Anda di halaman 1dari 17

EKSTRAKSI ALGINAT

Oleh:
Nama : Meilany Ariati Dewi
NIM : B1J014100
Kelompok :3
Rombongan : III
Asisten : Nurbaiti Rizki A

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan senyawa alginat untuk industri tekstil dikawasan Asia Pasifik


dewasa ini mencapai 8.000-10.000 kg, sedangkan kebutuhan senyawa alginat di
negara maju sekitar 15.000 kg yang sebagian besar diimpor. Alginat adalah suatu
bahan yang dikandung Phaeophyceae. Pemanfaatan algin pada umumnya
berbentuk asam alginat dan alginat. Algin merupakan polimer murni dari asam
uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk alginat yang
paling dijumpai adalah natrium alginat yaitu suatu garam alginat yang larut dalam
air. Jenis alginat lain yang larut dalam air ialah kalium dan ammonium alginat,
alginat yang tidak larut dalam air ialah kalsium alginat.
Sumber alginat potensial terdapat pada makroalga laut coklat. Spesies-
spesies utama antara lain: Ascophyllum sp., Ecklonia sp., Durvillaea sp.,
Laminaria sp., Lessonia sp., Macrocystis sp., Sargassum sp. dan Turbinaria sp.
Daerah yang beriklim dingin spesies yang terpenting adalah Laminaria sp.,
Macrocystis sp., dan Ascophyllum sp. Daerah tropis marga Sargassum sp.,
Turbinaria sp., dan Hormophysa sp. merupakan spesies utama penghasil alginat.
Penyebaran alga coklat di Indonesia tumbuh menempati hampir di sepanjang
pantai pulau-pulaunya. Pemanfaatan mikroalga coklat masih dalam kalangan
terbatas, sedangkan manfaat pada produk hilirnya telah tersebar seperti produk
minuman, kosmetik, tekstil, kertas, makanan dan obat-obatan.
Metode ekstraksi yang dikembangkan oleh instalasi Penelitian Perikanan
Laut Slipi meliputi beberapa tahap yaitu demineralisasi, pencucian, ekstraksi,
penarikan asam alginate menggunakan HCl, pencucian, pertukaran ion H+ dengan
ion Na+ dari larutan NaOH kemudian penarikan natrium alginate menggunakan
alkohol dan pengeringan.
B. Tujuan

Mengetahui kadar air dan proses ekstraksi kandungan kimia rumput laut.
seperti alginat.
C. Tinjauan Pustaka

Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan laut yang dapat
menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat
pesisir. Sampai saat ini sebagian besar rumput laut diekspor dalam keadaan kering
dan baru sebagian diolah menjadi agar-agar di samping dimakan sebagai sayuran.
Jenis-jenis rumput laut yang sudah diolah antara lain Gracilaria sp., Gelidium sp.
diolah menjadi agar-agar dilakukan oleh negara-negara Jepang, Amerika Serikat,
New Zeland, Australia maupun Indonesia (Istiani et al., 2006).
Beberapa jenis rumput laut yang bermanfaat bagi manusia adalah dari
jenis rumput laut merah dan coklat. Rumput laut coklat mengandung berbagai
senyawa diantaranya adalah agar-agar, karaginan, porpiran, maupun furcelaran.
Disamping itu dalam rumput laut merah juga terkandung pigmen fikobilin yang
terdiri dari fikoeritrin dan fikosianin yang berfungsi sebagai cadangan makanan
berupa karbohidrat (Indriani & Sumiarsih, 1997).
Rumput laut coklat memiliki berbagai kegunaan. Senyawa algin yang
memiliki banyak khasiat biologi dan kimiawi seperti dapat digunakan pada
pembuatan obat antibakteri, anti tumor, penurunan tekanan darah dan mengatasi
gangguan kelenjar terdapat pada rumput laut coklat. Rumput laut coklat dikenal
sebagai penghasil algin dan iodin. Dinding sel mengandung asam alginik dan
garam alginat. Kandungan koloid yang paling utama adalah algin. Koloid algin
dalam dunia perdagangan disebut asam alginik. Algin dalam bentuk derivat garam
dinamakan garam alginat terdiri dari sodium alginat, potasium alginat dan
amonium alginat. Garam alginat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkali
(Kadi, 2004).
Alginat merupakan suatu kopolimer linear yang terdiri dari dua unit
monomerik, yaitu asam D-mannuronat dan asam L-guloronat. Alginat terdapat
dalam semua jenis algae coklat (Phaeophyta) yang merupakan salah satu
komponen utama penyusun dinding sel. Alginat yang ditemukan dalam dinding
sel algae coklat tersebut terdiri atas garam-garam kalsium, magnesium, natrium,
dan kalium alginat (Kirk & Othmer, 1994). Sifat-sifat fisikokimia seperti
viskositas dan rasio monomer penting artinya dalam pemanfaatan alginat pada
berbagai industri misalnya industri makanan, minuman, kosmetik, cat, tekstil dan
pemanfaatan lainnya. Viskositas dan gel strength merupakan dua karakteristik
kunci dalam kualitas alginat. Rasio monomer yang menyusun alginat juga penting
dalam pemanfaatan terutama dalam kaitan sifat bioaktifnya maupun sifat struktur
dari gelnya. Viskositas maupun rasio monomer alginat juga dipengaruhi oleh
spesies, asal dan proses ekstraksi dari alginatnya. Rasio monomer penyusun
alginat berbeda-beda ditentukan oleh spesies alginofit yang menghasilkannya, dan
tempat tumbuh alginofitnya (Rachmat & Rasyid, 2002).
Rumput laut coklat memiliki pigmen santotif yang memberikan warna
coklat dan dapat menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan
manitol yang komposisinya sangat tergantung pada jenis (spesies), masa
perkembangan dan kondisi tempat tumbuhnya. Rumput laut coklat yang potensial
untuk digunakan sebagai sumber penghasil alginat diantaranya adalah jenis
Makrocystis, Turbinaria, Padina dan sargassum sp. Kandungan alginat pada
rumput laut coklat tergantung musim, tempat tumbuh, umur panen dan jenis
rumput laut. Dalam dunia industri dan perdagangan, algin dikenal dalam bentuk
asam alginat atau alginat. Asam alginat adalah suatu getah selaput (membrane
mucilage), sedangkan adalah bentuk garam dari asam alginat. Algin terdapat pada
semua jenis alga coklat sebagai komponen penyusun dinding sel seperti hal
selulose dan pektin (Marita & Widyayanti, 2009).
Di Indonesia sebenarnya banyak ditemukan rumput laut penghasil alginat
(alginofit) yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri
alginat. Alginat merupakan senyawa pikokoloid yang dihasilkan dari rumput laut
cokelat (Phaeophyceae), yaitu Macrocytis, Laminaria, Fucus, Turbinaria dan
Sargassum. Jenis rumput laut alginofit yang banyak ditemukan di perairan
Indonesia adalah Sargassum dan Turbinaria. Kandungan alginat pada rumput laut
Sargassum berkisar antara 8-32 % tergantung dari kondisi perairan tempat
tumbuhnya (Anggadireja et al., 1993).
Sifat-sifat alginat sebagian besar tergantung pada tingkat polimerisasi dan
perbandingan komposisi guluronat dan mannuronat dalam molekul. Asam alginat
tidak larut dalam air dan mengendap pada pH < 3,5 sedangkan garam alginat
dapat larut dalam air dingin atau air panas dan mampu membentuk larutan yang
stabil. Natrium Alginat tidak dapat larut dalam pelarut organik tetapi dapat
mengendap dengan alkohol. Alginat sangat stabil pada pH 5 10, sedangkan pada
pH yang lebih tinggi viskositasnya sangat kecil akibat adanya degradasi -
eliminatif. Ikatan glikosidik antara asam mannuronat dan guluronat kurang stabil
terhadap hidrolisis asam dibandingkan ikatan dua asam mannuronat atau dua asam
guluronat. Kemampuan alginat membentuk gel terutama berkaitan dengan
proporsi L-guluronat ( Maharani & Widyayanti 2009).
Algin merupakan komponen utama dari getah ganggang cokelat yang
diperoleh dengan cara melarutkan dalam alkali larutan Na karbonat. Proses ini
untuk menghilangkan selulosa sekaligus memisahkan algin dalam bentuk garam
Ca atau asam alginat. Selain itu, produk sampingan terpenting proses pemisahan
algin adalah propilan glikol alginat yang mempunyai gugus hidrofilik dan
lipofilik. Algin yang mempunyai mutu food grate harus bebas dari selulosa serta
warnanya sudah dilunturkan. Alginat merupakan suatu kopolimer linear yang
terdiri dari unit monomerik, yaitu asam D-mannuronat dan asam L-guluronat.
magnesium, natrium, dan kalium alginat (Kirk & Othmer, 1994).
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ekstraksi alginat yaitu


