Anda di halaman 1dari 13

Pembuatan Laporan Kasus

(Case Report)
Oleh : dr. Dewi Nur Fiana, dr. Hanna Mutiara, dr. Oktadoni Saputra
A.

TEMA
Pada kegiatan CSL keterampilan pembuatan Laporan Kasus (Case Report) ini, mahasiswa diberikan penugasan untuk
mencari kasus dari setting klinik nyata misalnya di RS melalui kakak tingkat mahasiswa yang sedang KoAss. Setiap kelompok
CSL mencari 4 jenis kasus yang berbeda, dengan masing-masing kasus berjumlah 3 orang mahasiswa. Sebelum
pertemuan pertama, masing-masing mahasiswa membuat draft laporan kasus sesuai dengan kaidah dan format penulisan
publikasi pada jurnal fakultas (Jurnal Medula; Juke). Tugas ini menjadi prasyarat untuk mengikuti kegiatan CSL pertemuan
pertama. Kemudian draft dan kasus akan dibahas dengan instruktur CSL di pertemuan pertama dan akan diteruskan di
pertemuan kedua untuk kasus berikutnya. Format penulisan ilmiah untuk publikasi dapat dilihat melalui laman jurnal fakultas
(Majority, Juke, dll) melalui laman http://juke.kedokteran.unila.ac.id atau melalui website fakultas http://fk.unila.ac.id

B.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
Mencari dan memilih kasus klinis pasien yang sesuai dengan kompetensi dokter umum untuk dijadikan laporan kasus
(case report)
Membuat dan menyajikan laporan kasus (case report) dalam bentuk naskah tulisan lengkap mencakup pendahuluan, isi
dan pemahasan yang sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah untuk publikasi
Mampu mentelaah dan mendiskusikan laporan kasus (case report) dengan teman sejawat

C.

LEVEL KOMPETENSI

Judul Keterampilan

Level Kompetensi
(SKDI 2012)

Kode
Keterampilan

Menyusun tulisan ilmiah dan


mengirimkan untuk publikasi

4A

SKDI 13-83

D.

ALAT DAN BAHAN


Contoh Form Laporan Kasus (sesuai dengan kaidah publikasi jurnal Fakultas)
Kasus/skenario
Alat tulis
Laptop
Slide(Microsoft power point) + In focus (Jika Memungkinkan)
Sumber Pustaka yang sesuai dengan kasus

E.

SKENARIO
Andi, seorang mahasiswa FK tingkat akhir sedang bingung untuk membuat naskah publikasi sebagai prasyarat kelulusan
tahap sarjananya. Dia pernah mendengar dari kakak kelasnya tentang pembuatan laporan kasus (case report) dapat
digunakan untuk publikasi tersebut. Namun Andi masih bingung kasus apa yang akan dia pilih, bagaimana format penulisan
laporannya serta apa saja yang harus ia tulis pada bagian pendahuluan, isi serta pembahasannya.

F.

DASAR TEORI
Case report atau Laporan Kasus merupakan suatu perekaman dokumen atau data klinik pada clinical study. Tujuan dari
pembuatan case report ini adalah untuk mengumpulkan data yang relevan dalam suatu format yang spesifik sehingga data
lengkap tersaji secara sistematis, efisien, memudahkan dalam melakukan analisis terhadap data tersebut serta memudahkan
pelaporan.
a) Pemilihan Kasus
Pemilihan Kasus menjadi hal penting yang perlu diperhatikan sebelum membuat suatu laporan kasus (case report).
Kasus yang dipilih hendaknya suatu kasus yang menarik, baik dan membantu dalam proses pembelajaran bagi penulis
maupun anggota diskusi, cukup lengkap serta dapat bermanfaat bagi pasien maupun bagi masyarakat luas.Bisa jadi kasus
yang jarang terjadi diangkat menjadi laporan kasus, atau sebaliknya kasus yang sangat sering terjadi namun ada aspek lain/
misi khusus yang ingin disampaikan oleh penulis. Bisa jadi kasus yang sangat sederhana diangkat ataupun kasus yang sulit
dan complicated untuk dapat banyak menambah wawasan pembelajarnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan suatu kasus untuk dijadikan laporan kasus antara lain :
1. Sesuai dengan kompetensi penulis dalam hal ini adalah kompetensi dokter umum.
2. Kasusnya menarik; misalnya kasus yang jarang terjadi, langka, khas dll
3. Riwayat kasus hendaknya cukup lengkap (mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis
dan penatalaksanaan)
4. Ada aspek khusus/spesifik yang hendak diangkat. Bisa jadi kasus tersebut sudah sering terjadi, namun aspek khusus
yang hendak diangkat dan dirasakan bisa banyak memberikan manfaat bagi masyarakat misalnya aspek pencegahan
stroke, skrining pada penyakit-penyakit keganasan, deteksi dini gangguan tumbuh kembang, komplikasi dari penyakit
hipertensi, dll.
b) Format Penulisan
Format penulisan case report meliputi beberapa bagian, yakni :
1. Pendahuluan

Menjelaskan laporan kasus kita dalam satu kalimat singkat. Jika merupakan kasus yang jarang, dapat juga diutarakan.
Dalam pendahuluan juga perlu dipaparkan secara singkat aspek epidemiologi dari kasus serta latar belakang ataupun
alasan pemilihan kasus tersebut. Penulis harus mampu meyakinkan pembaca pentingnya aspek yang akan diangkat dari
kasus ini maupun manfaatnya bagi masyarakat luas.
2.

Isi Kasus/ Melaporkan Kasus


Melaporkan kasus dimulai dengan deskripsi singkat tentang kasus. Kasus apa, dari mana kasus tersebut diambil, kapan
waktunya serta identitas pasien dengan inisial yang disamarkan. Isi kasus kemudian merupakan ringkasan informasi
yang telah dikumpulkan yaitu berupa anamnesa singkat padat, temuan-temuan penting dan relevan. Hasil positif atau
negatif yang merupakan rincian dari penyelidikan pada saat pasien dalam pengobatan ataupun setelah menjalani
perawatan. Jangan menyertakan rincian yang tidak perlu. Ingat, bagian ini harus terasa seperti cerita yang menarik bagi
pembaca laporan kasus.
Salah satu bentuk umum dari presentasi adalah untuk membaginya menjadi terpisah dalam paragraf anamnesa umum,
pemeriksaan fisik, penyelidikan, terapi dan prognosa dalam gaya paragraf yang terpisah.
Presentasi kasus harus menjelaskan urutan kronologis kasus yang cukup detail bagi pembaca agar dapat menyimpulkan
mengenai validitas kasus ini.

3.

Pembahasan Kasus
Ingatlah bahwa kemungkinan untuk dapat menuliskan riset yang dipublikasikan di jurnal terkemuka ditentukan terutama
oleh seberapa baik argumen kita disajikan secara ilmiah- yaitu, bagaimana laporan kasus kita dibahas.
Paragraf pertama mungkin menjelaskan tujuan pelaporan kasus ini. Kemudian kita harus dapat menjelaskan kondisi atau
fitur-fitur yang ditulis di laporan kasus yang kita buat. Kita dapat mengutip banyak literatur tetapi hindari memasukan
rincian yang tidak perlu.
Tahap ketiga dan yang paling penting dalam pembahasan kasus adalah bahwa pembahasan yang kita buat mendukung
pesan yang ingin kita sampaikan. Para pembaca yang akan meninjau laporan kasus yang kita buat mengharapkan bukti
dari kelangkaan atau penjelasan ilmiah mengenai kasus yang kita angkat. Jika kita tidak melakukan ini, para peninjau
laporan kasus kita akan cenderung untuk menolak laporan kasus yang kita buat. Jadi kita harus dapat menjelaskan
penyebab kondisi atau alasan mengapa prosedur atau fitur tertentu dipilih. Bagaimana prosedur/fitur/terapi yang kita pilih
akan mempengaruhi hasilnya? Apa yang kita rekomendasikan? Apakah ada pelajaran yang harus dipelajari? Semua
(atau setidaknya, sebagian) dari pertanyaan ini harus dijawab pada pembahasan kasus.

G.

4.

Kesimpulan
Kesimpulan tidak selalu diperlukan dalam laporan kasus (case report), tetapi jika ada, kesimpulan yang dibuat harus
ringkas dalam beberapa kalimat saja.

5.

Daftar Pustaka

6.

Sentuhan Akhir
Dalam membuat laporan kasus setidaknya kita harus mengedit atau memeriksa kembali laporan yang kita buat minimal
3 kali. Memastikan kita mengecek kosakata dan tata bahasa. Laporan kasus yang kita buat dapat dikonsulkan ke penulis
senior (biasanya konsulen) untuk meninjau laporan kasus kita. Semua dokumen-dokumen lainnya, termasuk foto, hak
cipta, dan seterusnya, seperti yang disyaratkan dalam setiap jurnal, wajib dilampirkan ke lampiran.

PROSEDUR
I. Pendahuluan
II. Laporan kasus
Jelaskan subjek.
Memberikan demografi pasien (umur, jenis kelamin, tinggi, berat, ras, pekerjaan).
Hal hal penting dari anamnesis
o Memaparkan Keluhan Utama Pasien.
o Memaparkan Riwayat Penyakit Sekarang (onset, durasi, kualitas, kuantitas, hal yang
memperparah/ meringankan keluhan, riw. Terapi, dll)
o Memaparkan riwayat penyakit keluarga pasien yang berkaitan dengan kasus.
o Memaparkan riwayat penyakit lingkungan pasien yang berkaitan dengan kasus.
o Memaparkan riwayat social pribadi pasien yang berkaitan dengan kasus.
Hal-hal penting / temuan dari pemeriksaan fisik
o Temuan positif dari pemeriksaan fisik
o Temuan positif maupun negatif yang mengarahkan diagnosis maupun menyingkirkan diagnosis
banding
Hal hal penting dari pemeriksaan penunjang :
o Memberikan nilai-nilai laboratorium terkait yang mendukung kasus ini.
o Memberikan referensi nilai normal laboratorium
o Memberikan foto histopatologi, rontgen, electrocardiogram, manifestasi kulit, atau anatomi
karena terkait dengan kasus ini.
Diagnosis maupun Diagnosis Banding Pasien
Penatalaksanaan / Rencana tindak lanjut dari pasien
Hal-hal lain terkait pasien
o Persetujuan untuk dijadikan laporan kasus
o Mendapatkan izin dari pasien untuk menggunakan foto-foto pasien,
o Pastikan bahwa deskripsi kasus cukup detail bagi pembaca untuk menetapkan validitas kasus
tersebut.

III. Pembahasan kasus


Pendalaman aspek klinis yang akan dibahas
Rasionalisasi penegakan diagnosis mapun terapi serta kesesuiannya dengan literatur
Bandingkan laporan kasus dengan literature
Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara laporan kasus dan literatur.
Menjelaskan hubungan dan keterbatasan laporan kasus.
Tetap menjaga rahasia keakuratan rekam medis pada laporan kasus.
IV. Kesimpulan
Penegasan kembalian kesimpulan dari kasus
Hal-hal apa saja yang bisa dipelajari dari kasus ini, temuan, bukti pendukung
Pesan dan saran bagi pembaca maupun bagi masyarakat luas
Daftar kesempatan untuk penelitian.
V. Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka merujuk pada format penulisan tinjauan pustaka dalam tulisan ilmiah
Disesuaikan dengan aturan penulisan daftar pustaka jurnal yang dirujuk.
Model penulisan daftar pustaka yang banyak diacu adalah model Harvard, Van Couver, APA (American
Psychology Association), dll.

H. DAFTAR PUSTAKA
1. Gottleib GJ, Rogoz A, Vogel JV et al. A preliminary communication on extensively disseminated Kaposis sarcoma in a
young homosexual man. Am J Dermatopathol.1981; 3:111-4.
2. Douglas J, Munro J, Kitchin A et al. Pulmonary hypertension and fenfluramine.Br Med J. 1981; 283:881-3.
3. Atanasson P, Weiss B, Schmid E et al.Pulmonary hypertension and dexfenfluramine.Lancet. 1992; 339:436. Letter.
4. Weir EK, Reeve HL, Huang JM et al. Anorexic agents aminorex, fenfluramine, and dexfenfluramine inhibit potassium
current in rat pulmonary vascular smooth muscle and cause pulmonary vasoconstriction. Circulation. 1996; 94:2216-20.
5. Abenhaim L, Moride Y, Brenot F et al. Appetite-suppressant drugs and the risk of primary pulmonary hypertension. N
Engl J Med. 1996; 335:609-16.
6. DeBakey L, DeBakey S. The case report. I. Guidelines for preparation. Int J Cardiol.1983; 4:357-64.
7. McCarthy LH, Reilly KE. How to write a case report. Fam Med. 2000; 329:190-5.
8. Naranjo CA, Busto U, Sellers EM et al. A method for estimating the probability of adverse drug reactions. Clin Pharmacol
Ther. 1981; 30:239-45.
I.

