P07124217022
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya
atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan
memperlihatkan tanda-tanda yaitu bayi tampak tenang, bayi nampak menghisap kuat
dengan irama perlahan dan puting susu tidak terasa nyeri.
F. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering .
2) Rajin membersihkan putting dengan minyak kelapa atau baby oil, sambil
mengurut payudara dengan teknik yang benar.
3) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
4) Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyu ASI yang keluar pada sekitar putting susu
setiap kali selesai menyusuisui. Menyususi tetap dilakukan dimulai dari putting
susu yang tidak lecet
5) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkanselama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminusui. Menyususi tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak
lecet
6) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkanselama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
G. Seksualitas pada Ibu Nifas
Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan keluarga. Diskusikan hal ini
sejak mulai hamil dan diulang pada postpartum berdasarkan budaya dan
kepercayaan ibu dan keluarga. Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat ruptur
perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu
menurun karena kadar hormon rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang
istirahat dan tidur). Hal yang harus diperhatikan saat ingin berhubungan pada masa
nifas:
1) Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dapat beruhubungan. Bidan
biasanya memberi batasan rutin 6 minggu pascapersalinan. Akan tetapi, jika
pasangan ingin lebih cepat, konsultasikan hal ini untuk mengetahui dengan pasti
jenis persalinan, kondisi perineum, luka episiotomi, dan kecepatan pemulihan
sesungguhnya. Pasangan hendaknya menaati dan menunggu hingga 6 minggu
pasca persalinan agar tidak menyakitkan ibu secara fisik.
2) Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan jumlah waktu, penggunaan
kontrasepsi (jika menggunakan), dispareuni, kenikmatan dan kepuasan wanita
dan pasangan serta masih dalam hubungan seksual
3) Ungkapkan cinta dengan cara lain untuk memenuhi kebutuhan seksual jika
berhubungan intim tidak memungkinkan.
4) Program kontrasepsi harus segera dilakukan sebelum hubungan seksual karena
ada kemungkinan hamil kembali dalam kurun waktu kurang dan 6 minggu
(kontrasepsi untuk mencegah kehamilan).
H. KB ( Keluarga Berencana)
Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun.. Meskipun setiap
metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.
Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama
menyusui., khususnya oral (estrogen-progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu
yang menyusui.
1) Metode amnorea laktasi (MAL) , Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi
selama menyusui ekslusif atau menyusui selama 6 bulan.Metode ini efektif
sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainnya.
2) Pil Progestin (Mini Pil). Metode ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
menggunakan pil KB dan sangat efektif pada masa laktasi karena tidak
menurunkan produksi ASI. Sangat efektif bila digunakan secara benar, dapat
dihentikan setiap saat, nyaman. Namun memiliki efek samping gangguan haid,
masalah berat badan, pengunaan harus rutin.
3) Suntikan progestin. Metode ini sangat efektif, aman,metode ini cocok untuk
masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.Sering ditemukan gangguan
haid. Harus rutin suntik. Terlambat kembalinya kesuburan setelah penghentian
pemakaian. Pada penggunaan jangka panjang, dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido
4) Kontrasepsi implan. Kontrasepsi ini efektif selama 5 tahun untuk Norplant dan 3
tahun untuk jadena, Indoplant, dan Implanont.Kesuburan dapat segera kembali
setelah implan dicabut dan aman dipakai pada saat laktasi karena tidak
menggangu produksi ASI. menyebabkan perubahan pola haid,timbul keluhan
seperti nyeri kepala, nyeri dada, masalah berat badan, dan membutuhkan tindak
pembedahan minor
5) KB dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Metode ini sangat efektif
teversibel, dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan khusus bagi petugas
kesehatan. Tidak memengaruhi produksi dan kualitas ASI, dapat dipasang
segera setelah melahirkan. Menyebabkan perubahan siklus haid ,
ketidaknyamanan saat dipasang atau lepas.
I. Waktu Kontrol
Asuhan kunjungan masa nifas normal menurut (Eny Retna Ambarwati, Diah
Wulandari, 2009)
1. Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan;rujuk jika perdarahan
berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara bayi dengan ibu (Bounding Attachment).
f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran , atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil
2. Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
f) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3. Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah persalinan sama seperti kunjungan ke II
4. Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami.
b) Memberi konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-
tanda bahaya yang dialami ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA