Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM

EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM)


Apakah perlu dilakukan prosedur drainase sinus atau hanya pemberian
antibiotik saja?

Disusun oleh :
Adi Nugraha DJA

1218011003

N. Dearasi Deby Nadhifanny 1218011108


Nindriya Kurniandari 1218011113
Vina Zulfiani

1218011158

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr. wb.


Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun Laporan Evidence Based Medicine
Selanjutnya, Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah IKAKOM Blok Kedokteran Komunitas.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh
karena itu, kami ingin meminta maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan
kami. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna untuk
kesempurnaan laporan selanjutnya dan perbaikan untuk kita semua.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan
berupa ilmu pengetahuan untuk kita semua.

Wassalammualaikum wr. wb.

Bandar Lampung, Juni 2015

Tim Penulis

Soal:

Seorang gadis berusia 18 tahun datang ke dokter dengan keluhan hidung


berair, hidung mampet, sakit kepala, lendir hidung bertekstur kental dan
berwana kuning kehijauan selama satu minggu. Setelah dilakukan
pemeriksaan, dokter mendiagnosis gadis tersebut menderita sinusitis
infeksi. Dokter memberi obat antibotik, dekongestan dan mukolitik.
Orangtua gadis tersebut bertanya ke dokter, pengobatan mana yang tepat
untuk dilakukan kepada gadis tersebut?
Apakah perlu dilakukan prosedur drainase sinus atau hanya pemberian
antibiotik saja?

Evidence-based Medicine (EBM)


Langkah-langkah Evidence-based Medicine (EBM), yaitu:
a. Langkah 1: Merubah kebutuhan akan informasi (mengenai terapi,
pencegahan, diagnosis, prognosis, etiologi, dll) menjadi pertanyaan yang
dapat dijawab.
Merumuskan pertanyaan klinis dengan menggunakan rumus PICO:

Patient dan problem (bagaimana pasien dan masalah apa, yaitu


kausa/etiologi/ harm, diagnosis, terapi, atau prognosis)?

Intervention (tes diagnostik, terapi, paparan, dsb)

Comparison (jika relevan, misalnya terapi standar, gold standard,


plasebo)

Clinical outcome (Patient-Oriented Evidence that Matters,


misalnya, perbaikan klinis, mortalitas, morbiditas, kualitas hidup)

Evidence-based Medicine (EBM) jurnal yang berjudul Clinical


Practice Guideline: Adult Sinusitis American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
Langkah 1: Rumuskan masalah klinis pasien

Patient dan Problem


Seorang pasien (gadis berusia 18 tahun) datang ke dokter dengan
keluhan hidung berair, hidung mampet, sakit kepala, lendir hidung
bertekstur kental dan berwana kuning kehijauan selama satu

minggu
Intervention
Diagnosis : sinusitis infeksi. Dokter memberi obat antibotik,

dekongestan dan mukolitik.


Comparison
Antibiotik, kortikosteroid

Clinical outcome
Setelah pemberian antibiotik dan kortikosteroid maka gejala yang
timbul pada pasien berkurang.

b. Langkah 2: Mencari bukti-bukti klinis yang terbaik dalam menjawabnya


Pencarian bukti-bukti biasanya melalui literatur (literature search) dengan
mengakses Medline, Pubmed, Cochrane Collaboration, dan sebagainya.
Situs pencarian literatur lain adalah:
Sumber bukti sistem:
BMJ Clinical Evidence (http://www.clinicalevidence. com)
UpToDate (http://www.uptodate.com),
PIER: The Physicians Information and Education Resource
(http://pier.acponline.org/index.html)
WebMD (http://webmd.com)denan
ACP Medicine (www.acpmedicine.com)
Bandolier (http:// www.ebandolier.com/).
Sumber bukti sinopsis (CATS= Critically Appraised Topics)
ACP [American College of Physicians] Journal Club
(http://www.acpjc.org)
EBM (http://ebm. bmj.com), CATs (www.cebm.jr2.ox.ac.uk)
POEMs (www.infopoems.com), BestBETS (www.bestbets.com).
Sumber bukti sintesis:
Cochrane Library (http://www3. interscience.wiley. com/ cgibin/mrwhome/106568753/HOME)
DARE www.york.ac.uk/inst/crd/welcome.htm)
Medline, Ovid EBMR, Evidence-Based Medicine / ACP Journal Club,
dan lain-lain.
Sumber bukti studi
MEDLINE/ PubMed (www.pubmed.com/)
Embase (www.ovid.com)
Trip database (www.tripdatabase.com/).

Pada praktikum ini kami memilih mengakses

Pudmed.langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut:


- Buka google
- Tulis di search engine: Pubmed
- Lalu pilih Pubmed Clinical Queries
- Pada kotak search engine, tulis "Clinical Guideline Sinusitis Setelah
-

terbuka pilih Clinical Study Categories


Pada kotak Category, pilih Therapy
Pada kotak Scope, pilih Broad
Lalu pilih jurnal yang sesuai

Kami memilih jurnal yang berjudul: Clinical Practice Guideline:


Adult Sinusitis American Academy of Otolaryngology-Head and
Neck Surgery.
c. Langkah 3: Penilaian secara kritis (critical appraisal) bukti-bukti tersebut
berdasarkan validitas, impact, and applicability (manfaatnya terhadap
praktik klinik kita)
Validity: apakah temuan benar?
Importance: apakah temuan penting (signifikansi statistik dan
signifikansi klinis?)
Applicability: apakah temuan bisa diterapkan pada pasien
saya?