timbangan analitik, baskom, pan penjendal, para-para penjemur, saringan, kertas
pH, stopwatch, saringan 60 mesh, pipet, pipet ukur, pengaduk, kain kasa,blender,
pressure coocker, labu ukur 100 liter, gelas piala, gelas ukur, thermometer dan
oven.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rumput laut Sargassum
polycistum 60 gram, KOH 2%, NaOH 0,5 %, HCl 0,5 %, NA2CO3 7 %, HCl 5 %,
H2O2 6%, alkohol 95%, dan akuades.

B. Metode

Metode ekstraksi alginat yaitu :

1. Rumput laut ditimbang sebanyak 10 gram


2. Dilakukan perendaman dalam CaCl2 sebanyak 100 ml selama 2 jam
3. Dilakukan perendaman kembali ke dalam HCl 0,5% sebanyak 100 ml
selama 30 menit
4. Rumput laut diekstraksi dengan cara ditambahkan 200 mL akuades +
Na2CO3 7% (100 mL) selama 1 jam.
5. Rumput laut kemudian disaring
6. Dilakukan pengasaman dengan cara ditambahkan HCl 5%
7. Rumput laut dipucatkan dengan ditambahkan H2O2 sebanyak 10 ml
selama 10 menit
8. Rumput laut disaring dan dijemur
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel hasil perhitungan rendemen rombongan III


No Kelompok Hasil (%)
1 1 0,05
2 2 0,5
3 3 1,83
4 4 0,5
5 5 0,5

Gambar 3.1. Proses Pemasakan Gambar 3.2. Penambahan 100 ml


HCl 5%

Gambar 3.3. Penuangan Pertama Gambar 3.4. Proses Penyaringan


Pada Kain Kassa
Gambar 3.5. Penambahan 100 ml Gambar 3.6. Penambahan 100 ml
KOH 10% H2O2 6%

Gambar 3.7. Penataan Dalam Kain Gambar 3.8. Proses Pengeringan


Kassa

Gambar 3.9. Alginat yang sudah kering


B. Pembahasan

Sargassum sp. memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng, banyak


percabangan yang menyerupai pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong
seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama
bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk
cakram. Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau
meruncing. Sargassum sp. tersebar luas di perairan Indonesia, dapat tumbuh di
perairan terlindung maupun berombak besar pada habitat berkarang. Sargassum
sp. biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu pigmen coklat yang menutupi warna
hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminarin dan algin serta adanya
flaget. Rumput laut jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang
mempunyai warna cokelat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada
substrat dasar yang kuat. Bagian atas menyerupai semak yang berbentuk simetris
bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan (Anggadiredja et al.,
2008)
Adapun klasifikasi Sargassum menurut Anggadiredja et al. (2008) sebagai
berikut:
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum sp.
Prinsip mendapatkan alginat, jelasnya adalah pencucian, perendaman
dengan KOH 2% dan NaOH 0,5% masing-masing 30 menit, HCl 0,5%,
pencucian, penghancuran dengan Na2CO3 7%, penyaringan, pengasaman dengan
HCl 5 %, pemucatan dengan H2O2 6%, pengendapan dengan NaOH 10%,
pemurnian dengan alkohol dan akhirnya asam alginat dikeringkan. Fungsi
penambahan larutan KOH dan NaOH pada perendaman adalah untuk pelunakan
dinding sel, adapun larutan HCl lebih menekankan pada pelunakan rumput
lautnya. Na2CO3 7% berfungsi untuk mengeluarkan alginat dan selulosa dari
dinding sel. Larutan HCl 5 % berfungsi sebagai demineralisasi, H2O2 6% sebagai
pelepas pigmen warna pada alginat, NaOH 10% berfungsi untuk memisahkan Na
dan alginat sehingga terbentuk garam alginat. Alkohol berfungsi untuk
penggumpalan (Gliksman, 1998).
Alginat ialah struktural polisakarida yang ditemukan di alga coklat.
Secara kimiawi, alginat ialah ikatan (1-4) linear kopolimer terdiri dari L-guluronat
dan -D-Mannuronat tersusun dalam urutan blok. Rumus molekul dari alginat
ialah (C6H6O6)n. Penggunaan Sargassum sp dalam pembuatan alginat memiliki
spesifitas (kekhususan) dan efisiensi dalam pengikatan protein target dengan nilai
Rms sekitar -1,00. Alga coklat juga sangat baik dalam biosorben untuk logam
berat. Dinding sel memiliki konsentrasi tinggi garam alginat dan polsakarida yang
tersulfatasi (Saravanan et al.,2011). Sedangkan menurut Koesoemawardani
(2016), Alginat merupakan biopolimer alami yang diekstrak dari tiga spesies
coklat alga, yaitu Laminaria Hyperborea, Ascophyllum nodosum, dan Macrocystis
pyrifera, biasanya alginat dalam bentuk garam seperti Na+, Ca2+, atau Mg2 .
Alginat mempunyai senyawa utama berupa matriks intraseluler yaitu berupa
kopolimer asam -D-manuronat (M) dan acid (G) residu -L-guluronat bergabung
dengan 1: 4 glikosidik. Alginat sangat reaktif dengan protein sehingga cocok
digunakan untuk restrukturisasi Komponen penyusun alginat mampu membentuk
ikatan kompleks dengan protein dan air sehingga menghasilkan karakteristik gel
yang kuat. Sifat mengalir (flow properties) larutan alginat sangat tergantung pada
konsentrasi. Alginat didistribusikan secara luas di dinding sel alga seperti kelp
raksasa, rumput laut, Silquosa, fucus dan sargasso. Namun, alginat yang berasal
dari ganggang coklat tidak terbarukan.Selain itu, komposisi alginat rumput laut
bervariasi dengan pembiakan yang berbeda (Bai et al., 2017).

Garam alginat yang didapat kemudian dihitung rendemennya. Berdasarkan


hasil praktikum dihasilkan rendemen alginat sebesar 96,67%. Hasil ini tidak
sesuai dengan pernyataan dari Anggadireja et al, (1996) kisaranya yaitu 8 hingga
32 % tergantung jenis, musim dan kondisi perairan tempat tumbuhnya Sargassum
polycistum. Kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi laju fotosintesis rumput
laut sehingga berpengaruh pada pertumbuhan rumput laut yang pada akhirnya
juga berpengaruh pada alginat yang dihasilkan. Hal ini ditegaskan oleh Soviyeti
(1990), yang menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat
tumbuhnya. Laju pertumbuhan, fotosintesis dan respirasi pada rumput laut
cenderung berkorelasi dengan suhu, cahaya, pH dan nutrien tempat tumbuhnya.
Suhu berpengaruh terhadap hasil rendemen alginat.

Proses ekstraksi rumput laut coklat dilakukan dalam suasana basa


bertujuan untuk memisahkan selulosa dan alginat. Bahan pengekstrak yang dapat
digunakan adalah Na2CO3 dan NaOH (Basmal et al., 2001). Na2CO3 berfungsi
untuk mengekstrak kandungan alginat yang terdapat didalam talus rumput laut
coklat. Kecepatan ekstraksi alginat yang ada dalam talus sangat tergantung pada
konsentrasi Na2CO3, suhu dan lama waktu ekstraksi yang diberikan. NaOH yang
merupakan salah satu golongan senyawa alkali dalam proses ekstraksi rumput laut
berfungsi membentuk natrium alginat dari asam alginat (Basmal et al., 2001).
Proses ekstraksi alginat juga menggunakan HCl yang berfungsi dalam
demineralisasi (Susanto et al., 2001).Standar mutu secara umum dari algin adalah
pH 3,5-10, viskositas 10-5000 cps per 1% larutan air, kadar air 5-20%, logam
berbahaya , arsen negatif. Ada pula penilaian lain bahwa mutunya tergantung
penggunaan. Algin yang kan digunakan untuk campuran makanan harus bebas
dari selulosa, berwarna putih terang. Algin dalam proses farmasi juga harus bebas
dari selulosa dan berwarna putih bersih. Dalam industri lain, algin dapat
mengandung sedikit selulosa dan berwarna coklat sampai jernih (Indriani &
Sumiarsih, 1999).
Perendaman selanjutnya menggunakan HCl 0,5%. Suasana yang terlalu
basa dapat menyebabkan terhidrolisisnya sebagian alginat di dalam rumput laut
sehingga saat direaksikan dengan asam (HCl) jumlah asam alginat yang diperoleh
sedikit. Warna setelah perendaman ini adalah tetap. Pengasaman menyebabkan
larutan menjadi berbusa, warna coklat kehitaman, dan agak kental. Menurut
Gliksman (1998) penggunaan HCl pada alginat, akan memecah dinding sel
sehingga memudahkan ekstraksi, karena HCl merupakan asam kuat dan akan
terionisasi sempurna.
Pemucatan menggunakan larutan H2O2 6% menghasilkan warna coklat
jernih. Penggunaan bahan pemucatan (sumber Ca) yang ditambahkan pada proses
pemucatan, semakin kuat asam yang digunakan menyebabkan makin lunaknya
dinding sel rumput laut, sehingga dengan ekstraksi semakin banyak bahan-bahan
yang dapat dikeluarkan dari jaringan ini (Winarno, 1990)
Kemudian dilakukan pengendapan dengan penambahan NaOH 10%.
NaOH 10% ini berfungsi untuk mengeluarkan atau memisahkan natrium alginat
dan asam alginat sehinga terbentuk natrium alginat dari asam alginat. Perlakuan
akhir dengan isopropanol 95% pada suhu kamar akan mengikat natrium alginat
sehingga akan menggumpal (Basmal et al., 2001).
Alkohol 95% selama 30 menit dan disaring, untuk pemurnian dan
untuk menarik air yang tersisa. Tekstur yang terbentuk menjadi lebih keras.
Pengeringan dengan oven pada suhu 40 0C, untuk menghilangkan kadar air yang
tersisa. Setelah kering alginat yang diperoleh kemudian diblender. Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh rendemen sebesar 96,67%. Menurut Soegiarto et al.,
(1992), menyatakan bahwa kandungan senyawa alginat yang terdapat pada
Phaeophyceae tergantung dari jenis rumput laut, kondisi tempat tumbuh dan
iklim. Menurut Budiyarto & Djali (1997), menyatakan bahwa kandungan senyawa
alginat juga dipengaruhi oleh habitat (intensitas cahaya, besar kecilnya ombak
atau arus, nutrisi dan sebagainnya) serta umur rumput laut tersaebut. Disamping
itu kandungan senyawa alginat juga dipengaruhi oleh teknik penanganan selama
ekstraksi.
Alginat yang memiliki mutu food grade, harus bebas dari selulosa dan
warnanya sudah dipucatkan (bleached) sehingga terang atau putih.
Pharmacentical grade, biasanya juga bebas dari selulosa. Disamping grade
tersebut, ada juga yang disebut industrial grade yang biasanya masih
mengizinkan adanya beberapa bagian dari selulosa, dengan warna dari cokelat
sampai putih. pH alginat bervariasi dari 3,5 10, dengan viskositas 10 5000 cps,
kadar air 5 20% dan ukuran partikel 10- 200 mesh (Winarno, 1990).
Standar mutu Natrium alginat (Winarno, 1990) :
Karakteristik Natrium alginate
Kemurnian ( % bobot kering ) 90,8 100%
Kadar As < 3 ppm
Kadar Pb < 10 ppm
Kadar Hg < 0,004%
Kadar abu 18-27%
Kadar air < 15%
Dari tabel diatas terlihat bahwa kadar abu merupakan batasan mutu dan
nilainya diharapkan antara 18-27%, Kadar abu yang melebihi standar diperkirakan
disebabkan karena adanya polusi pada perairan tersebut.
Menurut Kadi (2004), yang disebut carrageenan minimall harus
mengandung sulfat 18% dari berat kering. Dari ketiga jenis tersebut, jenis
rambukasang adalah yang terbanyak digunakan karena lebih murah harganya dan
menghasilkan agar-agar tiga kali lipat dari jenis lain. Rata-rata banyaknya
(rendemen) agar-agar yang dihasilkan dari rumput laut kering adalah 25-35 persen
(Prasetyaningrum & Purbasari, 2002). Alginat diekstrak dari rumput laut coklat
(Phaeophyceae), misalnya Laminaria dan Sargassum. Asam alginat adalah suatu
polisakarida yang terdiri dari D-mannuronic acid dan L-guluronic acid yang
merupakan asam-asam karbosiklik (R-COOH) dengan perbandingan mannuronic
acid/guluronic acid antara 0,32,35.

