Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

MIKROBIOLOGI HEWAN

IMUNOLOGI DAN VAKSINASI

“VAKSINASI PADA TERNAK”

NAMA : HUSNUL QHATIMAH

NIM : I011 18 1402

KELOMPOK : III (TIGA)

KELAS : B2

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah

mikrobiologi hewan yang sangat bermanfaat untuk menambah wawasan

mengenai imunologi dan vaksinasi dengan materi yang lebih dikhususkan lagi

yaitu mengenai “Vaksinasi Pada Ternak”. Sehubungan dengan makalah ini,

deskripsi mengenai segala sesuatu yang dapat berhubungan dengan vaksin

akan dipaparkan secara ringkas dalam latar belakang makalah ini.

Seperti halnya manusia, hewan juga mudah untuk diserang oleh berbagai

penyakit sehingga dapat menurunkan penghasilan dalam dunia peternakan,

seperti pada hewan sapi, babi, ayam, dan hewan ternak lainnya. Pemberian

vaksin adalah salah satu cara yang baik untuk memberantas penyakit pada

hewan ternak seperti sapi, babi, ayam dan juga hewan lainnya karena vaksin

merupakan anti body. Dengan pemberian vaksin maka akan dapat

memperpanjang umur dari hewan ternak dan peliharaan sehingga jumlah hasil

produksi dan pertumbuhan hewan tersebut menjadi lebih baik.

Vaksin adalah bahan biologik berupa mikroorganisme baik berupa virus

maupun bakteri yang dilemahkan atau dikurangi potensinya (aktivitasnya)

bahkan ada yang dimatikan, sehingga tubuh makhluk hidup yang menerima

virus atau bakteri tersebut pada saat dilakukan vaksinasi.) (Nino, 2014).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan vaksinasi ?

2. Apakah jenis-jenis dari vaksin ?


3. Bagaimana cara kerja dari vaksin ?

4. Bagaimana cara penyimpanan vaksin ?

5. Apakah jenis-jenis vaksinasi pada ternak ?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengertian

vaksinasi.

2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai jenis-jenis

vaksin.

3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai cara kerja dari

vaksin.

4. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai cara

penyimpanan vaksin.

5. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai jenis-jenis

vaksinasi pada ternak.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Vaksinasi

Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme penyebab

penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan. Di dalam tubuh

hewan, mikroorganisme yang dimasukkan tidak menimbulkan bahaya

penyakit, melainkan dapat merangsang pembentukan zat-zat kekebalan

(antibodi) terhadap agen penyakit tersebut (Tizard, 1988).

Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan

sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme

mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus,

dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan

untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus,

atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-

sel degeneratif (kanker).

2.2. Jenis-Jenis Vaksin

Secara umum berdasarkan sifat hidup agen infeksi yang terkandung dalam

vaksin, produk vaksin dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Vaksin Aktif

Vaksi aktif berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan. Jenis-

jenis vaksin aktif biasanya dalam bentuk kering beku. Jadi, jika ingin

digunakan vaksin tersebut harus dilarutkan terlebih dahulu, yakni dengan


menggunakan pelarut. Jenis pelarut yang bisa digunakan pada vaksin aktif

ini adalah dapat berupa larutan dapar, air biasa (minum) atau aqua

destilata. Namun satu hal yang harus diperhatikan, vaksin ini jika sudah

dilarutkan harus segera masuk ke dalam tubuh ternak. Setelah vaksin

diberikan, maka agen infeksi yang terkandung akan menuju ke target

organ kekebalan untuk bermultiplikasi kemudian menuju ke organ limfoid

untuk menggertak pembentukan kekebalan. Contoh vaksin aktif yaitu

BCG, vaksin campak, vaksin rubella, dll.

2. Vaksin Inaktif

Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi agen infeksi dan telah

diinaktifasi dengan pengertian mikroorganisme yang telah dimatikan.

