Anda di halaman 1dari 16

ILMU BEDASARKAN DEDUCTO, HIPOTETICO DAN

VERIVIKATIF

DISUSUN OLEH

ISMI NUR AINI

POLITEKNIK KESEHATAN YOGTAKARTA


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
D IV KEBIDANAN
Kata Pengantar

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan tugas mata kuliah Humaniora
dengan judul, Ilmu Bedasarkan Deducto, Hipotetico Dan Verivikatif tanpa ada kendala suatu
apapun. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberi rahmat dan hidayahnya kepada kita .

Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada:


1.Ibu Dr. Yuni Kusmiyati, SST, MPH sebagai dosen mata kuliah Humaniora,
2.Teman - teman serta pihak - pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.

Seperti halnya manusia yang tidak sempurna di mata manusia lain ataupun di mata Allah
SWT, penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan penyajiannya
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu saya mohon maaf dan
selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
penyempurnaan tugas ini. Akhir kata semoga tugas ini dapat memberi manfaat untuk kita
semua. Aamiin.

Yogyakarta, 17 September 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………...…………………………4
B. Tujuan…………………………………………………………………………………………4
C. Rumusan masalah…………………………………………………………..…………………4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian metodologi…………………………………………...……………………………6
1. Unsure metodologi………………………………………………………………………..7
2. Prinsip metodologi……………………………………………………………………….11
B. Pengertian metode ilmiah……………………………………………..……………..………12
C. deducto, hipotetico dan verivikatif …………………….…………….…………...…………13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………..………………15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Secara naluriah, manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar, yang sulit untuk
terpuaskan. Ketidakpuasan ini antara lain karena seperti yang dikemukakan Maslow
manusia memiliki kebutuhan yang secara hierarkhis meningkat sejalan dengan
tercapainya kebutuhan yang lebih rendah, dengan kata lain apabila tingkat kebutuhan
tertentu tercapai maka dia akan berkeinginan untuk meraih kebutuhan lain yang lebih
tinggi. Kemajuan yang pesat di berbagai bidang kehidupan manusia dewasa ini juga
merupakan salah satu faktor yang berimbas pada peningkatan kualitas kebutuhan
manusia. Hal ini pun baik langsung maupun tidak langsung akan berakibat pada
peningkatan kualitas rasa ingin tahu yang meraksuki manusia.

Untuk memuaskan rasa ingin tahunya maka manusia melakukan upaya-upaya, baik itu
melalui upaya yang secara sadar dilakukannya maupun upaya-upaya yang kadang tidak
disadarinya.

Upaya-upaya yang dilakukan tanpa kesadaran sepenuhnya (artinya tanpa rancangan atau
langkah yang jelas) yang kemudian dikenal dengan upaya-upaya non ilmiah itu antara
lain melalui praduga, trial and error, intuisi, wahyu, otoritas, mencari ilham, dll.,

upaya yang secara sadar dilakukan dengan mengandalkan proses berpikir yang beralur
tertentu (nalar) dengan langkah yang tertentu yakni dilakukan melalui penelitian ilmiah
(metode ilmiah) bedasarkan ilmu metodologi ini dikenal dengan upaya ilmiah. Metode
ilmiah merupakan metode yang menggabungkan metode deduktif dengan metode
induktif, yang dikenal dengan “ deducto – hypothetico – verifikatif.”Dalam melakukan
penelitian ilmiah (metode ilmiah) juga dilakukan beberapa tahap tahap untuk
mewujudkan metode deducto – hypothetico – verifikatif.

B. Tujuan
1. Menjelaskan ilmu metodologi.
2. Menjelaskan metode ilmiah
3. Menjelaskan metode ilmiah deducto, hipotetico dan verivikatif.
4. Menyelesaikan tugas terkait dengan mata kuliah Humaniora yang diberikan oleh ibu
Dr. Yuni Kusmiyati, SST, MPH.