Alginat biasanya digunakan dalam bentuk garam misalnya garam Sodium,


Kalsium, Potasium dan Amonium dan juga dalam bentuk ester sepertii Propylene
glycol alginat. Sodium alginat komersil mempunyai berat molekul antara 32.000
200.000 dengan derajat polimer 180 930. Asam alginat dan garam Kalsiumnya
sangat sedikit larut dalam air, sedangkan garam Sodium, Potasium dan Amonium
serta Propylene esternya larut dalam air panas dan air dingin) (Istiani et al., 2006).
Natrium alginate juga digunakan sebagai kulit buatan dalam penyembuhan kulit
graft donor. Situs Sulfated polisakarida, termasuk yang alami dan disintesis,
memiliki kompatibilitas darah besar atau bahkan meminum aktivitas antikoagulan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa alginate kalium massa molekul yang
rendah (L-PA), salah satu polisakarida utama yang diekstrak dari ganggang
coklat, penurunan tekanan darah sistolik (SBP) pada tikus spontan hipertensi.
Kalsium salib terkait natrium alginate telah ditanamkan pada hewan dan manusia
dan kalsium salib terkait natrium alginate secara luas digunakan sebagai bahan
saus haemostatic luka (Basha, 2011).
Standar mutu internasional baik untuk asam alginat maupun natrium
alginat yang telah ditetapkan sesuai dengan Food Chemical Codex (FCC) adalah
sebagai berikut :
Karakteristik Asam alginate Natrium alginat
kadar As < 3 ppm < 3 ppm
kadar Pb < 10 ppm < 10 ppm
logam berat (Hg) < 0,004 % < 0,004 ppm
kadar abu <4% 18-27 %
kadar susut pengeringan < 15 % < 15 %

Indriani dan Sumiarsih (1994), menyatakan algin digunakan dalam


industri:
a. Makanan: pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega,
saus, pengalengan daging, selai, sirup dan pudding.
b. Farmasi : tablet, saleb, kapsul, plester, filter.
c. Kosmetik : krim, lotion, sampho, cat rambut.
d. Testil: kertas, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida dan bahan
pengawet kayu.
III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan


sebagai berikut:
1. Rendemen yang dihasilkan pada estraksi alginat yang menggunakan Rumput
laut kering Sargassum sp. 10 gram rendemen alginat sebesar 1,83 %.
2. Ekstraksi alginat menggunakan sampel Sargassum sp. karena dalam dinding
sel alga coklat tersebut mengandung banyak getah alginat yang terdiri atas
garam-garam kalsium, magnesium, natrium dan kalium.
B. Saran

Akan sangat membantu dalam hal pengawasan jika penjemuran boleh


dibawa dan dilakukan di rumah oleh praktikan.
DAFTAR REFERENSI

Anggadireja, J., Zatnika, A., Sujatmiko, W., Istiani, dan Noor, Z. 1993. Teknologi
Produk Perikanan Dalam Industri Farmasi. Stadium General Teknologi
dan Alternatif Produk Perikanan Dalam Industri Farmasi. IPB, Bogor.