EVALUASI
CEKLIST LATIHAN
No

I
1
2
II
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
III
13
14

Aspek
INTERPERSONAL
Sambung Rasa dan Interaksi dengan pasien
Informed Consent
CONTENT (penulisan dan presentasi)
Menulis Pendahuluan
Melaporkan deskripsi kasus
Berdasarkan Anamnesis
Berdasarkan Pemeriksaan Fisik
Berdasasrkan Pemeriksaan Penunjang
Menentukan diagnosis dan differential diagnosis
Menentukan penatalaksanaan/ rencana penatalaksanaan
Menuliskan Pembahasan
Menuliskan Kesimpulan
Kemampuan berdiskusi dan menanggapi pertanyaan
PROFESIONALISM
Mampu melakukan dengan percaya diri
Mampu melakukan dengan kesalahan minimal
TOTAL

Skor
0
1

Petunjuk penyumbang naskah dan Contoh format artikel publikasi di Majority dapat dilihat di bawah ini :

PETUNJUK BAGI PENYUMBANG NASKAH


Majority adalah jurnal ilmu-ilmu kedokteran dan kesehatan yang memuat tentang artikel-artikel asli baik
penelitian maupun nonpenelitian (tinjauan pustaka).
KATEGORI NASKAH
Jurnal ini menerima naskah-naskah dengan kategori sebagai berikut:
1. HASIL PENELITIAN EMPIRIK (ARTIKEL ASLI)
a. Artikel merupakan laporan hasil penelitian.
b. Panjang naskah, tanpa gambar dan tabel, berkisar antara 2500 5000 kata.
c. Artikel disusun dengan struktur judul, abstrak, kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan
pembahasan, kesimpulan, daftar singkatan (jika ada), competing interest (jika ada), informasi kontribusi
tentang pengarang, acknowledgements, daftar pustaka, gambar dan ilustrasi, dan tabel.
d. Naskah disertai abstrak berbahasa Inggris dan Indonesia tidak lebih dari 250 kata.
e. Literatur yang digunakan tidak lebih dari 30 literatur dengan derajat kemuktahiran bahan yang diacu
dengan melihat proporsi terbitan 10 tahun terakhir mencapai setidaknya 70%.
f. Jumlah tabel dan gambar tidak lebih dari 5 buah.
2. ARTIKEL REVIEW
a. Naskah berupa kajian literatur, kajian sistematik (systematic review), dan kajian kritis kebijakan
b. Panjang naskah, tanpa gambar dan tabel, berkisar antara 1500 3000 kata.
c. Artikel disusun dengan struktur judul, abstrak, kata kunci, pendahuluan, sub judul sub judul (sesuai
kebutuhan),penutup ( dapat berupa kesimpulan dan saran atau simpulan saja, daftar singkatan (jika ada),
competing interest (jika ada), informasi tentang pengarang, acknowledgements, daftar pustaka, gambar
dan ilustrasi, dan tabel.
d. Naskah disertai abstrak berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia baik tulisan yang berbahasa Inggris
maupun tulisan berbahasa Indonesia dengan bentuk terstruktur (backgrounds, literature review, methods,
conclusion) dan disertai kata kunci (key words) minimal 4 kata. Abstrak tidak lebih dari 250 kata.
e. Literatur yang digunakan tidak dibatasi dengan derajat kemuktahiran bahan yang diacu dengan melihat
proporsi terbitan 10 tahun terakhir mencapai setidaknya 80%.
f. Jumlah tabel dan gambar tidak lebih dari 2 buah.
g. Jumlah kepustakaan minimal 10 buah dengan sumber jurnal >60%.
h. Halaman maksimal sebanyak 15 halaman dan minimal 7 Halaman.
3. STUDI KASUS
a. Naskah berupa kajian literatur, kajian sistematik (systematic review), dan kajian kritis kebijakan
b. Panjang naskah, tanpa gambar dan tabel, berkisar antara 1500 3000 kata.
c. Artikel disusun dengan struktur judul, abstrak, kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan
pembahasan, kesimpulan, daftar singkatan (jika ada), competing interest (jika ada), informasi tentang
pengarang, acknowledgements, daftar pustaka, gambar dan ilustrasi, dan tabel.
d. Naskah disertai abstrak berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia baik tulisan yang berbahasa Inggris
maupun tulisan berbahasa Indonesia dengan bentuk terstruktur (backgrounds, literature review, methods,
conclusion) dan disertai kata kunci (key words) minimal 4 kata. Abstrak tidak lebih dari 250 kata.
e. Literatur yang digunakan tidak dibatasi dengan derajat kemuktahiran bahan yang diacu dengan melihat
proporsi terbitan 10 tahun terakhir mencapai setidaknya 50%.
f. Jumlah tabel dan gambar tidak lebih dari 2 buah.

4. RESENSI
a. Review buku, web-site, cd-rom, yang relevan dengan permasalahan perkembangan terkini bidang
kedokteran dan profesi kesehatan yang lain.
b. Panjang naskah 400-1000 kata.
c. Badan tulisan harus memuat: alasan (background), deskripsi isi, analisis, kesimpulan, referensi singkat.
5. KORESPONDENSI
a. Tanggapan atas suatu naskah Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia pada edisi sebelumnya atau
gagasan-gagasan orisinil dari pembaca.
b. Panjang naskah 250-750 kata.
c. Maksimal 6 referensi.

ACUAN UMUM
a. Menyertakan surat penyataan bahwa hasil penelitian merupakan hasil penelitian yang bersangkutan
dan disetujui semua yang namanya tercantum sebagai penulis.
b. Menyertakan surat pernyataan bahwa naskah yang dikirim belum pernah dan tidak sedang dalam
proses untuk publikasi, serta tidak akan dipublikasikan di tempat lain dalam bentuk cetakan.
c. Menyertakan surat pernyataan BUKAN PLAGIAT dan bertanggungjawab apabila ada tuntutan
plagiarisme dari ilmuwan lain.
d. Menyertakan ethical clearance dari komisi etik yang bersangkutan, terutama untuk penelitian yang
melibatkan manusia sebagai sasaran dan tujuan penelitian.
e. Karangan berupa ketikan komputer, menggunakan perangkat lunak yang umum (MS Word) dan
diserahkan dalam bentuk elektronik (melalui email atau flashdisk) maupun print out . Karangan diketik
dengan spasi 1.5 cm pada ukuran kertas A4 serta tidak bolak-balik (1 kolom).
f. Judul karangan tidak melebihi 12 kata yang menggunakan Bahasa Indonesia, 10 kata yang menggunakan
Bahasa Inggris dan harap disertai ringkasan judul untuk kepala halaman (header).
g. Abstrak ditulis maksimal 250 kata.
h. Nama pengarang tidak disertai gelar, disertai asal instansi serta alamat korespondensi, nomer
telponberikut alamat email.
i. Tabel dan ilustrasi harus diberi judul dan keterangan yang cukup, sehingga tidak tergantung pada teks.
Judul tabel diletakkan diatas tabel. Judul gambar diletakkan di bawah gambar.
j. Penulisan rujukan memakai sistem nomor (Vancouver style, dapat dilihat sebagai berikut..) sesuai
dengan urutan penampilan dalam karangan. Misal:
sudah pernah dilaporkan1.
..Menurut Sardjito2.
.. Winstein and Swartz3..pernah melakukan.
oleh Avon et al4..
k. Para pengarang diharapkan sedapat mungkin mengikuti Index Medicus dan Index of Indonesian Learned
Periodicals (PDIN 1974) untuk singkatan nama berkala.
l. Mencantumkan alamat korespondensi yang jelas berikut alamat email.
m. Naskah disertai abstrak berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia baik tulisan yang berbahasa Inggris
maupun tulisan berbahasa Indonesia dengan bentuk terstruktur (backgrounds, literature review, methods,
conclusion) dan disertai kata kunci (key words) minimal 4 kata. Abstrak tidak lebih dari 250 kata.
PANDUAN KHUSUS PENULISAN
1.
2.
3.
4.
5.

