BERNALAR ILMIAH
Disusun oleh:
Tim Penulis
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................2
C. Tujuan Umum ......................................................................................................2
BAB II ISI .......................................................................................................... 3
A. Pengertian Penalaran Ilmiah ...............................................................................3
B. Karakteristik Penalaran Ilmiah ...........................................................................3
C. Jenis Penalaran Ilmiah .........................................................................................4
D. Hubungan Sebab Akibat (Kausal) .......................................................................7
E. Kelebihan dan Kelemahan Penalaran Ilmiah ......................................................8
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 11
B. Saran ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia hakikatnya memiliki kemampuan bernalar. Dimana
kemampuan bernalar ini berkembang karena didukung bahasa sebagai
sarana komunikasi verbalnya, sehingga hal-hal yang sifatnya abstrak
sekalipun mampu mereka kembangkan, hingga akhirnya sampai pada
tingkatan yang dapat dipahami dengan mudah. Hal ini merupakan ciri
1
khusus yang menjadikan manusia berbeda dengan mahkluk lain.
1
Dalam proses pembelajaran, bernalar ilmiah dapat menjadi alat
bantu untuk mencari ilmu. Bernalar ilmiah akan mengasah individu terampil
dalam pemecahan masalah yang melibatkan proses menghasilkan, menguji,
dan merevisi hipotesis atau teori, serta mengobservasi dan merefleksikan
proses perolehan pengetahuan dan perubahan pengetahuan dengan
menyajikan hasil data dan beragumen dengan tepat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
ISI
3
ilmiah.
2. Sistematik dan runtut
Sistematik adalah sesuai dengan kaidah penalaran yang sahih, sedangkan
runtut artinya antar komponen terdapat keselarasan.
3. Objektif
Objektif merupakan kesimpulan yang diambil berdasarkan pada
objeknya dan bukan hasil tafsiran subjektif dari orang yang
menyimpulkan.
4. Skeptik
Skeptik adalah pola piker yang menganggap benar suatu kebenaran yang
bersifat relative serta pragmatis, sampai ditemukan kesimpulan baru
yang dianggap lebih benar secara sahih.
5. Bersifat apa adanya
Bersifat apa adanya berarti usaha untuk menemukan kebenaran apa
adanya yang manfaat baik maupun keburukannya diserahkan pada pihak
pemangku kepentingan atau stake holder seperti pakar, filosof,
agamawan, serta pemangku kepentingan lain.
6. Bersifat probabilistic
Bersifat probabilistic dapat diartikan juga bersifat peluang pada
kebenaran ilmiah karena mengandung unsur induktif.
7. Universal
Universal diartikan sebagai suatu hasil kesimpulan yang harus berlaku
secara umum tanpa membeda-bedakan atau diskriminasi.
1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu kegiatan, suatu proses atau
suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu
pernyataan baru bersifat umum berdasar pada beberapa pernyataan
khusus yang diketahui benar. Dengan demikian penalaran induktif
4
diartikan sebagai suatu proses atau suatu pernyataan baru yang bersifat
umum berdasarkan pada beberapa pernyatan khusus yang diketahui
benar.7
2. Penalaran Abduktif
Penalaran abduktif adalah bentuk penalaran yang digunakan
untuk mengajukan penjelasan untuk peristiwa seperti temuan tak
terduga. Penalaran secara abduktif berusaha untuk menghasilkan
penjelasan dalam bentuk sebagai berikut “jika situasi X telah terjadi,
dapatkah itu menghasilkan bukti saat ini yang saya coba tafsirkan?”.
Penelaran ini memang kurang dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya, namun dapat membantu untuk menemukan suatu
penemuan terbaru dan juga membantu kreativitas suatu penelitian
(Dunbar dan Klahr, 2012).
3. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang
didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan
(Suriasumantri, 2005).
Bahwa jika premis benar maka kesimpulan akan benar. Jika
kesimpulan valid, maka premis pasti benar (Ladyman, 2002).
Metode penalaran deduksi berangkat dari hipotesa-hipotesa
yang bisa dijelaskan, lalu pada akhirnya kemudian dilakukan semacam
menarikan kesimpulan secara eksperiensial dari hipotesa yang ada
(Keraf dan Dua, 2001).
Pendekatan deduksi adalah metode penalaran yang mengambil
kesimpulan dari umum ke khusus, berikut dalam penggambaran
silogismenya;
A adalah B
Jika C adalah B
Maka C adalah A
5
Misalkan dalam konteks bahasa adalah
4. Penalaran Analogi
6
b. Sumber/referensi merupakan suatu dasar pengetahuan yang
digunakan oleh peneliti untuk memahami atau menjelaskan
target/variabel tersebut. Peneliti akan membuat analogi dengan
memetakan fitur sumber ke fitur target.
a. Pengambilan sumber
7
pencarian data statistik ( yaitu, seberapa sering variabel terjadi bersamaan).