Validity (V): bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung dari desain
studi, cara peneliti memilih subjek/ sampel pasien penelitian, cara mengukur
variabel, dan mengendalikan pengaruh faktor ketiga yang disebut faktor
perancu (confounding factor).

Importance/Impact (I): Suatu intervensi medis yang mampu secara


substantif dan konsisten mengurangi risiko terjadinya hasil buruk (bad
outcome), atau meningkatkan probabilitas terjadinya hasil baik (good
outcome).

Aplicability (A): efikasi (efficacy) dan efektivitas (effectiveness) dari sebuah


intervensi.

Berikut

hasil

yang

didapat

dari

sumber

bukti

yang

relevan

menggunakan metode VIA:

V : disain metode : This was a prospective one-group descriptive


longitudinal design.
Sampel
: Eligibility criteria included those participants who
were age 18 years or older, had a confirmed diagnosis of lung cancer
(non-small cell or small cell) within the past 60 days, and self-reported

current smoking within the past seven days.


I : Identity (baseline vs. 24 weeks: p=0.026; baseline vs. 6 months:
p=0.005)

and

acute/chronic

timeline

(p=0.018)

mean

scores

significantly increased over time; personal and treatment control mean


scores significantly decreased over time (p=0.007 and p=0.047,
respectively). Understanding the context in which a patient perceives
disease and smoking behavior may contribute to developing

interventions that influence behavior change.


A : Berdasarkan penelitian, menghentikan kebiasaan merokok dapat
menurunkan stadium kanker yang diderita pasien dan dapat
menurunkan penjalaran penyakit dikemudian hari sehingga

dapat

diaplikasikan.

Citical appraisal :
Judul makalah
1. Apakah judul tidak terlalu panjang atau terlalu pendek?
Judul makalah tidak terlalu panjang dan tepat menggambarkan isi
makalah.
2. Apakah judul menggambarkan isi utama penelitian?
Judul makalah sesuai dengan isinya karena memang di dalam makalah di
jelaskan tentang sinusitis infeksi dan terapinya.

3. Apakah judul cukup menarik?


Judul yang ada cukup menarik, singkat dan jelas. Dari judul saya sudah
bisa tau isi dari makalah tersebut lebih memfokuskan pembahasan tentang
terapi sinusitis seusai dengan gejalanya.
4. Apakah judul menggunakan singkatan, selain yang baku?
Iya, penulis kurang konsisten karena pada awal kalimat Helicobacter
pylori ditulis tanpa disingkat. Namun di akhir penulis menulis H.pylori.
Menurut saya lebih baik penulisannya tidak disingkat. Penulis tidak boleh
berfikir dengan menulis H.pylori judul yang ada menjadi lebih singkat,
namun tidak sesuai dengan aturan yang ada. Judul sudah tepat diletakan di
tengah tanpa disingkat dan digaris baah.
Pengarang dan institusi
1. Apakah nama-nama tersebut telah dituliskan sesuai dengan aturan
jurnal?
Nama pengarang dan institusi dicantumkan dua spasi setelah judul dan
ditengah. Jika pengarang lebih dari dua, dipisahkan dengan tanda koma
kecuali untuk nama terakhir dipisahkan dengan kata dan. Pada makalah ini
terlihat nama pengarang dan institusi dicantumkan tidak dua spasi setelah
judul. Letak dari judul memang sudah ditengah. Di makalah ini pengarang
lebih dari dua dan sudah dipisahkan dengan koma. Pada pengarang
terakhir tidak dipisahkan dengan kata dan.

Abstrak
1. Apakah merupakan abstrak satu paragraf, atau abstrak terstruktur?
Abstrak memberikan uraian lebih terperinci untuk aspek masalah, metode,
temuan, dan interpretasi. Setiap aspek dapat terdiri dari dua sampai tiga
kalimat. Abstrak pada makalah ini terdiri dari satu paragraf dan sudah
memberikan uraian yang terperinci semua aspek sudah ada.

