SKRIPSI
Oleh:
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2016
GAMBARAN HISTOPATOLOGIK TESTIS TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus)
Oleh:
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2016
ABSTRAK
Latar belakang: Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam
glutamat yang saat ini sangat popular digunakan sebagai bahan penyedap
makanan untuk merangsang selera.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran histopatologik testis tikus wistar (Rattus
norvegicus) setelah pemberian MSG.
Metode: Penelitian eksperimental menggunakan 20 ekor tikus wistar yang dibagi
menjadi 4 kelompok. Kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan, terdiri dari dua
kelompok yakni K1 dan K2, masing-masing diterminasi pada hari ke-21 dan hari
ke-41. Kelompok perlakuan diberi MSG sesuai dosis konsumsi rata-rata di
Indonesia, terdiri dari dua kelompok yakni P1 dan P2, masing-masing diterminasi
pada hari ke-21 dan hari ke-41.
Hasil: Pada kelompok K1 dan K2 didapatkan gambaran tubulus semineferus,
susunan lapisan sel spermatogenik dan kepadatan sel interstisial yang normal.
Pada kelompok P1 didapatkan gambaran fokus-fokus tubulus semineferus tanpa
perkembangan sel-sel spermatogenik sehingga ruang tubulus tampak kosong,
lapisan spermatogonia yang saling jarang pada membran basalis, dan sedikit sel
interstisial. Pada kelompok P2 didapatkan gambaran adanya fokus-fokus tubulus
tanpa perkembangan sel spermatogenik didalamnya dan sel interstisal yang lebih
sedikit, pada kelompok ini juga didapatkan satu sediaan testis yang tampak ruang
tubulus semineferusnya berisi sel-sel yang mengalami kalsifikasi.
Simpulan: Pemberian MSG sesuai dosis konsumsi rata-rata di Indonesia
menyebabkan mengecilnya diameter tubulus semineferus, penurunan jumlah
lapisan sel-sel spermatogenik dan berkurangnya sel interstisial.
Kata Kunci: Monosodium glutamate (MSG), dosis rata-rata konsumsi Indonesia, testis.
i
ABSTRACT
ii
GAMBARAN HISTOPATOLOGIK TESTIS TIKUS WISTAR (Rattus
norvegicus) SETELAH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMATE
(MSG)
Oleh :
Ririen Sylvia Sagita Bilondatu
130 11101 075
Telah diajukan pada ujian Karya Tulis Ilmiah Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi tanggal 19 Desember 2016 serta telah dikoreksi dan
disetujui oleh :
Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, SpA(K) Dekan Fakultas Kedokteran UNSRAT
iii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber bacaan, baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Saya bersedia
menanggung semua resiko apabila ternyata ada bagian dari skripsi ini yang
NRI : 13011101075
Tanda Tangan :
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
NRI : 13011101075
Fakultas : Kedokteran
Non-exclusive Royalty- Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
(MSG)
Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Universitas Sam Ratulangi berhak
nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan
Penulis
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
berjudul :
(MSG)
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
penyusunan dan penulisan skripsi ini, tidak lepas dari masalah dan kesulitan.
Namun atas penyertaan Allah SWT dan juga telah banyak mendapat bimbingan
serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
vi
3. dr. Poppy M. Lintong, Sp.PA(K) selaku Ketua Program Studi Fakultas
Ratulangi.
5. Dr. dr. Lidya Tendean, MRepro, Sp.And, dr. Carla Kairupan, PhD,
dr. Lily Loho, Sp.PA(K) selaku penguji yang telah banyak memberikan
ini.
6. Segenap Guru Besar, Dokter Spesialis, Dokter Residen, dan Staf Dosen
Ratulangi.
8. Mama, Ibu Nurmin Lestari Henok, atas cinta, kasih sayang, doa,
9. Bpk. Usman Male Bilondatu (Papa), Bpk. Ismail Usman, Tante Nunu,
Kakak : Ronald & Reymond, Adik : Rizky & Alull, serta seluruh
vii
keluarga besar atas cinta, dan kasih sayang serta dukungan kepada penulis
13. Kepada seluruh pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
membalas budi baik yang telah penulis terima dari pihak-pihak di atas.
