Anda di halaman 1dari 45

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

BAB 3. PROFIL SANITASI KOTA

3.1.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga atau juga komunitas kelompok masyarakat, dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
kesehatan lingkungan, agar dapat berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan dan kegiatankegiatan
kesehatan lingkungan lainnya di masyarakat
PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang Gizi: makan beraneka ragam makanan,
minum Tablet Tambah Darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A.
Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan. Setiap
rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan.

3.1.1. TATANAN RUMAH TANGGA


PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat 1. Rumah Tangga Sehat
adalah rumah tangga yang melakukan 10 (sepuluh) PHBS di Rumah Tangga yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Sumber referensi : Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI, Jakarta, 2007, hal.2

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-1

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

6. Menggunakan jamban sehat


7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang diperoleh dari data Puskesmas yang ada di
setiap Kecamatan dapat tergambarkan bahwa 57 % rumah tangga yang dilakukan pemeriksaan sarana sanitasi
dasarnya (Jamban, Tempat sampah dan pengelolaan air limbah) diperoleh data rata-rata rumah tangga yang
memiliki sarana tersebut dengan kategori sehat 48 % dari total 191.655 KK.
Sedangkan data keluarga yang memiliki akses air bersih dari keluarga yang diperiksa 78% memiliki akses air
bersih, dan yang terbanyak memanfaatkan sumur gali (28%) dan yang terendah memanfaatkan air hujan
(0.01%) sebagai sumber air bersihnya.

3.1.2.TATANAN SEKOLAH
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun


Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
Olahraga yang teratur dan terukur
Memberantas jentik nyamuk
Tidak merokok di sekolah

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-2

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan


8. Membuang sampah pada tempatnya

3.2.

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

3.2.1. KELEMBAGAAN

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-3

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Bandar Lampung dikelola oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, namun untuk perencanaan dan pembangunan prasarana ini dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan
Umum. Selain itu juga ada pihak swasta yang terlibat juga dalam pengelolaan air limbah berupa penyedotan
lumpur tinja. Dan untuk pengelolaan sarana MCK++ dikelola langsung oleh masyarakat. Adapun matriks
keterlibatan ketiga pihak ini dalam pengelolaan air limbah dapat dilihat pada tabel berikut.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-4

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Tabel 3.3: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Peraturan pengelolaan air limbah yang menyeluruh belum ada di Kota Bandar Lampung. Peraturan yang ada
masih bersifat sanksi dan penerimaan retribusi, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4: Peta Peraturan Air limbah Domestik Kota Bandar Lampung

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-5

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

3.2.2. SISTEM DAN CAKUPAN PELAYANAN


Sistem prasarana dan sarana penanganan air limbah yang ada saat ini masih bersifat setempat (on site system),
tidak kurang dari 92,7% rumah tangga di Kota Bandar Lampung mempunyai fasilitas tempat buang air besar
sendiri dan tempat pembuangan air besar umum rata-rata 5%. Hal ini yang perlu mendapatkan perhatian adalah
masih adanya sebagian rumah tangga (2,3%) yang menggunakan tempat pembuangan air besar lainnya seperti
tempat terbuka (sungai, kebun, hutan dan pekarangan).

Tabel 3.5. Diagram Sanitasi Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Bandar Lampung (On-Site System)

Tabel 3.6. Sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kota Bandar Lampung

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-6

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

3.2.3. KESADARAN MASYARAKAT DAN PMJK


Sikap kesadaran dan pengetahuan mengenai lingkungan dari masyarakat (perhatian dan kepedulian) adalah
bagian penting dari pengelolaan lingkungan secara umum. Di Bandar Lampung, aspek ini menunjukkan potensi
yang besar untuk pengelolaan lingkungan dan pengelolaan air limbah pada khususnya. Namun, partisipasi
masyarakat untuk mencegah dan mengurangi masalah limbah masih kurang. Oleh karena itu, penting bahwa
Pemerintah Kota mengambil tindakan untuk meningkatkan inisiatif publik. Tindakan tersebut dapat mencakup
kegiatan penyusunan program terkait air limbah dan keterlibatan masyarakat dalam mengendalikan dan
memantau kegiatan pengelolaan air limbah.

