PENDAHULUAN
Bakteri adalah salah satu makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya
dapat dilihat melalui mikroskop, tetapi memilki peran yang sangat penting
dalam kehidupan yaitu dapat menguraikan makhluk hidup. Bisa kita
bayangkan jika seandainya tidak ada makhluk hidup yang dapat menguraikan
maka dunia ini akan penuh dengan timbunan pepohonan, dedaunan dan
makhluk hidup karena tidak adanya proses penguraian oleh makhluk kecil ini.
1
dianggap sebagai flora normal. Akan tetapi ada dari sebagian kecil dari bakteri
itu yang dapat menimbulkan penyakit. Misalnya :
Escherichia coli
Salmonella sp.
Shigella sp.
Vibrio sp.
Staphylococcus
Streptococcus
Proteus
Klebsiella
Tapi kadang-kadang pula dalam keadaan tertentu, misalnya pada saat daya
tahan tubuh lemah bakteri komensal maupun bakteri mutualistik bisa
menimbulkan penyakit.
Bila suatu jenis bakteri dilihat dengan mikroskop akan tampak jelas dengan
melalui proses pewarnaan. Pewarnaan bakteri dapat dilakukan dengan satu
atau lebih zat warna. Pewarnaan bakteri dengan menggunakan lebih dari satu
zat warna diberi nama sesuai dengan penemunya.
2
Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada
manusia maka dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap
specimen yang diperoleh dari tubuh manusia yang didiagnosa terinvasi oleh
bakteri. Specimen yang biasa digunakan sebagai bahan pemeriksaan dapat
berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan makanan, eksudat atau pus dari
abses, dan darah.
a) Coccus
Bentuknya bulat seperti peluru. Sehubungan dengan cara
pembelahannya dan susunannya setelah pembelahan dibagi dalam :
b) Diplococcus
Yaitu coccus yang membelah diri kesatu arah dan setelah
pembelahannya tetap berkelompok dua-dua.
c) Streptococsscus
Yaitu coccus yang membelah diri kesatu arah, dimana setelah
pembelahannya tidak berpencar, menyerupai rantai.
3
e) Staphylococcus
Yaitu coccus yang membelah diri kearah yang tidak teratur, kemudian
berkelompok menyaerupai buah anggur (Entjang, 2003).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Genus Staphylococcus sedikitnya memilki 30 spesies. Tiga tipe
staphylococcus yang berkaitan dengan medis adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis dan staphylococcus saprophyticus.
Staphylococcus aureus bersifat koagulasi positif, yang membedakannya dari
spesies lain. Staphylococcus aureus adalah pathogen utama pada manusia.
Staphylococcus koagulasi negative merupakan flora normal manusia dan
kadang-kadang menyebabkan infeksi, seringkali hal ini berhubungan dengan
alat-alat yang ditanam, khususnya pada pasien yang muda, sangat tua, dan
yang mengalami penurunan daya tahan tubuh. Kira-kira 75% infeksi
disebabkan oleh Staphylococcus koagulasi negative, biasanya S. epidermidis
(Brooks, dkk. 2005).
6
Letak sel satu sama lain yang berkarakteristik yang bergerombol
seperti buah anggur. Sifat karakteristik ini dipakai sebagai pemberian
nama Staphylococcus, tetapi kadang-kadang ada yang letaknya
terpencar atau tersebar. Bila bergerombol, mungkin saja dalam
susunan yang tidak teratur sisinya agak rata karena tertekan.
Pengelompokkan ini akan terlihat baik pada pengamatan tanaman
dalam media padat (Depkes RI, 1989).
Spesies mikrokokus sering kali mengalami Staphylococcus.
Mereka hidup bebas dilingkungan dan membentuk kumpulan yang
teratur terdiri atas empat atau delapan coccus. Koloninya berwarna
kuning, merah atau orange.
Koloni mikrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu
normal dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah inkubasi 24 jam.
Koloninya halus, basah, menonjol dengantepi bulat dan berwarna,
yang pada varietas albus berwarna putih, varietas citreus berwarna
kuning jernih dan varietas aureus berwarna kuning emas (Brooks, dkk.
2005).
