DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
A. Pengertian Cairan Sperma .................................................................................................. 2
B. Komposisi Cairan Sperma .................................................................................................. 2
C. Pengertian dan Bagian-bagian Spermatozoa ...................................................................... 2
D. Fungsi-fungsi Bagian Spermatozoa .................................................................................... 3
E. Morfologi spermatozoa....................................................................................................... 4
1. Spermatozoa Normal ...................................................................................................... 4
2. Spermatozoa Abnormal .................................................................................................. 5
a. Abnormalitas Kepala (Head Defect) ........................................................................... 5
b. Abnormalitas bagian tengah/badan (Midpiece) .......................................................... 7
c. Abnormalitas Ekor (Tail) ............................................................................................ 8
d. Spermatozoa Imatur .................................................................................................... 9
F. Terminologi ........................................................................................................................ 9
G. Macam-Macam Kelainan Sperma Pria ............................................................................. 10
1. Azoospermia ................................................................................................................. 11
2. Oligospermia ................................................................................................................. 11
3. Asthenospermia............................................................................................................. 12
4. Teratospermia ............................................................................................................... 13
H. Jenis Gangguan Sperma Lainnya ..................................................................................... 14
1. Oligoasthenozoospermia ............................................................................................... 14
2. Oligoteratozoospermia .................................................................................................. 14
3. Oligoasthenoteratozoospermia (OAT) .......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15
1
A. Pengertian Cairan Sperma
Mani atau semen (sperma) ialah ejakulat yang berasal dari seorang pria berupa
cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain
dan spermatozoa. Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah
untuk mengetahui tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat
kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh
keturunan. Sudah jelas bagi kita semua bahwa seorang pria dengan tingkat kesuburan
yang rendah atau dengan kata lain steril, sulit baginya untuk memperoleh keturunan,
demikian juga sebaliknya. Oleh karena hal tersebut di atas, maka seyogyanyalah
seorang pria memeriksakan dirinya untuk mengetahui tingkat kesuburannya.
Satu spermatozoa terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Sebagian besar kepala
sperma berisi inti. Dua pertiga bagian inti diselimuti tutup akrosom. Jika terjadi
pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim yang
terpenting ialah hialurodinase dan protease mirip tripsin. (Yatim, 1994: 239).
Kepala mengandung lapisan tipis sitoplasma, dan sebuah inti berbentuk lonjong
yang hampir mengisi seluruh bagian kepala itu. Inti diselaputi oleh selabung perisai, di
depan atau di belakang. Di depan disebut tudung depan atau akroom. Di belakang
disebut tudung belakang. Ke tudung belakang melekat sentriol depan dan filament
poros (Yatim, 1994: 238).
2
Leher adalah tempat persambungan ekor dengan kepala. Persambungan itu
berbentuk semacam sendi peluru pada rangka. Dalam leher pula lah terdapat sentriol
(Yatim, 1994: 239).
Badan mengandung filament poros. Mitokondria dan sentriol belakang berbentuk
cincin. (Jadi sentriol yang terdapat 2 buah pada setiap sel umumnya, pada sperma
letaknya terpisah dan berbeda bentuk (Yatim, 1994: 240).
Ekor dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian tengah, bagian utama dan bagian
ujung. Ekor memiliki teras yang disebut aksonema, yang terdiri dari Sembilan doublet
microtubule dan dua singlet microtubule central. Ini sama dengan cytoskeleton yang
dimiliki flagella. Susunan aksonema sama dari pangkal ke ujung ekor. Perbedaanya
dengan flagella lain pada umumnya ialah bahwa pada spermatozoa di sebuah luar teras
itu ada Sembilan berkas serat padat (Yatim, 1994: 241).
Pada bagian tengah ekor di sebuah luar serat padat ada cincin mitokondria yang
bersusun rapat dengan arah spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat tak ada
cincin mitokondria, tetapi digantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan
berbentuk tulang rusuk, sedang di bagian tengah atas-bawah menebal menonjol. Serat
padat di tentang ini bergabung dengan penebalan tengah itu (Yatim, 1994: 241).
3
menghancurkan glikoprotein yang terdapat pada zonafelusida sel telur. Pada kasus
teratozoospermia dengan banyak kelainan kepala sperma sudah dipastikan sel
sperma akan kesulitan menembus sel telur.
2. Bagian badan sperma
Bagian badan atau midpiece memiliki
fungsi sebagai ATP atau penyedia energi untuk
aktifitas pergerakan ekor sperma. Dengan
mengetahui fungsi dari badan sperma atau
midpiece ini bisa disimpukan apabila mayoritas
sperma yang dihasilkan memiliki morfologi
sperma abnormal midpiece akan
mempengaruhi pergerakan sperma dan atau mempengaruhi kelincahan sperma
dalam berenang menuju sel telur dan atau memungkinkan sperma kekurangan energi
saat berenang sehingga viabilitas sperma menurun dan rentan mati.