2. Apakah sudah tercakup komponen IMRAD(Introduction, Method,


Result, Discussion)?
Iya, sudah mencakup komponen IMRAD.
a. Introduction :Tes anitigen Helicobacter pylori (HpSA) menawarkan
metode non-invasif yang berguna untuk mendiagnosis infeksi tanpa
mengorbankan binatang.
b. Metode : Dalam studi ini, tikus jantan C57BL / 6 yang terinfeksi
Helicobacter pylori ATCC 49503 (1 108 CFU / mouse) dengan
inokulasi intragastrik tiga kali dengan selang 2 hari, dan spesimen tinja
yang terinfeksi Helicobacter pylori dikumpulkan 1, 3, 5, 7, 14, 21 hari
setelah infeksi untuk menilai keandalan tes HpSA.
c. Hasil : Lima dari enam spesimen positif pada 5-21 hari setelah infeksi,
dan kepekaan dari tes HpSA adalah 83,33%.
d. Interpretasi : Tes kit HpSA akan berguna dan efektif untuk memantau
Helicobacter pylori pada berbagai hewan laboratorium, Helicobacter
pylori dapat dengan mudah dipantau tanpa mengorbankan binatang.
3. Apakah secara keseluruhan abstrak informatif?
Iya, abstrak secara keseluruhan sudah informatif. Sebagai pembaca saya
sudah mengetahui jika metode tes antigen hasil kepekaannya sama dengan
metode uji urease cepat dan genom DNA polymerase chain reaction
(PCR), dan keuntungannya metode tes antigen ini tidak perlu
mengorbankan binatang.
4. Apakah abstrak lebih dari 200 atau 250 kata?
Tidak, hanya terdapat 175 kata pada abstrak ini. Cukup singkat namun
sudah informatif dan mencakup aspek IMRAD.

Pendahuluan
1. Apakah Pendahuluan terdiri dari 2 paragraf atau 2 bagian?

Suatu pendahuluan harus dapat menjawab pertanyaan : Apa yang telah


saya pelajari? Mengapa hal tersebut menjadi suatu masalah yang penting?
Apa yang kita ketahui tentang hal tersebut sebelum saya melakukan studi
ini? Bagaimana studi ini bisa memajukan pengetahuan?
Fungsi Pendahuluan adalah:

Memperlihatkan konteks dari karya yang dilaporkan. Pendahuluan


diisi dengan mendiskusikan literatur utama penelitian dan meringkaskan

pemahaman kita terkini tentang masalah yang diselidiki.


Menyatakan tujuan dari karya dalam bentuk hipotesis, pertanyaan, ata

u masalah yangdiselidiki
Menjelaskan dengan ringkas dasar pemikiran atau alasan dan pendeka
tan, dan jika mungkin hasil yang mungkin diperoleh dari studi tersebut.
Pendahuluan pada makalah ini terdiri dari 6 paragraf.
Apa yang telah saya pelajari?
Helicobacter pylori merupakan bakteri Gram-negatif, microaerobic, spiral
bakteri dengan flagela kutub yang tinggal di dekat permukaan mukosa
lambung manusia.
Mengapa hal tersebut menjadi suatu masalah yang penting?
Sejak penemuan H. pylori pada tahun 1983, telah menjadi salah satu
bakteri patogen yang paling umum pada manusia menyebabkan gastritis
kronis

dan

penyakit

ulkus

peptikum

dan

berhubungan

dengan

adenokarsinoma lambung
Apa yang kita ketahui tentang hal tersebut sebelum saya melakukan
studi ini?
H. pylori menghasilkan sejumlah besar urease untuk mengkatalisis
hidrolisis urea. Urease menetralkan asam lambung dengan menghasilkan
amonia dari urea, yang penting untuk kelangsungan hidup H. pylori dalam
host [12,13]. Dengan demikian, sebuah diagnosis pylori H. didasarkan
pada mendeteksi urease.

13C-urea

breath

test

(UBT)

adalah

tes

non-invasif

paling

direkomendasikan untuk mendeteksi infeksi H. pylori dan memiliki


sensitivitas dan spesifisitas [15] tinggi. Namun, UBT tidak dapat
diterapkan pada hewan percobaan karena biaya yang tinggi dan
persyaratan untuk instrumen analitis mahal [16]. Dengan demikian,
banyak peneliti telah menggunakan reaksi berantai (PCR) tes polimerase
untuk memantau infeksi dalam tinja tanpa biopsi atau mengorbankan
hewan dan dikonfirmasi infeksi dengan tes napas 13C-Urea [17,18].
Bagaimana studi ini bisa memajukan pengetahuan?
Peningkatan minat telah diarahkan tes non-invasif, dibandingkan dengan
metode invasif endoskopi berbasis (histologi dan uji urease cepat), sebagai
metode non-invasif tidak memerlukan penilaian endoskopi.
Dengan penelitian ini dapat mengevaluasi sensitivitas dan spesifisitas dari
H. pylori stool antigen (HpSA) metode deteksi kit berbasis untuk
memantau berbagai jenis hewan laboratorium tanpa pengorbanan.

2. Apakah paragraf atau bagian pertama mengemukakan alasan


dilakukannya penelitian?
Bagian pertama menjelaskan Helicobacter pylori itu sendiri dan kondisikondisi yang didapatkan adanya Helicobacter pylori. Alasan dilakukannya
penelitian adalah Helicobacter pylori telah menjadi salah satu bakteri
patogen yang paling umum pada manusia menyebabkan gastritis kronis
dan penyakit ulkus peptikum dan berhubungan dengan adenokarsinoma
lambung. Serta adanya peningkatan minat telah diarahkan pada tes noninvasif, dibandingkan dengan metode invasif endoskopi berbasis (histologi
dan uji urease cepat), sebagai metode non-invasif tidak memerlukan
penilaian endoskopi
3. Apakah paragraf atau bagian kedua menyatakan hipotesis atau
tujuan penelitian, dan desain yang digunakan?

