Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PRAKTIKUM

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK

Vaksinasi Pada Ternak Sapi Potong

Oleh :

Kelas: E

Kel: 3

Muhammad Idharuddin 200110170085


Taufiq Muttaqin Rizwan 200110170094
Ihsan Maulana 200110170098
Sabilla Yuspita 200110170169
Billy Satya Abadi 200110170283

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan segala

rahmat dan hidayah-Nya yang telah dikaruniakan pada penulis, sehingga penulis

dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah pengendalian mutu produksi ini,

yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas kuliah serta

menyelesaikan kuliah pada Jurusan Ilmu Peternakan.

Besarnya manfaat yang penulis peroleh dalam pembuatan makalah ini, kerena

penulis dapat mengetahui secara langsung bagaimana aplikasi dari ilmu yang telah

didapatkan dari berbagai literatur. Dan diharapkan dengan adanya makalah ”

Vaksinasi Pada Ternak Sapi Potong”dapat mendapat pengetahuan bagaimana

penerapan Vaksin itu sendiri.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dari isi

maupun penyajiannya,karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, 30 Maret 2019

Penulis
I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah

mikrobiologi hewan yang sangat bermanfaat untuk menambah wawasan

mengenai imunologi dan vaksinasi dengan materi yang lebih dikhususkan lagi

yaitu mengenai “Vaksinasi Pada Ternak”. Sehubungan dengan makalah ini,

deskripsi mengenai segala sesuatu yang dapat berhubungan dengan vaksin

akan dipaparkan secara ringkas dalam latar belakang makalah ini.

Seperti halnya manusia, hewan juga mudah untuk diserang oleh berbagai

penyakit sehingga dapat menurunkan penghasilan dalam dunia peternakan,

seperti pada hewan sapi, babi, ayam, dan hewan ternak lainnya. Pemberian

vaksin adalah salah satu cara yang baik untuk memberantas penyakit pada

hewan ternak seperti sapi, babi, ayam dan juga hewan lainnya karena vaksin

merupakan anti body. Dengan pemberian vaksin maka akan dapat

memperpanjang umur dari hewan ternak dan peliharaan sehingga jumlah hasil

produksi dan pertumbuhan hewan tersebut menjadi lebih baik.

Vaksin adalah bahan biologik berupa mikroorganisme baik berupa virus

maupun bakteri yang dilemahkan atau dikurangi potensinya (aktivitasnya)

bahkan ada yang dimatikan, sehingga tubuh makhluk hidup yang menerima

virus atau bakteri tersebut pada saat dilakukan vaksinasi.) (Nino, 2014).

1.2. Rumusan Masalah

(1) Apakah Yang Dimaksud Dengan Vaksinasi ?


(2) Apa Jenis-Jenis Vaksin ?
(3) Bagaimana Cara Kerja Dari Vaksin ?

(4) Bagaimana Cara Penyimpanan Vaksin ?

(5) Apa Macam - Macam Vaksinasi Pada Ternak ?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

(1) Mengetahui Apa Itu Vaksin.

(2) Mengetahui Jenis-Jenis Vaksin.

(3) Mengetahui Cara Kerja Dari Vaksin.

(4) Mengetahui Macam – Macam Vaksinasi Pada Ternak.


II
TINJAUAN PUSTAKA

Vaksin pertama kali ditemukan oleh Louis Pasteur (Penemu Vaksin

Rabies) tahun 1880. Sebelum ia menemukan vaksin saat itu, ia terlebih dahulu

membuat konsep atau teori bagaimana vaksin itu bekerja. Ia berpendapat bahwa

penyakit infeksi diakibatkan oleh adanya mikroorganisme, sehingga dengan teori

ini ia menyatakan bahwa vaksin yang ia buat dapat melindungi tubuh dari

penyakit yang diakibatkan dari mikroorganisme itu sendiri dengan cara

menyuntikkan mikroorganisme tersebut ke tubuh dalam bentuk yang sudah

dilemahkan. Contohnya saja vaksin rabies. Vaksin ini pertama kali disuntikkan

pada manusia pada tahun 1885 yang disuntikkan pada anak berusia 9 tahun

bernama Joseph Meister yang telah diserang anjing gila. Percobaannya tersebut

berhasil dan membuat tersebut sembuh dari penyakitnya. Sebelumnya

penyuntikkan vaksin ini ditentng oleh masyarakat karena menggunakan

mikroorganisme dari penyakit rabies itu sendiri.