C. Rumusan Masalah
1. Apa itu metodelogi?

4
2. Apa itu metode ilmiah?
3. Apa itu kerangka pemikiran deducto, hipotetico dan verivikatif ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodologi

Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metodologi biasa diartikan ilmu
yang membicarakan tentang metode-metode. Kata metode berasal dari kata
Yunani methods. Sambungan kata depan meta ( menuju, melalui, mengikiuti,sesudah) dan kata
benda hodos ( jalan, perjalanan, cara, arah ) kata Imethodos I sendiri lalu berarti : penelitian,
metode, ilmiah, hipotesis ilmiah, urian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut system
aturan tertentu. ( Anton Bakker, 1984, hlm . 10 )

Pengertian metode berbeda denngan metodologi. Metode adalah suatu cara, jalan,
petunjuk pelaksanaan atau teknis, sehingga memiliki sifat yang membicarakan cara, jalan atau
petunjuk dalam penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas konsep konsep teoritis
berbagai metode. Dapat pula dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah membaasa
tentangdasar-dasar filsafat ilmu dari metode penelitian, karena metodologi belum memiliki
langkah-langkah praktis, adapun derivasinya adalah pada metode penelitian. Bagi ilmu-ilmu
seperti sosiologi, antropoplogi, polotik, komunikasi, ekonomi, hokum, serta ilmu-ilmu kealama,
metodologi adalah merupakan dasar-dasar filsafat ilmu darisuatu metode, atau dasar dari
langkah-langkah praktis penelitian. Seorang peneliti dapat memilih suatu metode dengan dasar-
dasar filosofis tertentu, yang konsekuensinya diikuti dengan metode penelitian yang konsisten
dengan metode yang dipilihnya. ( Kaeln, 2005, hlm. 7 )

Jadi, metode bias dirumuskan suatu p[roses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip
dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin ( bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan.
Adapun metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk bentuk metode, aturan yang
harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Jika dibandingkan antar metode dan
metodologi, maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus. ( Suparlan
Suhartono, 2005, hlm. 94-95 )

Dengan kata lain dapat dipahami bahwa metodologi bersangkutan dengan jenis, sifat dan bentuk
umum mengenai cara-cara, aturan dan patokan prosedur jalannya penyelidikan secara sistematik
menurut metodologi itu, agar dapat tercapai suatu tujuan yaitu kebenaran ilmiah.

Peter R. Senn dalam membedakan metode dengan metodologi ( dalam jujun S. Suriasumantri,
1987 ) berpendapat bahwa metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Adapun metodologi adalah suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.

6
1. Unsur-unsur metodologi
Menurut anton Baker dan ahmad charris zubair adalah :
a) Interpretasi (menafsirkan)
Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subjektif ( menurut
selera orang menafsirkan ) melainkan haus bertumpu pada evidensi objektif, untuk dapat
memperoleh pengertian, pemahaman atau versetehen. Pada dasarny interprestasi berarti
tercapainya pemahaman yang benar mengeni ekspresi manusiawi yang dipelajarinya.

b) Deduksi dan Induksi


Dikatakan oleh Beerling, bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan metode induksi dan
deduksi, menurut pengertian siklus empiris. Siklus empiris meliputi bebrapa tahapan,
yakni observasi, induksi, deduksi, kajian ( eksperimentasi ) dan evaluasi. Tahapan itu
pada dasarnya tidak berlaku secara berturut-turut melainkan terjadi sekaligus. Akan
tetapi, siklus ini diberi bentuk tersendiri dalam penelitian filsafat, berhubungan dengan
sifat-sifat objek formal yang istimewa, yaitu manusia.

 Metode Deduktif
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang memadai dan
dapat dipercaya adalah akal (rasio). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal
saja yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan harus mutlak, yaitu
syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Sedangkan pengalaman hanya
dapat dipakai untuk mengukuhkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh
melalui akal. Akal tidak memerlukan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan
yang benar, karena akal dapat menurunkan kebenaran itu dari dirinya sendiri,
dengan menerapkan metode deduktif.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan
bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya.
 Metode Francis Bacon: Metode Induktif
Sumber pengetahuan yang memadai adalah pengalaman, yaitu pengalaman lahir
(dunia) dan pengalaman batin (pribadi manusia). Sedangkan akal hanya berfungsi
dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan / data yang diperoleh
melalui pengalaman. Menurut pendapat aliran empirisme metode ilmu pengetahuan
bukan a priori tapi a posteriori yaitu metode yang berdasarkan hal-hal yang ada
atau terjadinya kemudian. Aliran ini yakin bahwa manusia tidak punyainnate ideas (
ide-ide bawaan). Aliran ini dipelopori oleh Francis Bacon, kemudian Thomas
Hobbes dan David Hume. Bacondengan metode eksperimennya, manusia melalui
pengalaman dapat mengetahui benda- benda dan hukum-hukum relasi antara benda-
benda.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dapat diketahui bahwa ciri
khas pemikiran rasional bersifat a priori yang terdiri dari proposisi analitik, yaitu