Iya, bagian kedua menyatakan hipotesis, tujuan, dan desain yang


digunakan.
Hipotesis : Metode non-invasif dapat mendiagnosis infeksi Helicobacter
pylori seperti metode invasif tanpa mengorbankan binatang.
Tujuan : Untuk mengevaluasi sensitivitas dan spesifisitas dari tes antigen
Helicobacter pylori metode deteksi kit untuk memantau berbagai jenis
hewan laboratorium tanpa pengorbanan.
Desain : Menggunakan SD Bioline H. pylori Ag Kit (SD, Inc, Yongin,
Korea) untuk mendeteksi infeksi H. pylori pada C57BL / 6 tikus.
4. Apakah Pendahuluan didukung oleh pustaka yang kuat dan relevan?
Iya, pada awal paragraf dijelaskan Helicobacter pylori dan juga
diikutsertkan berbagai penemuan-penemuan ilmiah seperti :

Pada tahun 1983, Marshall dan Warren menemukan sebuah bakteri


melengkung tak dikenal yang hadir di hampir semua pasien dengan
gastritis kronis aktif, ulkus duodenum, ulkus lambung atau
makanan pedas, asam, stres, dan gaya hidup yang dianggap sebagai
penyebab utama radang sebelum tahun 1982, ketika bakteri ini
ditemukan.

5. Apakah Pendahuluan lebih dari 1 halaman?


Iya, menurut saya isi pendahuluan cukup penting, tidak terlalu panjang,
sudah bisa menjawab pertanyaan :Apa yang telah saya pelajari? Mengapa
hal tersebut menjadi suatu masalah yang penting? Apa yang kita ketahui
tentang hal tersebut sebelum saya melakukan studi ini? Bagaimana studi
ini bisa memajukan pengetahuan?

Metode
1. Apakah disebut desain, tempat,dan waktu penelitian?

Tidak ada penjelasan desain, tempat dan waktu penelitian pada makalah
tersebut. Hanya dijelaskan tikus ditempatkan di sebuah ruangan dengan
kondisi lingkungan yang konstan (22 2 ; 40-70% kelembaban relatif,
12 jam siklus terang-gelap, 150-300 lux kecerahan). Setelah membaca
makalah ini, saya mengetahui bahwa desain penelitiannya adalah
eksperimental. Namun penulis tidak dengan jelas menyebutkannya.
2. Apakah disebut populasi sumber ( populasi terjangkau)?
Tikus jantan C57BL / 6 (berat, 20-24 g) diperoleh dari Samtako Bio Korea
(Osan, Korea). Semua hewan percobaan dilakukan sesuai dengan prosedur
operasi standar dan telah disetujui oleh Kelembagaan Perawatan Hewan
dan Penggunaan Komite Wonkwang University, Korea (Persetujuan No
WKU-1201).
Populasi yang digunakan tersirat pada makalah ini, tidak ada kalimat yang
dengan tegas menjelaskan populasi sumber (populasi terjangkau).
3. Apakah kriteria pemilihan ( inklusi dan eksklusi) dijelaskan?
Tidak dijelaskan secara rinci apa kriteria inklusi dan eksklusinya. Namun
yang saya tangkap dari makalah ini yang termasuk kriteria inklusi adalah :

Tikus berat 20-24 gram


Jantan
Bebas patogen
Usia 6-8 minggu

Menurut saya akan lebih baik lagi jika di buat poin-poin apa saja kriteria
inklusi dan eksklusinya.
4. Apakah cara pemilihan subyek ( teknik sampling ) disebutkan?
Tidak dijelaskan bagaimana cara pemilihan subyek, langsung disebutkan 6
tikus jantan. Tidak ada teknik sampling.
5. Apakah perkiraan besar sampel disebutkan dan disebut pula
alasannya?

Tidak disebutkan dan tidak ada rumus yg digunakan untuk pengambilan


besar sampel.
6. Apakah perkiraan besar sampel dihitung dengan rumus yang sesuai?
Tidak ada rumus yang digunakan.
7. Apakah komponen-komponen rumus besar sampel diisi dengan
angka-angka yang masuk akal?
Tidak ada rumus besar sampel, sehingga tidak bisa diidentifikasi apakah
angka-angkanya masuk akal.
8.

Apakah observasi, pengukuran,serta intervensi dirinci sehingga


orang lain dapat mengulanginya?
Tikus itu secara lisan diinokulasi dengan H. pylori (1 109 CFU / mouse)
tiga kali dengan selang 2 hari. Setelah inokulasi, spesimen tinja
dikumpulkan di hari 1, 3, 5, 7, 14, dan 21. H. pylori antigen dievaluasi
menggunakan tersedia secara komersial SD Bioline H. pylori Ag kit
(Standard Diagnostics, Inc) sesuai dengan instruksi pabrik. Spesimen (250
mg) diinkubasi dengan larutan pengencer pada suhu kamar selama 30
menit dan kemudian 100 uL ditempatkan pada pylori Ag perangkat H.
pemeriksaan. Hasil tes diperiksa sekitar 15 menit kemudian. Satu garis
merah menunjukkan negatif dan garis ganda merah mengindikasikan
pylori H. hasil positif.
Setelah saya membaca jurnal ini dapat dimengerti bagimana observasi,
pengukuran, dan intervensi dilakukan sehingga orang lain bisa
mengulanginya.

