Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bakteri adalah salah satu makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya
dapat dilihat melalui mikroskop, tetapi memilki peran yang sangat penting
dalam kehidupan yaitu dapat menguraikan makhluk hidup. Bisa kita
bayangkan jika seandainya tidak ada makhluk hidup yang dapat menguraikan
maka dunia ini akan penuh dengan timbunan pepohonan, dedaunan dan
makhluk hidup karena tidak adanya proses penguraian oleh makhluk kecil ini.

Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih


tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki
ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-
tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang
merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk
hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta
umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik
(http://makalah biologiku.com).

Sebagian besar penyakit infeksi disebabkan oleh mikroorganisme seperti


bakteri. Bakteri merupakan patogen utama bagi manusia. Ciri khas dari bakteri
yang bersifat patogen adalah mempunyai kemampuan menularkan, melekat
pada sel pejamu, menginvasi sel penjamu dan jaringan, toksigenitas, dan
mampu menghindari system imun penjamu. Beberapa bakteri yang merupakan
penyebab penting penyakit sering dibiakkan dengan flora normal, seperti
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumonia (Jawetz, 2007).

Bakteri terdapat ditempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara


yang kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada
permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus,
dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan yang terbuka dan

1
dianggap sebagai flora normal. Akan tetapi ada dari sebagian kecil dari bakteri
itu yang dapat menimbulkan penyakit. Misalnya :

 Escherichia coli
 Salmonella sp.
 Shigella sp.
 Vibrio sp.
 Staphylococcus
 Streptococcus
 Proteus
 Klebsiella

Tapi kadang-kadang pula dalam keadaan tertentu, misalnya pada saat daya
tahan tubuh lemah bakteri komensal maupun bakteri mutualistik bisa
menimbulkan penyakit.
Bila suatu jenis bakteri dilihat dengan mikroskop akan tampak jelas dengan
melalui proses pewarnaan. Pewarnaan bakteri dapat dilakukan dengan satu
atau lebih zat warna. Pewarnaan bakteri dengan menggunakan lebih dari satu
zat warna diberi nama sesuai dengan penemunya.

Bakteri kelompok Staphylococcus dan Streptococcus merupakan bakteri


gram positif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Pada saat system
imun menurun maka bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh baik melalui
mulut, inhalasi, maupun penetrasi kulit. Jika bakteri ini masuk ke dalam
peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya maka akan merusak
organ-organ tubuh tersebut dan menyebabkan berbagai penyakit. Misalnya
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit infeksi pada folikel
rambut dan kelenjar keringat, meningitis, endocarditis, pyelonephritis, dan
osteomyelitis. Sedangkan Streptococcus pneumonia menyebabkan pneumonia,
sinusitis, otitis media, conjunctivitis, meningitis, dan endocarditis (Etnjang,
2003).

2
Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada
manusia maka dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap
specimen yang diperoleh dari tubuh manusia yang didiagnosa terinvasi oleh
bakteri. Specimen yang biasa digunakan sebagai bahan pemeriksaan dapat
berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan makanan, eksudat atau pus dari
abses, dan darah.

Pewarnaan yang sering dipakai dalam isolasi dan identifikasi adalah


pewarnaan gram. Dalam pewarnaan Gram, bakteri dipakai dalam dua
golongan. Bakteri yang berwarna ungu disebut bakteri gram Positif,
sedangkan yang berwarna merah disebut Gram Negatif.

Secara umum bakteri mempunyai empat macam bentuk, yaitu :

a) Coccus
Bentuknya bulat seperti peluru. Sehubungan dengan cara
pembelahannya dan susunannya setelah pembelahan dibagi dalam :
b) Diplococcus
Yaitu coccus yang membelah diri kesatu arah dan setelah
pembelahannya tetap berkelompok dua-dua.
c) Streptococsscus
Yaitu coccus yang membelah diri kesatu arah, dimana setelah
pembelahannya tidak berpencar, menyerupai rantai.

c) Tetracoccus ( Gaffkya tetragena)


Yaitu coccus yang membelah diri kedua arah dansetelah
pembelahannya tetap berkelompok empat-empat.
d) Sarcina
Yaitu coccus yang membelah diri ketiga arah yang mempunyai sudut
90°C, dimana setelah pembelahannya tetap berkelompok menyerupai
kubus.

3
e) Staphylococcus
Yaitu coccus yang membelah diri kearah yang tidak teratur, kemudian
berkelompok menyaerupai buah anggur (Entjang, 2003).

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan laporan praktikum ini adalah untuk


mengidentifikasi spesies dari Staphylococcus yang terdapat dalam spesimen
swab telinga.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat mengisolasi bakteri yang
terdapat dalam swab telinga yaitu Staphylococcus sp dan mengidentifikasi
penyakit yang ditimbulkannya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Staphylococcus


Staphylococcus berasal dari kata staphylo berarti kelompok buah anggur
dan Coccus berarti bulat. Kuman ini sering ditemukan sebagai flora normal
pada kulit dan selaput lendir manusia. Pada tahun 1880, Pasteur mengenal
mengisolir micrococci yang membentuk kelompok. Pada tahun 1881, Oyston
berhasil mengisolir micrococci dari abces. Pada tahun 1884, Rosenbach untuk
pertama kalinya mempelajari Staphylococcus secara mendalam sehingga
berhasil mengenal varietas aureus, albus dari inicrococcus pyogenes (Depkes
RI, 1998).

Staphylococcus adalah bakteri gram positif, tidak bergerak ditemukan


satu-satu, berpasangan, berantai pendek atau bergerombol, tidak membentuk
spora, tidak berkapsul, dan dinding selnya mengandung dua komponen utama
yaitu peptidoglikan dan asam teikhoat. Metabolisme dapat dilakukan secara
aerob dan anaerob. Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola dengan
garis tengah sekitar 1µm dan tersusun dalam kelompok tak beraturan
(http://mikrobia.files.com, 2008).

Staphylococcus tumbuh dengan cepat pada beberapa tipe media dan


dengan aktif melakukan metabolisme, melakukan fermentasi karbohidrat dan
menghasilkan bermacam-macam pigmen dari warna putih hingga kuning
gelap. Beberapa merupakan anggota flora normal pada kulit dan selaput lendir
manusia; yang lain ada yang menyebabkan supurasi dan bahkan septicemia
fatal. Staphylococcus yang pathogen sering menghemolisis darah,
mengkoagulasi plasma dan menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler dan
toksin. Bentuk keracunan makanan paling sering disebabkan oleh enteritoksin
stafilokokal yang stabil terhadap panas. Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap beberapa antimikroba dan ini merupakan masalah besar pada terapi.

5
Genus Staphylococcus sedikitnya memilki 30 spesies. Tiga tipe
staphylococcus yang berkaitan dengan medis adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis dan staphylococcus saprophyticus.
Staphylococcus aureus bersifat koagulasi positif, yang membedakannya dari
spesies lain. Staphylococcus aureus adalah pathogen utama pada manusia.
Staphylococcus koagulasi negative merupakan flora normal manusia dan
kadang-kadang menyebabkan infeksi, seringkali hal ini berhubungan dengan
alat-alat yang ditanam, khususnya pada pasien yang muda, sangat tua, dan
yang mengalami penurunan daya tahan tubuh. Kira-kira 75% infeksi
disebabkan oleh Staphylococcus koagulasi negative, biasanya S. epidermidis
(Brooks, dkk. 2005).

2.1.1 Klasifikasi Staphylococcus


 Ordo : Eubacteriales
 Family : Micrococceae
 Genus : Staphylococcus
 Spesies : Staphylococcus albus
Staphylococcus citerus
Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus
2.1.2 Morfologi dan Identifikasi
2.1.2.1 Ciri khas Organisme
Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola dengan
diameter 1 µm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur.
Coccus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga tampak
dalam biakan cair. Staphylococcus bersifat nonmotil dan tidak
membentuk spora. Dibawah pengaruh obat seperti penisilin,
Staphylococcus mengalami lisis (Brooks, dkk. 2005).

6
Letak sel satu sama lain yang berkarakteristik yang bergerombol
seperti buah anggur. Sifat karakteristik ini dipakai sebagai pemberian
nama Staphylococcus, tetapi kadang-kadang ada yang letaknya
terpencar atau tersebar. Bila bergerombol, mungkin saja dalam
susunan yang tidak teratur sisinya agak rata karena tertekan.
Pengelompokkan ini akan terlihat baik pada pengamatan tanaman
dalam media padat (Depkes RI, 1989).
Spesies mikrokokus sering kali mengalami Staphylococcus.
Mereka hidup bebas dilingkungan dan membentuk kumpulan yang
teratur terdiri atas empat atau delapan coccus. Koloninya berwarna
kuning, merah atau orange.
Koloni mikrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu
normal dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah inkubasi 24 jam.
Koloninya halus, basah, menonjol dengantepi bulat dan berwarna,
yang pada varietas albus berwarna putih, varietas citreus berwarna
kuning jernih dan varietas aureus berwarna kuning emas (Brooks, dkk.
2005).

2.1.2.2 Biakan

Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media


bakteriologi dibawah suasana aerobic atau mikroaerofilik. Tumbuh
dengan cepat pada temperature 37°C namun pembentukan pigmen
yang baik adalah pada temperature kamar (20-35°C), koloni pada
media yang padat berbentuk bulat, lembut dan mengkilat.

2.1.2.3 Karakteristik Pertumbuhan


Staphylococcus menghasilkan katalase, yang
membedakannya dengan Streptococcus. Staphyococcus
memfermentasikan karbohidrat, menghasilkan asam laktat dan tidak
menghasilkan gas. Staphylococcus sensitive terhadap beberapa obat
antimikroba.

7
Resistensinya dikelompokkan dalam beberapa golongan :
a. Biasanya menghasilakan enzim beta laktamase, yang berada
dibawah control plasmid, dan membuat organisme resisten
terhadap beberapa penisilin (penisilin G, ampisilin, tikarsilin,
piperasilin, dan obat-obat yang sama). Plasmid ditransmisikan
dengan transduksi dan kadang juga dengan konjugasi.
b. Resisten terhadap nafsilin (dan terhadap metisisilin dan
oksasilin) yang tidak tergantung pada produksi beta-laktamase.
c. Plasmid juga dapat membawa gen untuk resisten terhadap
tetrasiklin, eritromisin, aminoglikosida dan obat-obat lainnya.
Hanya pada beberapa galur Staphylococcus, hampir semua
masih peka terhadap vankomisin (Brooks, dkk. 2003).
2.1.3 Struktur Antigen
Staphylococcus mengandung antigen polisakarida dan protein pada zat
lain yang penting dalam struktur dinding sel.
1) Peptidoglikan, sutu polimer polisakarida yang mengandung
subunit-subunit yang bergabung memnerikan eksoskeleton yang
kaku dari dinding sel
2) Asam teikoat, merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat,
diikkat ke peptidoglikan dan dapat menjadi antigenic.
3) Protein A, merupakan komponen dinding sel kebanyakan galur S.
aureus yang bisa mengikat kebagian Fc molekul IgG kecuali IgG3.
Meskipun IgG terikat pada protein A, namun fragmen Fab tetap
bisa bebas berikatan dengan antigen spesifik.

2.1.4 Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang
bersifat piogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari
penanahan kecil bisul kecil, bisul besar dan abses diberbagai bagian
tubuh.
Staphylococcus pathogen mempunyai sifat sebagai berikut :

8
 Dapat menghemolisa eritrosit
 Menghasilkan koagulasi
 Dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
 Dapat memecah manitol menjadi asam
Diantara Staphylococcus yang yang mempunyai kemampuan besar
untuk menimblkan penyakit ialah Staphylococcus aureus
Staphylococcus non pathogen bersifat :
 Non hemolitik
 Tidak menghasilkan koagulasi
 Koloni berwarna putih
 Tidak memecah manitol (Depkes RI, 1998)
Staphylococcus khususnya S. epidermidis, adalah anggota flora normal
pada kulit manusia, saluran respirasi dan gastrointestinal. Pengidap
(carrier) S. aureus pada nasal adalah sebanyak 40-50% dari populasi.
Staphylococcus juga dapat ditemukan pada pakaian, sprei, dan benda
lain dilingkungan manusia.
Staphylococcus aureus yang patogenik dan yang bersifat invasive
menghasilkan koagulasi dari cenderung untuk menghasilkan pigmen
kuning dan menjadi hemolitik (Brooks, dkk. 2005).
2.1.4.1 Koagulase
Yaitu suspense enzim yang terdiri atas putih telur yang
mengedapkan plasma sitrat atau plasma oksalat (Depkes RI,
1989).

2.1.5 Diagnosa Laboratorium


Bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces dan sisa-sisa
bahan makanan, eksudat atau pus dari abses, dan darah. Dari bahan
tersebut kemudian dilakukan pewarnaan gram, perbenihan pada
medium Blood Agar Plate (BAP), Manitol Salt Agar (MSA).
Selanjutnya koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan gram, tes
biokimia, dan penentuan tipe bakteriofag (Arnas, 2009).