Bagi masyarakat yang tinggal pada kawasan sekitar bantaran sungai dan pesisir pantai serta kawasan kumuh,
pengadaan prasarana sanitasi sangat membantu mereka dalam peningkatan kesehatan lingkungan mereka.
Program kegiatan yang dilaksanakan baik melalui pemerintah kota maupun pemerintah pusat, dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3.7: Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-7

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Sedangkan untuk pengelolaan yang berbasis masyarakat untuk sarana MCK maupun MCK++ dengan total 157
unit, kondisinya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8: Kondisi sarana MCK

Dalam peningkatan keterlibatan masyarakat, maka pemerintah kota melaksanakan program melalui Gema Tapis,
Sanimas, P2KP, PNPM, maupun NUSP. Kegiatan melibatkan peran aktif masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengelolaan. Adapaun kegiatan yang sedang berjalan dapat dilihat pada tabel berikut.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-8

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Tabel 3.9: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat

3.2.4. PEMETAAN MEDIA


Peran swasta dalam pembangunan sarana air limbah belum dipromosikan di masa lalu. Upaya di daerah ini

Tabel 3.10. Kegiatan Komunikasi yang ada di Kota Bandar Lampung

Tabel 3.11. Media Komunikasi yang ada di Kota Bandar Lampung

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-9

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Tabel 3.12. Kerjasama Terkait Sanitasi

Tabel 3.13. Daftar Mitra Potensial

3.2.5. PARTISIPASI DUNIA USAHA


Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-10

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Peran swasta dalam pembangunan sarana air limbah belum dipromosikan di masa lalu. Upaya di daerah ini
terutama di bidang kesehatan dan kebersihan adalah dalam mencuci tangan. Dukungan swasta masih terbatas
pada ceramah dan kampanye yang dilakukan oleh produsen sabun. Dana dari lembaga lain belum pernah
dieksplorasi khususnya di Bandar Lampung untuk mendukung kegiatan pengelolaan air limbah dan kegiatan
kesehatan dan kebersihan. Sebagai contoh keterlibatan PT. Cerdas Grup dalam kegiatan penyedotan lumpur
tinja, mengoperasikan vacuum truk 2 unit dan retribusi untuk membersihkan septik tank Rp 400.000 per trip. Dan
membayar kepada Pemkot sebesar Rp 4,4 juta per bulan untuk pembuangan limbah di IPLT Bakung.

Tabel 3.14. Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kota Bandar Lampung

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-11

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

3.2.6. PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN


Anggaran tahunan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah sangat tergantung pada subventions dari
pemerintah nasional dan propinsi (Tabel 3.2.). Sejak tahun 2005 hingga 2009, pendapatan internal (Pendapatan
Asli Daerah) memberikan kontribusi hanya sekitar 9% dari total penerimaan, saldo tersebut berasal dari
pemerintah pusat (86%) dan pemerintah provinsi (5%). Untuk tahun fiskal 2009, total anggaran pemerintah kota
sebesar Rp 793.500.000.000, dari yang sekitar Rp 492,0 miliar atau 61% untuk gaji personil. Dana yang tersisa
untuk operasi dan pemeliharaan (29%) dan investasi modal dan pembayaran hutang (10%).