1. HASIL PENELITIAN EMPIRIK (ARTIKEL ASLI)


ARTIKEL REVIEW
STUDI KASUS
RESENSI
KORESPONDENSI

FORMAT PENULISAN KEPUSTAKAAN


Buku dengan 1 6 pengarang
1. Moore KL, Dalley AF, Agur AM. Clinically oriented anatomy. 6th ed. Maryland: Lippincott Williams &
Wilkins; 2009.
2. RohenJW, Lutjen-Drecoll E, Yokochi C. Color atlas of anatomy: a photographic study of the human body.
7th ed. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
Buku dengan > 6 pengarang
3. Phillips H, Rogers B, Bernheim KL, Liu H, Hunter PG, Evans J, et al. Community medicine in action. New
York: Eastern Press; 2005.
e-Book
4. Field T. American Psychological Association. Complementary and alternative therapies research
[Internet]. Washington, D.C.: American Psychological Association; 2009 [cited 2010 Mar 3]. Available from:
American Psychological Association.
5. Dempsey J, French J, Hillege S, Wilson V, Taylor CR, Lillis C, et al. Fundamendals of nursing and
midwifery: a person-centered approach to care [Internet]. 1st ed. Broadway (NSW): Lippincott Williams &
Wilkins; 2009 [cited 2009 Sep 18]. Available from: Books@Ovid

Bab atau Bagian dari Buku atau editored book

Setiap bab atau bagian harus ditulis secara terpisah, jika dari satu buku mengambil dari beberapa bab
atau bagian yang berbeda
Ditulis dengan cara menuliskan penulis dan judul bab atau bagian yang diacu diikuti In: dan informasi
keseluruhan buku
Dibelakang nama-nama editor ditulis kata editor(s)
Aturan terkait dengan jumlah pengarang, sumber berasal dari material non cetak mengikuti aturan
umum
Bab dengan pengarang
6. Curtis TC. The nervous system. In: Rubin R, Strayer DS, editors. Rubin's pathology: clinic pathologic
foundations of medicine. 5th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
Bab tanpa pengarang
7. Normal anatomy of the chest. In: Collins J, Stern EJ, editors. Chest radiology: the essentials [Internet].
2nd ed. Philadelphia (PA): Lippincott Williams & Wilkins; 2008 [cited 2009 Apr 6]. Available from:
Books@Ovid

Jurnal
Petunjuk Umum
1. Aturan penulisan nama sama dengan aturan dalam penulisan nama di bagian BUKU
2. Judul artikel jurnal tidak dikapitalisasi kecuali pada kata-kata yang memang diatur untuk menggunakan
huruf kapital, contoh: Adenoidectomy in children with recurrent upper respiratory infections
3. Judul jurnal harus disingkat, daftar singkatan jurnal dapat dilihat di www.nlm.nih.gov/tsd/serials/lji.html
atau http://www.bioscience.org/atlases/jourabbr/list.htm dan tidak dimiringkan. Tata cara penyingkatan
nama jurnal dapat diakses di http://www.nlm.nih.gov/pubs/facsheets/constructitle.html
4. Penulisan halaman yang berurutan dapat dituliskan dengan memotong bagian yang sama, contoh:
halaman 81 89 ditulis 81-9, 1120 1145 ditulis 1120-45
5. Perhatikan tanda baca yang digunakan untuk memisahkan antar informasi: a. Nama pengarang diikuti
dengan titik ( . )
b. Judul artikel diikuti dengan titik ( . )
c. Judul jurnal diikuti dengan titik ( . )
d. Tahun atau periode penerbitan diikuti dengan titik koma ( ; )
e. Volume dan edisi jurnal ditulis tanpa spasi, isu ditulis dalam tanda kurung ( () ), diikuti dengan tanda
titik dua ( : )
f. Halaman diikuti dengan tanda titik ( . )
g. Informasi media dan tanggal akses untuk sumber non cetak ditulis didalam tanda [ ]
6. Untuk e-journal dituliskan tanggal aksesnya dengan aturan [cited tahunbulan (singkatan 3 huruf awal)
tanggal] , contoh: e-journal diakses tanggal 22 Oktober 2010 ditulis [cited 2010 Oct 22]

Pola umum
Nama pengarang.Judul artikel.Judul jurnal.Tahun terbit;Volume(isu):halaman.
D'Eon M, Proctor P, Bassendowski S, Udahl B. Effective programmatic tutor training for interprofessional
problem-based learning. J of Fac Dev. 2009;23(3):20-5.
Nama pengarang.Judul artikel.Judul jurnal[Internet].Tahun terbit[tanggal
akses];Volume(isu):halaman.Available from:alamat unduh atau URL
Dolmans DH, Janssen-Noordman, Wolfhagen HA. Can students differentiates between PBL tutors with
different tutoring deficiencies?. Med Teach [Internet]. 2006 [cited 2011 Sep 4];28(6):e156-e161. Available
from: Informa Healtcare.

Artikel jurnal cetak


1 6 pengarang
1. Resch KD. Postmortem inspection for neurosurgery: a training model for endoscopic dissection
technique. Neurosurg Rev. 2002;25(1-2):79-88.
>6 pengarang
2. Bermudez JR, Buess G, Waseda M, Gacek I, Garcia FB, Manukyan GA, et al. Laparoscopic intracorporal
colorectal sutured anastomosis using the Radius Surgical System in a phantom model. Surg Endosc.
2009;23(7):1624-32.
Tanpa pengarang
3. Pelvic floor exercise can reduce stress incontinence. Health News. 2005 Apr;11(4):11.