9. Bila

teknik

pengukuran

tidak

dirinci,

apakah

disebutkan

rujukannya?
Teknik pengukuran menyebutkan Satu garis merah menunjukkan negatif
dan garis ganda merah mengindikasikan pylori H. hasil positif.

10. Apakah pengukuran dilakukan secara tersamar?


Tidak, pada makalah dijelaskan peneliti menggunakan antigen kit untuk
menentukan H. pylori jangkauan deteksi. Setelah inokulasi akhir H. pylori
ke C57BL / 6 tikus, peneliti mengumpulkan spesimen tinja pada hari 1, 3,
5, 7, 14, dan 21. Tinja mengandung sedikit air. Inkubasi spesimen tinja
dalam larutan pengencer selama 30 menit dengan vortexing setiap 10
menit. Kemudian, ditempatkan 100 uL sampel pada Bioline H. pylori Ag
perangkat deteksi kit SD. Pada hari 1, tidak ada hasil positif. Namun, rasio
positif meningkat pada hari-hari 3 (16,7% [1/6]), 5 (66,7% [4/6]), dan 7-21
(83,3% [5/6]).
11. Apakah dilakukan uji keandalan pengurangan (kappa)?
Tidak dilakukan uji keandalan pengurangan (kappa).
12. Apakah definisi istilah dan variabel penting dikemukan?
Tidak disebutkan variabel dependen dan independen yang bisa
mempengaruhi jalannya penelitian ini.
13. Apakah ethical clearance diperoleh?
Iya, karena dengan menggunakan tes antigen kit HpSA akan berguna dan
efektif untuk memantau Helicobacter pylori pada berbagai hewan
laboratorium, tanpa mengorbankan binatang tersebut.
14. Apakah persetujuan subyek diperoleh?
Iya, karena Semua hewan percobaan dilakukan sesuai dengan prosedur
operasi standar dan telah disetujui oleh Kelembagaan Perawatan Hewan
dan Penggunaan Komite Wonkwang University, Korea (Persetujuan No
WKU-1201).
15. Apakah disebutkan rencana analisis, batas kemaknaan, dan power
penelitian?

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan analisis varians dan


SPSS for Windows v.12.0 (Chicago, IL, USA). Sebuah nilai-P <0,05
dianggap signifikan secara statistik. Rasio positif diukur dengan
menggunakan software MINITAB (Minitab Inc, State College, PA, USA)
dan interval rahasia 95%.Sebuah rasio positif menunjukkan perbedaan
yang signifikan.Dan didapatkan hasil pada hari 1, tidak ada hasil positif.
Namun, rasio positif meningkat pada hari-hari 3 (16,7% [1/6]), 5 (66,7%
[4/6]), dan 7-21 (83,3% [5/6]).
16. Apakah disebutkan program komputer yang dipakai?
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan analisis varians dan
SPSS for Windows v.12.0 (Chicago, IL, USA). Sebuah nilai-P <0,05
dianggap signifikan secara statistik. Rasio positif diukur dengan
menggunakan software MINITAB (Minitab Inc, State College, PA, USA)
dan interval rahasia 95%. Sebuah rasio positif menunjukkan perbedaan
yang signifikan.

Hasil
1. Apakah disertakan tabel deskripsi subyek penelitian?
Tidak ada tabel deskripsi subyek penelitian.
2. Pada uji perbandingan, apakah karakteristik subyek yang penting
sebelum intervensi dibandingkan kesetaraannya?
Pada makalah ini dilakukan uji perbandingan selain dengan tes antigen
HpSA kit juga dilakukan biopsi dan uji urease cepat serta ekstraksi DNA
genomik dan PCR.
3. Apakah dilakukan uji hipotesis untuk kesetaraan ini?
Tidak dilakukan uji hipotesis untuk kesetaraan.
4. Apakah disebutkan jumlah subyek yang diteliti?

Tidak disebutkan jumlah subyek yang diteliti.


5. Apakah dijelaskan subyek yang drop out dengan alasannya?
Tidak dijelaskan subyek yang masuk kriteria drop out, ke enam subyek
tidak ada yang dikeluarkan semuanya digunakan sebagai subyek
penelitian.
6. Apakah keteptan numerik dinyatakan dengan benar?
Iya, ketepatan numerik dinyatakan dengan benar.
7. Apakah penulisan tabel dilakukan dengan tepat?

Penulisan tabel sudah dilakukan dengan tepat.


8. Apakah tabel dan ilustrasi informatif?
Tabel sudah memberikan informasi yang menggambarkan bagaimana hasil
penelitian, didapatkan pada hari ke 21 persentasi positif semakin besar
yaitu 83,3%.
9. Apakah tabel dan ilustrasi tersebut memang diperlukan?