2.1.2.2 Biakan
7
Resistensinya dikelompokkan dalam beberapa golongan :
a. Biasanya menghasilakan enzim beta laktamase, yang berada
dibawah control plasmid, dan membuat organisme resisten
terhadap beberapa penisilin (penisilin G, ampisilin, tikarsilin,
piperasilin, dan obat-obat yang sama). Plasmid ditransmisikan
dengan transduksi dan kadang juga dengan konjugasi.
b. Resisten terhadap nafsilin (dan terhadap metisisilin dan
oksasilin) yang tidak tergantung pada produksi beta-laktamase.
c. Plasmid juga dapat membawa gen untuk resisten terhadap
tetrasiklin, eritromisin, aminoglikosida dan obat-obat lainnya.
Hanya pada beberapa galur Staphylococcus, hampir semua
masih peka terhadap vankomisin (Brooks, dkk. 2003).
2.1.3 Struktur Antigen
Staphylococcus mengandung antigen polisakarida dan protein pada zat
lain yang penting dalam struktur dinding sel.
1) Peptidoglikan, sutu polimer polisakarida yang mengandung
subunit-subunit yang bergabung memnerikan eksoskeleton yang
kaku dari dinding sel
2) Asam teikoat, merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat,
diikkat ke peptidoglikan dan dapat menjadi antigenic.
3) Protein A, merupakan komponen dinding sel kebanyakan galur S.
aureus yang bisa mengikat kebagian Fc molekul IgG kecuali IgG3.
Meskipun IgG terikat pada protein A, namun fragmen Fab tetap
bisa bebas berikatan dengan antigen spesifik.
2.1.4 Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang
bersifat piogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari
penanahan kecil bisul kecil, bisul besar dan abses diberbagai bagian
tubuh.
Staphylococcus pathogen mempunyai sifat sebagai berikut :
8
Dapat menghemolisa eritrosit
Menghasilkan koagulasi
Dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
Dapat memecah manitol menjadi asam
Diantara Staphylococcus yang yang mempunyai kemampuan besar
untuk menimblkan penyakit ialah Staphylococcus aureus
Staphylococcus non pathogen bersifat :
Non hemolitik
Tidak menghasilkan koagulasi
Koloni berwarna putih
Tidak memecah manitol (Depkes RI, 1998)
Staphylococcus khususnya S. epidermidis, adalah anggota flora normal
pada kulit manusia, saluran respirasi dan gastrointestinal. Pengidap
(carrier) S. aureus pada nasal adalah sebanyak 40-50% dari populasi.
Staphylococcus juga dapat ditemukan pada pakaian, sprei, dan benda
lain dilingkungan manusia.
Staphylococcus aureus yang patogenik dan yang bersifat invasive
menghasilkan koagulasi dari cenderung untuk menghasilkan pigmen
kuning dan menjadi hemolitik (Brooks, dkk. 2005).
2.1.4.1 Koagulase
Yaitu suspense enzim yang terdiri atas putih telur yang
mengedapkan plasma sitrat atau plasma oksalat (Depkes RI,
1989).
9
2.1.6 Pengobatan
10
2.2 Kerangka Operasional
Sampel Sputum
Media Pemupuk
Brain Heart Infusion Broth
Inkubasi 37°C,24 jam
11
BAB III
METODE KERJA
Alat
- Cawan petri - Pipet tetes
- Objeck glass - Mikroskop
- Ose bulat - Inkubator
- Ose lurus - Autoclave
- Lampu spiritus - Pot Sampel
Bahan
Sampel : sputum
Reagen :
- H2O2 3 % - CGV (Carbol Gentian
Violet)
- NaCl 0.85 % - Indikator Metil Red
- Covac’s - α-naftol 1 %
- Plasma Citrat - KOH 10 %
- Lugol - Alkohol 96 %
- Air Fuchsin
Medium Perbenihan :
- Media Blood Agar Plate (BAP)
- Media Brain Hearth Infusion Broth (BHIB)
- Media Nutrient Agar (NA)
12
- Media Muller Hilton Agar (MHA)
- Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, fruktosa, mannitol)
- Media Mannitol Salt Agar (MSA)
- Media Biokimia (SIM, MR/VP, Urea)
- Media TSB (Tryptose Soy Broth)
Hari ke I
- Sampel Sputum, diwarnai dengan pewarnaan Gram
- Dengan specimen yang sama, diambil dengan menggunakan ose
bulat steril untuk kemudian ditanam pada media BHIB dan TSB
pada suhu 37o C selama 24 jam.
