Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

VAKSIN DAN IMUNISASI

Disusun Oleh
Muhammad Satria Ramadhan (M0420063)
Rian Aditya (M0420079)
Sabrina Syifa' Kamalia (M0420093)

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

1
DAFTAR IS

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

2.1 Pengertian Vaksin dan Imunisasi.......................................................................4

2.2 Perbedaan Vaksin dan Imunisasi.......................................................................4

2.3 Contoh Vaksin dan Imunisasi............................................................................4

2.4 Cara Kerja Vaksin dan Imunisasi.......................................................................5

2.5 Efek Samping Vaksin dan Imunisasi.................................................................6

2.6 Manfaat Vaksin dan Imunisasi...........................................................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................7

3.1 Kesimpulan........................................................................................................7

3.2 Saran...................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

2
BAB I PENDAHULUAN

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Vaksin dan Imunisasi


2.2 Perbedaan Vaksin dan Imunisasi
2.3 Contoh Vaksin dan Imunisasi
Vaksin terdiri dari banyak jenis dan kandungan, masing-masing
vaksin tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit
yang berbahaya. Secara umum, vaksin terdiri atas 2 tipe, yaitu vaksin mati
(inaktif) dan vaksin hidup (aktif). Vaksin mati diperoleh dari pathogen yang
diinaktifasi (dimatikan) dengan cara pemanasan pada suhu 100oC (heat
killed), dengan menggunakan formalin (formaline killed), dan diinaktifasi
dengan menggunakan sonikator (sonicated killed). Sementara itu, vaksin
hidup merupakan organisme patogen yang dilemahkan virulensinya (Ellis,
1988 dalam Setiawan dkk., 2012). Berikut ini merupakan beberapa contoh
vaksin dan imuninasi (Hadianti dkk., 2014):
 Vaksin BCG: merupakan vaksin beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette
Guerin), strain paris. Berperan dalam pemberian kekebalan aktif
terhadap tuberkulosis.
 Vaksin Hepatitis B: Vaksin virus recombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg.
 Vaksin Hepatitis A: Vaksin ini diberikan untuk mencegah
penyakit hepatitis A yang ditularkan melalui makanan dan minuman
yang tercemar oleh virus.
 Vaksin DPT-HB-HIB: Digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus
influenzae tipe b secara simultan.
 Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV]): Vaksin Polio
Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain Sabin) yang sudah dilemahkan. Berperan dalam pemberian
kekebalan aktif terhadap poliomielitis.

4
 Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV): berbentuk suspense injeksi.
Berfungsi untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan pada
individu di mana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.
 Vaksin Campak: Vaksin virus hidup yang dilemahkan. Berperan
dalam pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
 Vaksin DT: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang
terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat. Berperan dalam pemberian
kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak.
 Vaksin Td: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang
terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat. Berfungsi untuk imunisasi
ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia 7 tahun.
 Vaksin TT: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam
vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke dalam
aluminium fosfat. Berfungsi untuk memberikan perlindungan
terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
 Vaksin HPV (Human papillomavirus): Vaksinasi HPV dilakukan
untuk mencegah penyakit kanker serviks. Penyakit ini disebabkan
oleh Human papillomavirus yang ditularkan melalui hubungan
seksual.
 Vaksin Covid-19: Terdiri atas berbagai macam jenis, seperti Sinovac,
Sinopharm, AstraZeneca, Novavax, Moderna, dan Pfizer. Vaksin ini
berasal dari beberapa platform, Sinovac dan Sinopharm terbuat dari
Inactivated virus, AstraZeneca terbuat dari Viral vector (non-
replicating), Novavax terbuat dari protein subunit, serta Moderna dan
Pfizer terbuat dari RNA based vaccine.

2.4 Cara Kerja Vaksin dan Imunisasi


Vaksin pada dasarnya merupakan zat, atau substansi yang berfungsi
membantu tubuh melawan penyakit tertentu. Tubuh yang sudah divaksin
akan membentuk antibodi terhadap virus tertentu. Mekanisme kerja vaksin

5
adalah mempengaruhi respon imun (kebal) yaitu sel-sel memori yang
bersifat melindungi dan telah terbentuk pada waktu sebelumnya (Ellis, 1988
dalam Setiawan dkk., 2012). Vaksin yang sudah diberikan akan melatih
tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap penyakit. Antibodi akan
terbentuk setelah dilakukan vaksinasi yang dapat melawan suatu penyakit.
Antibodi akan terbentuk apabila sel penghasil antibody, yaitu sel limposit
(sel-B) telah berfungsi dengan baik. Antibodi yang spesifik akan terbentuk
jika ada rangsangan antigen spesifik (penginfeksi) yang masuk kedalam
tubuh ikan yang berfungsi merangsang makrofage untuk memfagosit
(memakan) patogen tersebut (Tizard, 1988 dalam Setiawan dkk., 2012).
Munculnya sistem kekebalan tubuh inilah yang nantinya bisa mencegah
terjadinya risiko kerusakan lebih berat pada sistem organ tubuh,
meminimalkan morbiditas, dan bahkan menekan risiko kematian ke titik nol
(zero).

2.5 Efek Samping Vaksin dan Imunisasi


Penggunaan vaksin yang digunakan dalam imunisasi dapat
menimbulkan efek samping. Efek samping yang ditimbulkan dari
penggunaan vaksin sangat beragam tergantung pada vaksin yang diberikan
dan juga pada kondisi tubuh saat diberi vaksinasi. Pada umumnya efek
samping ini kebanyakan bersifat ringan dan sementara. Meskipun demikian
manfaat yang diperoleh dari imunisasi dan pemberian vaksin jauh lebih
besar daripada risiko penyakit akibat terinfeksi mikroorganisme. Efek
samping penggunaan vaksin saat imunisasi biasanya dijumpai gejala
demam, ruam, lemas, pembekangkakan dan kemerahan di daerah sekitar
suntikan hingga menimbulkan rasa nyeri. Sebelum digunakan untuk manusia
pastinya vaksin telah lebih dulu diuji cobakan dan diamati efek samping
yang mungkin bisa timbul. Apabila ditemukan efek samping yang berat
sekalipun maka vaksin tersebut tidak mungkin digunakan jadi tidak perlu
dikhawatirkan mengenai efek samping dari vaksin ataupun imunisasi. Untuk
meminimalisir efek samping dari imunisasi, dalam pemberian vaksin
diharuskan memperhatikan kondisi imunologis resipien.
Selain efek samping pada penggunaan vaksin terdapat pula KIPI atau
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
adalah kejadian sakit yang terjadi pasca imunisasi dan diduga disebabakan
oleh pemberian imunisasi. Komite Nasional Pengkajian dan
Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi memakai kriteria WHO
Western Pacific untuk mengelompokkan gejala KIPI dalam lima kelompok