9
2.1.6 Pengobatan

Obat-obatan antibiotika mempunyai khasiat yang baik terhadap


Staphylococcus secara invitro. Tetapi secara invitro sering obat
tersebut tidak dapat menerobos dinding fibrin untuk mencapai pusat
infeksi. Oleh karena itu, dalam pengobatan di samping pemeberian
obat perlu adanya drainase (pengaliran) atau insisi (penyedotan).

2.2 Bahan Pemeriksaan Dahak

Pemeriksaan bahan dahak ini tergantung pada penyakit dan keadaan


penderita. Bila dahak yang terbentuk banyak, maka dahak sewaktu sudah
cukup untuk bahan pemeriksaan. Sebaliknya bila dahak sedikit maka haru
diusahkan agar dahak tersebut tidak kecemaran dengan jasad renik dari
mulut, misalnya dengan terlebih dahulu membersihkan mulut.

Untuk dapat mengisolasi kuman penyebab dari dahak perlu


diperhatikan cara pengambilan dahak dan cara kerja dalam laboratorium.
Bila cara pengambilan bahan pemeriksaan salah, maka tentu hasil
pemeriksaan yang didapat tidak dapat dipercaya. Dahak yang diperlukan
ialah yang timbul setelah batuk, berasal dari takhea-bronchus, dan
ditampung dalam tempat yang steril.

Jumlah dahak yang diperlukan sekitar 1 sampai 3 ml. setelah tiba di


laboratorium dahak harus segera diperiksa terutama bila tersangka ada
histosplasmosa. Tetapi bila tidak mungkin segera dilakukan, dapat
dimasukkan lemari es dahulu untuk 1 sampai 3 jam (Gerard dkk, 1982).

10
2.2 Kerangka Operasional

Sampel Sputum

Media Pemupuk
Brain Heart Infusion Broth
Inkubasi 37°C,24 jam

Pewarnaan Gram Media Selektif

Blood Agar Plate Manitol Salt Agar

Inkubasi 37°C,24 jam

Uji biokimia Tes Katalase Pewarnaan Gram


Tes Koagulase
Inkubasi 37°C,24 jam

Glukosa laktosa maltos Sukrosa manitol


a

Cocokkan Pada Tabel Biokimia

11
BAB III

METODE KERJA

3.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk mengisolasi dan mengidentifikasi spesies dari Staphylococcus dan


Streptococcus dari sputum

3.2 Alat dan Bahan

 Alat
- Cawan petri - Pipet tetes
- Objeck glass - Mikroskop
- Ose bulat - Inkubator
- Ose lurus - Autoclave
- Lampu spiritus - Pot Sampel
 Bahan
Sampel : sputum
Reagen :
- H2O2 3 % - CGV (Carbol Gentian
Violet)
- NaCl 0.85 % - Indikator Metil Red
- Covac’s - α-naftol 1 %
- Plasma Citrat - KOH 10 %
- Lugol - Alkohol 96 %
- Air Fuchsin

Medium Perbenihan :
- Media Blood Agar Plate (BAP)
- Media Brain Hearth Infusion Broth (BHIB)
- Media Nutrient Agar (NA)

12
- Media Muller Hilton Agar (MHA)
- Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, fruktosa, mannitol)
- Media Mannitol Salt Agar (MSA)
- Media Biokimia (SIM, MR/VP, Urea)
- Media TSB (Tryptose Soy Broth)

3.3 Prosedur Kerja

 Hari ke I
- Sampel Sputum, diwarnai dengan pewarnaan Gram
- Dengan specimen yang sama, diambil dengan menggunakan ose
bulat steril untuk kemudian ditanam pada media BHIB dan TSB
pada suhu 37o C selama 24 jam.

 Hari ke II
- Bakteri yang tumbuh pada media BHIB dan TSB ditanam dengan
menggunakan ose steril pada media BAP, , dan MSA. Untuk media
MHA, suspensi bakteri di BHIB diambil dengan menggunakan swab
steril lalu digoreskan pada permukaan media MHA. Kemudian
dilakukan penempelan disc antibiotic novobiosin, bacistrasin,
plomiksin.
- Semua media yang telah ditanami diinkubasikan selama 24 jam pada
suhu 37oC.

 Hari ke III
- Koloni tersangka pada media selektif MSA, diuji dengan tes
koagulasi menggunakan plasma citrate dan tes catalase dengan
menggunakan reagen H2O2 3%.
- Dengan koloni yang sama, ditanam pada media gula-gula (glukosa,
sukrosa, mannitol dan fruktosa) dan media MR/VP, SIM, dan Urea.