Iya, tabel dan ilustrasi tersebut memang diperlukan. Ketika ada suatu
hambatan bahasa pembaca dapat melihat hasil penelitian dari tabel tersebut
tanpa harus membaca deskripsi hasil.
10. Apakah semua hasil didalam tabel disebutkan pada narasi?
Iya, semua hasil penelitian baik dari HpSA kit, biopsi dan uji urease cepat
serta ekstraksi DNA genomik dan PCR dideskripsikan dengan jelas.
11. Apakah semua outcome yang penting disebutkan dalam hasil?
Iya, semua outcome yang penting disebutkan dalam hasil.

HpSA kit :Pada hari 1, tidak ada hasil positif. Namun, rasio positif
meningkat pada hari-hari 3 (16,7% [1/6]), 5 (66,7% [4/6]), dan 7-

21 (83,3% [5/6]).
Biopsi dan uji urease cepat :Menunjukkan reaksi positif (warna
merah) 21 hari setelah inokulasi akhir, menunjukkan infeksi bakteri
di

perut.

Lima dari enam spesimen biopsi lambung yang positif dengan uji
urease cepat pada hari ke 21. Kami tidak mendeteksi reaksi positif

dari sampel no. 1 (5/6, 83,3%).


Ekstraksi DNA genomik dan PCR : Lima dari enam spesimen
lambung yang positif dengan reaksi PCR. Namun, kami tidak
mendeteksi reaksi positif dari sampel no. 1 (5/6, 83,3%).

12. Apakah subyek yang drop out diikutkan dalam analisis?


Tidak ada subyek yang masuk kriteria drop out.
13. Apakah analisis dilakukan dengan uji yang sesuai?
Sesuai, analisis statistik dilakukan dengan menggunakan analisis varians
dan SPSS for Windows v.12.0 (Chicago, IL, USA). Sebuah nilai-P <0,05
dianggap signifikan secara statistik. Rasio positif diukur dengan
menggunakan software MINITAB (Minitab Inc, State College, PA, USA)

dan interval rahasia 95%. Sebuah rasio positif menunjukkan perbedaan


yang signifikan.
14. Apakah disertakan hasil uji statistik (x2, t), derajat kebebasan ( degree
of freedom ), dan nilai p?
Sebuah nilai-P <0,05 dianggap signifikan secara statistik. Rasio positif
diukur dengan menggunakan software MINITAB (Minitab Inc, State
College, PA, USA) dan interval rahasia 95%.Sebuah rasio positif
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
15. Apakah

dilakukan

analisis

yang

semula tidak

direncanakan

( misalnya terhadap subgrup)?


Tidak dilakukan analisis pada subgrup yang semula tidak direncanakan.
16. Apakah disertakan interval kepercayaan ?
Tidak disertakan interval kepercayaan.
17. Apakah dalam hasil disertakan komentar dan pendapat?
Pada hasil tidak disertakan komentar dan pendapat. Komentar dan
pendapat ada pada bagian diskusi.

Diskusi
1. Apakah semua hal yang relevan dibahas?
Iya, semua hal yang relevan sudah dibahas. Dari bagaimana infeksi
Helicobacter pylori dan perawatan. Serta diagnosis infeksi H pylori dapat
dibuat dengan tes baik invasif dan non-invasif.
2. Apakah sering diulang hal yang yang dikemukan pada hasil?
Tidak, pengulangan tidak benar-benar sama. Penulis mendiskusikan hasil
penelitian dengan menggunakan kata-kata sendiri. Walaupun yang dibahas
mencakup hasil penelitian.

3. Apakah

dibahas

keterbatasan

penelitian,

dan

kemungkinan

dampaknya terhadap hasil?


Tidak disebutkan keterbatasan penelitian yang memungkinkan dampak
pada hasil.
4. Apakah disebutkan kesulitan penelitian, penyimpangan dari protokol,
dan kemungkinan dampaknya terhadap hasil?
Tidak disebutkan kesulitan penelitian, penyimpangan dari protokol, dan
kemungkinan dampaknya terhadap hasil.
5. Apakah

pembahasan

dilakukan

menghubungkannya

dengan

pertanyaan penelitian?
Iya, pembahasan sudah dilakukan dengan menghubungkan dengan
pertanyaan penelitian.
Rumuskan masalah klinis pasien

Patient dan Problem


Bagaimanakah mendeteksiinfeksi H. Pylori?
Diagnosis infeksi H pylori dapat dibuat dengan tes baik invasif dan
non-invasif.

Intervention
Pemeriksaan penunjang apakah yang terbaik atau menjadi gold
standar dalam mendeteksiinfeksi H. Pylori?
Tes antigen HpSA untuk mendiagnosis infeksi H. pylori mungkin
menawarkan

metode

mengorbankan hewan.
Comparison
Manakah yang efektif

non-invasif

antara

H.

yang

Pylori

berguna

stool

tanpa

antigen

danendoscopiy untuk mendeteksi infeksi H. Pylori?


