018). FAKTA, ASUMSI, HIPOTESIS, DAN TEORI.
Almasafitri20.Blogspot.Com.
https://almasafitri20.blogspot.com/2018/12/fakta-asumsi-hipotesis-dan-
teori.html
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. IPB Press.
Suriasumantri, Jujun (1982), Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Penerbit
Sinar Harapan Prof.Dr.H.Noeng Muhadjir,Filsafat Ilmu,edisi II,hlm;56
.

12

Anda mungkin juga menyukai