Akhir dari semuanya ini, penulis tidak lepas dari kesalahan dan menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis, para dosen, rekan sejawat,
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................... 4
TESTIS .............................................................................................................. 25
x
6. Pewarnaan Jaringan ....................................................................................... 36
BAB IV ........................................................................................................................ 38
BAB V.......................................................................................................................... 48
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 49
BAB VI ........................................................................................................................ 53
PENUTUP .................................................................................................................... 53
A. SIMPULAN ....................................................................................................... 53
B. SARAN .............................................................................................................. 53
LAMPIRAN ................................................................................................................ 58
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 12 Grafik rata-rata diameter tubulus semineferus setiap kelompok
percobaan ............................................................................................. 44
percobaan ............................................................................................. 46
xiii
DAFTAR TABEL
percobaan ..................................................................................................... 45
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
natrium dari asam glutamat yang saat ini sangat popular digunakan sebagai
jelas.2-4
dan 10% air. Asam glutamat merupakan asam amino penyusun protein dan
bentuk terikat maupun bebas.5 Glutamat yang masih terikat dengan asam
amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa, tetapi dalam bentuk bebas
dalam suatu makanan maka semakin kuat rasa gurihnya. Namun glutamat
bebas dalam makanan sehari-hari (seperti daging, ikan, susu dan sayuran)
1
MSG adalah bahan makanan yang aman bagi manusia apabila dikonsumsi
adalah MSG Symptom Complex yang ditandai dengan rasa panas di wajah,
leher, lengan dan dada, sakit kepala, mual, berdebar-debar dan kadang
toksik bagi manusia dan hewan percobaan pada berbagai sistem organ,
dalam dosis rendah juga perlu diwaspadai.10 Oleh karena itu dibutuhkan
2
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam suatu kantong berlapis kulit yakni skrotum, yang berada di dalam
sudut antara kedua tungkai. Penis adalah organ yang digunakan untuk
4
1. Anatomi dan Fisiologi Testis
panjang 5 cm dan diameter 2,5 cm, biasanya testis kiri agak lebih rendah
sperma dan mengeluarkan testosteron. Sekitar 80% massa testis terdiri dari
testosteron yaitu sel Leydig atau sel interstisium terletak di jaringan ikat
testis ke dalam lingkungan yang lebih dingin ini adalah hal esensial karena
dalam skrotum.14,15
5
2. Histologi Testis
Setiap testis dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang tebal yaitu
longgar yaitu tunika vaskulosa. Jaringan ikat meluas ke dalam dari tunika
terdapat banyak pembuluh darah, sel jaringan ikat longgar, dan kelompok
sel interstisial (Leydig). Sel interstisial adalah sel endokrin di testis dan
jenis sel, sel spermatogenik yang menghasilkan sperma dan sel penunjang
Gambar 2).16,17
6
Gambar 2. Irisan testis bagian perifer. Pulasan: hematoksilin-eosin. Pembesaran lemah.
(Sumber : Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore).16
a. Tubulus Semineferus
dilapisi oleh epitel belapis majemuk., garis tengahnya lebih kurang 150-
250 µm dan panjangnya 30-70 cm. Panjang seluruh tubulus satu testis
pendek yang dikenal sebagai tubulus rektus atau tubulus lurus yang
yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut jaringan peritubular
7
yang mengandung serat-serat jaringan ikat, sel-sel fibroblast dan sel otot
polos yang disebut dengan sel mioid. Diduga kontraksi sel mioid ini dapat
spermatozoa. Epitel tubulus semineferus terdiri atas dua jenis sel yaitu sel
Sertoli atau sel penyokong dan sel-sel yang membentuk garis keturunan
spermatogenik.17,18
b. Sel Spermatogenik
kelamin, sel ini mengalami sederetan mitosis lalu terbentuklah sel induk
merupakan sel berumur pendek yang berada dalam fase interfase yang
8
pengurangan DNA per sel (dari 4N menjadi 2N). Pembelahan spermatosit
garis tengahnya 7-8 μm, inti dengan daerah-daerah kromatin padat dan
23 kromosom. Karena tidak ada fase S (sintesis DNA) yang terjadi antara
c. Sel Interstisial
butir-butir kromatin kasar dan anak inti yang jelas. Umumnya pula
dijumpai sel yang memiliki dua inti. Sitoplasma sel kaya dengan benda-
benda inklusi seperti titik lipid, dan pada manusia juga mengandung
testis diisi kumpulan jaringan ikat, saraf, pembuluh darah dan limfe.16,17
9
d. Sel Sertoli
Sel Sertoli adalah sel piramid memanjang yang sebagian terisi sel-
sel dari garis keturunan spermatogenik. Dasar sel Sertoli melekat pada
berbentuk segitiga, memiliki banyak lipatan dan sebuah anak inti yang
Selain itu, sel Sertoli juga berfungsi untuk fagositosis kelebihan sitoplasma
10
Pemeriksaan mikroskopik tubulus semineferus memperlihatkan
lumen, tempat sperma yang sangat berdiferensiasi siap untuk keluar dari
tetap terpelihara. Sel anak yang lain mulai bergerak ke arah lumen
manusia, sel anak penghasil sperma membelah secara mitotik dua kali
11
ketika kromosom-kromosom terduplikasi dan untai-untai rangkap
pertama.