Tabel 3.2. Ringkasan Sumber Pendapatan 2005-2009

Sumber Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Pemerintah Pusat
Pemerintah Provinsi
Total

2005
46.1
346.1
19.5
411.7

2006
45.8
517.9
31.2
595.0

2007
53.7
582.2
30.1
666.0

2008
67.7
645.9
34.4
748.0

Rp Milyar
2009
70.4
682.8
40.2
793.5

Sumber: Laporan Audit BPKP Tahun 2009

Dana Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) untuk belanja modal, operasional dan pemeliharaan (O&P)
tahunan untuk sanitasi berasal dari anggaran tahunan pemerintah kota. Berdasarkan plafon anggaran tahunan,
DKP menyiapkan program dan anggaran tahunan yang dibutuhkan yang kemudian dikonsolidasikan dalam
anggaran kota. DKP menghasilkan pendapatan dari jasa yang diberikan dan mempersiapkan target pendapatan
tahunan yang dimonitor setiap bulanan. Untuk tahun 2010 target pendapatan adalah sebesar Rp 1,64 miliar dari
biaya sampah dan Rp 0,36 miliar untuk tangki septik (total Rp 2,00 miliar), sedang total pengeluaran DKP
dianggarkan untuk tahun 2010 adalah Rp 25,23 miliar (Tabel 3.3). Sementara DKP adalah sebuah badan
menghasilkan pendapatan, tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan yang diterima dan tingkat
pengeluaran badan. Usulan anggaran tahunan badan tidak tergantung pada tingkat pendapatan (untuk tahun
2010, pendapatan ditargetkan adalah sekitar 8% dari pengeluaran anggaran) yang akan dihasilkan namun
berdasarkan alokasi pemerintah kota / prioritas kepada instansi yang berbeda dari kota. Untuk 2010, modal
investasi dianggarkan termasuk pembelian truk sampah dan gerobak (gerobak). Total alokasi anggaran DKP
hanya sekitar 3% dari total belanja kota.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-12

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Tabel 3.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja DKP - 2010

Uraian
Pendapatan
Retribusi Layanan Sampah
Retribusi Penyedotan Tanki Septik
Pembiayaan
Gaji dan Tunjangan
Operasional dan Pemeliharaan
Belanja Modal
Surplus / (Defisit)

Rp jutaan
2010
2,000
1,642
358
25,232
7,084
17,944
204
(23,232)

Sumber: Anggaran Pemkot Bandar Lampung

3.2.7. ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN MENDESAK


Masalah Teknis
a. Masalah yang berawal dari pembangunan Septik Tank atau sejenis
1. Sebagian masyarakat tidak dapat membuat septik tank atau sejenis di pekarangan mereka karena
keterbatasan luas lahan pekarangan yang mereka miliki.
2. Konstruksi tangki septik tidak standar sehingga baik kapasitas maupun kualitas pengolahan setiap
tangki menjadi sangat bervariasi dan sulit diperhitungkan.
3. Kebocoran yang terjadi pada tangki yang dibangun diatas tanah yang porous menyebabkan air limbah
merembes dari tangki. Rembesan tersebut membuat tangki tidak pernah penuh atau meluap sehingga
tidak pernah disedot lumpurnya oleh pemiliknya sementara air limbah yang merembes mengakibatkan
pencemaran pada air tanah disekitarnya.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-13