Organisasi sebagai pengarang


4. Parkinson Study Group. A randomized placebo-controlled trial of rasagiline in levodopa-treated patients
with Parkinson disease and motor fluctuations: the PRESTO study. Arch Neurol. 2005 Feb;62(2):241-8.
Isu dengan suplemen
5. Mastri AR. Neuropathy of diabetic neurogenic bladder. Ann Intern Med. 1980;92(2 pt 2):316-8.
Volume dengan suplemen
6. Frumin AM, Nussbaum J, Esposito M. Functional aspensia: demonstration of splenic activity by bone
marrow scan. Blood. 1979;59 Suppl 1:26-32.
Artikel akan terbit (in press or forthcoming)
7. Laking G, Lord J, Fischer A. The economics of diagnosis. Health Econ. Forthcoming 2006

Artikel jurnal online


Internet
8. Re III VL, Gluckman SJ. Fever in the returned traveler. Am FamPhysician [Internet]. 2003 [cited 2011 Sep
22];68:1343-50. Available from: http://www.aafp.org/afp/2003/1001/p1343.pdf.
Database yang dilanggan perpustakaan
9. Johansen MA, Henriksen E, Berntsen G, Horsch A. Electronic symptom reporting by patients: a literature
review. Stud Health Technol Inform [Internet]. 2011 [cited 2011 Sep 8];169:13-7. Available from: Pubmed

Sumber Lain
Dokumen dari internet
10. Neithercott T. The importance of breakfast [document on the internet]. American diabetes
association; 2011 [cited 2011 Sep 10]. Available from: http://forecast.diabetes.org/magazine/foodthought/theimportancebreakfast/?utm_source=Homepage&utm_medium=FeatureSlider1&utm_content=forecastbreakfast-sept2011&utm_campaign=DF
11. British thoracic society and scottish intercollegiate guidelines network. British guideline on the
management of asthma: quick reference guide [document on the internet]. British thoracic society; 2011
[cited 2011 Sep 17]. Available from: http://www.britthoracic.org.uk/Portals/0/Clinical%20Information/Asthma/Guidelines/qrg101%202011.pdf
12. Diabetes Australia. Diabetes management in general practice: guidelines for type 2 diabetes
[document on the internet]. 17th ed. The Royal Australian College of General Practitioner; 2011 [cited 2011
Sep 18]. Available from:
http://www.diabetesaustralia.com.au/PageFiles/763/Diabetes%20Management%20in%20General%20Pra
ctice%202011-12.pdf
Koran
Tanpa pengarang
13. Cacat bawaan: tim dokter pasang selaput pelindung jantung. Kompas. 2011 Sep 22; 13.
Dengan pengarang
14. Pabottingi M. Munir dalam kerangka keindonesiaan. Kompas. 2011 Sep 22; 6.
Internet
15. Berhenti merokok ampuh membuat emosi lebih 'adem'. Republika.co.id [Internet]. 2011 [cited 2011
Sep 21] Sep 21. Available from: http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/infosehat/11/09/21/lrv4ue-berhenti-merokok-ampuh-membuat-emosi-lebih-adem
Thesis
16. Sari SM. Hubungan antara hasil ujian tulis dan ujian praktik keterampilan komunikasi pada mahasiswa
tahun pertama di Fakultas Kedokteran UNJANI [dissertation]. Yogyakarta (Indonesia): Universitas Gadjah
Mada; 2010.
A.

Calibri font 9

Tiwuk S | Enzymes Function in Metabolism

Font 12, Bold, [ ARTIKEL REVIEW ]


Putih,
Highlight
ENZYMES
hitam
Afiliasi lengkap,
pisah dgn koma,
font 10.
Judul dan Isi
abstrak font 9
bahasa
inggris ITALIC
Keywords
sesuai alfabet

Judul dan Isi


abstrak font 9
bahasa
indonesia
tanpa ITALIC

Jarak 1 cm

<Spasi 1 font 12>

FUNCTIONS IN METABOLISM
<Spasi 1 font 12>
Tiwuk Susantiningsih

Judul Font 16 Calibri bold

Nama lengkap, font 12 bold

Division of Biochemistry and Biomolecular, Faculty of Medicine, Universitas Lampung


<spasi 1 font 10>

Abstract
Metabolism is a bunch of chemical reactions that occur in living beings to care for survival. In the process required a
biokatalisator enzyme metabolism. The use of enzymes has been utilized extensively in the field of POSITION and
wellness. Exploiting enzyme broad as the use of enzymes as diagnostic tools, such as the use of enzymes as a marker
marker damage or death of the enzyme alanine aminotransferase networks such as hepatitis virus infection
markers. The use of enzymes as a treatment on enzyme abnormalities such as hemophilia, utilization of enzymes as
targets of treatment with angiotensin II enzymes modify the work, such as in hypertension. Inhibition of the enzyme
in the biosynthesis of purine and pirimidin also be used as a cancer therapy because of mitotic cancer cells also
require purine bases and pirimidin, which will not be formed if the enzyme is inhibited, causing the growth of cancer
cells will be inhibited.
sesuaikan
<Spasi 1 font 9>
Keywords: cancer, enzim, metabolisme,, theraphy
<spasi 1 font 9>
Abstrak
Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan
hidup. Dalam proses metabolisme diperlukan suatu biokatalisator enzim. Penggunaan enzim secara luas sudah
dimanfaatkan dalam bidang tehnologi dan kesehatan. Pemanfaatan enzim secara luas seperti penggunaan enzim
sebagai alat diagnosis, seperti penggunaan enzim sebagai suatu marker penanda kerusakan atau kematian jaringan
seperti enzim alanin aminotransferase sebagai penanda infeksi virus hepatitis. Penggunaan enzim sebagai
pengobatan pada kelainan enzim seperti hemofilia, pemanfaatan enzim sebagai sasaran pengobatan dengan
memodifikasi kerja enzim angiotensin II, seperti pada hipertensi. Penghambatan enzim pada biosintesis purin dan
pirimidin juga dapat digunakan sebagai terapi kanker karena mitosis sel sel kanker juga memerlukan basa purin dan
pirimidin, yang tidak akan terbentuk jika enzimnya dihambat sehingga menyebabkan pertumbuhan sel kanker akan
dihambat.
<spasi 1 font 9>
Bila ada alamat korespondensi
Kata kunci: enzim, kanker, metabolisme, tearpi
lengkap, cantumkan, bila tidak
<Spasi 1 font 9>
...
tidak dicantumkan.
Korespondensi : Tiwuk Susantiningsih | alamatemail@blabla.com