meiosis kedua.
12
sitosol dan semua organel yang tidak dibutuhkan untuk menyampaikan
sperma dapat bergerak cepat, hanya membawa serta sedikit beban untuk
melaksanakan pembuahan.
kira-kira 120 juta sperma per harinya. Sejumlah kecil sperma dapat
deferens dan ampula vas deferens. Sperma dapat tetap disimpan dan
hari,20 setiap siklus spermatogenik pada tikus terjadi selama 9-12 hari
13
sedangkan total durasi spermatogenesis pada tikus selama 40-54 hari.21
hormone (FSH) yang keduanya diproduksi oleh jenis sel yang sama, yaitu
gonadotrop. Kedua hormon pada kedua jenis kelamin bekerja pada gonad
sel Leydig untuk mengatur sekresi testosteron. FSH bekerja pada sel
jam sekali, dan tidak terjadi sekresi di antaranya. Konsentrasi GnRH darah
bergantung pada frekuensi ledakan sekresi ini. Sekresi GnRH yang terjadi
secara pulsatil ini merangsang sekresi FSH dan LH yang sedang terjadi.
yang terpisah di gonadotrop dan tidak disekresi dalam jumlah yang sama
14
Faktor testosteron dan inhibin memengaruhi laju sekresi FSH dan
oleh sel Sertoli. Inhibin bekerja secara langsung pada hipofisis anterior
oleh produk sel Sertoli ini merupakan hal yang sesuai karena FSH
lebih jauh sebelum GnRH. Neuron kiss1 pada nukleus arkuatus (ARC) di
15
menyekresi GnRH tidak memiliki reseptor androgen, tetapi neuron kiss1
16
B. MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG)
pada tahun 1908 oleh DR. Kikunea Ikeda, seorang ahli kimia
berkebangsaan Jepang. DR. Ikeda menemukan rasa lezat dan gurih dari
MSG yang berbeda dengan rasa yang pernah dikenalnya, oleh karena itu
dia menyebutnya dengan sebutan “umami” (dari akar kata “umai” yang
bentuk terikat dan bentuk bebas. Glutamat yang masih terikat dengan asam
amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa, tetapi dalam bentuk bebas
dalam suatu makanan maka semakin kuat rasa gurihnya. Namun glutamat
bebas dalam makanan sehari-hari (seperti daging, ikan, susu dan sayuran)
terdiri dari 5 atom karbon dengan 2 gugus karboksil yang pada salah satu
karbonnya berkaitan dengan NH2 yang menjadi ciri asam amino. Struktur
17
hanya pada salah satu gugus karboksil yang mengandung hidrogen diganti
untuk menghasilkan serbuk kristal murni yang siap dijual di pasar sebagai
MSG disebabkan oleh kombinasi rasa yang khas dari efek sinergis MSG
dalam air ataupun saliva akan dengan cepat berdisosiasi manjadi garam
bebas dan manjadi bentuk anion dari glutamat, kemudian ion glutamat ini
akan membuka channel Ca2+ pada neuron yang terdapat pada taste bud
18
Gambar 5. Stuktur kimia Monosodium glutamate (MSG).
(Sumber : International Glutamate Information Service. What is MSG?. 2016. Available
from: http://www.glutamate.org/English/faqs/faqs.html).5
dari asam amino yang diabsorpsi dikonversikan menjadi urea melalui hati,
umum sebagai asam amino bebas dan 14% sisanya diduga disimpan
glutamate bebas dan aspartate. Asam amino ini merupakan asam amino
pemberian dan konsentrasi MSG dalam larutan. Pada hewan baru lahir
19
metabolisme asam glutamat lebih rendah daripada hewan dewasa.