Vaksinasi adalah memberikan antigen untuk merangsang sistem kekebalan

untuk menghasilkan antibodi khusus terhadap penyakit yang disebabkan oleh

virus, bakteri, dan protozoa. Karena tidak ada obat yang efektif dan ampuh untuk

pengendalian penyakit viral, vaksinasi merupakan cara paling tepat dan

memberikan efisiensi ekonomis yang besar. Vaksinasi adalah memberikan antigen

untuk merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi khusus terhadap

penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa. Karena tidak ada obat

yang efektif dan ampuh untuk pengendalian penyakit viral, vaksinasi merupakan

cara paling tepat dan memberikan efisiensi ekonomis yang besar.


Vaksinasi dirancang untuk mencegah penyakit yang akan datang, namun

tidak berarti mencegah terjadinya infeksi. Vaksin bekerja dengan merangsang

sistem kekebalan tanpa dipengaruhi penyakit.

Hal ini dicapai dengan menginaktifasi mikroba, dengan menumbuhkannya

di laboratorium dalam media biakan (ateunsi). Jika dikenalkan kepada tubuh

hewan/ternak, maka akan merangsang respons kekebalan tanpa menyebabkan

penyakit.

Vaksinasi juga mendukung kepentingan ekonomi yang disebabkan oleh

penyakit. Artinya, menurunkan kejadian penyakit berarti mengurangi biaya

pemeliharaan, mencegah menurunnya pertumbuhan berat badan, dan produksi

susu ataupun fertilitas yang diakibatkan oleh penyakit. Beberapa vaksin juga

dapat melindungi manusia agar tidak tertular oleh penyakit zoonosis.

Vaksin clostridia biasanya multivalen terdiri atas kultur dan toksin

beberapa Clostridium spp yang sudah dinonaktifkan. Penyakit-penyakit lain yang

dapat dicegah dengan vaksinasi adalah Salmonellosis, penyakit parasit (cacing

paru-paru), penyakit jamur (ringworm), pneumonia (pasteurellosis, respiratory

syncytial virus/RSV). Selain itu, para Influenza-3 (Pl-3), Infectious Bovine

Rhinotracheitis dan enteritis yang disebabkan oleh virus rota dan E.coli juga bisa

dicegah dengan vaksinasi.

Vaksinasi bisa diberikan terhadap sapi potong baru, khususnya untuk

berbagai penyakit menular pada sapi. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada

saat hewan berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah

vaksinasi penyakit antraks.

Pemakaian dan penggunaan vaksin memerlukan kehati-hatian karena akan

berakibat fatal dan merugikan peternak. Berikut beberapa hal yang harus

diperhatikan:
(1) Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan
(2) Secara hati-hati.

(3) Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya

(4) Demikian juga dengan aplikasinya

(5) Jangan menggunakan vaksin dan obat-obat yang

(6) Kedaluarsa

(7) Jangan mencampur vaksin dan obat-obatan sekaligus.

(8) Berikan obat-obatan sesuai jangka waktu yang

(9) Ditentukan.

(10) Simpan obat-obatan ditempat yang sejuk.

(11) Simpan Vaksin dalam lemari es

(12) Pada saat vaksinasi pakailah alat yang steril.

Vaksinasi dilakukan oleh Dinas Peternakan setempat, jika ada wabah penyakit

yang berbahaya, misalnya penyakit mulut dan kuku (PMK), brucellosis (kluron

menural), surra, septicemia epizootical/SE 9 (ngorok), antraks (radang limpa) dan

tuberkulosis (TBC). Untuk sapi-sapi impor, sebelum masuk ke indonesia biasanya

sudah dilakukan vaksinasi terlebih dahulu, baik oleh negara asal ternak maupun

petugas karantina ternak pelabuhan.


III

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Vaksinasi

Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme penyebab

penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan. Di dalam tubuh hewan,

mikroorganisme yang dimasukkan tidak menimbulkan bahaya penyakit,

melainkan dapat merangsang pembentukan zat-zat kekebalan (antibodi) terhadap

agen penyakit tersebut (Tizard, 1988).

Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan

sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati

atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.).

Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk

bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin.

Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif

(kanker).

2.2. Jenis-Jenis Vaksin

Secara umum berdasarkan sifat hidup agen infeksi yang terkandung dalam

vaksin, produk vaksin dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Vaksin Aktif

Vaksi aktif berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan. Jenis-jenis

vaksin aktif biasanya dalam bentuk kering beku. Jadi, jika ingin digunakan vaksin

tersebut harus dilarutkan terlebih dahulu, yakni dengan menggunakan pelarut.

Jenis pelarut yang bisa digunakan pada vaksin aktif ini adalah dapat berupa
larutan dapar, air biasa (minum) atau aqua destilata. Namun satu hal yang harus

diperhatikan, vaksin ini jika sudah dilarutkan harus segera masuk ke dalam tubuh

ternak. Setelah vaksin diberikan, maka agen infeksi yang terkandung akan menuju

ke target organ kekebalan untuk bermultiplikasi kemudian menuju ke organ

limfoid untuk menggertak pembentukan kekebalan. Contoh vaksin aktif yaitu

BCG, vaksin campak, vaksin rubella, dll.

2. Vaksin Inaktif

Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi agen infeksi dan telah diinaktifasi

dengan pengertian mikroorganisme yang telah dimatikan. Namun vaksin inaktif

masih bersifat imunogenik/mampu menggertak pembentukan antibodi. Jenis-jenis

vaksin inaktif ini berbentuk emulsi atau suspensi karena mengandung adjuvant.

Adjuvant merupakan bahan yang bersifat non antigenik/tidak berkemampuan

merangsang terbentuknya antibodi. Adjuvant tersebut ditambahkan dalam vaksin

inaktif untuk menambah daya kerja vaksin dengan efek depo, penyerapan sedikit

demi sedikit ke dalam sirkulasi darah.

Jadi vaksin tersebut setelah masuk ke dalam tubuh, vaksin inaktif tidak

perlu bereplikasi, tetapi langsung memacu jaringan limfoid untuk membentuk

antibodi. Cotoh vaksin inaktif : vaksin influenza, vaksin hepatitis a, vaksin

tetanus, vaksin difteria, vaksin botulinum, dll.

2.3. Cara Kerja Vaksin

Untuk memahami bagaimana vaksin bekerja, kita perlu memahami

bagaimana tubuh melawan penyakit. Ketika kuman seperti bakteri atau virus

menyerang tubuh, mereka menyerang dan memperbanyak diri. Serangan ini

mengakibatkan infeksi dan infeksilah yang menimbulkan penyakit. Sistem


kekebalan tubuh menggunakan beberapa alat untuk melawan infeksi. Darah

mengandung sel darah putih atau sel kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi.

Sel-sel darah putih ini terutama bagian Limfosit B, Limfosit T, dan Makrofag.

Vaksin dapat membantu tubuh dengan membuat kekebalan yang serupa

dengan proses infeksi primer. Namun infeksi yang disebabkan oleh vaksin tidak

menyebabkan suatu penyakit melainkan dapat merangsang sistem imun untuk

memproduksi Limfosit T dan Antibodi. Kadang-kadang setelah mendapatkan

vaksin, infeksi imitasi ini dapat membuat gejala ringan seperti demam. Gejala

ringan ini adalah wajar dan dapat dianggap bahwa tubuh sedang membuat

kekebalan.

Setelah infeksi buatan ini berlalu, tubuh akan dipenuhi memori Limfosit T

juga Limfosit B yang mengingat cara untuk memerangi penyakit di kemudian

hari. Namun, dibutuhkan waktu sekitar beberapa minggu bagi tubuh untuk

seseorang yang baru saja mendapat vaksinasi terinfeksi oleh kuman tersebut,

bukan karena vaksinanya tidak bekerja , namun kekebalannya belum muncul

untuk dapat melindungi tubuh dari penyakit.

2.4. Cara Penyimpanan Vaksin

Agar bakteri atau vaksin tersebut tetap bertahan hidup, penyimpanan

vaksin harus pada temperatur ruang yang rendah. Semua vaksin yang berupa virus

hidup disarankan disimpan pada temperatur ruang dibawah nol (kondisi beku),

sedangkan semua vaksin yang berupa bakteri, penyimpanannya tidak

diperbolehkan pada ruangan dalam keadaan sampai membeku karena akan

merusak antigennya selama proses kristalisasi, sehingga tidak bisa digunakan lagi.

(Budi Sutrisno, 1999).