<spasi 1 font 12>


<Spasi 1 font 12>
Pendahuluan

Bila abstrak sedikit isi bisa dalam 1 halaman abstrak,


dengan pendahuluan di luar kolom 2

J MAJORITY | Volume 1 Nomor 1 | Juni 2014 |

Tiwuk S | Enzymes Function in Metabolism

Calibri font 12

Setelah
pendahulu
an
langsung
masuk
bagian isi.
Subjudul
isi

Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia, di mana hampir semua
enzim adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul yang mengawali reaksi disebut
substrat, sedangkan hasilnya disebut produk. Cara kerja enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia
substansi lain tidak merubah atau merusak reaksi ini.1
<spasi 1 font 12>
DISKUSI
Peran enzim dalam metabolisme
<spasi 1 font 12>
Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup. Reaksi-reaksi ini meliputi sintesis molekul besar menjadi molekul
yang lebih kecil (anabolisme) dan penyusunan molekul besar dari molekul yang lebih kecil
Calibritersebut
font 9 antara lain respirasi, glikolisis, fotosintesis pada
(katabolisme). Beberapa reaksi kimia
tumbuhan, dan sintesis protein. Dengan mengikuti ketentuan bahwa suatu reaksi kimiaJarak
akan1 cm
berjalan lebih cepat dengan adanya asupan energi dari luar (umumnya pemanasan), maka
seyogyanya reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia harus diikuti dengan pemberian
panas dari luar. Sebagai contoh adalah pembentukan urea yang semestinya membutuhkan suhu
ratusan derajat celcius dengan katalisator logam, hal tersebut tidak mungkin terjadi di dalam
suhu tubuh fisiologis manusia, sekitar 37 C.2
Adanya enzim yang merupakan katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi tersebut
berjalan dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan dalam menurunkan energi
aktivasi menjadi lebih rendah dari yang semestinya dicapai dengan pemberian panas dari luar.
Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak mengubah G reaksi
(selisih antara energi bebas produk dan reaktan), sehingga dengan demikian kerja enzim tidak
berlawanan dengan Hukum Hess 1 mengenai kekekalan energi. Selain itu, enzim menimbulkan
pengaruh yang besar pada kecepatan reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. 2
Reaksi-reaksi yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di bawah kondisi
laboratorium normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruh enzim di
dalam tubuh.
Contoh penggunaan enzim sebagai reagen adalah sebagai berikut: 3
1. Uricase yang berasal dari jamur Candida utilis dan bakteri Arthobacter globiformis dapat
digunakan untuk mengukur asam urat.
2. Pengukuran kolesterol dapat dilakukan dengan bantuan enzim kolesterol-oksidase yang
dihasilkan bakteri Pseudomonas fluorescens.
3. Pengukuran alkohol, terutama etanol pada penderita alkoholisme dan keracunan alkohol
dapat dilakukan dengan menggunakan enzim alkohol dehidrogenase yang dihasilkan oleh
Saccharomyces cerevisciae, dan lain-lain. 4
<spasi 1 font 12>
Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia
<spasi 1 font 12>
Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja dengan memperlihatkan
reagensia lain dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak. Senyawa yang dilacak dan diukur
sama sekali bukan substrat yang khas bagi enzim yang digunakan. Selain itu, tidak semua
senyawa memiliki enzimnya, terutama senyawa-senyawa sintetis. Oleh karena itu, pengenalan
terhadap substrat dilakukan oleh antibodi. Adapun dalam hal ini enzim berfungsi dalam
memperlihatkan keberadaan reaksi antara antibodi dan antigen. Contoh penggunaannya adalah
sebagai berikut: 5
1. Pada teknik imunoenzimatik ELISA (Enzim Linked Immuno Sorbent Assay), antibodi
mengikat senyawa yang akan diukur, lalu antibodi kedua yang sudah ditandai dengan
enzim akan mengikat senyawa yang sama. Kompleks antibodi-senyawa-antibodi ini lalu
direaksikan dengan substrat enzim, hasilnya adalah zat berwarna yang tidak dapat
diperoleh dengan cara imunosupresi biasa. Zat berwarna ini dapat digunakan untuk
menghitung jumlah senyawa yang direaksikan. Enzim yang lazim digunakan dalam teknik
ini adalah peroksidase, fosfatase alkali, glukosa oksidase, amilase, galaktosidase, dan
asetil kolin transferase.
2. Pada teknik EMIT (Enzim Multiplied Immunochemistry Test), molekul kecil seperti obat
atau hormon ditandai oleh enzim tepat di situs katalitiknya, menyebabkan antibodi tidak
J MAJORITY | Volume 1 Nomor 1 | Juni 2014 |

Tiwuk S | Enzymes Function in Metabolism

dapat berikatan dengan molekul (obat atau hormon) tersebut. Enzim yang lazim
digunakan dalam teknik ini adalah lisozim, malat dehidrogenase, dan gluksa-6-fosfat
dehidrogenase.
<spasi 1 font 12>
Pemanfaatan enzim sebagai alat diagnosis
<spasi 1 font 12>
Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok:
1. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau organ akibat penyakit
tertentu.
Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan mengikuti prinsip bahwasanya
secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di cairan ekstrasel dalam jumlah yang
signifikan. Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim yang berada di cairan ekstrasel.
Keberadaan ini diakibatkan adanya sel yang mati dan pecah sehingga mengeluarkan isinya
(enzim) ke lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikir dan tetap. Apabila enzim
intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar dari yang seharusnya, atau
mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan terjadi kematian
(yang diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya membran) sel secara besar-besaran. Kematian sel
ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti keracunan bahan kimia (yang merusak tatanan
lipid bilayer), kerusakan akibat senyawa radikal bebas, infeksi (virus), berkurangnya aliran darah
sehingga lisosom mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-enzimnya, atau terjadi perubahan
komponen membrane sehingga sel imun tidak mampu lagi mengenali sel-sel tubuh dan sel-sel
asing, dan akhirnya menyerang sel tubuh (penyakit autoimun) dan mengakibatkan kebocoran
membrane.
Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu kerusakan jaringan adalah sebagai
berikut: 6
a. Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya gangguan perfusi darah ke
glomerulus ginjal, sehingga renin akan menghasilkan angiotensin II dari suatu protein
serum yang berfungsi untuk menaikkan tekanan darah
b. Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT serum) hingga mencapai seratus kali
lipat (normal 1-23 sampai 55U/L) menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis,
peningkatan sampai dua puluh kali dapat terjadi pada penyakit mononucleosis infeksiosa,
sedangkan peningkatan pada kadar yang lebih rendah terjadi pada keadaan alkoholisme.
c. Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim dari tripsin) hingga empat ratus kali
menunjukkan adanya pankreasitis akut, dan lain-lain.
2. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis
Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi bahan untuk mencari petanda
(marker) suatu senyawa. Dengan memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa petanda
yang dicari dapat diketahui dan diukur berapa jumlahnya. Kelebihan penggunaan enzim sebagai
suatu reagensia adalah pengukuran yang dihasilkan sangat khas dan lebih spesifik dibandingkan
dengan pengukuran secara kimia, mampu digunakan untuk mengukur kadar senyawa yang
jumlahnya sangat sedikit, serta praktis karena kemudahan dan ketepatannya dalam mengukur. 5
<spasi 1 font 12>
Pemanfaatan enzim di bidang pengobatan
<spasi 1 font 12>
Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi penggunaan enzim sebagai obat,
pemberian senyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu enzim dengan demikian suatu efek
tertentu dapat dicapai (enzim sebagai sasaran pengobatan), serta manipulasi terhadap ikatan
protein-ligan sebagai sasaran pengobatan. 2
Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian enzim untuk
mengatasi defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia untuk mengkatalis
rekasi-reaksi tertentu. Berdasarkan lamanya pemberian enzim sebagai pengobatan, maka
keadaan defisiensi enzim dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keadaan defisiensi enzim yang
bersifat sementara dan bersifat menetap. Contoh keadaan defisiensi enzim yang bersifat
sementara adalah defisiensi enzim-enzim pencernaan. Seperti yang diketahui, enzim-enzim
pencernaan sangat beragam, beberapa di antaranya adalah protease dan peptidase yang
mengubah protein menjadi asam amino, lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak,
J MAJORITY | Volume 1 Nomor 1 | Juni 2014 |

10

Tiwuk S | Enzymes Function in Metabolism

karbohidrase yang mengubah karbohidrat seperti amilum menjadi glukosa serta nuklease yang
mengubah asam nukleat menjadi nukleotida. Adapun defisiensi enzim yang bersifat menetap
menyebabkan banyak kelainan, yang biasanya juga disebut sebagai kelainan genetik mengingat
enzim merupakan protein yang ditentukan oleh gen. Contoh kelainan akibat defisiensi enzim
antara lain adalah hemofilia. Hemofilia adalah suatu keadaan di mana penderita mengalami
kesulitan penggumpalan darah (cenderung untuk pendarahan) akibat defisiensi enzim-enzim
terkait penggumpalan darah. 2
Saat ini telah diketahui ada tiga belas faktor, sebagian besar adalah protease dalam
bentuk proenzim, yang diperlukan dalam proses penggumpalan darah. Pada penderita hemofilia,
terdapat gangguan/defisiensi pada faktor VIII (Anti-Hemophilic Factor), faktor IX, dan faktor XI.
Kelainan ini dapat diatasi dengan transfer gen yang mengkode faktor IX. Diharapkan gen
tersebut dapat mengkode enzim-enzim protease yang diperlukan dalam proses penggumpalan
darah. 1
<spasi 1 font 12>
Enzim sebagai sasaran pengobatan
<spasi 1 font 12>
Enzim sebagai sasaran pengobatan merupakan terapi di mana senyawa tertentu
digunakan untuk memodifikasi kerja enzim, sehingga dengan demikian efek yang merugikan
dapat dihambat dan efek yang menguntungkan dapat dibuat. Berdasarkan sasaran pengobatan,
dapat dibagi menjadi terapi di mana enzim sel individu menjadi sasaran dan terapi di mana enzim
bakteri patogen yang menjadi sasaran. 7
Pada terapi di mana enzim sel individu sebagai sasaran kinerja terapi, digunakan senyawasenyawa untuk mempengaruhi kerja suatu enzim sebagai penghambat bersaing. Contoh penyakit
yang dapat diobati dengan terapi ini adalah: 8
a. Diabetes Melitus. Pada penyakit Diabetes Melitus, senyawa yang diinduksikan adalah
akarbosa (acarbose), di mana akarbosa akan bersaing dengan amilum makanan untuk
mendapatkan situs katalitik enzim amilase (pankreatik -amilase) yang seyogyanya akan
mengubah amilum menjadi glukosa sederhana. Akibatnya reaksi tersebut akan terganggu,
sehingga kenaikan gula darah setelah makan dapat dikendalikan.
b. Penumpukan cairan. Enzim anhidrase karbonat merupakan enzim yang mengatur
pertukaran H dan Na di tubulus ginjal, di mana H akan terbuang keluar bersama urine,
sedangkan Na akan diserap kembali ke dalam darah. Adalah senyawa turunan
sulfonamida, yaitu azetolamida yang berfungsi menghambat kerja enzim tersebut secara
kompetitif sehingga pertukaran kation di tubulus ginjal tidak akan terjadi. Ion Na akan
dibuang keluar bersama dengan urine. Sifat ion Na yang higroskopis menyebabkan air
akan ikut keluar bersamaan dengan ion Na; hal ini membawa keuntungan apabila terjadi
penumpukan cairan bebas di ruang antar sel (udem). Dengan kata lain senyawa
azetolamida turut berperan dalam menjaga kesetimbangan cairan tubuh.
c. Pengendalian tekanan darah diatur oleh enzim renin-EKA dan angiosintase. Enzim reninEKA berperan dalam menaikkan tekanan darah dengan menghasilkan produk angiotensin
II, sedangkan angiosintase bekerja terbalik dengan mengurangi aktivitas angiotensin II.
Untuk menghambat kenaikan tekanan darah, maka manipulasi terhadap kerja enzim
khususnya EKA dapat dilakukan dengan pemberian obat penghambat EKA (ACE Inhibitor).
d. Mediator radang prostaglandin yang dibentuk dari asam arakidonat melibatkan dua
enzim, yaitu siklooksigenase I dan II (COX 1 dan COX II). Ada obat atau senyawa tertentu
yang mempengaruhi kinerja COX 1 dan COX II sehingga dapat digunakan untuk
mengurangi peradangan dan rasa sakit. 9
e. Dengan menggunakan prinsip pengaruh senyawa terhadap enzim, maka enzim yang
berfungsi untuk memecah AMP siklik (cAMP) yaitu fosfodiesterase (PD) dapat dihambat
oleh berbagai senyawa, antara lain kafein (trimetilxantin), teofilin, pentoksifilin, dan
sildenafil. Teofilin digunakan untuk mengobati sesak nafas karena asma, pentoksifilin
digunakan untuk menambah kelenturan membran sel darah merah sehingga dapat
memasuki relung kapiler, sedangkan sildenafil menyebabkan relaksasi kapiler di daerah
penis sehingga aliran darah yang masuk akan bertambah dan tertahan untuk beberapa
saat. 10
J MAJORITY | Volume 1 Nomor 1 | Juni 2014 |