MSG tidak melalui usus dan vena portal. Sedangkan pada pemberian per
oral, MSG akan melalui usus ke sirkulasi portal dan hati. Hati mempunyai
plasma.24,25
dan kimia yang dapat menjadi struktur sekunder dari protein yang
disebut rantai α.
ilmiahnya.8
yang tidak toleran terhadap konsumsi MSG dalam jumlah besar sehingga
21
muncul keluhan berupa rasa panas, kaku otot, nyeri dada, sakit kepala,
mual, berdebar-debar dan kadang sampai muntah. Gejala ini mirip dengan
menit setelah konsumsi, dan bertahan selama 3-5 jam. Sedang kelompok
berlebihan akan dipompakan kembali ke dalam sel glial sekitar neuron dan
bersifat eksitotoksik bagi otak. Karena itu ada kerja dari glutamat
menjadi glutamin yang tidak berbahaya dan bisa dikeluarkan dari otak.
MSG, asam glutamat bebas dihasilkan sebagian akan terikat di usus, dan
22
selebihnya dilepaskan ke dalam plasma. Selanjutnya menyebar ke seluruh
tubuh termasuk akan menembus sawar darah otak dan terikat oleh
bebas ini bersifat eksitotoksik sehingga bisa merusak neuron otak bila
ke dalam sel neuron. Reaksi kimia yang berlangsung dalam sel secepatnya
Asam arakidonat merupakan salah satu hasil reaksi kimia yang bereaksi
hidroksil.10,25,27-9
Radikal bebas adalah spesies kimia yang memiliki satu atau lebih
protein. Radikal ini akan merebut elektron dari molekul lain yang ada
(endogen) dan juga dari luar tubuh (eksogen). Radikal bebas endogen
adalah radikal yang dihasilkan dari dalam tubuh misalnya radikal dari
sel dan peroksisom. Radikal bebas eksogen adalah radikal yang dihasilkan
23
dari lingkungan luar seperti, asap rokok, radiasi UV, bahan kimia toksik.
dan peroksi nitrit (ONOO-) dan bukan radikal seperti HN02 dan N2O4.
Species (radikal bebas atau oksidan), adapun sumber penghasil ROS antara
masuk ke dalam tubuh. Namun bila radikal bebas atau oksidan yang
oleh anti radikal bebas atau antioksidan yang dikenal dengan Scavenger
peroksidase. Apabila rasio antara radikal bebas atau oksidan lebih besar
24
D. HUBUNGAN MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) DENGAN
TESTIS
terhadap berbagai organ tubuh, termasuk organ reproduksi pria yaitu testis.
beberapa organ antara lain hipotalamus, splein, timus, hati, ginjal, sistem
dengan menghasilkan radikal bebas seperti radikal hidroksil. Hal ini jelas
25
diameter tubulus semineferus, penurunan jumlah lapisan sel spermatogenik
4800; 9600 mg/kgBB per oral pada tikus jantan memberi efek
sperma.4,33
26
E. KERANGKA TEORI
Radikal bebas
Stress oksidatif
Lesi Hipotalamus
GnRH
↓ FSH dan LH
Penurunan Penurunan
Penurunan Sel
Diameter Tubulus Kepadatan Sel
Spermatogenik
Semineferous Interstisial
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
B. WAKTU PENELITIAN
C. TEMPAT PENELITIAN
D. SUBJEK PENELITIAN
wistar dewasa dalam keadaan sehat, memiliki berat 200-250 gram dan dibagi
dalam:
28
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Tikus wistar yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari species
1. Alat :
tangan.
(skala mm).
e. Timbangan tikus.
29
2. Bahan :
a. Makanan dan minuman hewan uji : pelet standar (ADII) dan air
pemberian MSG. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan pada neuron yang
penurunan kadar GnRH yang berperan pada regulasi FSH dan LH sehingga
terjadi penurunan kadar kedua hormon tersebut. Penurunan kadar FSH dan
30
H. PROSEDUR PENELITIAN
1. Pemeliharaan wistar
dedak padi dan ditutup dengan kasa pada bagian atasnya. Selama
pemeliharaan wistar diberi makan pelet dan minum air dari botol yang
diberi pipet.