Berdasarkan pembahasan diatas bahwa temperatur ruangan sangat penting

untuk diperhatikan pada saat penyimpanan vaksin (obat). Karena apabila vaksin

atau obat tersebut tidak disimpan pada temperatur atau kondisi pendinginan yang

sudah di tentukan maka akan berakibat buruk bagi vaksin atau obat tersebut

karena akan menjadi rusak bahkan tidak dapat digunakan. (Budi Sutrisno, 1999).

Setiap obat (vaksin) yang berasal dari bahan biologik harus dilindungi

terhadap pengaruh sinar matahari, sebab jika tidak demikian maka obat tersebut

akan terjadi kerusakan dalam waktu yang sangat singkat. Semua vaksin yang

berupa virus hidup disarankan disimpan pada temperatur ruang dibawah nol

(kondisi beku), sedangkan semua vaksin yang berupa bakteri, penyimpanannya

tidak diperbolehkan pada ruangan dalam keadaan sampai membeku karena akan

merusak antigennya selama proses kristalisasi, sehingga tidak bisa digunakan lagi.

(Budi Sutrisno, 1999).

Pengaruh kelembaban udara terhadap penyimpanan vaksin relatif sangat

kecil dan dapat diabaikan. Kelembaban udara hanya berpengaruh terhadap vaksin

yang disimpan secara terbuka atau penutupnya tidak sempurna. (Budi Sutrisno,

1999).

2.5. Jenis-Jenis Vaksin Pada Ternak

1. ANTHRAVAK

Vaksindo Satwa Nusantara bentuk sediaan cairan komposisi mengandung

spora kuman Bacillus anthracis aktif strain 34 F2 weybridge, avirulen Indikasi

Untuk pengebalan terhadap penyakit anthrax pada sapi, kerbau, kuda, domba,

kambing dan babi. Dosis dan Cara Pemakaian penyuntikan SK ; dosis: Sapi,
kerbau dan kuda 1 ml ; domba, kambing dan babi 0,5 ml. Kemasan Botol 250 ml (

250 dosis) Deptan RI No. DPS. 93064 Obat Keras.

2. ANTHRAVET

Pusat Veterinaria Farma Bentuk sediaan cair. Komposisi Setiap dosis (1

ml) mengandung tidak kurang dari 10 juta spora kuman Bacillus anthracis strain

34 F2 Wybridge yang avirulen dan tidak berkapsul di dalam campuran garam faali

dengan gliserin sama banyak serta mengandung 0,05 % Saponin

IndikasiPengebalan aktif terhadap penyakit Anthrax (Radang Limpa) pada sapi,

kerbau, kuda, domba, kambing dan babiDosis dan Cara Pemakaian Sapi, kerbau,

kuda 1 ml subkutan. Domba, kambing, babi 0,5 ml subkutan. Sebelum digunakan

tempatkan vaksin pada suhu kamar terlebih dahulu kemudian kocok sampai rata.

Penyuntikan vaksin tidak menimbulkan reaksi setelah vaksinasi. Pada kambing

dan domba, kadang-kadang menimbulkan kebengkakan pada tempat suntikan

yang berkembang menjadi oedema progresif, keras dan dapat menimbulkan

kematian, karenanya pada kambing dan domba dianjurkan untuk melakukan

vaksinasi pendahuluan percobaan pada daerah yang belum pernah divaksinasi,

dengan bermacam-macam dosis. Kekebalan terjadi setelah melalui masa negatif

10-14 hari, tetapi pada kuda sampai 6 minggu. Air susu yang dihasilkan dari sapi

perah yang memperlihatkan reaksi sistematik akibat vaksinasi seperti demam,

anorexia atau gejala klinis yang lain tidak boleh dikonsumsi. Hewan tidak boleh

dipotong dan dikonsumsisebelum tiga minggu pasca vaksinasi terakhir. Vaksinasi

rutin sebaiknya diulang setiap 6 bulan Kemasan Botol berisi 125 ml. Deptan RI

No. D. 9810534 VKC.1. Obat keras.


3. BRUCELLA ABORTUS RB-51

Colorado Serum Company,USA/Paeco Agung Bentuk sediaan serbuk

kering beku Komposisi mengandung bakteri Brucella abortus strain RB-51

Indikasi untuk pencegahan sapi betina dari penyakit keluron/ keguguran/abortus

yang disebabkan oleh bakteri Brucella abortus. Penggunaan vaksin harus dibawah

pengawasan Dokter Hewan Kemasan 5 dosis/vial. Deptan RI No.DPS. I. 0407087

VKC.Obat keras.

4. BRUCIVET

Pusat Veterinaria Farma Bentuk sediaan kering beku Komposisi

diformulasi dengan stabilizer yang mengandung tryptone 2,5%, saccharost 5%

dan sodium glutamate 1 %, setelah dilarutkan, setiap dosis vaksin (2ml)

mengandung 40-120 x 109 kuman Brucella abortus strain 19 Indikasi pengebalan

aktif terhadap penyakit Brucellosis pada sapi betina. Dosis dan cara pemakaian,

sapi betina umur 3-8 bulan 2 ml subkutan Larutkan vaksin dengan garam faali 20

ml. Kocok sampai tercampur. Vaksin harus habis dipakai setelah dilarutkan. Masa

kekebalan berlangsung lebih dari 7 tahun Kemasan Vial berisi 10 dosis. Deptan

RI No. D. 9810544 VKS.1. Obat keras


IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme penyebab

penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan atau manusia. Pemberian

vaksin adalah salah satu cara yang baik untuk memberantas penyakit pada hewan

ternak seperti sapi, babi, ayam dan juga hewan lainnya karena vaksin merupakan

antibodi. Tujuan vaksinasi adalah membuat ternak mempunyai kekebalan yang

tinggi terhadap satu peyakit tertentu. Dan hasil nyata yang akan diperoleh dari

program vaksinasi adalah tingkat kesehatan dan produktivitas. Jenis-jenis vakin

terbagi menjadi dua yaitu vaksin aktif dan inaktif, vaksin dapat membantu tubuh

dengan membuat kekebalan yang serupa dengan proses infeksi primer, dan

penyimpanan vaksin berbeda-beda tergantung dari bahan penyusun vaksin itu

sendiri dalam hal ini bakteri atau virus.

3.2. Saran

Adapun saran atas pembuatan makalah ini adalah sekiranya dalam

penulisan karya ilmiah harus memperhatikan format penulisan dan sumber yang

digunakan yakni sumber terpercaya yang berasal dari literatur.


DAFTAR PUSTAKA

Nino, M.M., Limbong, I.S., dan Taringan. 2014. Pengaruh Penambahan


Elemen Peltier terhadap Kemampuan Menjaga Temperatur Penyimpanan Vaksin
dengan Berbahan Dasar Polivinil Klorida (PVC). LONTAR Jurnal Teknik Mesin
Undana. Vol. 01, No. 02.

Anonim. 1990. Proceeding Seminar Rabies, Zoonosa, dan Anthrax.


Kerjasama Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro dan Perhimpunan dokter
Hewan Indonesia.

Akoso.,B.T., Kesehatan Sapi. Panduan Bagi Petugas Teknos, Mahasiswa,


Penyuluh Dan Peternak. 1996. Yogyakarta: Kanisius.

Subronto. Ilmu Penyakit Ternak.1995. Edisi I. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

ANONNIM. 2002a. Pedoman dan Protap Penatalaksanaan Kasus Anthraks


di Indonesia.

ANONNIM. 2001a. Anthrax. APHIS Veterinary Services. November


2001.

ANONNIM. 2000. Anthrax Vaccine. U.S. Departement of Health and


Human Services. Centers for Diseases Control and Prevention National
Immunization Program.

ANONNIM. 1990. Proceeding Seminar. Rabies, Zoonosa, dan Anthrax.


Kerjasama Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro dan Perhimpunan dokter
Hewan Indonesia.

BISPING, W and G. AMTSBERG. 1988. Colour Atlas for the Diagnosis


of Bacterial Pathogens in Animals. Paul Parery Scientific Publishers.

Berlin and Hamburg. P 72-78 CHRISTIE, A.B. 1980. Infectious Diseases:


Epidemiology and Clinical Practice. Third Edition, Churchill Livingstone,
Eidenburg, London, Melbourne and New York.
LAMPIRAN

Pembagian Tugas

NO NAMA NPM TUGAS

1. Muhammad Idharuddin 200110170085 Cover + kata pengantar + Pendahuluan

2. Taufiq Muttaqin Rizwan 200110170094 PPT + Lampiran

3. Ihsan Maulana 200110170098 Pembahasan + Daftar Pustaka

4. Sabilla Yuspita 200110170169 Tinjauan Pustaka

5. Billy Satya Abadi 200110170283 Pembahasan + Penutup

Anda mungkin juga menyukai