7
proposisi yang predikatnya sudah tercakup dalam subyek, sedangkan ciri khas
pemikiran empiris adalah a posteriori, dengan proposisi sintetik yaitu yang tidak
dapat diuji kebenarannya dengan menganalisis pernyataan, tapi harus diuji
kebenarannya secara empiris.
Epistemologi adalah filsafat ilmu. Sifat filsafat adalah nalar atau pemikiran.
Landasan ilmu adalah juga nalar, namun titik beratnya pada empiri, nalar untuk
mengungkapkan alam empiri. Dengan demikian kita bisa melihat pertautan antara
metodologi dan filsafat ilmu.
Metodologi merupakan upaya untuk mengembangkan sains, sehingga baik
metodologi maupun epistemologi (filsafat ilmu) adalah keduanya perlu dan penting,
dan tidak dapat hanya mempelajari salah satunya saja. Mempelajari metodologi
tanpa menjamah epistemologi (filsafat ilmu) akan sampai pada kedangkalan ilmu.
Dengan demikian pemikiran atau metode deduktif yang dikemukakannya belum
dapat memberikan kesimpulan yang bersifat final, karena sesuai dengan sifat
rasionalisme yang pluralistik maka dimungkinkan disusunnya berbagai jawaban atau
penjelasan atas suatu persoalan yang menjadi obyek pemikiran. Meskipun dalam
argumentasi yang rasional didasarkan pada premis-premis ilmiah yang teruji
kebenarannya namun ada kemungkinan terdapat pilihan kesimpulan yang berbeda-
beda.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam mencai kebenaran ilmiah metode deduktif
harus didampingi oleh metode induktif. Pemikiran empiris yang dikemukakan
oleh Bacon menyatakan bahwa manusia melalui pengalamannya dapat mengetahui
benda-benda dan hukum-hukum relasi antar benda-benda.
Sedangkan Hume mengemukakan sumber ilmu pengetahuan adalah pengalaman,
dengan pengamatan manusia memperoleh kesan-kesan (impression) dan pengertian-
pengertian (ideas). Pemikiran induktif mempunyai proposisi a posteriori, sintetik
yang berarti tidak dapat diuji kebenarannya hanya dengan analitis pernyataan tapi
harus diuji secara empiris. Teori empirikal berdasarkan atas eksperimentasi.
Eksperimen ilmiah telah menunjukkan bahwa indera adalah yang memberikan
persepsi-persepsi yang menghasilkan konsepsi-konsepsi manusia. Berpikir secara
induktif dianggap lebih luwes dibandingkan dengan deduktif karena menggunakan
data-data empirik yang tidak dipatok oleh pola apapun, dan berdasar data-data
empiriklah kemudian disusun suatu model yang menggambarkan hubungan sebab-
akibat. Kaum empiris mengembangkan pengamatannya dari pengalaman itu menjadi
pengetahuan yang cakupannya lebih luas dan umum. Namun demikian induktif ini
juga mempunyai kelemahan yang fundamental yaitu orang harus menunnggu
terkumpulnya sejumlah fakta untuk menentukan suatu pola yang tampak pada
seseorang dari alam empiris,dan apabila terjadi kesalahan dalam melakukan
perumusan akan merugikan berbagai pihak.