(600mg/hari).12
wistar adalah 200 gram (0.2 kg), maka perhitungan dosis pemberian
berikut :
x = 2 mg
Kemudian dosis tikus berdasarkan BB dikali dengan koefisien
tikus, yaitu 6.2.
Dosis pada tikus = dosis tikus berdasarkan BB x koefisien tikus
= 2 x 6.2
= 12.4 mg/hari
31
c. Dosis MSG yang diberikan adalah 12.4 mg/hari dilarutkan dalam 1
sehari sekali.
a. Kelompok kontrol I (K1) terdiri dari 5 ekor tikus yang diberi makan
pelet dan air minum selama 20 hari. Terminasi dilakukan pada hari ke-
secara mikroskopik.
b. Kelompok perlakuan I (P1) terdiri dari 5 ekor tikus yang diberi makan
pelet dan air minum serta MSG 12.4 mg/hari per oral menggunakan
c. Kelompok kontrol II (K2) terdiri dari 5 ekor tikus yang diberi makan
pelet dan air minum selama 40 hari. Terminasi dilakukan pada hari ke-
secara mikroskopik.
makan pelet dan air minum serta MSG 12.4 mg/hari per oral
32
4. Skema Perlakuan Terhadap Hewan Uji
5 ekor tikus
STOP
1 20 21 Terminasi
Waktu perlakuan (hari)
Otopsi jaringan testis
5 ekor tikus
STOP
1 20 21 Terminasi
Waktu perlakuan (hari)
Otopsi jaringan testis
33
c. Kelompok kontrol II (K2)
5 ekor tikus
STOP
1 40 41
Waktu perlakuan (hari)
Terminasi
STOP
1 40 41
Waktu perlakuan (hari)
Terminasi
34
5. Pengambilan Jaringan
berisi kapas yang telah diestesi eter sebanyak 2 ml. Toples kemudian
jaringan testisnya.
formalin 10%.
jam.
8. Infiltrasi dengan parafin cair yang titik leburnya 58oC dan suhu
35
Setelah itu jaringan dikeluarkan dari embedding plate sehingga
6. Pewarnaan Jaringan
36
4. Tetesi sedian dengan menggunakan perekat E-Z Mount dari
Shandon, lalu ditutup dengan deck glass dari arah satu sisi agar tidak
7. Pembacaan Jaringan
besar (4x, 10x, 20x, 40x). Pengambilan foto dilakukan untuk bagian
secara kualitatif.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN HISTOPATOLOGIK
hari. Pada semua sediaan testis kelompok ini tampak tubulus semineferus
dengan susunan lapisan sel spermatogenik yang normal dan sesuai dengan
(Gambar 8).
Gambar 8. Gambaran mikroskopik testis wistar kelompok kontrol negatif 20 hari (K1).
Tampak tubulus semineferus (A), susunan lapisan sel spermatogenik (B), dan sel
interstisial (C) yang normal. Pembesaran 10x10.
38
2. Kelompok Perlakuan I (P1)
Namun tidak semua tubulus semineferus pada sediaan testis kelompok ini
selnya secara kualitatif berbeda dengan yang terlihat pada kontrol negatif
(Gambar 9.2). Jumlah sel interstisial pada kelompok ini terlihat lebih
D
A
B
Gambar 9.1. Gambaran mikroskopik testis wistar kelompok perlakuan I/P1 (diberikan
MSG selama 20 hari). Terlihat tubulus semineferus tanpa perkembangan sel-sel
spermatogenik (A) sehingga ruang tubulus tampak kosong (B), adanya lapisan
spermatogonia yang saling jarang pada membran basalis (C), dan jumlah sel interstisial
terlihat lebih sedikit daripada kontrol negatif (D). Pembesaran 10x10.
39
B
A
Gambar 9.2. Gambaran mikroskopik testis wistar kelompok perlakuan I/P1 (diberikan
MSG selama 20 hari). Terlihat fokus-fokus tubulus semineferus yang mengalami atrofi
(A), tampak pula adanya tubulus semineferus yang masih berisi sel-sel spermatogenik
namun kepadatannya tampak berbeda dengan kontrol negatif (B), dan jumlah sel
interstisial lebih sedikit (C) dari kontrol negatif. Pembesaran 10x10.