Dikotomi ini dapat diringkas untuk mencari informasi kualitatif versus
kuantitatif tentang masalah yang diteliti.
Pola pikir ilmiah merupakan suatu metode yang memiliki kelebihan dan
juga kelemahan. Beberapa kelebihan pola pikir ilmiah yakni :
8
memecahkan masalah dapat beralih dari satu tahap ke tahap lain.
Berdasar teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa, dengan
mengetahui tipe-tipe representasi dan prosedur yang digunakan
seseorang untuk bergerak dari satu tahap ke tahap lainnya, maka
kita dapat memahami proses bernalar ilmiah (Dunbar dan Klahr,
2012).
9
berhubungan dengan menyingkap proses-proses mental yang
mendasari penciptaan hipotesis dan konsep ilmiah yang baru. Tipe
penelitian ini biasanya berfokus pada penggunaan analogi dan
penggambaran ilmu dan penggunaan tipe-tipe tertentu pemecahan
masalah heuristic (Dunbar dan Klahr, 2012).
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar, berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpikir
alamiah dan berpikir ilmiah. Bernalar ilmiah pada intinya melakukan kegiatan
penalaran menggunakan akal kita, memproses berbagai ide, berdasarkan sasaran
tertentu secara teratur dan cermat dengan proses tertentu hingga mencapai
kesimpulan yang berupa pengetahuan yang benar untuk menjadi ilmu.
Menggunakan akal kita artinya bernalar menganalisis masalah menggunakan
logika yang rasional baik dengan metode induktif maupun deduktif, abduktif,
memproses suatu ide secara penalaran analogi, dan mempertimbangkan hubungan
sebab akibat. Hal-hal tersebut yang menjadikan dasar bernalar ilmiah.
B. Saran
Bernalar ilmiah merupakan suatu proses berfikir hingga mencapai
kesimpulan yang berupa pengetahuan yang benar untuk menjadi ilmu. Untuk dapat
mencapai kesimpulan yang benar, dibutuhkan proses berfikir secara logis dan
sistematis agar dapat teruji kebenarannya dan terhindar dari bias dalam
pengaplikasiannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Bernalar Ilmiah
dr. Rahadian Indarto Susilo, Sp.BS(K)
Latar Belakang
Setiap manusia hakikatnya memiliki kemampuan bernalar. Hal ini
merupakan ciri khusus yang menjadikan manusia berbeda dengan
mahkluk lain.
2
Mengapa bernalar ilmiah penting?
Bernalar ilmiah akan mengasah individu terampil dalam pemecahan
masalah yang melibatkan proses menghasilkan, menguji, dan merevisi
hipotesis atau teori, serta mengobservasi dan merefleksikan proses
perolehan pengetahuan dan perubahan pengetahuan dengan menyajikan
hasil data dan beragumen dengan tepat.
3
Tinjauan Pustaka
Pengertian Penalaran Ilmiah
● KBBI
○ Nalar → pertimbangan tentang baik buruk dan sebagainya.
○ Penalaran → cara menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis.
● Dunbar dan Klahr (2012) → proses penalaran ilmiah tidak berbeda dari proses berpikir
sehari-hari → bedanya, menggunakan definisi konsep dan kesimpulan yang lebih tepat,
bahan eksperimental yang lebih rinci dan sistematik, serta logis.
5
Pengertian Penalaran Ilmiah
7
Karakteristik Penalaran Ilmiah
4. Skeptik
Skeptik adalah pola piker yang menganggap benar suatu kebenaran yang bersifat
relative, sampai ditemukan kesimpulan baru yang dianggap lebih benar secara
sahih
Bersifat apa adanya berarti usaha untuk menemukan kebenaran apa adanya yang
manfaat baik maupun keburukannya diserahkan pada pihak pemangku
kepentingan atau stake holder seperti pakar, filosof, agamawan, serta pemangku
kepentingan lain.
8
Karakteristik Penalaran Ilmiah
6. Bersifat probabilistic
7. Universal
Universal diartikan sebagai suatu hasil kesimpulan yang harus berlaku secara
umum tanpa membeda-bedakan atau diskriminasi.
9
Jenis-Jenis Penalaran
Hubungan sebab akibat
Penalaran Induktif
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur 05 Bagaimana suatu variabel bekerja →
adipiscing elit, sed do eiusmod tempor.
Donec facilisis lacus eget mauris. seberapa sering variabel terjadi
bersamaan
01 04 Penalaran Analogi
Proses penalaran yang berbicara tentang
Penalaran Abduktif dua hal yang berlainan. kemudian dua hal
yang berlainan itu dibandingkan yang satu
Metode abduksi berangkat dari hukum, kasus dengan yang lain, dengan mengidentifikasi
dan kesimpulan. Dibuat dengan pendekatan mencari persamaan
silogisme pendekatan yang dipakai adalah untuk
membangun hipotesa dan menyimpulkan dari
hipotesa-hipotesa yang dikumpulkan tersebut. 02 03 Penalaran Deduktif
adalah proses pengambilan kesimpulan yang
didasarkan kepada premispremis yang
kebenarannya telah ditentukan. → jika premis
benar maka kesimpulan akan benar. Jika kesimpulan
valid, maka premis pasti benar. Pendekatan deduksi
adalah metode penalaran yang mengambil kesimpulan
dari umum ke khusus.
11
Kelebihan Penalaran Ilmiah
● Penalaran Ilmiah sebagai Pengujian Hipotesis
○ Proses memprediksi sebuah hipotesis tertentu terhadap berbagai teori.
○ Agar dapat dipastikan kebenarannya, maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan
kebenarannya.
○ Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti dapat dengan sengaja
menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan atau penelitian.
○ Penelitian eksperimental kognitif pada penalaran ilmiah terkait isu spesifik, biasanya
jatuh pada 2 area besar kelas investigasi.
■ Kelas pertama berhubungan dengan tipe penalaran yang memimpin peneliti ke arah
yang tidak menentu sehingga dapat menghalangi keaslian penelitian. Sebagai contoh,
saat peneliti lebih condong kepada salah satu hipotesis pada satu waktu dan
menghambat peneliti untuk membuat penemuan baru.
■ Kelas kedua berhubungan dengan menyingkap proses-proses mental yang mendasari
penciptaan hipotesis dan konsep ilmiah yang baru. Tipe penelitian ini biasanya berfokus
pada penggunaan analogi dan penggambaran ilmu dan penggunaan tipe-tipe tertentu
pemecahan masalah heuristik (Dunbar, K., & Klahr, D., 2012).
12
Kekurangan Penalaran Ilmiah
● Sudut pandangnya menjadi semakin sempit dan sektoral
● Kesimpulan bersifat artifisial sehingga tidak mewakili situasi
kehidupan nyata dan dapat timbul bias pada tahap aplikasi
● Kajian masih pada tataran gejala atau fakta → tidak akan pernah
secara tuntas memecahkan masalah kehidupan
13
Kesimpulan
❏ Bernalar ilmiah pada intinya melakukan kegiatan penalaran
menggunakan akal kita, memproses berbagai ide, berdasarkan sasaran
tertentu secara teratur dan cermat dengan proses tertentu hingga
mencapai kesimpulan yang berupa pengetahuan yang benar untuk
menjadi ilmu
❏ Kelebihan dari penalaran ilmiah yaitu dapat digunakan sebagai
problem solving dan pengujian hipotesis
❏ Kelemahan dalam bernalar ilmiah seperti kesimpulan yang ditarik dari
kondisi eksperimental bersifat artifisial atau buatan sehingga
situasinya tidak mewakili situasi kehidupan nyata dan dapat timbul
bias pada tahap aplikasi
14
Saran
Untuk dapat mencapai kesimpulan yang benar, dibutuhkan proses
berfikir secara logis dan sistematis agar dapat teruji kebenarannya
dan terhindar dari bias dalam pengaplikasiannya.
15
Daftar Pustaka
Anonim. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nalar. Diakses
26 April 2023.
Dunbar, K.N. and Klahr, D. 2012. ‘Scientific Thinking and Reasoning’, in K.J. Holyoak and R.G. Morrison
(eds) The Oxford Handbook of Thinking and Reasoning. 1st edn. Oxford University Press, Hlm.
701–718. Dapat diakses pada: https://doi.org/10.1093/oxfordhb/ 9780199734689.013.0035
Handayani, G.A, Et al. 2020. Profil Tingkat Penalaran Ilmiah Siswa Sekolah Menengah Atas pada materi
Ekosistem. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi vol. 6, no. 2, Hlm. 176-186.
Keraf, A Sonny dan Dua, Mikhael. 2001. Ilmu Pengetahuan; Sebuah Tinjuaan Filosofis, Kanisius,
Yogyakarta.
16
Ladyman, James. 2002. Understanding Philosophy of Science, Routledge, London and Newyork.
Schafersman, S. D. 1997. An Introduction to Science: Scientific Thinking and The Scientific Method.
Miami: Departement of Geology.
Soediro, P. Krismantono. 2018. Penalaran Ilmiah (Scientific Reasoning). Bandung: Unpar Press.
Sudiantara,Y. 2019. Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagian Pertama Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Suriasumantri, J. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
17