Anda di halaman 1dari 7

Ismi Nur Aini

P07124217022

STR Kebidanan semester 3


Pendidikan Kesehatan pada Ibu Nifas

A. Gizi Ibu Nifas


Tujuan:Dengan nutrisi yang adekuat dapat membantu mempercepat penyembuhan
ibu dan juga sangat mempengaruhi susunan air susu.
Ibu nifas dianjurkan untuk:
1. Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral.
2. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi 1 Tablet setiap hari selama
40 hari pasca bersalin.
3. Mengkomsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan
pertama, 6 bulan selanjutnya 500kalori/hari dan tahun kedua 400 kalori. Jadi
jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari kalori per harinya.
4. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter dari cairan
yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui).
5. Mengkomsumsi vitamin A 200.000 unit. Pemberian vitamin A dalam bentuk
suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh
dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009,)
B. Personal Hygiene
Tujuan: Menghindari infeksi post patum, karena pada saat post partum ibu sangat
rentan terhadap infeksi. Menjaga agar ibu tetap nyaman dan tidak membahayakan
infeksi bagi bayi.
1. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat
gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal dan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci
rambut dengan shampo yang cukup dan rutin minimal 2 kali sehari, lalu
menggunakan sisir yang lembut.Hindari penggunaan pengering rambut.
2. Kebersihan kulit
Dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah
keringat yang lebih banyak dari biasanya. mandi yang teratur minimal 2 kali
sehari. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Rutin mengganti alas tempat
tidur agar kulit ibu tidak kotor.
3. Kebersihan vulva dan sekitarnya.
a) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali
buang air kecil atau besar.
b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
d) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci
menggunakan sabun. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah
infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan.
Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah
genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB.

C. Pakaian yang Harus Dikenakan

Sebaiknya,pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena


produksi keringat menjadi banyak (di samping urin).Produksi keringat yang tinggi
berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.Sebaiknya pakaian agak
longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Gunakan BH
sesuai ukuran , tidak telalu ketat supaya membuat aliran darah ibu lancar dan pilihlah
bahan yang menyerap keringat agar kelembapan kulit terjaga demi kenyamanan ibu
dan menghindari adanya infeksi pada payudara karena lembab dan terlalu ketat. Jika
mungkin, gunakan BH khusus untuk ibu menyusui agar lebih mudah dan nyaman
digunakan. Demikian juga dengan pakaian dalam gunakan yang longgar dan
berbahan katun,agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea dan
penggunaan pembalut.

D. Pola Miksi dan Defekasi


1. Miksi / Buang air kecil (BAK)
a) Dalam 6 jam ibu sudah harus bisa BAK spontan,kebanyakan ibu dapat
berkemih spontan dalam waktu 8 jam.
b) Urin dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36 jam
setelah melahirkan.
c) Ureter yang berdilatasi akan kembali dalam waktu 6 minggu.
2. Defekasi/Buang air besar (BAB)
a) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena enema persalinan, diit
cairan, obat-obatan analgetik, dan perineum yang sangat sakit.
b) Bila lebih dari 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia.
c) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB.
d) Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009)
E. Pemberian Asi
Hal-hal yang perlu diperhatikan kepada pasien:
1. Menyusui bayinya setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan.
2. Ajarkan cara menyusui yang benar.
3. Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain. Setelah 6 bulan ,
selain ASI gunakan MPASI(makanan pendamping ASI)
4. Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi.
5. Diluar menyusui jangan memberikan dot/kempeng pada bayi, tapi berikan ASI
dengan sendok.
6. Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan
frekuensi pemberian ASI.
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009)
Posisi yang benar dalam pemberian asi sangat menentukan bagi kenyamanan bayi
dan ibu sendiri. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan
berdiri, duduk, atau rebahan. Teknik menyusui yang benar yaitu cuci tangan yang
bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, berdiri, duduk,
atau berbaring dengan santai (sesuai keinginan).
a. Melekat dengan benar :
1) Dagu menempel pada payudara ibu
2) Bibir bawah terbuka keluar
3) Mulut terbuka lebar
4) Bagian atas areola mamae lebih banyak berada dalam mulut bayi
b. Posisi tubuh :
1) Perut bayi menghadap badan ibu
2) Telinga, bahu, tangan berada dalam satu garis lurus
3) Bayi di dekatkan dengan ibu
4) Ibu menyangga seluruh badan bayi

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya
atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan
memperlihatkan tanda-tanda yaitu bayi tampak tenang, bayi nampak menghisap kuat
dengan irama perlahan dan puting susu tidak terasa nyeri.

F. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering .
2) Rajin membersihkan putting dengan minyak kelapa atau baby oil, sambil
mengurut payudara dengan teknik yang benar.
3) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
4) Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyu ASI yang keluar pada sekitar putting susu
setiap kali selesai menyusuisui. Menyususi tetap dilakukan dimulai dari putting
susu yang tidak lecet
5) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkanselama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminusui. Menyususi tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak
lecet
6) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkanselama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
G. Seksualitas pada Ibu Nifas
Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan keluarga. Diskusikan hal ini
sejak mulai hamil dan diulang pada postpartum berdasarkan budaya dan
kepercayaan ibu dan keluarga. Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat ruptur
perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu
menurun karena kadar hormon rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang
istirahat dan tidur). Hal yang harus diperhatikan saat ingin berhubungan pada masa
nifas:
1) Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dapat beruhubungan. Bidan
biasanya memberi batasan rutin 6 minggu pascapersalinan. Akan tetapi, jika
pasangan ingin lebih cepat, konsultasikan hal ini untuk mengetahui dengan pasti
jenis persalinan, kondisi perineum, luka episiotomi, dan kecepatan pemulihan
sesungguhnya. Pasangan hendaknya menaati dan menunggu hingga 6 minggu
pasca persalinan agar tidak menyakitkan ibu secara fisik.
2) Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan jumlah waktu, penggunaan
kontrasepsi (jika menggunakan), dispareuni, kenikmatan dan kepuasan wanita
dan pasangan serta masih dalam hubungan seksual
3) Ungkapkan cinta dengan cara lain untuk memenuhi kebutuhan seksual jika
berhubungan intim tidak memungkinkan.
4) Program kontrasepsi harus segera dilakukan sebelum hubungan seksual karena
ada kemungkinan hamil kembali dalam kurun waktu kurang dan 6 minggu
(kontrasepsi untuk mencegah kehamilan).
H. KB ( Keluarga Berencana)
Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun.. Meskipun setiap
metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.
Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama
menyusui., khususnya oral (estrogen-progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu
yang menyusui.
1) Metode amnorea laktasi (MAL) , Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi
selama menyusui ekslusif atau menyusui selama 6 bulan.Metode ini efektif
sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainnya.
2) Pil Progestin (Mini Pil). Metode ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
menggunakan pil KB dan sangat efektif pada masa laktasi karena tidak
menurunkan produksi ASI. Sangat efektif bila digunakan secara benar, dapat
dihentikan setiap saat, nyaman. Namun memiliki efek samping gangguan haid,
masalah berat badan, pengunaan harus rutin.
3) Suntikan progestin. Metode ini sangat efektif, aman,metode ini cocok untuk
masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.Sering ditemukan gangguan
haid. Harus rutin suntik. Terlambat kembalinya kesuburan setelah penghentian
pemakaian. Pada penggunaan jangka panjang, dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido
4) Kontrasepsi implan. Kontrasepsi ini efektif selama 5 tahun untuk Norplant dan 3
tahun untuk jadena, Indoplant, dan Implanont.Kesuburan dapat segera kembali
setelah implan dicabut dan aman dipakai pada saat laktasi karena tidak
menggangu produksi ASI. menyebabkan perubahan pola haid,timbul keluhan
seperti nyeri kepala, nyeri dada, masalah berat badan, dan membutuhkan tindak
pembedahan minor
5) KB dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Metode ini sangat efektif
teversibel, dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan khusus bagi petugas
kesehatan. Tidak memengaruhi produksi dan kualitas ASI, dapat dipasang
segera setelah melahirkan. Menyebabkan perubahan siklus haid ,
ketidaknyamanan saat dipasang atau lepas.

I. Waktu Kontrol
Asuhan kunjungan masa nifas normal menurut (Eny Retna Ambarwati, Diah
Wulandari, 2009)
1. Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan;rujuk jika perdarahan
berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara bayi dengan ibu (Bounding Attachment).
f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran , atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil
2. Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
f) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3. Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah persalinan sama seperti kunjungan ke II
4. Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami.
b) Memberi konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-
tanda bahaya yang dialami ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eny Retna, Wulandari Diah.2009.Asuhan Kebidanan


Masa.Nifas.Yogyakarta:Mitra Cendekia
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakata: EGC.
Suherni dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta: Fitramaya
https://www.academia.edu/28562230/KEBUTUHAN_DASAR_IBU_NIFAS diakses pada 28
september 2018 pukul 16.06
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-rizkinuraf-5617-4-bab2.pdf diakses
pada 28 september 2018 pukul 16.06

Anda mungkin juga menyukai