8
Namun juga harus diperhatikan bahwa eksperimen manusia, secara umum tidak
dapat membuka jalan untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan dan realitas-
realitas tanpa pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Sehingga penggabungan
antara metode deduktif dengan induktiflah yang paling tepat, dalam rangka mencari
kebenaran ilmiah. Metode ilmiah mencoba menggabungkan berpikir deduktif
dengan berpikir induktif dalam membangun pengetahuannya. Argumentasi rasional
meski didasarkan pada premis ilmiah yang teruji kebenarannya mungkin saja terjadi
kesalahan dalam penyusunan argumentasi, sehingga untuk menghindari kesalahan
tersebut perlu dipergunakan metode induktif yang didasarkan pada kebenaran
korespondensi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pandangan-pandangan Bacon bersifat praktis,
konkret, dan utilitaris. Untuk mengenal sifat-sifat segala sesuatu, dibutuhkan
penelitian-penelitian yang empiris. Pengalamanlah yang menjadi dasar pengetahuan.
Pengetahuan itu sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena hanya
dengan pengetahuanlah manusia sanggup menaklukka alam kodrat.
Menurut Bacon, logika silogistis tradisional tidak sanggup menghasilkan penemuan-
penemuan empiris. Ia mengatakan bahwa logika silogistis tradisional hanya dapat
membantu mewujudka konsekuensi deduktif dari apa yang sebenarnya telah
diketahui. Agar pengetahuan itu berkembang dan memperoleh pengetahuan baru,
metode deduktif harus ditinggalkan dan diganti dengan metode induktif.
Metode induktif adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus ke hal-hal yang
umum. Bacon memang bukan penemu metode induktif, namun ia berupaya
memperbaiki dan menyempurnakan metode itu melalui pengkombinasian metode
induktif tradisional dengan eksperimentasi yang cermat.

c) Koherensi Intern
Yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat dengan
menunjukkan semua unsur structural dilihat dalam suatu struktur yang konsisten,
sehingga benar-benar merupakan internal structure atau internal relations . walaupun
mungkin terdapat semacam oposisi di antaranya, tetapi unsur-unsur itu tidak boleh
bertentangan satu sama lain. Dengan demikian akan terjadi suatu lingkaran pemahaman
antara hakikat menurut keseluruhannya dari suatu pihak dan unsur-unsurnya dipihak
lain.

d) Holistis
Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai suatu kebenaran secara utuh. Objek dilihat
interaksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas objek akan terlihat bila ada korelasi dan
komunikasi dengan lingkungnnya. Objek ( manusia ) hanya dapat dipahami dengan
mengamati seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan manusia, dan manusia sendiri

9
dalam hubungannya dengan segalanya yang mencakup hubungan ajksi-reaksi sesuai
dengan tema zamannya. Pandangan menyeluruh ini juga disebut totalitas.

e) Kesinambungan Historis
Jika ditinjau menurut perkembangannya, manusia itu adalah makhluk historis. Manusia
disebut demikian karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran, bersama dengan
lingkungan zamannya. Masing-masing orang bergerumul dalam relasi dengan dunianya
untuk membentuk nasib sekaligus nasibnya dibentuk oleh mereka. Dalam perkembangan
pribadi itu harus dapat dipahami melalui suatu proses kesinambungan. Rangkaian
kegiatan dan peristiwa dalam kehidupan setiap orang merupakan mata rantai yang tidak
terputus. Yng baru masih berlandaskan yang dffahulu, tetapi yang lama juga
mendapatkan arti dan relevansi baru dalam perkembangaan yang lebih kemudian. Justru
dalam hubungan mata rantai itulh harkat manusia yang unik dapat diselami.

f) Idealisasi
Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya dalam penelitian untuk
memperoleh hasil yang ideal atau sempurna.

g) Komparasi
Adalah usaha untuk memperbandingkan sifat hakikat dalam objek penelitian sehingga
dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Justru perbandingan itu dapat menentukan
secara tegas kesamaan dan perbedaan sesuatu sehingga hakikat objek dapat dipahami
dengan semakin murni. Komparasi dapat diadakan dengan objek lain yang sangat dekat
dan serupa dengan objek utama. Dengan perbandingan itu, meminimalkan perbedaan
yan masih ada, banyak ditemukan kategori dan sifat yang berlaku bagi jenis yang
bersangkutan. Komparasi juga dapat diadakan dengan objek lain yang sangat berbeda
dan jauh dari objek utama. Dalam perbandingan itu dimaksimalkan perbedaan-perbedaan
yang berlaku untuk dua objek, namun skaligus dapat ditemukan beberapa persamaan ang
mungkin sangat strategies.

h) Heuristika
Adalah metode untuk menemukan jalan baru secra ilmiah untuk memecahkan masalah.
Heuristika benar-benar dapat mengatur terjadinya pembaharuan ilmiah dan sekurang-
kurangnya dapat memberikan kaidah yang mengacu.

i) Analogical
Adalah filsafat meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data.
Dengan demikian, akan dilihat analogi antar situasi atau kasus yang lebih terbatas
dengan yang lebih luas.