Namun vaksin inaktif masih bersifat imunogenik/mampu menggertak

pembentukan antibodi. Jenis-jenis vaksin inaktif ini berbentuk emulsi atau

suspensi karena mengandung adjuvant. Adjuvant merupakan bahan yang

bersifat non antigenik/tidak berkemampuan merangsang terbentuknya

antibodi. Adjuvant tersebut ditambahkan dalam vaksin inaktif untuk

menambah daya kerja vaksin dengan efek depo, penyerapan sedikit demi

sedikit ke dalam sirkulasi darah.

Jadi vaksin tersebut setelah masuk ke dalam tubuh, vaksin inaktif

tidak perlu bereplikasi, tetapi langsung memacu jaringan limfoid untuk

membentuk antibodi. Cotoh vaksin inaktif : vaksin influenza, vaksin

hepatitis a, vaksin tetanus, vaksin difteria, vaksin botulinum, dll.

2.3. Cara Kerja Vaksin


Untuk memahami bagaimana vaksin bekerja, kita perlu memahami

bagaimana tubuh melawan penyakit. Ketika kuman seperti bakteri atau

virus menyerang tubuh, mereka menyerang dan memperbanyak diri.

Serangan ini mengakibatkan infeksi dan infeksilah yang menimbulkan

penyakit. Sistem kekebalan tubuh menggunakan beberapa alat untuk

melawan infeksi. Darah mengandung sel darah putih atau sel kekebalan

tubuh untuk memerangi infeksi. Sel-sel darah putih ini terutama bagian

Limfosit B, Limfosit T, dan Makrofag.

Vaksin dapat membantu tubuh dengan membuat kekebalan yang

serupa dengan proses infeksi primer. Namun infeksi yang disebabkan oleh

vaksin tidak menyebabkan suatu penyakit melainkan dapat merangsang

sistem imun untuk memproduksi Limfosit T dan Antibodi. Kadang-kadang

setelah mendapatkan vaksin, infeksi imitasi ini dapat membuat gejala

ringan seperti demam. Gejala ringan ini adalah wajar dan dapat dianggap

bahwa tubuh sedang membuat kekebalan.

Setelah infeksi buatan ini berlalu, tubuh akan dipenuhi memori

Limfosit T juga Limfosit B yang mengingat cara untuk memerangi

penyakit di kemudian hari. Namun, dibutuhkan waktu sekitar beberapa

minggu bagi tubuh untuk seseorang yang baru saja mendapat vaksinasi

terinfeksi oleh kuman tersebut, bukan karena vaksinanya tidak bekerja ,

namun kekebalannya belum muncul untuk dapat melindungi tubuh dari

penyakit.

2.4. Cara Penyimpanan Vaksin


Agar bakteri atau vaksin tersebut tetap bertahan hidup, penyimpanan

vaksin harus pada temperatur ruang yang rendah. Semua vaksin yang berupa virus

hidup disarankan disimpan pada temperatur ruang dibawah nol (kondisi beku),

sedangkan semua vaksin yang berupa bakteri, penyimpanannya tidak

diperbolehkan pada ruangan dalam keadaan sampai membeku karena akan

merusak antigennya selama proses kristalisasi, sehingga tidak bisa digunakan lagi.

(Budi Sutrisno, 1999).

Berdasarkan pembahasan diatas bahwa temperatur ruangan sangat penting

untuk diperhatikan pada saat penyimpanan vaksin (obat). Karena apabila vaksin

atau obat tersebut tidak disimpan pada temperatur atau kondisi pendinginan yang

sudah di tentukan maka akan berakibat buruk bagi vaksin atau obat tersebut

karena akan menjadi rusak bahkan tidak dapat digunakan. (Budi Sutrisno, 1999).

Setiap obat (vaksin) yang berasal dari bahan biologik harus dilindungi

terhadap pengaruh sinar matahari, sebab jika tidak demikian maka obat tersebut

akan terjadi kerusakan dalam waktu yang sangat singkat. Semua vaksin yang

berupa virus hidup disarankan disimpan pada temperatur ruang dibawah nol

(kondisi beku), sedangkan semua vaksin yang berupa bakteri, penyimpanannya

tidak diperbolehkan pada ruangan dalam keadaan sampai membeku karena akan

merusak antigennya selama proses kristalisasi, sehingga tidak bisa digunakan lagi.

(Budi Sutrisno, 1999).

Pengaruh kelembaban udara terhadap penyimpanan vaksin relatif sangat

kecil dan dapat diabaikan. Kelembaban udara hanya berpengaruh terhadap vaksin

yang disimpan secara terbuka atau penutupnya tidak sempurna. (Budi Sutrisno,

1999).
2.5. Jenis-Jenis Vaksin Pada Ternak

1. ANTHRAVAK

Vaksindo Satwa Nusantara bentuk sediaan cairan komposisi mengandung

spora kuman Bacillus anthracis aktif strain 34 F2 weybridge, avirulen Indikasi

Untuk pengebalan terhadap penyakit anthrax pada sapi, kerbau, kuda, domba,

kambing dan babi. Dosis dan Cara Pemakaian penyuntikan SK ; dosis: Sapi,

kerbau dan kuda 1 ml ; domba, kambing dan babi 0,5 ml. Kemasan Botol 250

ml ( 250 dosis) Deptan RI No. DPS. 93064 Obat Keras.

2. ANTHRAVET

Pusat Veterinaria Farma Bentuk sediaan cair. Komposisi Setiap dosis (1

ml) mengandung tidak kurang dari 10 juta spora kuman Bacillus anthracis

strain 34 F2 Wybridge yang avirulen dan tidak berkapsul di dalam campuran

garam faali dengan gliserin sama banyak serta mengandung 0,05 % Saponin

IndikasiPengebalan aktif terhadap penyakit Anthrax (Radang Limpa) pada

sapi, kerbau, kuda, domba, kambing dan babiDosis dan Cara Pemakaian Sapi,

kerbau, kuda 1 ml subkutan. Domba, kambing, babi 0,5 ml subkutan. Sebelum

digunakan tempatkan vaksin pada suhu kamar terlebih dahulu kemudian kocok

sampai rata. Penyuntikan vaksin tidak menimbulkan reaksi setelah vaksinasi.

Pada kambing dan domba, kadang-kadang menimbulkan kebengkakan pada

tempat suntikan yang berkembang menjadi oedema progresif, keras dan dapat

menimbulkan kematian, karenanya pada kambing dan domba dianjurkan untuk

melakukan vaksinasi pendahuluan percobaan pada daerah yang belum pernah

divaksinasi, dengan bermacam-macam dosis. Kekebalan terjadi setelah melalui

masa negatif 10-14 hari, tetapi pada kuda sampai 6 minggu. Air susu yang
dihasilkan dari sapi perah yang memperlihatkan reaksi sistematik akibat

vaksinasi seperti demam, anorexia atau gejala klinis yang lain tidak boleh

dikonsumsi. Hewan tidak boleh dipotong dan dikonsumsisebelum tiga minggu

pasca vaksinasi terakhir. Vaksinasi rutin sebaiknya diulang setiap 6 bulan

Kemasan Botol berisi 125 ml. Deptan RI No. D. 9810534 VKC.1. Obat keras.

3. BRUCELLA ABORTUS RB-51

Colorado Serum Company,USA/Paeco Agung Bentuk sediaan serbuk

kering beku Komposisi mengandung bakteri Brucella abortus strain RB-51

Indikasi untuk pencegahan sapi betina dari penyakit keluron/

keguguran/abortus yang disebabkan oleh bakteri Brucella abortus. Penggunaan

vaksin harus dibawah pengawasan Dokter Hewan Kemasan 5 dosis/vial.

Deptan RI No.DPS. I. 0407087 VKC.Obat keras.

4. BRUCIVET

Pusat Veterinaria Farma Bentuk sediaan kering beku Komposisi

diformulasi dengan stabilizer yang mengandung tryptone 2,5%, saccharost 5%

dan sodium glutamate 1 %, setelah dilarutkan, setiap dosis vaksin (2ml)

mengandung 40-120 x 109 kuman Brucella abortus strain 19 Indikasi

pengebalan aktif terhadap penyakit Brucellosis pada sapi betina. Dosis dan cara

pemakaian, sapi betina umur 3-8 bulan 2 ml subkutan Larutkan vaksin dengan

garam faali 20 ml. Kocok sampai tercampur. Vaksin harus habis dipakai

setelah dilarutkan. Masa kekebalan berlangsung lebih dari 7 tahun Kemasan

Vial berisi 10 dosis.

Deptan RI No. D. 9810544 VKS.1. Obat keras

5. Vaksin Marek
Vaksin marek adalah vaksin yang diberikan pada ayam berumur sehari

atau DOC, pemberian vaksin ini bertujuan untuk mencegah penyakit marek

yang biasanya menyerang ayam menjelang kematangan seksual yaitu sekitar

umur 2-16 minggu. Vaksin yang digunakan adalah vaksn marek yang berasal

dari herpes virus kalkun strain FC 126. Merk dagang vaksin marek banyak

beredar diantaranya Lyomarex, Marimune, Mar-Blem. Pemberian vaksin ini

dengan cara subkutan.

6. Vaksin ND (Newcastle Disease)

Vaksin ND berikan untuk mengendalikan penyakit ND yang disebabkan

oleh virus Paramyxo yang kegananasannya bervariasi dari sangat tinggi,

sedang dan rendah. Penuakit ini sangat ditakui peternak karena terjadi secara

mendadak dan tingkat penularan sangat tinggi serta tingkat kematian sangat

tinggi. Gejala umum dari penyakit ini diawali dengan gangguan pernafasan

seperti sesak napas, ngorok dan batuk-batuk. Gejala selanjutnya jengger dan

kepala akan berwarna kebiru-biruan, sayap terkulai, lesu dan nafsu makan

berkurang. Selain itu, ayam akan mengalami gangguan saraf yang

menyebabkan kejang-kejang serta leher terpuntir. Pemberian vaksin ND pada

anak ayam berumur 4 hari dilakukan dengan cara tetes mata atau tetes mulut.

Tetes mata dilakukan dengan meneteskan vaksin pada kedua mata, masing-

masing 1 tetes. Tetes mulut dilakukan dengan meneteskan 2 tetes vaksin ke

dalam mulutnya. Pemberian vaksin untuk ayam yang berumur 4 minggu dan 4

bulan dilakukan dengan sistem penyuntikan.

7. IBD (Infectious Bursal Disease)


Vaksin IBD diberikan untuk mencegah penyakit gumboro (Infectious

Bursal Disease). Ayam yang terserang penyakit ini ditandai dengan konsumsi

pakan dan air minum berkurang, bulu terlihat lusuh dan kotor. Pada bentuk

yang subklinis, penyakit ini akan menyerang anak ayam yang berumur satu

minggu atau kurang dari satu minggu. Angka kematian akibat penyakit ini

sekitar 2-15%, namun morbiditasnya mencapai 100%. Vaksin IBD diberikan

melalui air minum.

8. AE (Avian Encephalomyelitis)

Vaksin AE diberikan untuk mencegah virus AE pada ayam. Virus ini

menyerang ayam muda yang berumur 1-3 minggu. Ayam yang terserang AE

akan mengalami kelumpuhan. Kepala dan leher terlihat bergetar. Gejala

tersebut bisa terlihat sejak telur menetas, tetapi biasanya terlihat pada minggu

pertama dan ketiga. Penyebaran AE bisa melalui telur tetas yaitu

terkontaminasi dari induk yang terinfeksi AE. Virus dapat berkembang dalam

kantong kuning telur embrio ayam yang tidak memiliki kekebalan induknya.