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

b. Masalah yang berawal dari kendala yang terjadi pada penyedotan Septik Tank di lapangan
1. Tidak semua Truk Tinja yang ada dapat mendekati tangki untuk melakukan penyedotan karena ukuran
lebar jalan masuk yang terlalu kecil bagi Truk Tinja yang dimiliki Kota Bandar Lampung saat ini.
2. Pada saat ini di kota Bandar Lampung belum tersedia Alat Penyedot Lumpur Tinja yang berukuran kecil
yang mampu mendekati tangki yang terletak ditepi jalan yang sempit.
c. Masalah yang berawal dari jumlah dan kondisi Truk Tinja yang tersedia
1. Pada saat Septik Tank yang ada di Kota Bandar Lampung berjumlah 157.602 buah. Apabila
pengurasan dilakukan rata-rata 2 tahun sekali, maka jumlah tangki yang harus disedot setiap hari tidak
termasuk hari besar dan hari minggu berjumlah 157.602 : 600 = 263 tangki. Karena jumlah Truk Tinja
hanya ada 4 buah, maka setiap truk harus menyedot 263 :4 = 66 tangki /hr /truk . Jumlah ini mustahil
dapat dilakukan oleh sebuah Truk Tinja.
Apabila pengurasan dilakukan rata-rata 3 tahun sekali, maka jumlah tangki yang harus disedot setiap
hari tidak termasuk hari besar dan hari minggu berjumlah 157.602 : 900 = 175 tangki. Karena jumlah
Truk Tinja hanya ada 4 buah, maka setiap truk harus menyedot 175 : 4 = 44 tangki /hr /truk. Jumlah
inipun masih mustahil dapat dilakukan oleh sebuah Truk Tinja dalam satu hari apalagi kalau kondisi
jalan ke IPLT rusak.
2. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya usia Truk Tinja sudah relatif tua sehingga efisiensi
penggunaannya sudah sangat berkurang.
d. Masalah yang berawal dari kondisi prasarana (jalan ) menuju IPLT
1. Pengangkutan Lumpur Tinja ke IPLT mengalami kendala karena, sebagaimana telah dikemukakan,
jalan menuju IPLT dalam keadaan rusak, menanjak dan sukar dilalui ketika musim hujan.
2. Di Bakung selain IPLT, terdapat juga TPA sehingga jalan menuju IPLT tidak hanya dilalui Truk Tinja saja
melainkan juga dilalui oleh Truk Sampah. Ketika musim penghujan atau ketika jalan dalam keadaan
rusak, Truk tidak dapat saling mendahului sehingga harus mengantri. Hal itu memperpanjang waktu
ritasi.
e. Masalah yang berawal dari kondisi IPLT
1. Kinerja IPLT yang ada belum optimal karena kurangnya prawatan terhadap IPLT tersebut. Lumpur yang
telah matang jarang dikuras sehingga lumpur yang dimasukkan tidak terolah dengan semestinya .
2. Sebenarnya IPLT yang ada terdiri dari 4 kompartemen yang seharusnya digunakan secara bergilir
beberapa unit yang hanya 1 ( satu ) unit. Hal ini menyulitkan upaya peratan dan perbaikan sehingga

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-14

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

memperbaikinya menjadi sulit karena tidak ada unit alternative perbaikan tidak ada upaya Bagian dari
IPLT yang rusak tidak diperbaiki.
Masalah Non Teknis
a. Masalah yang bersumber pada komitment pemerintah
Pada waktu yang lalu komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah terhadap pembangunan sanitasi
masih rendah. Belakangan ini komitment tersebut semakin hari semakin meningkat . Peningkatan tersebut
ditandai dengan peningkatan anggaran yang disediakan untuk membangun sistim sanitasi yang pada waktu
lalu lebih rendah dari anggaran yang disediakan untuk pembangunan sistim penyediaan air minum namun
pada saat sekarang telah menjadi sebaliknya. Perubahan paradigma tersebut tidak serta merta
memperbaiki kondisi sanitasi melainkan memerlukan waktu untuk memetik hasilnya.

b. Masalah yang bersumber pada kesadaran masyarakat


1. Sebagian penduduk ada yang langsung mengalirkan air limbah domestiknya dari jamban pribadi atau
jamban bersama ke badan air terdekat (bukan ke Septik-tank karena kurang memahami dampak
negatipnya. Sebagian lagi, bahkan memilih untuk tidak membangun Septik Tank bahkan jamban (tanpa
Septik Tank ) karena mereka sebagian lebih suka pergi ke tepi sungai atau laut atau tanah kosong unuk
membuang hajatnya (melakukan Buang Air Besar Sembarangan / BABS).
2. Kurangnya kemampuan membayar sebagian pemilik tangki yang lalu membiarkan tangkinya meluap.
c. Masalah yang bersumber pada kemampuan masyarakat
Terbatasnya biaya operasi dan pemeliharaan;
d. Masalah yang bersumber dari kurangnya masyarakat yang memanfaatkan lumpur tinja
Belum adanya sistem penyediaan jaringan air limbah.
e. Masalah yang bersumber pada kurangnya minat masyarakat melakukan daur ulang
Sejauh ini daur ulang hanya dilakukan masyarakat terhadap sampah onorganik yang laku dijual. Belum ada
pihak yang memanfaatkan sampah organik dan limbah domestik menjadi bahan yang berguna , misalnya
pupuk organik. Diduga faktor keuntungan secara finansiel dalam melakukan hal itu tidak menjajikan.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-15