Diagnosis infeksi H pylori dapat dibuat dengan tes baik invasif dan
non-invasif.Tes invasif termasuk histologi, budaya, dan uji urease
cepat, yang membutuhkan endoskopi untuk mendapatkan biopsi
mukosa lambung.Standar emas saat ini untuk mendiagnosis infeksi
H pylori adalah endoskopi biopsi jaringan lambung untuk rapid test

urease, histologi, dan budaya.Namun, prosedur invasif seperti


memiliki kelemahan utama dari anestesi, ketidaknyamanan, dan
kemungkinan masalah etika [32].
Tapi, tes non-invasif yang mudah
menghasilkan

ketidaknyamanan

dilakukan

yang

dan

tidak

signifikan

dan

memungkinkan pasien untuk menghindari ketidaknyamanan dan


risiko endoskopi invasif.Ini termasuk tes antibodi serologi untuk H.
pylori, tes napas urea, dan uji HpSA [32].
Di antara beberapa tes diagnostik, tes HpSA untuk mendiagnosis
infeksi H. pylori mungkin menawarkan metode non-invasif yang
berguna tanpa mengorbankan hewan selama penelitian in
vivo.Dalam penelitian kami, kami melakukan percobaan untuk
mengevaluasi utilitas dari SD Bioline H. pylori tinja Ag Kit
(Standard Diagnostics, Inc, Korea) dalam model tikus. Akibatnya,
sensitivitas tes HpSA adalah 83,33%. Kami mendeteksi adanya
infeksi H. pylori oleh HpSA dan dikonfirmasi hasil positif
menggunakan uji urease cepat dan genom DNA PCR. Hasil
mengkonfirmasikan juga memiliki sensitivitas 83,33%. Namun, uji
urease cepat dan genom DNA PCR adalah tes invasif dan
memerlukan pengorbanan hewan untuk mendeteksi H. pylori

dalam sampel biopsi lambung, sedangkan tes HpSA noninvasif.


Clinical outcome
Apakah dengan dideteksinya infeksi H. Pylori secara tepat dan
cepat dapat memperbaiki gejala klinis, menurunkan angka
morbiditas?
H. pylori stool antigen kit berguna dan efektif untuk memantau
infeksi H. Pylori. Menerapkan kit HpSA mungkin strategi noninvasif paling direkomendasikan untuk mengidentifikasi H. Pylori
sehingga dapat memperbaiki gejala klinis dan menurunkan angka
morbiditas.

6. Apakah pembahasan dilakukan dengan menghubungakannya dengan


teori dan hasil penelitian terdahulu?

Iya, dikatakan bahwa kazemi dkk. baru-baru ini melakukan perbandingan


validitas lima tes diagnostik termasuk HpSA dan uji urease cepat pada
pasien.
7. Apakah dibahas hubungan hasil dengan pratek klinis?
Iya, dikatakan bahwa standar emas saat ini untuk mendiagnosis infeksi H
pylori adalah endoskopi biopsi jaringan lambung untuk rapid test urease,
histologi, dan budaya. Namun, prosedur invasif seperti memiliki
kelemahan utama dari anestesi, ketidaknyamanan, dan kemungkinan
masalah etika. Tapi, tes non-invasif yang mudah dilakukan dan tidak
menghasilkan ketidaknyamanan yang signifikan dan memungkinkan
pasien untuk menghindari ketidaknyamanan dan risiko endoskopi invasif.
8. Apakah kesimpulan utama penelitian?
Uji urease cepat dan genom DNA PCR adalah tes invasif dan memerlukan
pengorbanan hewan untuk mendeteksi H. pylori dalam sampel biopsi
lambung, sedangkan tes HpSA noninvasif.
9. Apakah kesimpulan didasarkan pada data penelitian?
Iya, didasarkan pada hasil penelitian. Bisa dilihat dari tabel berikut ini :

10. Apakah kesimpulan tersebut sahih?


Iya, kesimpulan penelitian tersebut tes antigen kit HpSA merupakan tehnik
diagnosis infeksi Helicobacter pylori yang paling baik karena tidak
mengorbankan binatang penelitian.
11. Apakah efek samping dikemukakan dan dibahas?

Tidak dibahas dan dikemukakan efek samping dari penelitian tersebut.


12. Apakah disebutkan hasil tambahan selama observasi?
Selain observasi dengan HpSA kit, dilakukan juga biopsi dan uji urease
cepat serta ekstraksi DNA genomik dan PCR hasil dari observasi dengan
tehnik yang lain sudah disebutkan dengan jelas.
Di antara beberapa tes diagnostik, tes HpSA untuk mendiagnosis infeksi
H. pylori mungkin menawarkan metode non-invasif yang berguna tanpa
mengorbankan hewan selama penelitian in vivo. Dalam penelitian kami,
kami melakukan percobaan untuk mengevaluasi utilitas dari SD Bioline H.
pylori tinja Ag Kit (Standard Diagnostics, Inc, Korea) dalam model tikus.
Akibatnya, sensitivitas tes HpSA adalah 83,33%. Kami mendeteksi adanya
infeksi H. pylori oleh HpSA dan dikonfirmasi hasil positif menggunakan
uji urease cepat dan genom DNA PCR. Hasil mengkonfirmasikan juga
memiliki sensitivitas 83,33%. Namun, uji urease cepat dan genom DNA
PCR adalah tes invasif dan memerlukan pengorbanan hewan untuk
mendeteksi H. pylori dalam sampel biopsi lambung, sedangkan tes HpSA
noninvasif.
13. Apakah hasil tambahan tersebut dianalisis secara statistik?
Tidak dikatakan bahwa hasil tambahan tersebut dianalisis secara statistik.
14. Apakah disebutkan generalisasi hasil penelitian?
Iya, disebutkan secara general hasil penelitian HpSA kit, biopsi dan uji
urease cepat serta ekstraksi DNA genomik dan PCR.
15. Apakah disertakan saran penelitian selanjutnya, dengan anjuran
metodologis yang tepat?