3. Bagian ekor sperma
Bagian ekor sperma atau tail terdapat axial filament di dalam dan membran
plasma yang menjaga kelenturan sperma agar dapat bergerak dengan baik. Pada
bagian ekor sperma ini sangat sedikit mengandung sitoplasma dan mengandung
rangka polos yaitu aksonema. Bentuk abnormal yang banyak pada bagian ekor
sperma akan mempengaruhi pergerakan ekor sperma itu sendiri.
E. Morfologi spermatozoa
1. Spermatozoa Normal
Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval, reguler, dengan bagian tengah utuh
dan mempunyai ekor tak melingkar dengan panjang 45 um.
Morfologi sperma disebut normal bila :
1) Kepala :
- Berbentuk oval
- Akrosom menutupi 1/3nya
- Panjang 3-5 mikron dan lebar ½ s/d 2/3 panjangnya.
2) Badan/Midpiece :
- Berbentuk langsing (< ½ lebar kepala)
4
- Panjang 2x panjang kepala dan berada dalam satu garis lengan sumbu panjang
kepala.
3) Ekor/Tail :
- Batas tegas
- Berupa garis panjang
- Panjangnya 9 x dari panjang kepala.
2. Spermatozoa Abnormal
Spermatozoa disebut abnormal apabila terdapat satu atau lebih dari bagian
spermatozoa yang abnormal. Jadi meskipun kepala spermatozoa oval, tetapi kalau
bagian tengah menebal, maka dikatakan abnormal.
5
2. Kepala oval kecil (Mikrohead)
6
5. Kepala dua (duplicated head)
Spermatozoa dengan memiliki dua kepala.
7
2. Bagian tengah patah
8
3. Ekor lebih dari satu
d. Spermatozoa Imatur
Spermatozoa yang masih mengandung sisa sitoplasma, yang paling tidak
besarnya separuh dari ukuran kepala dan masih terikat, baik pada kepala,
bagian tengah maupun pada ekor spermatozoa.
F. Terminologi
Berikut beberapa terminologi yang dipergunakan dalam spermatologi :
9
8. Oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah kriteria normal (di bawah 20
juta tiap ml sperma)
9. Normozoospermia : Jumlah spermatozoa dalam batas normal berkisar antara
40-200 juta/ml.
10. Asthenospermia : Jumlah spermatozoa yang bergerak dengan baik di bawah
50%.
11. Necrospermia : Semua spermatozoa dalam keadaan mati.
12. Extreme oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah 1 juta untuk tiap 1 ml
ejakulat.
13. Asthenozoospermia : Spermatozoa yang lemah sekali gerak majunya.
14. Teratozoospermia : Bentuk spermatozoa yang abnormal lebih dari 40%.
15. Nekrozoospermia : Bila semua spermatozoa tidak ada yang bergerak atau
hidup.
16. Kriptozoospermia : Bila ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu bila
ditemukan dalam sedimen sentrifugasi sperma
17. Polizoospermia : Bila jumlah spermatozoa lebih dari 250 juta per ml sperma
18. Leukospermia : Warna sperma putih keruh serupa susu karena terdapat
leukosit yang banyak
19. Hemospermia : Warna sperma kemerahan karena terdapat erythrosit
yang banyak
20. Residual Body : Sisa sitoplasma yang melekat pada spermatozoa yang
belum matur.
10
1. Azoospermia
Azoospermia dimaksudkan ketika dalam cairan ejakulasi (air mani) tidak
ditemukan sel spermatozoa. Perlu diketahui bahwa air mani terdiri dari cairan semen
dan juga sel spermatozoa. Cairan semen adalah cairan bening yang menjadi media
untuk sel sperma saat menuju sel telur wanita. Sedangkan sel sperma sendiri ialah
benih yang diperlukan untuk membuahi sel telur wanita. Jadi bisa dibedakan antara
cairan semen dan sel sperma dalam kasus Azoospermia ini. Ejakulasi masih bisa
mengeluarkan air mani tapi tidak ada benihnya sehingga wanita sulit mengalami
kehamilan.
Azoospermia timbul akibat berbagai hal, diantaranya bisa jadi karena memang
testis tidak bisa memproduksi sel sperma atau bisa juga karena ada saluran sperma
yang tersumbat yang menyebabkan sel sperma tidak terkandung dalam air mani.
Untuk mengetahui penyebab sebenarnya maka diperlukan pemeriksaan lebih
lanjut oleh dokter. Jika memang Azoospermia terjadi karena ada saluran sperma
yang tersumbat, kehamilan masih bisa diusahakan dengan membersihkan sumbatan
tersebut. Namun jika ternyata Azoospermia disebabkan oleh kelainan bawaan pada
testis sehingga tidak bisa memproduksi sel sperma, penanganannya akan menjadi
lebih sulit dan kemungkinan kehamilan lebih kecil.
2. Oligospermia
Berbeda dengan Azoospermia, pria yang mengalami Oligospermia masih
memiliki sel sperma dalam air mani, hanya saja jumlahnya lebih rendah dari pria
yang memiliki sperma dalam jumlah normal. Untuk dikatakan normal, dalam 1
milliliter air mani harus memiliki sekiranya 20 juta sel sperma. Hal ini mengacu
pada ukuran yang ditetapkan oleh WHO pada tahun 1999.