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Salah satu dampak utama dari permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya adalah akan terus meningkatnya
tingkat pencemaran terhadap badan air penerima di sekitar sumber polusi. Namun hal itu tidak berhenti sampai
disana karena akan muncul efek berantai yang berupa:
1. Peningkatan angka yang menunjukan Kesehatan masyarakat, terutama mereka, yang menggunakan air
untuk kebutuhan sehari-hari dari sumber alam disekitarnya (bukan dari PDAM ) akan semakin rawan
terhadap penularan penyakit terutama penyakit saluan pencernaan menular yang antara lain berupa
penyakit typhus, colera, disentri, cacing dan lain-lain.
2. Sebagai dampak dari hal yang disebutkan diatas, akan muncul efek berantai sebagaimana yang telah
dikemukakan sebelumnya berupa :
tingkat mangkir dari pekerjaan yang berati juga produktifitas para pekerja yang terserang penyakit yang

sudah disebutkan diatas.


Peningkatan biaya pengobatan baik yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun yang dikeluarkan oleh

para penderita
Cacing yang berkembang disaluran pencernaan manusia terutama anak balita , akan merampas

asupan gizi mereka yang sangat mereka perlukan untuk pertumbuhan fisik dan inteligensia
3. Bagi pengelolaan PDAM, peningkatan pencemaran berarti peningkatan biaya pengolahan karena
peningkatan tersebut mengakibatkan meningkatnya Tarif air minum.

3.3.

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

3.3.1. KELEMBAGAAN
Pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung tidak dilakukan oleh satu instansi tetapi dilakukan beberapa
SKPD yang terbagi atas :
a) Dinas Kebersihan dan Pertamanan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di Jalan Protokol ke
TPA dan pengelolaan sampah di TPA;
b) Dinas Pasar bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di Pasar dan mengangkutnya langsung ke
TPA;
c) Dinas Perhubungan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di Terminal dan mengangkutnya
langsung ke TPA;
d) Dinas Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap pengangkutan sedimen di gorong-gorong dan
drainase Kota;
Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-16

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

e) Kecamatan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah dari TPS ke TPA yang dilakukan oleh
f)

SOKLI;
Kelurahan bertanggung jawab terhadap sampah di lingkungannya dimana proses pengangkutannya
dilakukan oleh SOKLI (Satuan Operasi Kebersihan Lingkungan) yang mengangkut sampah dari Rumah

Tangga ke TPS.
g) Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPA) yang dimiliki Kota Bandar Lampung yaitu TPA Bakung yang
terletak di Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat dengan luas wilayah 14 hektar yang dikelola
dibawah UPT TPA Bakung dibawah koordinasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung.

Struktur pengelolaan sampah padat di Kota Bandar Lampung saat ini dijelaskan dalam gambar 3.4. berikut.

3.3.2. SISTEM DAN CAKUPAN PELAYANAN


Sistem pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung dapat digambarkan sebagaimana gambar di bawah ini.