Iya, peneliti menyarankan H. pylori stool antigen kit berguna dan efektif
untuk memantau H. pylori di berbagai laboratorium hewan termasuk tikus.
Menerapkan

kit

HpSA

mungkin

strategi

non-invasif

paling

direkomendasikan untuk mengidentifikasi H. pylori.

Ucapan terima kasih


1. Apakah terima kasih ditujukan kepada orang yang tepat?
Tidak ada ucapan terima kasih pada makalah ini.
2. Apakah ucapan terima kasih dinyatakan secara wajar?
Tidak ada ucapan terima kasih pada makalah ini.

Daftar pustaka
1. Apakah daftar pustaka disusun sesuai dengan aturan jurnal?
Iya, daftar pustaka disusun sesuai dengan aturan jurnal.

Semua entri harus didaftar berdasarkan nama akhir pengarang secara

alfabetis
Jika pengarang yang sama dikutip beberapa kali dari karya yang berbeda,

entri harus didaftardalam urutan kronologis berdasarkan tahun publikasi


Jika pengarang dikutip untuk dua atau lebih karya yang dipublikasi pada
tahun yang sama,tambahkan huruf kecil a, b, c, dst.setelah tahun terbit.

2. Apakah semua yang tertulis pada daftar pustaka tertera pada nas,
dan sebaliknya?
Iya, semua yang tertulis pada daftar pustaka tertera pada narasi dan
sebaliknya.

Lain-lain

1. Apakah keseluruhan makalah ditulis denan bahasa yang lancar, enak


dibaca, informatif, hemat kata, dan efektif?
Menurut saya, keseluruhan makalah ditulis dengan bahasa yang mudah di
mengerti dan enak dibaca. Informasi yang disajikan sudah lengkap dan
efektif.
2. Apakah makalah ditulis dengan ejaan yang taat asas?
Makalah ditulis dengan ejaan yang taat asas.

Perhatikan
nilai
kekuatan
bukti yang
bisa
diharapkan
dari sebuah
desain studi
ketika
melakukan
Critical
Appraisal
Gambar 1. Hierarki Metode Penelitian
Berdasarkan hierarki metode penelitian di atas dapat dilihat bahwa:
-

Validity
Berdasarkan hierarki metode penelitian dapat dilihat bahwa animal
research berada di tingkat kedua dari bawah yang menandakan
validitasnya tidak kuat. Untuk menegakan suatu diagnosis yang tepat
harus dilakukan penelitian dengan desain cross sectional. Supaya kita
dapat melihat hasilnya pada satu waktu.

Importance
Temuan ini sangat penting untuk memilih apakah H. Pylori stool
antigen atau endoscopyyang lebih efektif dalam mendeteksi infeksi H.
pylory

Applicability
Temuan ini sangat dapat diaplikasikan dalam penelitian kami. Apabila
kami mendapatkan pasien dengan muntah, mual, nyeri ulu hati, mutah
darah, dan buang air besar merah kehitamankami mencurigai pasien
mengalami infeksi Helicobacter pylori. Kami akan menganjurkan
pasien untuk melakukan tes antigen HpSA. Karena tidak perlu
dilakukan endoskopi yang menimbulkan ketidaknyamanan spesimen
bisa diambil dari tinja pasien.

d. Langkah 4: Mengintegrasikan hasil evaluasi kritis dengan ketrampilan


klinis kita dan dengan keadaan biologis, nilai-nilai dan situasi pasien kita
yang unik
Dalam kehidupan nyata sering digunakan endoscopy untuk mendeteksi H.
Pylori yang memang merupakan gold standart dalam mendiagnosa infeksi
H. Pylori.

Perbandingan sensitivity dan specivicity untuk metode invasif (endoskopi)


maupun non invasif sama-sama 83,3%. Berdasarkan data tersebut dapat
dilihat bahwa sensitivity dan specivicityendoscopysebandingH. Pylori
stool antigen

.Menurut saya lebih baik tes antigen HpSA lebih baik

diaplikasikan untuk mendeteksi infeksi Helicobacter pylori. Karena jika


menggunkan prosedur invasif (endoskopi) memiliki kelemahan utama dari
anestesi, ketidaknyamanan, dan kemungkinan masalah etika.

e. Langkah 5: Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi kita dalam


melaksanakan langkah 1-4 dan terus berusaha mencari jalan meningkatkan
kemampuan kita
Mengevaluasi efktivitas antigen HpSA jika digunakan untuk mendeteksi
infeksi Helicobacter pylori.

Anda mungkin juga menyukai