Hari ke II
- Bakteri yang tumbuh pada media BHIB dan TSB ditanam dengan
menggunakan ose steril pada media BAP, , dan MSA. Untuk media
MHA, suspensi bakteri di BHIB diambil dengan menggunakan swab
steril lalu digoreskan pada permukaan media MHA. Kemudian
dilakukan penempelan disc antibiotic novobiosin, bacistrasin,
plomiksin.
- Semua media yang telah ditanami diinkubasikan selama 24 jam pada
suhu 37oC.
Hari ke III
- Koloni tersangka pada media selektif MSA, diuji dengan tes
koagulasi menggunakan plasma citrate dan tes catalase dengan
menggunakan reagen H2O2 3%.
- Dengan koloni yang sama, ditanam pada media gula-gula (glukosa,
sukrosa, mannitol dan fruktosa) dan media MR/VP, SIM, dan Urea.
13
- Semua media yang telah ditanami dengan biakan, diinkubasikan
pada suhu 37oC selama 24 jam.
Hari ke IV
- Media biokimia (gula-gula, SIM,MR/VP, dan Urea) diamati
pertumbuhannya.
- Untuk media SIM, ditambahkan dengan reagen Covac’s
- Untuk media MR, ditambahkan dengan reagen Metil Red
- Untuk media VP, ditambahkan dengan KOH 10 % dan α-naftol
- Hasil pengamatan, disesuaikan dengan tabel pengamatan biokimia
untuk menentukan spesies bakteri yang ditemukan.
14
BAB IV
Hari ke II
Media BAP dan MSA yang ditanami dengan sampel Sputum setelah
diikubasikan selama 24 jam pada suhu 370 C terlihat keruh.
15
Ciri-ciri koloni yang terlihat pada media :
(a) (b)
a. MSA
koloni berwarna putih-kuning, bulat, kecil-kecil, cembung,
dengan zona berwarna kuning disekeliling koloni.
b. BAP
koloni berwarna putih – abu-abu, sedang, cembung, bulat,
hemolytic dan mucoid.
Hari ke III
Pengamatan pada Media Biokimia
a. Glukosa : (+) positif tanpa gas
b. Sukrosa : (+) positif tanpa gas
c. Mannitol : (+) positif tanpa gas
d. Maltosa : (+) positif disertai gas
e. Laktosa : (+) positif tanpa gas
16
(Mannitol,Glukosa, Sukrosa,
maltosa)
4.2 Pembahasan
Pewarnaan
Bakteri terlihat berbentuk coccus berwarna ungu, hal ini menandakan
bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna CGV (Carbol Gentian
Violet).
Media – media Perbenihan
MSA (Mannitol Salt agar)
Koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di
sekitarnya menandakan bakteri mampu memfermentasikan
mannitol yang kemudian mengubah indicator yang terdapat dalam
media dari warna merah menjadi kuning hingga pH asam. MSA ini
merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus.
BAP (Blood Agar Plate)
Koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan
bakteri mampu melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media.
Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas, sehingga sulit untuk
menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena
dalam pembuatan media tersebut tidak digunakan darah domba
melainkan darah manusia sebagai alternative. Adanya sifat mucoid
dari koloni disebabkan sampel yang diperiksa adalah sputum.
Media Uji Biokimia
Gula-gula
Hasil positif (Glukosa, sukrosa, dan fruktosa) dengan adanya
perubahan warna indicator yang terdapat dalam media ini.
Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh
di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa
produk asam. Namun pada mannitol, tidak terjadi reaksi apapun
karena bakteri tidak mampu meragikan gula dari mannitol tersebut.
17
SIM
1) Sulfur. Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah
menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada
media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini
menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi
cysteine yang terkandung dalam media SIM.
2) Indol. Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan
bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s.
Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada
permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang
merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi
indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu
mensghasilkan indol menandakan bakteri tersebut
menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon.
Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat
disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam
amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
3) Motility. Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini
berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini
bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi
solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini
menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses
pertumbuhan
MR (Methyl Red)
Setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah
menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran
(asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.
18
VP (Voges Proskauer)
Setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media
tetap tidak berubah (negative). Ini disebabkan bakteri tidak
memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.
19
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan identifikasi yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa sampel Sputum terdapat bakteri Staphylococcus
aureus.
4.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum setiap tindakan dilakukan dengan hati-hati. Dan
pada saat melakukan tindakan harus menggunakan APD agar terhindar
dari percikan/terkena zat berbahaya dan kontak dengan bakteri.
20