Gambar 3.5. Skematik Sistem Pengelolaan Sampah Kota Bandar Lampung

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-17

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Sistem pengangkutan sampah di Kota Bandar Lampung dibagi ke dalam dua bagian yaitu pengangkutan dari
sumber sampah (rumah tangga, pasar, jalan utama, dan sebagainya) ke TPS dan pengangkutan dari TPS ke
TPA.
Sampah Pasar : sistem pengangkutan dilakukan dengan cara petugas kebersihan mengambil langsung dan
diangkut ke gerobak sampah selanjutnya dibawa ke TPS di sekitar pasar.
Sampah Permukiman : sistem pengangkutan warga sendiri membawa langsung ke TPS yang terdekat dengan
permukiman atau petugas Sokli mengambil di depan rumah kemudian dikumpulkan di TPS.
Sampah Pesisir : selama ini belum ada mekanisme yang jelas sehingga permasalahan sampah pesisir pesisir
belum dapat dikelola dengan baik.

Sistem pengangkutan yang dilakukan dari beberapa TPS yang belum memiliki pewadahan khusus ke TPA
adalah Stationary Container System (SCS) dimana wadah sampah yang terisi penuh (kontainer) akan diangkut
dan tempatnya akan langsung diganti oleh wadah kosong yang telah dibawa dengan sistem container ini.
Sedangkan TPS yang telah memiliki tempat khusus alat pengangkut sampah yang digunakan untuk mengangkut
sampah dari TPS ke TPA adalah Arm Roll Truck kapasitas 6 m3. Dan pengangkutan dari TPS ke TPA dilakukan
setiap 2 kali sehari pagi jam 06.00 - 08.00 dan sore sekitar jam 17.00 18.00. Truk ini mengambil dari sampah
yang ada di TPS atau menunggu berkumpulnya gerobak dan motor sampah yang mengangkut dari permukiman.

Dari jumlah armada truk sampah yang ada di Kota Bandar Lampung saat ini dan dikelola oleh kecamatan, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, dan Dinas Pengelolaan Pasar. Dan jumlah sampah yang terangkut sampai ke TPA
dan prediksi sampah yang terangkut oleh armada truk bila truk dapat mengangkut sampah 2 rit (angkutan) per
hari. Maka dengan asumsi ini maka maksimum sampah yang terangkut dengan armada truk yang ada saat ini
hanya sekitar 2,096,142 m3 per hari atau sebanyak 68% dari total volume sampah yang dihasilkan di Bandar
Lampung sebanyak 3,082,562 m3 per hari.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-18

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Tabel 3.4. Total Volume Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2011

Sumber : Master Plan Pengelolaan Sampah Padat Terpadu, 2011

Tabel 3.5. Jumlah Fasilitas Pewadahan Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2011

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-19

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Sumber : Master Plan Pengelolaan Sampah Padat Terpadu, 2011

3.3.3. KESADARAN MASYARAKAT DAN PMJK


Masih rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kondisi ini
ditandai dengan kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya. Banyak
masyarakat membuang sampah langsung ke sungai, selokan dan jalan. Hal tersebut juga dikarenakan kurang
tersedianya tempat sampah di dalam fasilitas umum, kendaraan umum dan di tempat publik lainnya. Kalaupun
ada, kondisinya sudah rusak atau tidak terawat.

Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam mengelola sampah padat, seperti masih tingginya proses
pengelolaan sampah padat melalui pembakaran, belum adanya pemilahan pada skala rumah tangga dan masih
rendahnya pengawasan masyarakat terhadap pengelolaan, dan pemanfaatan sampah padat untuk kepentingan
ekonomi, pemanfaatan lahan kosong sebagai tempat pembuangan sampah di daerah perumahan dan
pemakaian plastik yang tidak terkendali.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-20

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Kurangnya partisipasi dari masyarakat terhadap upaya penyediaan sarana dan prasarana persampahan
komunal di wilayah permukimannya, sehingga hanya mengandalkan bantuan pemerintah.

Kurangnya dukungan dan rangsangan dari pemerintah kota, baik teknis maupun non-teknis terhadap
masyarakat yang telah melakukan upaya pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga dan komunitas.

Masih terdapat banyak masyarakat yang melakukan penolakan terhadap pembukaan lahan baru yang akan
digunakan untuk penempatan sampah sementara di wilayah lingkungan tempat tinggalnya.

Terjadinya perubahan lingkungan sosial di kawasan TPS dan TPA, serta dampak terhadap kesehatan dan
lingkungan (penurunan harga jual tanah, bau menyengat, keberadaan lalat dan tikus serta pencemaran air
tanah).

3.3.4. PARTISIPASI DUNIA USAHA


Di tinjau dari aspek partisipasi dunia usaha dalam konteks pengelolaan sampah padat adalah sebagai berikut:

Masih rendahnya jumlah industri dan pengusaha di Bandar Lampung yang menerapkan konsep teknologi

bersih dan nir limbah (zero waste management) dan sistem teknologi daur ulang.
Masih rendahnya jumlah industri dan pengusaha yang menerapkan konsep kepedulian produk kemasan

ramah lingkungan (biodegradable/recyclable).


Masih rendahnya jumlah industri dan pengusaha yang menerapkan konsep pemanfaatan sampah untuk

menghasilkan produk (sampah sebagai bahan baku) dan penghasil energi.


Peran serta dunia usaha dalam membantu Pemerintah Kota dalam menyediakan sarana dan prasarana
persampahan sudah cukup baik namun kondisi ini harus lebih ditingkatkan dalam skala yang lebih besar

karena potensi perusahaan di Bandar Lampung juga sudah cukup besar.


Belum ada minat dunia usaha untuk memanfaatkan sampah pasar yang secara teknis sebenarnya memiliki
nilai ekonomis cukup tinggi karena 90% sampah pasar adalah sampah organik yang bisa memberikan nilai
ekonomis jika dimanfaatkan. Pemanfaatan khusus sampah pasar ini juga akan mengurangi beban
pemerintah dalam menyediakan sarana pengangkut sampah ke TPA Bakung.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-21

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

3.3.5. PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN


Biaya operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan termasuk biaya gaji petugas kebersihan
pada Dinas Pasar dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung tahun 2011, termasuk untuk
pengelolaan TPA adalah sebesar Rp. 30.498.257.400 sebagaimana pada Tabel 3.4. Total Anggaran Pendapatan
Belanja Kota Bandar Lampung pada Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp. 1.185.983.388.895,51 dan
420.987.942.921,84 di antaranya adalah belanja tidak langsung. Sedangkan biaya pengelolaan kebersihan di
Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 sebesar Rp. 30.498.257.400. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka
alokasi anggaran pengeloaan persampahan di Kota Bandar Lampung pada tahun anggaran 2011 adalah
sebesar 7,24%.

Tabel 3.6. Anggaran Pengeluaran Pengelolaan Sampah Kota Tahun 2011

Sumber : APBD Tahun 2011

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-22

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Berdasarkan Standar Departemen Pekerjaan Umum, anggaran biaya pengelolaan sampah harus mendapat
prioritas setara dengan pengelolaan pelayanan publik lainnya berkisar 10 % dari APBD terdiri dari 5 - 7 % untuk
operasional dan 2 -3 % untuk investasi. Sedangkan berdasarkan Standar MDGs anggaran biaya pengelolaan
sampah adalah sebesar 20%. Hal ini berarti biaya pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung masih jauh
dibawah standar yang dikeluarkan oleh Kementerian PU maupun komitmen MDGs Tahun 2015.
Dengan asumsi anggaran biaya pengelolaan sampah yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk
pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung adalah sebesar Rp. 30.498.257.400/tahun, sedangkan realisasi
retribusi jasa pelayanan kebersihan pada tahun 2011 sebesar Rp. 2.431.737.120. Hal ini berarti pendapatan
pemerintah Kota Bandar Lampung dari retribusi jasa pelayanan kebersihan baru mencapai 7,97% dibandingkan
biaya yang dikeluarkan, maka terjadi defisit sebesar Rp.28.066.520.280.