Beberapa tahun kemudian WHO kembali menetapkan bahwa jika pria memiliki
sebanyak 15 juta sel sperma dalam setiap mililiternya termasuk kategori tidak
11
normal. Ada 3 jenis klasifikasi Oligospermia dilihat dari jumlah sel sperma yang
terkandung, yaitu:
1) Oligospermia ringan. Ketika terdapat sekitar 10-20 juta sel /ml air mani
2) Oligospermia sedang. Ketika kandungan sel sperma berkisar 5-10 juta/ml
3) Oligospermia parah. jumlah sel sperma antara 0-5 juta/ml
Oligospermia dapat terjadi karena faktor seperti karena adanya gangguan pada
penyaluran sel sperma akibat kondisi tertentu seperti trauma pada testis akibat
adanya benturan atau pernah melakukan operasi sebelumnya. Ini sebagai efek dari
bekas luka operasi pada saluran sperma yang mempersempit salurannya.
Selain karena adanya penyempitan saluran, sedikitnya jumlah sel sperma juga
dipengaruhi faktor lain seperti gaya hidup tidak sehat, merokok, kelebihan berat
badan, varikokel, dan juga kekurangan nutrisi makanan. Bahkan hal yang sering
dianggap sepele seperti sering berendam air hangat, memakai celana dalam terlalu
ketat dan meletakkan laptop di paha juga disebutkan bisa ikut memicu Oligospermia.
Meski demikian, tidak semua pria dengan Oligospermia bisa dikatakan tidak subur,
karena banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuahan, seperti
kecepatan dan morfologi spermanya. Terkadang pria dengan oligospermia memiliki
kualitas sel sperma yang baik dan bisa membuahi sel telur.
3. Asthenospermia
Asthenospermia, dikenal juga dengan nama Asthenozoospermia, yaitu kondisi
dimana sel sperma dikatakan memiliki jumlah yang normal akan tetapi
pergerakannya tidak cepat.
Pergerakan atau motilitas sperma juga jadi faktor penentu terjadinya
pembuahan, karena sperma hanya bisa bertahan hidup dalam waktu singkat. Oleh
karenanya sel sperma harus memiliki gerakan yang cepat dan gesit untuk mencapai
sel telur.
Dari berjuta-juta sel yang dihasilkan ketika ejakulasi hanya sebagian kecil yang
bergerak dengan cepat dan lurus, sementara sebagian besar lainnya memiliki
gerakan lambat, berkelok-kelok atau bahkan tidak bergerak sama sekali. Jika jumlah
sel sperma yang bergerak cepat memiliki jumlah kurang dari 50%, maka sudah
termasuk ke dalam Asthenospermia. Pergerakan atau motilitas sperma memiliki
12
grade atau tingkatan tersendiri. WHO mengklasifikasikannya menjadi progresif A –
D.
1) Progresif A, menandakan sel sperma yang bergerak dengan cepat dan maju
lurus ke depan
2) Progresif B, sel sperma bergerak ke depan tapi terkadang berbelok-belok
sehingga menyebabkan pergerakan yang lambat
3) Progresif C, sel sperma hidup dan menggerakkan ekornya tetapi diam di tempat
dan tidak maju ataupun mundur sedikitpun
4) Progresif D, yaitu ketika sel sperma tidak bergerak sama sekali baik ekor
maupun badan, dalam arti mati.
Faktor rendahnya sel sperma yang bergerak cepat bisa disebabkan karena bentuk
atau morfologinya. Sperma yang bagus memiliki kepala yang lonjong, tubuh dan
juga ekor yang lurus. Sementara bentuk sperma kurang bagus biasanya ada kelainan
seperti kepala terlalu besar/ kecil, ekor bercabang dan atau ekor lebih pendek.
4. Teratospermia
Teratospermia masalah utamanya terletak pada kelainan bentuk dan juga ukuran
sel sperma. Penyebabnya belum diketahui secara pasti sehingga pengobatan untuk
Teratospermia seringkali tidak berhasil.
Teratospermia sangat berpengaruh besar pada kesuburan pria, karena jumlah sel
sperma yang abnormal lebih banyak daripada sel yang bentuknya normal.
13
Setidaknya untuk memperoleh keberhasilan kehamilan, sekurang-kurangnya
50% dari seluruh sel sperma harus memiliki bentuk yang normal, dibawah nilai itu
sudah dikatakan teratospermia, dalam arti semakin sedikit sperma yang bentuknya
normal maka peluang kehamilan sangat kecil.
Untuk menyiasatinya, jika ingin mendapatkan keturunan bisa dilakukan secara
In vitro atau program bayi tabung. Tapi kemungkinan keberhasilan kecil dan juga
biayanya yang cukup mahal.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ripani, Ahmad. 2013. Buku Laporan Praktikum Kimia Klinik III Cairan Tubuh Jilid
III Edisi 1
15