40
A
B
Gambar 10. Gambaran mikroskopik testis wistar Kelompok kontrol negatif 40 hari
(K2). Terlihat tubulus semineferus (A) dengan lapisan sel spermatogenik (B), dan sel
interstisial (C) yang normal. Pembesaran 10x10.
Tikus wistar kelompok ini diberi MSG sesuai dosis konsumsi rata-
kelompok ini tampak tak jauh berbeda dengan kelompok perlakuan II (P2),
41
C
D
B
A
Gambar 11.1. Gambaran mikroskopik kelompok perlakuan MSG selama 40 hari (P2).
Terlihat fokus tubulus semineferus yang tampak kosong (A), terlihat hanya ada lapisan sel
spermatogonium saja pada membran basalis (B). Adanya tubulus semineferus yang berisi
sel-sel spermatogenik namun tampak longgar dan tidak teratur (C). jumlah sel interstisial
terlihat lebih sedikit dari kontrol negatif (D). Pembesaran 10x10.
A
B
Gambar 11.2. Gambaran mikroskopik testis wistar kelompok perlakuan MSG selama 40
hari (P2). Terlihat adanya fokus-fokus tubulus semineferus (A) yang berisi sel-sel
spermatogenik yang mengalami kalsifikasi (B,C). Pembesaran 10x10.
42
B. DIAMETER TUBULUS SEMINEFERUS
nilai rata-ratanya (Tabel 1 dan Gambar 12). Hasil pengukuran dalam skala
(mm).
K1 P1 K2 P2
43
200 182.8 183 Rata-rata
Gambar 12. Grafik rata-rata diameter tubulus semineferus setiap kelompok percobaan.
tubulus semineferus yang relatif lebih rendah dari semua kelompok kontrol
negatif.
44
C. LAPISAN SEL SPERMATOGENIK
K1 P1 K2 P2
A-T1 4 1 4 1
T2 4 1 4 1
T3 4 1 4 2
T4 3 3 4 2
B-T1 4 1 4 1
T2 4 1 4 1
T3 4 1 4 1
T4 4 1 4 1
C-T1 4 2 4 1
T2 4 2 4 3
T3 4 1 4 1
T4 4 1 4 1
D-T1 3 1 4 1
T2 3 2 4 3
T3 4 2 4 1
T4 4 2 4 2
E-T1 4 2 3 1
T2 4 2 4 3
T3 4 2 4 3
T4 4 1 4 1
RATA-RATA 3.85 1.5 3.95 1.55
Ket. : T = Tubulus semineferus, A=Tikus A, B=Tikus B, C= Tikus C, D=Tikus D, E=Tikus E
45
4.5 RATA-RATA
Gambar 13. Grafik rata-rata jumlah lapisan sel spermatogenik setiap kelompok
percobaan.
kepadatan sel interstisial kelompok kontrol negatif terlihat jauh lebih padat
46
dibandingkan dengan kepadatan sel interstisial yang terlihat pada
47
BAB V
PEMBAHASAN
sediaan testis tikus wistar yang berbeda dengan semua kelompok kontrol
jumlah lapisan sel-sel spermatogenik yang lebih sedikit dan kepadatan sel
hal di atas karena adanya efek neurotoksin yang ditimbulkan MSG pada
lesi pada daerah ini maka terjadi gangguan sekresi GnRH. Terganggunya
mamalia sangat bergantung pada testosteron, oleh karena itu inhibisi hormon
testosteron akibat tidak adanya stimulus dari luteinizing hormone (LH) pada
kelompok yang diberi perlakuan MSG selama 20 hari (P1) dan 40 hari (P2)
tak jauh berbeda dengan kelompok P1, namun pada kelompok ini didapatkan
spermatogenik yang lebih sedikit dari kelompok kontrol negatif (Gambar 9.1,
tubulus yang hanya memiliki satu lapisan sel spermatogenik pada membran
49
penurunan pada diameter tubulus semineferus, dan menurut Anindita (2008)42
kematian pada beberapa sel tanpa diikuti secara seimbang proses pembelahan
atau penambahan sel anak lagi. Hal ini disebabkan tidak adanya rangsangan
interstisial menjadi lebih sedikit dan diameter intinya menjadi lebih kecil.