6
berdasarkan penyebabnya, yaitu KIPI yang timbul akibat kesalahan
program, reaksi suntikan, reaksi vaksin, koinsiden, dan munculnya gejala
KIPI tanpa diketahui penyebabnya. Terjadinya KIPI karena induksi vaksin
disebabkan oleh faktor intrinsik atau kandungan vaksin yang bereaksi
terhadap resipien. Gejala KIPI juga dapat timbul dari akibat kesalahan pada
teknik pembuatan dan pengadaan vaksin atau teknik cara pemberian vaksin.
Sedangkan koinsidensi ialah timbulnay KIPI bersamaan dengan gejala
penyakit lain yang sedang diderita resipien.
Gejala klinis KIPI ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: gejala lokal,
gejala sistemik atau reaksi lainnya yang dapat timbul secaraa cepat maupun
lambat. Secara umum apabila gejala muncul dengan cepat dapat
mengindikasikan bahwa gejala yang ditimbulkan akan semakin berat. Reaksi
local dari gejala KIPI meliputi abses pada tempat suntikan, limfadentits dan
reaksi local lainnya seperti selulitis dan BCG-it is. Reaksi sitemik yang
biasanya muncul yaitu kelumpuhan akut, ensefalopati, ensefalitis, meningitis
dan kejang. Sedangkan reaksi lainnya dari KIPI dapat berupa reaksi alergi,
demam, syok anafilaksis, osteomyelitis dan lain-lain (Hadinegoro, 2000).
KIPI ini dapat terjadi dalam jangka waktu 48 jam setelah imunisasi hingga
30 hari setelah imunisasi. Namun, tidak semua gejala KIPI yang timbul
pasca imunisasi disebabkan dan ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh
karena itu, apabila terjadi gejala KIPI harus segera dilaporkan agar bisa
ditelusuri dan dikaji apakah gejala tersebut berhubungan dengan vaksin,
kesalahan produksi atau kesalahan dalam pemberian vaksin.
2.6 Manfaat Vaksin dan Imunisasi
Walaupun pemberian vaksin pada imunisasi dapat menimbulkan efek
samping yang ringan maupun berpotensi menimbulkan gejala KIPI, manfaat
dari vaksin dan imunisasi sendiri jauh lebih banyak dan penting. Pemberian
vaksin dan imunisasi dapat menghindarkan dari resiko penyakit berbahaya
yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Manfaat imunisasi dan
pemberian vaksin bagi tubuh diantaranya, yaitu:

1. Dapat mencegah penyebaran penyakit serius. Hal ini disebabkan


imunisasi berperan penting dalam pembentukan imunitas atau
kekebalan kelompok. Kekebalan kelompok merupakan situasi dimana
Sebagian besar masyarakat telah kebal dan terlindung dari penyakit
tertentu sehingga dapat memberikan perlindungan secara tidak langsung
bagi masyarakat yang masih rentan terpapar penyakit.
2. Dapat melindungi diri dari resiko cacat dan kematian. Pemberian vaksin
atau imunisasi ini melindungi tubuh dari berbagai penyakit berbahaya

7
yang disebab oleh terinfeksi virus atau bakteri berbahaya. Hal ini
karena vaksin telah meningkatkan daya imunitas tubuh sehingga dapat
melawan virus dan bakteri tersebut.
3. Pemberian vaksin atau imunisasi dapat menghemat waktu dan biaya
karena dapat membantu seseorang terhindar dari penyakit berbahaya.
Penyakit yang ditimbulkan dari infeksi bakteri dan virus seringkali
membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk
penyembuhannya. Maka dari itu pemberian vaksin atau imunisasi
merupakan sebuah investasi Kesehatan yang dapat menghemat biaya
dan waktu.

Agar dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari pemberian


vaksin dan imunisasi harus memperhatikan kondisi Kesehatan dan
imunologi resipiennya. Selain itu, vaksin yang akan digunakan harus
disimpan dengan cara yang sesuai dengan sifat vaksin masing-masing serta
diberikan dengan Teknik pemberian yang benar pula.

8
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

Hadianti DN, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H, Sumastri H,


Herawati M, Handayani IF, Suryani P, Dondi S, Sudiyati, dan
Ratnasari Y. 2014. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Pusdiklatnakes
Kementerian Kesehatan RI.
Hadinegoro SRS. 2000. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatri, 2 (1): 2-
10.
Kementerian Kesehatan Republik Indonsesia.
2021.https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/FA
Q_VAKSINASI_COVID__call_center.pdf [Diakses 18 Mei 2021]
Setiawan RB, Iriana D, dan Rosidah. 2012. Efektivitas Vaksin dari Bakteri
Mycobacterium fortuitum yang Diinaktivasi dengan Pemanasan
untuk Pencegahan Penyakit Mycobacteriosis Pada Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(1): 25-
40.

10
11

Anda mungkin juga menyukai