10
j) Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan. Data yang dieksplisitkan
memungkinkan dapat dipahami secara mantap.
2. Beberapa Pandangan Tentang Prinsip Metodologi
a) Rene Descartes
Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi
yaitu :
 Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat
(common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat
menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya,
namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
 Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam
aktivitas ilmiah maupun penelitian.
 Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode
sebagai berikut.
 Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita
memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat
membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat
menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan
segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang
dalam keadaan ragu-ragu.
 Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi
yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas).

b) Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip
metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu: Verifikasi
dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi
(duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan. Verifikasi dalam arti
yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam
bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang
mengandung makna. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena
pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang
MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun

c) Karl Raimund Popper


K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip
verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R.
Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut: Popper menolak anggapan umum
bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip

11
verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada
kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih
tepat. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan
(observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang
berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan
menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-
bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi)
akan berubah menjadi hukum.
K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah
pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip
FALSIFABILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya.
Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara,
sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika
ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup
ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-
lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan
melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh
(CORROBORATION). Akhirnya, semoga peristiwa mengarang indah seperti yang saya
lamunkan dapat dihindari dan sekelumit eceran informasi ini bisa mengisi penelitian
yang benar indah

B. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan gabungan metode deduktif dan induktif yang mana deduktif
(rasionalisme) memberikan kerangka pemikiran yang logis, sedangkan metode induktif
(empirisme) memberikan kerangka pembuktian atau kerangka pengujian untuk memastikan
suatu kebenaran. Kerangka pemikiran demikian disebut dengan “deducto-hypothetico-
verifikatif”, dengan langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Perumusan masalah
2) Penyusunan kerangka berpikir dalam pengujian hipotesis
3) Perumusan hipotesis,
4) Pengujian hipotesis
5) Penarikan kesimpulan
Filsafat berusaha untuk menyatukan masing-masing ilmu, karena filsafat itu merupakan salah
satu bagian dariproses pendidikan secara alami dari mahluk yang berpikir yaitu manuisa.
Manusia dalam mencari kebenaran dapat menggunakan metode ilmiah yaitu yang
menggabungkan metode deduktif dan induktif, yang dikenal dengan “deduct hypothetico-
verifikatif”, walaupun kebenarannya bersifat relatif karena ilmu pengetahuan berkembang terus
agar dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan manusia, sesuai dengan aspek epistemologi dan
aksiologi dari ilmu itu sendiri.

12
C. Deducto, Hipotetico Dan Verivikatif

Penyusunan kerangka pemikiran dengan deduct, hipotetico dan verivikatif memiliki Tahapan-
tahapan pada format standar penelitian Deducto-Hypothetico Verifikatif Process sesuai dengan
materi diatas yaitu :

a. Proses penemuan Masalah (Problem)


Semua penelitian berangkat dari Permasalahan, kadang sulit untuk menentukan atau mencara
masalah dalam penelitian hal ini disebabkan tingkat kepekaan yang kurang, dalam
menangkap fenomena yang ada.

b. Mencari dan Menentukan Konsep dan Teori


Setelah Permasalahan sudah diperoleh, dilanjutkan dengan mencari dan menentukan Konsep-
konsep dan Teori-teori yang sudah berlaku terhadap permasalahan yang telah ditentukan,
melalui STUDI PUSTAKA/TELAAH PUSTAKA ( LIBRARY STUDY, LECTURE
STUDY) dengan cara mencari Jurnal-Jurnal, hasil-hasil penelitian, tesis yang sudah
membahas masalah yang akan kita pakai dengan sudut pandang (aspek) yang berbeda. Studi
Pustaka ini dibedakan 2 macam Referansi yaitu :

1) Referensi Umum
Bahan-bahan literatur yang tidak berhubungan langsung dengan permasalahan yang
telah ditentukan digunakan sebagai pengetahuan secara umum. Contoh : Koran. Majalah
dan lain-lain
2) Referensi Khusus
Bahan-bahan literatur yang berhubungan langsung dengan penelitian yang sedang diteliti
dan secara ilmiah pengetahuan dapat dipertanggung jawabkan. Termasuk dalam
referensi khusus adalah Jurnal-jurnal penelitian, hasil-hasil penelitian, Buletin penelitian,
Tesis, Disertasi, Makalah, dan lain-lain.
Secara khusus tujuan dari studi pustaka ini untuk membangun Hipotesa terhadap
Permasalahan yang hendak diteliti.
3) Membangun Hipotesa
Setelah menemukan atau menentukan Konsep dan Teori, yang merupakan hasil dari
studi pustaka (Telaah Pustaka) maka selanjutnya kita dapat membangun atau
menentukan HIPOTESA. Hipotesa berarti Tesa berarti Teori, dan Hipo berarti Lemah,
Jadi Hipotesa adalah Teori mini yang disusun oleh Peneliti untuk kepentingan
Penelitiannya. Hipotesa ini masih membutuhkan Pembuktian
4) Menentukan Variabel
Tahapan untuk mengidentifikasi bagian-bagian yang diperlukan untuk membuktikan
hipotesa yang telah ditentukan lebih dahulu. Bagian-bagian dalam membuktikan
hipotesa ini, disebut variabel. Variabel ini dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

13
i. Variabel Pokok
Sebagai variabel pokok yang melekat pada Tema (hipotesa), dan berkedudukan
sebagai variabel yang terpengaruh (Depend Variable)
ii. Variabel Independen
Variabel yang mempengaruhi variabel pokok

5) Pembentukan Desain Dan Instrumen


Variabel-variabel independen yang mempengaruhi Variabel Pokok ini membentuk
Desain dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian
6) Pengambilan Sampling
Sampling ini berfungsi sebagai bahan dasar untuk membentuk desain, instrumen pada
variabel dalam hipotesa.
7) Pengumpulan Data
Dimaksud disini adalah DATA Primer yaitu data yang langsung diambil di lapangan.
Data inilah yang sebagai sumber lapangan untuk membuktikan Hipotesa Peneliti.
8) Temuan (Findings)
Dari hasil pengelolaan Data Primer tersebut menghasilkan TEMUAN (Findings). Dalam
Temuan ini dapat menghasilkan 2 (dua) hal yang berbeda, yaitu :
i. Apabila Cocok/sesuai dengan Hipotesa maka Temuan itu sesuai dengan Teori-Teori
sebelumnya
ii. Apabila Tidak cocok/sesuai dengan Hipotesa maka Temuan itu menghasilkan Teori
baru.

Disinilah akhir dari rangkaian proses penelitian dengan menghasilkan Temuan


(findings)

9) Report (Laporan) Hasil Penelitian


Laporan ini dapat berupa Tesis, yang kemudian diterbitkan dalam Jurnal, Buletin.
Kemudian Buletin atau Jurnal ini, dijadikan kembali sebagai Referensi bagi peneliti-
peneliti yang akan datang.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat berusaha untuk menyatukan masing-masing ilmu, karena filsafat itu
merupakan salah satu bagian dariproses pendidikan secara alami dari mahluk yang
berpikir yaitu manuisa.metode ilmiah merupakan bagian dari ruang lingkup filsafat
ilmu,

Dalam metodologi yang artinya adalah ilmu yang mempelajari metode metode dalam
pengetahuan. Terdapat salah satu metode yaitu metode ilmiah Metode ilmiah
merupakan metode yang menggabungkan metode deduktif dengan metode induktif,
yang dikenal dengan “ deducto – hypothetico – verifikatif.”.

Dengan metode ilmiah manusia berusaha terus untuk mendapatkan kebenaran ilmiah
dari suatu obyek penelitian., yang hasilnya diharapkan dapat dimanfaatkan demi
kesejahteraan manusia. Hal ini tentunya sesuai dengan aspek epistemologi dan
aksiologi dari ilmu.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat, pengaruhnya sangat besar


terhadap kehidupan manusia, untuk itulah keberadaan filsafat sangat diperlukan untuk
menjembatani ilmu-ilmu yang seakan terputus satu samalain, sehingga tetap
mempunyai hubungan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. http://notariatundip2011.blogspot.co.id/2011/12/deducto-hypothetico-verifikatif-
process.html
2. http://thomson06.blogspot.co.id/2014/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html
3. http://didin-uninus.blogspot.co.id/2009/10/metode-ilmiah.html

16

Anda mungkin juga menyukai