Virus juga terdapat dalam kotoran ayam dan dapat hidup selama empat

minggu. Vaksin ini diberikan secara vaksin live yang dibiarkan dalam telur

ayam bertunas melalui air minum. Vaksinasi AE dapat dilakukan melalui rute

tusuk sayap tetapi dapat menimbulkan efek samping yaitu timbul gejala klinik

AE.

9. Vaksin IB (Infectious Bronchitis)

Vaksin IB adalah vaksin yang diberikan untuk menanggulangi penyakit

yang disebabkan virus IB. Infectious Bronchitis (IB) adalah penyakit saluran

pernafasan pada ayam yang disebabkan oleh virus, bersifat akut dan sangat
menular sehingga penyebarannya dalam kelompok ayam sangat cepat sekali,

dan ditandai dengan sesak nafas pada ayam dan penurunan produksi yang

tajam pada ayam petelur. Penyakit IB ini sangat merugikan. Angka kematian

pada ayam muda berkisar antara 0 – 40%, kematian yang tertinggi pada ayam

berumur kurang dari 6 minggu sedang derajat pertumbuhannya sangat

terlambat, sehingga penyakit ini sangat merugikan peternakan ayam pedaging.

Pada ayam dewasa angka kematiaanya berkisar antara 0 – 5%, dan

mengakibatkan penurunan produksi telur yang sangat cepat. Penurunan

produksi telur ini dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama, bahkan

ada kalanya kelompok ayam yang bersangkutan tidak dapat kembali

berproduksi setingkat dengan produksi semula. Vaksin ini diberikan melalui air

minum atau tetes mata (vaksin aktif).


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme penyebab

penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan atau manusia. Pemberian

vaksin adalah salah satu cara yang baik untuk memberantas penyakit pada hewan

ternak seperti sapi, babi, ayam dan juga hewan lainnya karena vaksin merupakan

antibodi. Tujuan vaksinasi adalah membuat ternak mempunyai kekebalan yang

tinggi terhadap satu peyakit tertentu. Dan hasil nyata yang akan diperoleh dari

program vaksinasi adalah tingkat kesehatan dan produktivitas. Jenis-jenis vakin

terbagi menjadi dua yaitu vaksin aktif dan inaktif, vaksin dapat membantu tubuh

dengan membuat kekebalan yang serupa dengan proses infeksi primer, dan

penyimpanan vaksin berbeda-beda tergantung dari bahan penyusun vaksin itu

sendiri dalam hal ini bakteri atau virus.

3.2. Saran
Adapun saran atas pembuatan makalah ini adalah sekiranya dalam

penulisan karya ilmiah harus memperhatikan format penulisan dan sumber yang

digunakan yakni sumber terpercaya yang berasal dari literatur.

DAFTAR PUSTAKA

https://ayobudidaya.com/peternakan/mengenal-jenis-jenis-vaksin/ Diakses pada


28 November 2018.
http://www.klinikvaksinasi.com/cara-kerja-vaksin/ Diakses pada 28 November
2018.
http://ragamcarabeternak.blogspot.com/2014/03/jenis-jenis-vaksin-untuk-semua-
jenis.html diakses pada 28 November 2018.
http://yanditodanuaji.blogspot.com/2017/04/macam-macam-vaksin-untuk-
unggas.html Diakses pada 28 November 2018.
Nino, M.M., Limbong, I.S., dan Taringan. 2014. Pengaruh Penambahan Elemen
Peltier terhadap Kemampuan Menjaga Temperatur Penyimpanan Vaksin
dengan Berbahan Dasar Polivinil Klorida (PVC). LONTAR Jurnal Teknik
Mesin Undana. Vol. 01, No. 02.

Anda mungkin juga menyukai