Disusun Oleh
Muhammad Satria Ramadhan (M0420063)
Rian Aditya (M0420079)
Sabrina Syifa' Kamalia (M0420093)
1
DAFTAR IS
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
3.1 Kesimpulan........................................................................................................7
3.2 Saran...................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
2
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB II PEMBAHASAN
4
Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV): berbentuk suspense injeksi.
Berfungsi untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan pada
individu di mana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.
Vaksin Campak: Vaksin virus hidup yang dilemahkan. Berperan
dalam pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Vaksin DT: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang
terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat. Berperan dalam pemberian
kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak.
Vaksin Td: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang
terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat. Berfungsi untuk imunisasi
ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia 7 tahun.
Vaksin TT: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam
vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke dalam
aluminium fosfat. Berfungsi untuk memberikan perlindungan
terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
Vaksin HPV (Human papillomavirus): Vaksinasi HPV dilakukan
untuk mencegah penyakit kanker serviks. Penyakit ini disebabkan
oleh Human papillomavirus yang ditularkan melalui hubungan
seksual.
Vaksin Covid-19: Terdiri atas berbagai macam jenis, seperti Sinovac,
Sinopharm, AstraZeneca, Novavax, Moderna, dan Pfizer. Vaksin ini
berasal dari beberapa platform, Sinovac dan Sinopharm terbuat dari
Inactivated virus, AstraZeneca terbuat dari Viral vector (non-
replicating), Novavax terbuat dari protein subunit, serta Moderna dan
Pfizer terbuat dari RNA based vaccine.
5
adalah mempengaruhi respon imun (kebal) yaitu sel-sel memori yang
bersifat melindungi dan telah terbentuk pada waktu sebelumnya (Ellis, 1988
dalam Setiawan dkk., 2012). Vaksin yang sudah diberikan akan melatih
tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap penyakit. Antibodi akan
terbentuk setelah dilakukan vaksinasi yang dapat melawan suatu penyakit.
Antibodi akan terbentuk apabila sel penghasil antibody, yaitu sel limposit
(sel-B) telah berfungsi dengan baik. Antibodi yang spesifik akan terbentuk
jika ada rangsangan antigen spesifik (penginfeksi) yang masuk kedalam
tubuh ikan yang berfungsi merangsang makrofage untuk memfagosit
(memakan) patogen tersebut (Tizard, 1988 dalam Setiawan dkk., 2012).
Munculnya sistem kekebalan tubuh inilah yang nantinya bisa mencegah
terjadinya risiko kerusakan lebih berat pada sistem organ tubuh,
meminimalkan morbiditas, dan bahkan menekan risiko kematian ke titik nol
(zero).
6
berdasarkan penyebabnya, yaitu KIPI yang timbul akibat kesalahan
program, reaksi suntikan, reaksi vaksin, koinsiden, dan munculnya gejala
KIPI tanpa diketahui penyebabnya. Terjadinya KIPI karena induksi vaksin
disebabkan oleh faktor intrinsik atau kandungan vaksin yang bereaksi
terhadap resipien. Gejala KIPI juga dapat timbul dari akibat kesalahan pada
teknik pembuatan dan pengadaan vaksin atau teknik cara pemberian vaksin.
Sedangkan koinsidensi ialah timbulnay KIPI bersamaan dengan gejala
penyakit lain yang sedang diderita resipien.
Gejala klinis KIPI ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: gejala lokal,
gejala sistemik atau reaksi lainnya yang dapat timbul secaraa cepat maupun
lambat. Secara umum apabila gejala muncul dengan cepat dapat
mengindikasikan bahwa gejala yang ditimbulkan akan semakin berat. Reaksi
local dari gejala KIPI meliputi abses pada tempat suntikan, limfadentits dan
reaksi local lainnya seperti selulitis dan BCG-it is. Reaksi sitemik yang
biasanya muncul yaitu kelumpuhan akut, ensefalopati, ensefalitis, meningitis
dan kejang. Sedangkan reaksi lainnya dari KIPI dapat berupa reaksi alergi,
demam, syok anafilaksis, osteomyelitis dan lain-lain (Hadinegoro, 2000).
KIPI ini dapat terjadi dalam jangka waktu 48 jam setelah imunisasi hingga
30 hari setelah imunisasi. Namun, tidak semua gejala KIPI yang timbul
pasca imunisasi disebabkan dan ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh
karena itu, apabila terjadi gejala KIPI harus segera dilaporkan agar bisa
ditelusuri dan dikaji apakah gejala tersebut berhubungan dengan vaksin,
kesalahan produksi atau kesalahan dalam pemberian vaksin.
2.6 Manfaat Vaksin dan Imunisasi
Walaupun pemberian vaksin pada imunisasi dapat menimbulkan efek
samping yang ringan maupun berpotensi menimbulkan gejala KIPI, manfaat
dari vaksin dan imunisasi sendiri jauh lebih banyak dan penting. Pemberian
vaksin dan imunisasi dapat menghindarkan dari resiko penyakit berbahaya
yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Manfaat imunisasi dan
pemberian vaksin bagi tubuh diantaranya, yaitu:
7
yang disebab oleh terinfeksi virus atau bakteri berbahaya. Hal ini
karena vaksin telah meningkatkan daya imunitas tubuh sehingga dapat
melawan virus dan bakteri tersebut.
3. Pemberian vaksin atau imunisasi dapat menghemat waktu dan biaya
karena dapat membantu seseorang terhindar dari penyakit berbahaya.
Penyakit yang ditimbulkan dari infeksi bakteri dan virus seringkali
membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk
penyembuhannya. Maka dari itu pemberian vaksin atau imunisasi
merupakan sebuah investasi Kesehatan yang dapat menghemat biaya
dan waktu.
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10
11