histopatologik testis tikus wistar yang diberi MSG tidak hanya disebabkan
MSG karena terdapat reseptor dan transporter glutamat pada sel-sel epitel
50
Mekanisme kedua, MSG menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang
oksidasi oleh radikal bebas. Radikal bebas ini akan menimbulkan gangguan
ganda. Bila radikal bebas yang terbentuk bertemu dengan asam lemak tak
jenuh ganda dalam membran sel, akan terjadi reaksi peroksidasi lipid dari
dan reseptor. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sel termasuk
Walaupun begitu hal ini tentu mampu menyebabkan disfungsi seksual atau
kekurangan antara lain dalam hal jumlah sampel, subjek penelitian, waktu
penelitian yang singkat (40 hari) dan tidak meneliti efek MSG pada berbagai
51
52
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
3. Dibutuhkan waktu penelitian yang lebih lama untuk melihat lebih jauh
53
DAFTAR PUSTAKA
54
12. Prawirohardjono W, Iwan D, Indwiani A, Soeliadi H, Erna K, Mustofa M,
et al. The administration to Indonesians of monosodium l-glutamate in
Indonesian foods : an assessment of adverse reactions in a randomized
double blind, crossover, placebo-controlled study. J Nutr. 2000;130:1074-
6.
13. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC; 2014. h. 789-98.
14. Moore KL, Dalley AF. Anatomi berorientasi klinis. Edisi 5. Jakarta: EMS;
2013. h. 405-51.
15. Heffner J, Schust D. Sistem reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga;
2006. h. 12-30.
16. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2010. h.
423-32.
17. Junqueira LC. Histologi dasar, teks dan atlas. Edisi ke-10. Jakarta: EGC;
2007. h. 415-30.
18. Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology. 3rd edition.
Philadelphia: Elseivier Saunder; 2007. p. 489-92.
19. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC; 2007. h. 1246-9
20. Nalbandov AV. Fisiologi reproduksi pada mamalia dan unggas. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI Press); 1990.
21. Rugh R. Its reproduction and development. The mouse. 1968. p. 1-23.
22. Hess RA, Franca LR. Spermatogenesis and cycle of the seminiferous
epithelium. Molecular Mechanisms in Spermatogenesis. Springer. 2009. h.
1-15.
23. Halpern BP. What's in a Name? Are MSG and Umami the Same?.
Chemical senses. 2002;27(9):845-6.
24. Giacometti T. Free and bound glutamate in natural products. In: Filer LJ,
Garattini S, Kare MR, Reynolds WA, Wurtman, RJ, editors. Glutamic
Acid:Advances in Biochemistry. New York: Raven Press;1979. p. 25 – 34.
Available from: http://jn.nutrition.org/cgi/content/full/130/4/892S.
25. Garattini S. Glutamic acid, twenty years later. The Journal of nutrition.
2000;130(4):901S-9S.
26. Stevenson DD. Monosodium glutamate and ashtma. J Nutr.
2000;130:1067S-1073S.
27. Danbolt NC. Glutamate uptake. Prog Neurobiol. 2001;65(1):1-105.
55
28. Lipovac MN, Holland T, Poleksic A, Killian C, Lajtha A. The possible
role of glutamate uptake in metaphitinducted seizures. Neurochem Res.
2003;28(5):723-31.
29. Suarez I, Bodega G, Fernandez B. Glutamine synthase in brain : effect of
ammonia. Neurochem Int. 2002;41(2-3):132-42.
30. Siregar JH. Pengaruh pemberian vitamin C terhadap jumlah sel Leydig dan
jumlah sperma mencit jantan dewasa yang dipapari monosodium
glutamate [thesis]. Universitas Sumatera Utara. 2009.
31. Setiati S. Radikal bebas, antioksidan, dan proses menua. Jurnal
Kedokteran dan Farmasi. 2003;6:366-369.
32. Halliwell B, Gutteridge JMC. Free radical in biology and medicine. 4th
edition. Oxford University Press: New York; 2000.
33. Iryani D, Soejono SK. Kadar testosteron darah dan gambaran histologik
sel-sel leydig tikus putih (rattus norvegicus) jantan dewasa setelah
pemberian monosodium glutamat peroral [dissertation]. Universitas
Gadjah Mada: 2003.
34. Nair AB, Jacob S. A simple practice guide for dose conversion between
animals and human. J Basic Clin Pharm. 2016;7(2):27-31.