11

Tiwuk S | Enzymes Function in Metabolism

Penyakit kanker merupakan penyakit sel ganas yang harus dicegah penyebarannya. Salah
satu cara untuk mencegah penyebarannya adalah dengan menghambat mitosis sel ganas.
Seperti yang diketahui, proses mitosis memerlukan pembentukan DNA baru (purin dan
pirimidin). Pada pembentukan basa purin, terdapat dua langkah reaksi yang melibatkan
formilasi (penambahan gugus formil) dari asam folat yang telah direduksi. Reduksi asam
folat ini dapat dihambat oleh senyawa ametopterin sehingga sintesis DNA menjadi tidak
berlangsung. Selain itu penggunaan azaserin dapat menghambat biosintesis purin yang
membutuhkan asam glutamate. 6-aminomerkaptopurin juga dapat menghambat
adenilosuksinase sehingga menghambat pembentukan AMP (salah satu bahan DNA).
g. Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian obat anti-depresi (senyawa) inhibitor
monoamina oksidase (MAO inhibitor) dapat menghambat enzim monoamina oksidase
yang mengkatalisis oksidasi senyawa amina primer yang berasal dari hasil dekarboksilasi
asam amino. Enzim monoamina oksidase sendiri merupakan enzim yang mengalami
peningkatan jumlah ada sel susunan saraf penderita penyakit kejiwaan.
Pada terapi di mana enzim mikroorganisme yang menjadi sasaran kerja, digunakan prinsip
bahwa enzim yang dibidik tidak boleh mengkatalisis reaksi yang sama atau menjadi bagian dari
proses yang sama dengan yang terdapat pada sel pejamu. Hal ini bertujuan untuk melindungi sel
pejamu, sekaligus meningkatkan spesifitas terapi ini. Karena yang dibidik adalah enzim
mikroorganisme, maka penyakit yang dihadapi kebanyakan adalah penyakit-penyakit infeksi.
Contoh terapi dengan menjadikan enzim mikroorganisme sebagai sasaran kerja antara lain: 8
a. Pada penyakit tumor, sel tumor dapat dikendalikan perkembangannya dengan
menghambat mitosisnya. Mitosis sel tumor membutuhkan DNA baru (purin dan pirimidin
baru). Proses ini membutuhkan asam folat sebagai donor metil yang dapat dibuat oleh
mikroorganisme sendiri dengan memanfaatkan bahan baku asam p-aminobenzoat
(PABA), pteridin, dan asam glutamat. Suatu analog dari PABA, yaitu sulfonamida dan
turunannya dapat dimanfaatkan untuk menghambat pemakaian PABA untuk membentuk
asam folat.
b. Penggunaan antibiotika, yaitu senyawa yang dikeluarkan oleh suatu mikroorganisme di
alam bebas dalam rangka mempertahankan substrat dari kolonisasi oleh mikroorganisme
lain dalam memperebutkan sumber daya, juga berperan dalam terapi. Contohnya adalah
penisilin, suatu antibiotik yang menghambat enzim transpeptidase yang mengkatalisis
dipeptida D-alanil D-alanin sehingga peptidoglikan di dinding sel bakteri tidak terbentuk
dengan sempurna. Bakteri akan rentan terhadap perbedaan tekanan osmotik sehingga
gampang pecah.
c. Perbedaan mekanisme sintesis protein antara mikroorganisme dan sel pejamu juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu prinsip terapi. Penggunaan antibiotika tertentu dapat
menghambat sintesis protein pada mikroorganisme. Contohnya antara lain:
a. Tetrasiklin yang menghambat pengikatan asam amino-tRNA pada situs inisiator subunit
30S dari ribosom sehingga asam amino tidak dibawa oleh tRNA.
b. Streptomisin yang berikatan langsung dengan subunit 50S dari ribosom sehingga laju
sintesis protein berkurang dan terbentuk protein yang tidak semestinya akibat kesalahan
baca kodon mRNA.
c. Kloramfenikol yang menyaingi mRNA untuk duduk di ribosom
d. Neomisin B yang mengubah pengikatan asam amino-tRNA ke kompleks mRNA ribosom.
Interaksi protein-ligan sebagai sasaran pengobatan.
<spasi 1 font 12>
SIMPULAN
Pengobatan dengan sasaran interaksi protein-ligan mengacu kepada prinsip interaksi
sistem mediator-reseptor, di mana apabila mediator disaingi oleh molekul analognya sehingga
tidak dapat berikatan dengan reseptor, sehingga efek dari mediator tersebut tidak terjadi.
Contoh pengobatan dengan menjadikan interaksi protein-ligan sebagai sasarannya antara lain:
a. Pengendalian tekanan darah yang diatur oleh hormon adrenalin. Reseptor yang terdapat
pada hormon adrenalin, yaitu -reseptor dan -reseptor dapat dihambat oleh senyawasenyawa yang berbeda. Penghambatan pada -reseptor dapat menimbulkan efek
pelemasan otot polos dan penurunan detak jantung. Obat-obatan yang bekerja dengan
cara tersebut dikenal sebagai -blocker.
f.

J MAJORITY | Volume 1 Nomor 1 | Juni 2014 |

12

Tiwuk S | Enzymes Function in Metabolism

b. Penggunaan antihistamin untuk tujuan tertentu. Histamin merupakan turunan asam amino
histidin yang berperan sangat luas, mulai dari neuromediator, mediator radang pada
kapiler, meningkatkan pembentukan dan pengeluaran asam lambung HCl, kontraksi otot
polos di bronkus, dan lain-lain. Tidak jarang ketika misalnya terjadi peradangan yang
memicu pengeluaran histamin, terjadi efek-efek lain seperti sakit perut dan lain-lain. Untuk
itu dikembangkan senyawa spesifik yang mampu bekerja sebagai pesaing histamin, yaitu
antihistamin. Dengan adanya antihistamin ini, maka respon yang ditimbulkan akibat kerja
histamin dapat ditekan.
<Spasi 1 font 12>
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.

th

Campbell N, Reece J, Mitchell L. Biologi. 5 ed. Jakarta: Erlangga; 2002. p. 98-9. (Biologi; vol 1).
Gilman A. The Mechanism of Diuretic Action of of the Carbonic Anhydrase Inhibitors [serial online] 2006 Dec 19
[cited 2009 Mar 24];71(Chlorothiazide and Other Diuretic Drugs):[355-62]. Available from:
URLhttp://www3.interscience.wiley.com/cgibin/fulltext/119770370/PDFSTART
3. Kay MA. Hepatic gene therapy for Haemophilia B. Haemophilia [serial online] 2003 Feb 6 [cited 2009 Mar
24];4(4):[389-92].Available
from:
URL:
http://www3.interscience.wiley.com/journal/119135209/abstract?CRETRY=1&SRETRY=0
4. Sadikin M. Seri biokimia: biokimia enzim. Jakarta: Widya Medika; 2002.
th
5. Saunders. Kamus saku kedokteran Dorland. 25 ed. Jakarta: EGC; 1998. p. 388.
nd
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2 ed. Jakarta: EGC;2001. p. A4-5.
7. Wikipedia The Free Encyclopaedia. Acarbose. [Online]. 2009 Feb 6 [cited 2009 March 24]; Available from:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Acarbose
8. Wikipedia The Free Encyclopaedia. Digestive enzim. [Online]. 2009 March 23 [cited 2009 March 24]; Available
from:URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Digestive_enzim
9. Wikipedia The Free Encyclopaedia. Enzim. [Online]. 2009 March 16 [cited 2009 March 23]; Available from:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Enzim
10. Wikipedia The Free Encyclopaedia. Metabolism. [Online]. 2009 March 17 [cited 2009 March 25]; Available from:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Metabolism

J MAJORITY | Volume 1 Nomor 1 | Juni 2014 |

13

Anda mungkin juga menyukai