Aslan, L. M. 1999. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Atmadja, W. S., A. Kadi, Sulistijo dan Rachmaniar. 1996. Pengendalian Jenis-


Jenis Rumput Laut Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI, Jakarta.

Bai, Shaofeng, Huahai Chen1, Liying Zhu1, Wei Liu1, Hongwei D. Yu, Xin
Wang, Yeshi Yin. 2017. Comparative study on the in vitro effects of
Pseudomonas aeruginosa and seaweed alginates on human gut microbiota.
PLOS ONE. 12 (2), pp: 1-15.

Basha, N.S, R. Rekha, A. Letensie, and S. Mensura. 2011. Preliminary


Investigation on Sodium Alginate Extracted from Sargassum
Subrepandum of Red Sea of Eritrea as Tablet Binder. J. Sci. Res. 3 (3),
609-618.
Basmal, J., Y. Sekarasih dan T.K, Bunasor. 2001. Pengaruh Konsentrasi Bahan
Pemucat dan Jenis Bahan Pengendap Terhadap Pembentukan Sodium
Alginat dari Rumput Laut Cokelat Sargassum filipendula C. Agarth.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 7(4): 74-81.

Bold, H. C. and Wynne, M. J. 1985. Introduction to The Algae. Prentice-Hall Inc.,


New Jersey.

Budiyanto dan Djazuli. 1997. Teknologi Pengolahan Alginat dari Berbagai Jenis
Rumput Laut Marga Sargassum sp. Jurnal Penelitian Pasca Panen
Perikanan. Vol V, No.1:12-16.

Glicksman, M. 1998. Gum Technology in the Food Industry. Academic Press.


New York.

Indriani, H dan E. Sumiarsih. 1997. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran


Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Indriani, H dan E. Suminarsih. 1999. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran
Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.

Istiani, S., A. Zatnika dan Suhaimi. 2006. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut.
http://www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E14.htm. Diakses
pada tanggal 24 Mei 2012.
Kadi, A. 2004. Potensi Rumput Laut di Beberapa Perairan Pantai Indonesia.
Oseania, XXIX (4): 25-36.
Kadi, A. 2006. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan
Indonesia. Jurnal Oseana, 4: 19-29.

Koesoemawardani, Dyah & Mahrus Ali. 2017. Rusip Dengan Penambahan


Alginat Sebagai Bumbu. Phpi, 19 (3), Pp: 277-287.

Murtini, J. T., Hak N., Yunizal. 2000. Pengaruh Perlakuan Asam Klorida dan
Formaldehid pada Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum illicifolium
Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Natrium Alginat. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan. (1999/2000): 318-328.

Prasetyaningrum, A. dan A. Purbasari. 2002. Ekstraksi Alginat dari Rumput Laut


dan Aplikasinya pada Industri. http://www.tekim.ft.undip.ac.id/jreaktor .
Diakses pada tanggal 24 Mei 2012.

Saravanan, a., V. Brindha, and S. Krishnan. 2011. studies on the structural


changes of the biomass sargassum sp. on metal adsorption. Journal of
Advanced Bioinformatics Applications and Research Vol 2, Issue 3, 2011,
pp 193-196.

Soegiarto, A. Sulistijo, Atmadja dan H. Mubarak. 1992. Rumput Laut (Algae).


Manfaat, Potensi dan Usaha Budidaya. Lembaga Oseanologi Nasional
LIPI, Jakarta.

Soviyeti, B. 1990. Laju Pertumbuhn Dan Persentase Berat Kering Dari Alga
Merah pada Metode Penanaman Rakit Terapung dan lepas Dasar di
Perairan Pantai Geger, Nusa Dua Bali. Skripsi. Institute Pertanian, Bogor.
Susanto, T., S. Rakhmadino dan Muljianto. 2001. Karakterisasi Ekstrak Alginat
dari Padina sp. Jurnal Teknologi Pertanian 2 (2): 96-109.

Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar


Harapan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai