Oleh:
Nama : Meilany Ariati Dewi
NIM : B1J014100
Kelompok :3
Rombongan : III
Asisten : Nurbaiti Rizki A
A. Latar Belakang
Mengetahui kadar air dan proses ekstraksi kandungan kimia rumput laut.
seperti alginat.
C. Tinjauan Pustaka
Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan laut yang dapat
menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat
pesisir. Sampai saat ini sebagian besar rumput laut diekspor dalam keadaan kering
dan baru sebagian diolah menjadi agar-agar di samping dimakan sebagai sayuran.
Jenis-jenis rumput laut yang sudah diolah antara lain Gracilaria sp., Gelidium sp.
diolah menjadi agar-agar dilakukan oleh negara-negara Jepang, Amerika Serikat,
New Zeland, Australia maupun Indonesia (Istiani et al., 2006).
Beberapa jenis rumput laut yang bermanfaat bagi manusia adalah dari
jenis rumput laut merah dan coklat. Rumput laut coklat mengandung berbagai
senyawa diantaranya adalah agar-agar, karaginan, porpiran, maupun furcelaran.
Disamping itu dalam rumput laut merah juga terkandung pigmen fikobilin yang
terdiri dari fikoeritrin dan fikosianin yang berfungsi sebagai cadangan makanan
berupa karbohidrat (Indriani & Sumiarsih, 1997).
Rumput laut coklat memiliki berbagai kegunaan. Senyawa algin yang
memiliki banyak khasiat biologi dan kimiawi seperti dapat digunakan pada
pembuatan obat antibakteri, anti tumor, penurunan tekanan darah dan mengatasi
gangguan kelenjar terdapat pada rumput laut coklat. Rumput laut coklat dikenal
sebagai penghasil algin dan iodin. Dinding sel mengandung asam alginik dan
garam alginat. Kandungan koloid yang paling utama adalah algin. Koloid algin
dalam dunia perdagangan disebut asam alginik. Algin dalam bentuk derivat garam
dinamakan garam alginat terdiri dari sodium alginat, potasium alginat dan
amonium alginat. Garam alginat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkali
(Kadi, 2004).
Alginat merupakan suatu kopolimer linear yang terdiri dari dua unit
monomerik, yaitu asam D-mannuronat dan asam L-guloronat. Alginat terdapat
dalam semua jenis algae coklat (Phaeophyta) yang merupakan salah satu
komponen utama penyusun dinding sel. Alginat yang ditemukan dalam dinding
sel algae coklat tersebut terdiri atas garam-garam kalsium, magnesium, natrium,
dan kalium alginat (Kirk & Othmer, 1994). Sifat-sifat fisikokimia seperti
viskositas dan rasio monomer penting artinya dalam pemanfaatan alginat pada
berbagai industri misalnya industri makanan, minuman, kosmetik, cat, tekstil dan
pemanfaatan lainnya. Viskositas dan gel strength merupakan dua karakteristik
kunci dalam kualitas alginat. Rasio monomer yang menyusun alginat juga penting
dalam pemanfaatan terutama dalam kaitan sifat bioaktifnya maupun sifat struktur
dari gelnya. Viskositas maupun rasio monomer alginat juga dipengaruhi oleh
spesies, asal dan proses ekstraksi dari alginatnya. Rasio monomer penyusun
alginat berbeda-beda ditentukan oleh spesies alginofit yang menghasilkannya, dan
tempat tumbuh alginofitnya (Rachmat & Rasyid, 2002).
Rumput laut coklat memiliki pigmen santotif yang memberikan warna
coklat dan dapat menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan
manitol yang komposisinya sangat tergantung pada jenis (spesies), masa
perkembangan dan kondisi tempat tumbuhnya. Rumput laut coklat yang potensial
untuk digunakan sebagai sumber penghasil alginat diantaranya adalah jenis
Makrocystis, Turbinaria, Padina dan sargassum sp. Kandungan alginat pada
rumput laut coklat tergantung musim, tempat tumbuh, umur panen dan jenis
rumput laut. Dalam dunia industri dan perdagangan, algin dikenal dalam bentuk
asam alginat atau alginat. Asam alginat adalah suatu getah selaput (membrane
mucilage), sedangkan adalah bentuk garam dari asam alginat. Algin terdapat pada
semua jenis alga coklat sebagai komponen penyusun dinding sel seperti hal
selulose dan pektin (Marita & Widyayanti, 2009).
Di Indonesia sebenarnya banyak ditemukan rumput laut penghasil alginat
(alginofit) yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri
alginat. Alginat merupakan senyawa pikokoloid yang dihasilkan dari rumput laut
cokelat (Phaeophyceae), yaitu Macrocytis, Laminaria, Fucus, Turbinaria dan
Sargassum. Jenis rumput laut alginofit yang banyak ditemukan di perairan
Indonesia adalah Sargassum dan Turbinaria. Kandungan alginat pada rumput laut
Sargassum berkisar antara 8-32 % tergantung dari kondisi perairan tempat
tumbuhnya (Anggadireja et al., 1993).
Sifat-sifat alginat sebagian besar tergantung pada tingkat polimerisasi dan
perbandingan komposisi guluronat dan mannuronat dalam molekul. Asam alginat
tidak larut dalam air dan mengendap pada pH < 3,5 sedangkan garam alginat
dapat larut dalam air dingin atau air panas dan mampu membentuk larutan yang
stabil. Natrium Alginat tidak dapat larut dalam pelarut organik tetapi dapat
mengendap dengan alkohol. Alginat sangat stabil pada pH 5 10, sedangkan pada
pH yang lebih tinggi viskositasnya sangat kecil akibat adanya degradasi -
eliminatif. Ikatan glikosidik antara asam mannuronat dan guluronat kurang stabil
terhadap hidrolisis asam dibandingkan ikatan dua asam mannuronat atau dua asam
guluronat. Kemampuan alginat membentuk gel terutama berkaitan dengan
proporsi L-guluronat ( Maharani & Widyayanti 2009).
Algin merupakan komponen utama dari getah ganggang cokelat yang
diperoleh dengan cara melarutkan dalam alkali larutan Na karbonat. Proses ini
untuk menghilangkan selulosa sekaligus memisahkan algin dalam bentuk garam
Ca atau asam alginat. Selain itu, produk sampingan terpenting proses pemisahan
algin adalah propilan glikol alginat yang mempunyai gugus hidrofilik dan
lipofilik. Algin yang mempunyai mutu food grate harus bebas dari selulosa serta
warnanya sudah dilunturkan. Alginat merupakan suatu kopolimer linear yang
terdiri dari unit monomerik, yaitu asam D-mannuronat dan asam L-guluronat.
magnesium, natrium, dan kalium alginat (Kirk & Othmer, 1994).
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
B. Metode
A. Hasil
A. Kesimpulan
Anggadireja, J., Zatnika, A., Sujatmiko, W., Istiani, dan Noor, Z. 1993. Teknologi
Produk Perikanan Dalam Industri Farmasi. Stadium General Teknologi
dan Alternatif Produk Perikanan Dalam Industri Farmasi. IPB, Bogor.
Bai, Shaofeng, Huahai Chen1, Liying Zhu1, Wei Liu1, Hongwei D. Yu, Xin
Wang, Yeshi Yin. 2017. Comparative study on the in vitro effects of
Pseudomonas aeruginosa and seaweed alginates on human gut microbiota.
PLOS ONE. 12 (2), pp: 1-15.
Budiyanto dan Djazuli. 1997. Teknologi Pengolahan Alginat dari Berbagai Jenis
Rumput Laut Marga Sargassum sp. Jurnal Penelitian Pasca Panen
Perikanan. Vol V, No.1:12-16.
Istiani, S., A. Zatnika dan Suhaimi. 2006. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut.
http://www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E14.htm. Diakses
pada tanggal 24 Mei 2012.
Kadi, A. 2004. Potensi Rumput Laut di Beberapa Perairan Pantai Indonesia.
Oseania, XXIX (4): 25-36.
Kadi, A. 2006. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan
Indonesia. Jurnal Oseana, 4: 19-29.
Murtini, J. T., Hak N., Yunizal. 2000. Pengaruh Perlakuan Asam Klorida dan
Formaldehid pada Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum illicifolium
Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Natrium Alginat. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan. (1999/2000): 318-328.
Soviyeti, B. 1990. Laju Pertumbuhn Dan Persentase Berat Kering Dari Alga
Merah pada Metode Penanaman Rakit Terapung dan lepas Dasar di
Perairan Pantai Geger, Nusa Dua Bali. Skripsi. Institute Pertanian, Bogor.
Susanto, T., S. Rakhmadino dan Muljianto. 2001. Karakterisasi Ekstrak Alginat
dari Padina sp. Jurnal Teknologi Pertanian 2 (2): 96-109.