13
- Semua media yang telah ditanami dengan biakan, diinkubasikan
pada suhu 37oC selama 24 jam.

- Pertumbuhan bakteri pada media MHA diamati reaksi


pertumbuhannya terhadap antibiotic yang diberikan dengan cara
mengukur diameter zona hambat (mm) kemudian dicocokkan pada
table quality Control media dan Disc Obat.

 Hari ke IV
- Media biokimia (gula-gula, SIM,MR/VP, dan Urea) diamati
pertumbuhannya.
- Untuk media SIM, ditambahkan dengan reagen Covac’s
- Untuk media MR, ditambahkan dengan reagen Metil Red
- Untuk media VP, ditambahkan dengan KOH 10 % dan α-naftol
- Hasil pengamatan, disesuaikan dengan tabel pengamatan biokimia
untuk menentukan spesies bakteri yang ditemukan.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Dari hasil praktikum yang dilakukan ditemukan bakteri coccus
Gram Positif (+),
 Hari ke I :
Pada hasil pewarnaan sampel sputum yang diamati pada mikroskop
tampak bakteri berbentuk coccus berbentuk anggur dan berwarna
ungu, coccus gram positif (Staphylococcus).

 Hari ke II
Media BAP dan MSA yang ditanami dengan sampel Sputum setelah
diikubasikan selama 24 jam pada suhu 370 C terlihat keruh.

15
Ciri-ciri koloni yang terlihat pada media :

(a) (b)

a. MSA
koloni berwarna putih-kuning, bulat, kecil-kecil, cembung,
dengan zona berwarna kuning disekeliling koloni.
b. BAP
koloni berwarna putih – abu-abu, sedang, cembung, bulat,
hemolytic dan mucoid.

 Hari ke III
Pengamatan pada Media Biokimia
a. Glukosa : (+) positif tanpa gas
b. Sukrosa : (+) positif tanpa gas
c. Mannitol : (+) positif tanpa gas
d. Maltosa : (+) positif disertai gas
e. Laktosa : (+) positif tanpa gas

16
(Mannitol,Glukosa, Sukrosa,
maltosa)
4.2 Pembahasan
 Pewarnaan
Bakteri terlihat berbentuk coccus berwarna ungu, hal ini menandakan
bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna CGV (Carbol Gentian
Violet).
 Media – media Perbenihan
 MSA (Mannitol Salt agar)
Koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di
sekitarnya menandakan bakteri mampu memfermentasikan
mannitol yang kemudian mengubah indicator yang terdapat dalam
media dari warna merah menjadi kuning hingga pH asam. MSA ini
merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus.
 BAP (Blood Agar Plate)
Koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan
bakteri mampu melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media.
Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas, sehingga sulit untuk
menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena
dalam pembuatan media tersebut tidak digunakan darah domba
melainkan darah manusia sebagai alternative. Adanya sifat mucoid
dari koloni disebabkan sampel yang diperiksa adalah sputum.
 Media Uji Biokimia
 Gula-gula
Hasil positif (Glukosa, sukrosa, dan fruktosa) dengan adanya
perubahan warna indicator yang terdapat dalam media ini.
Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh
di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa
produk asam. Namun pada mannitol, tidak terjadi reaksi apapun
karena bakteri tidak mampu meragikan gula dari mannitol tersebut.

17
 SIM
1) Sulfur. Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah
menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada
media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini
menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi
cysteine yang terkandung dalam media SIM.
2) Indol. Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan
bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s.
Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada
permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang
merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi
indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu
mensghasilkan indol menandakan bakteri tersebut
menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon.
Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat
disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam
amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
3) Motility. Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini
berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini
bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi
solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini
menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses
pertumbuhan
 MR (Methyl Red)
Setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah
menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran
(asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.

18
 VP (Voges Proskauer)
Setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media
tetap tidak berubah (negative). Ini disebabkan bakteri tidak
memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.

19
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan identifikasi yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa sampel Sputum terdapat bakteri Staphylococcus
aureus.

4.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum setiap tindakan dilakukan dengan hati-hati. Dan
pada saat melakukan tindakan harus menggunakan APD agar terhindar
dari percikan/terkena zat berbahaya dan kontak dengan bakteri.

20

Anda mungkin juga menyukai