35. Wongkar J. Efek pemberian anabolik steroid injeksi dosis rendah dan
tinggi terhadap gambaran morfologi testis wistar [skripsi]. Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi: 2014.
36. Hargono FR. Gambaran histopatologik testis mencit yang diberi kedelai
dan paparan dengan asap rokok [skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi: 2013.
37. Gong SL, Xia FQ, Wei J, Li XY, Sun TH, Lu Z, et al. Harmful effects of
MSG on function of hypothalamus–pituitary–target gland system. Biomed
Environ Sci. 1995;8:310–7.
38. Giovambattista A, Suescun M, Nessralla C, Franca L, Spinedi E, Calandra
R. Modulatory effects of leptin on leydig cell function of normal and
hyperleptinemic rats. Neuroendocrinology. 2003;78:270–9.
39. Pakarainen T, Zhang F, Makela S, Poutanen M, Huhtaniemi I.
Testosterone replacement therapy induces spermatogenesis and partially
restores fertility in luteinizing hormone receptor knockout mice.
Endocrinology. 2005;146:596–606.
40. Wang R, Yeh S, Tzeng C, Chang C. Androgen receptor roles in
spermatogenesis and fertility: lessons from testicular cell-specific
androgen receptor knockout mice. Endocrinol Rev. 2009;30:119–32.
56
41. Sugeng SI, Tiono H, Anandaputri VN. Pengaruh pasta tomat (Solanum
lycopersicum) terhadap diameter tubulus semineferus mencit (Mus
musculus) galur DDYyang terpajan asap rokok berfilter. Jurnal Kedokteran
Maranatha. 2010;10:47-54.
42. Anindita K, Sutyarso. Pengaruh pemberian vitamin C terhadap berat testis,
jumlah sel leydig, dan diameter tubulus semineferus mencit (Mus
musculus) jantan dewasa yang diinduksi monosodium glutamate [skripsi].
Universitas Lampung: 2008.
43. Suryadi E, Iryani D, Suryono SK. Perubahan sel-sel Leydig tikus putih
jantan dewasa setelah pemberian monosodium glutamat oral. Jurnal
Anatomi Indonesia. 2007;1:120-32.
44. Gill S, Mueller R, Mcguire P, Pulido O. Potential target sites in peripheral
tissues for excitatory neurotransmission and excitotoxicity. Toxicol Pathol.
2000;28:277–84.
45. Takarada T, Hinoi E, Balcar V, Taniura H, Yoneda Y. Possible expression
of functional glutamate transporters in the rat testis. J Endocrinol.
2004;181:233–44.
46. Nayanatara A, Vinodini N, Damadar G, Ahemed B, Ramaswamy C,
Shabarinath M, et al. Role of ascorbic acid in monosodium glutamate
mediated effect on testicular weight sperm morphology and sperm count in
rat testis. J Chin Clin Med. 2008;3:1–5.
47. Vinodini NA, Nayanatara A, Damodar G, Damodar B, Ramaswamy CR,
Shabarinath,et al. Effect of monosodium induced oxidative damage on rat
testis. J Clin Med. 2010;3:370–3.
48. Moreno G, Perello M, Gaillardand RC, Spine E. Orexin a stimulates
hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis function, but not food intake in
the absence of full hypothalamic NPYergic activity. Endocrine.
2005;26:99–106.
49. Farmobi E, Onyema O. Monosodium glutamate-induced oxidative damage
and genotoxicity in the rat modulatory role of vitamin C, vitamin E and
quercetin. Hum Exp Toxicol. 2006;25:251–9.
50. Pavlovic V, Kocic D, Sokolovic D, Jevtovic-Stoimenov. Effect of
monosodium glutamate on oxidative stress and apoptosis in rat thymus. J
Mol Cell Biochem. 2007;303:161–6.
57
LAMPIRAN
K1 P1
58
K2 P2
59
RIWAYAT HIDUP
Lestari Henok. Penulis mempunyai 2 orang kakak bernama Ronald Bilondatu dan
Reymond Bilondatu, dan mempunyai 2 orang adik bernama Rizky Bilondatu dan
SDN 2 Tilamuta dan tamat pada tahun 2007. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan di SMPN 4 Tilamuta dan tamat pada tahun 2010. Setelah itu
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Tilamuta dan tamat pada tahun 2013. Penulis
60