Anda di halaman 1dari 6

BAB I

1.1 Latar Belakang


Vaksinasi merupakan suatu pencegahan medis yang sudah tidak asing di telinga
masyarakat modern saat ini. Vaksinasi dianggap sebagai salah satu terobosan mutakhir
dalam dunia kesehatan karena bersifat prefentif dan kabarnya banyak menyelamatkan
nyawa manusia (Department of HHS, 2012).

Selain vaksin kita juga mengenal imunisasi, perbedaan mendasar antar vaksin
dan imunisasi adalah, imunisasi merupakan proses dimana tubuh manusia menjadi
kebal terhadap penyakit terntentu, dan vaksinasi memicu meningkatnya system
kekebalan tubuh terhadap penyakit. Imunisasi tidak harus selalu melalui vaksin,
seseorang yang sudah pernah tertular penyakit dan berhasil sembuh, maka secara
natural tubuhnya imun terhadap penyakit tersebut di kemudian hari (Department of
HHS, 2012).

Istilah '' vaksin '' berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan istilah Vaksin
berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan
antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit
sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau
“liar” (Usman, 1990).

Pasteur (1885) memperkenalkan cara penanggulangan penyakit akibat gigitan


tersangka rabies dengan menggunakan cara vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies
(VAR). Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari resiko efek samping. Namun
keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau
lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain (Usman, 1990).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Vaksin


Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman yang
telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu (Tristam, 2003).

Semua vaksin merupakan produk biologis yang rentan sehingga memerlukan


penanganan khusus. Berselang suatu waktu, vaksin akan kehilangan potensinya, yaitu
kemampuan untuk memberikan perlindungan terhadap suatu penyakit (Nossal, 2003)

Beberapa situasi yang mempengaruhi vaksin antara lain: pengaruh kelembaban


(humidity effect). Kelembaban hanya berpengaruh terhadap vaksin yang disimpan
terbuka atau penutupnya tidak sempurna (bocor), pengaruh kelembaban sangat kecil
dan dapat diabaikan jika kemasan vaksin baik, misalnya dengan kemasan ampul atau
botol tertutup kedap (hermatically sealed ) (Centers for disease, 2003).

a. Pengaruh suhu (temperature effect)


Suhu adalah faktor yang sangat penting dalam penyimpan vaksin karena dapat
menurunkan potensi maupun efikasi vaksin yang bersangkutan apabila disimpan
pada suhu yang tidak sesuai (Centers for disease, 2003).
Suhu penyimpanan vaksin yang tepat akan berpengaruh terhadap umur vaksin
sebagaimana tabel berikut :

Tabel tersebut menunjukan bahwa untuk jenis vaksin sensistif panas dapat
disimpan pada lemari es dan freezer. Umur vaksin polio akan lebih lama bila
disimpan pada suhu freezer jika dibandingkan bila disimpan pada suhu lemari es.
Apabila terjadi penyimpangan terhadap suhu penyimpanan yang
direkomendasikan, maka akan berpengaruh terhadap umur vaksin, sebagaimana
tabel berikut :

b. Pengaruh sinar matahari (sunlight effect)

Setiap vaksin yang berasal dari bahan biologi harus dilindungi dari terhadap
pengaruh sinar matahari langsung maupun tidak langsung, sebab bila tidak demikian,
maka vaksin tersebut akan mengalami kerusakan dalam waktu singkat (Centers for
disease, 2003).

Kemasan vaksin saat ini disertai dengan label VVM (vaccine vial monitoring)
yang berfungsi sebagai indikator paparan panas, sehingga petugas dengan mudah
dapat mengenali vaksin yang telah terpapar suhu panas dengan membaca perubahan
pada label VVM (Nossal, 2003).

2.2 Penggolongan Vaksin


a. Penggolongan berdasarkan asal antigen (Immunization Essential)
Berdasarkan asal antigen, vaksin dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
 Live attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan)
 Inactivated (bakteri, virus atau komponennya, dibuat tidak aktif)
1) Vaksin hidup attenuated
Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar penyebab penyakit. Virus
atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan cara
pembiakan berulang-ulang. Vaksin hidup attenuated bersifat labil dan mudah
mengalami kerusakan bila kena panas dan sinar, oleh karenanya vaksin
golongan ini harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan
hati-hati (Nossal, 2003).
Vaksin hidup attenuated yang tersedia :
 Berasal dari virus hidup: vaksin campak, gondongan, rubella, polio,
rotavirus, demam kuning.
 Berasal dari bakteri : vaksin BCG dan demam tifoid oral.
2) Vaksin Inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakan bakteri atau virus
dalam media pembiakan, kemudian dibuat tidak aktif dengan penambahan
bahan kimia (biasanya formalin) (Nossal, 2003).
Vaksin inactivated yang tersedia saat ini berasal dari :
 Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio, rabies,
hepatitis A.
 Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera. ƒ
Toksoid, contoh difteria, tetanus.
 Polisakarida murni, contoh pneomukokus, meningokokus.
 Gabungan polisakarida.
3) Rekombinan (rekayasa genetika)
Antigen vaksin dapat pula dihasilkan dengan cara teknik rekayasa
genetik. Produk ini sering disebut sebagai vaksin rekombinan. Contoh vaksin
dari rekayasa genetik yang saat ini telah tersedia: vaksin Hepatitis B dan
vaksin tifoid.
b. Penggolongan berdasarkan sensitivitas terhadap suhu
1) Vaksin yang peka terhadap suhu dingin dibawah 0oC yaitu vaksin FS (Freeze
Sensitive = Sensitif Beku). Vaksin yang tergolong FS adalah: Hepatitis B
(dalam kemasan vial atau kemasan PID =Prefill Injection Device), DPT,
DPT-HB, DT, TT (WHO, 2002).
2) Vaksin yang peka terhadap suhu panas berlebih ( > 34oC ), yaitu vaksin HS
(Heat Sensitive = Sensitif Panas), seperti: BCG,Polio, Campak (WHO, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. Guidelines for Maintaning and Managing The
Vaccine Cold Chain. MMWR 2003: 52 (42): 1023-1025

Department of HHS. 2012. Basics Immunization. http://www.vaccines.gov/basics/. Diakses 25


November 2019

Nossal. Vaccines, in: Fundamental Immunology. 5 Th Ed. Lippincott Williams & Wilkins
Company. Philadelphia, USA, 2003 P:1328-1330

Tristram, P. Immunogent, Antigens & Vaccine, in : Medical Immunology.10th Ed. Mc.Graw


Hill. A Lange Medical Book. 2003:70-75

Usman, S. 1990. Perkembangan Pembuatan Vaksin. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
PT Kalbe Farma

World Health Organization. 2002. Ensuring Quality of Vaccines at Country Level- A


Guidelines for Health Staff.

Anda mungkin juga menyukai