3.3.6. ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN MENDESAK


Beberapa isu strategis dan permasalahan pengelolaan persampahan kota, dapat diuraikan dalam beberapa
aspek sebagai berikut :

1. Aspek Pengaturan (Regulasi)


Pada aspek kerangka peraturan yang terdapat di Kota Bandar Lampung saat ini, beberapa isu strategis dalam
pengelolaan dan pengolahan sampah padat adalah :

Sampai saat ini Pemerintah Kota Bandar Lampung belum memiliki Perda mengenai pengelolaan sampah
terpadu sebagai pengejawantahan peraturan tersebut. Meskipun oleh Pemerintah Pusat semua daerah
diwajibkan segera menyusun regulasi sebagai tindak lanjut UU No. 18 Tahun 2008 dan Permendagri No. 33
Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. Hal ini berimplikasi terhadap pola pengelolaan sampah yang

belum sesuai dengan ketentuan baik pola pengelolaan maupun cara pengolahan.
Bila Perda pengelolaan dan pengolahan sampah kota Bandar Lampung sudah diterbitkan bersama oleh
DPRD dan Walikota, maka Pemerintah kota Bandar Lampung perlu membuat Peraturan Walikota (Perwali)
Bandar Lampung sebagai tindak lanjut perda tersebut. Perda pengelolaan dan pengolahan sampah kota

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-23

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Bandar Lampung idealnya memuat tujuh aspek penting yakni aspek: Kewenangan; Pengelolaan Sampah;
Kompensasi; Kemitraan; Sanksi Administratif; Retribusi; dan Pengolahan Sampah di TPA.

2. Aspek Kelembagaan
Pada aspek kelembagaan, beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan pengolahan sampah padat di Bandar
Lampung adalah :

Kelembagaan pengelola sampah di Bandar Lampung masih dilakukan secara sendiri-sendiri oleh beberapa
dinas serta kecamatan. Kondisi ini juga belum diperkuat dengan model kerja sama antar instansi sehingga

terkesan masih sendiri-sendiri.


Kelembagaan pengelolaan sampah kota Bandar Lampung sudah diperkuat dengan kehadiran UPT
Kebersihan di tingkat Kecamatan yang bernaung di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan. UPT inilah
yang diharapkan menjadi simpul kelembagaan pengelolaan sampah secara terpadu dengan juga melibatkan
satker sektoral dan teritorial. Keberadaan UPT ini berlokasi dan beroperasi di tingkat kecamatan hingga
kelurahan. Meski demikian, Pemerintah Kota Bandar Lampung sampai saat ini belum menentukan personil

pengelola sampah dalam UPT tersebut.


Rencana Strategis dan Renja SKPD kota Bandar Lampung (khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan,
Dinas Pasar, BPPLH, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Dinas Perhubungan) belum memuat pola
pengurangan sampah dan pola penanganan sampah terpadu sebagaimana diamanatkan UU No. 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Permendagri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah. Oleh karena itu, beberapa SKPD yang menangani sampah kota Bandar Lampung perlu menyusun

Renstra dan Renja yang memuat kedua hal tersebut.


Dalam hal membangun kemitraan, Pemerintah Kota Bandar Lampung harus terus menginisiasi model kerja

sama dengan swasta dalam pengelolaan sampah.


Kelembagaan pengelola sampah Kota Bandar Lampung belum maksimal dalam melakukan inovasi
pengelolaan sampah seperti dilakukan kota lain di Indonesia. Oleh karena itu, kelembagaan pengelola
sampah Kota Bandar Lampung perlu melaksanakan inovasi pengelolaan sampah seperti: (a) Pembangunan
rumah kompos; (b) Pembuatan kompos melalui keranjang Takakura dan tong sampah; (c) Kompos sudah
mendapatkan ISO 9000; (d) Hasil kompos dibeli oleh pemda/swasta, hasil penjualan dikembalikan ke
Pokmas 70% sisanya untuk Pemda; (e) Layanan 24 jam untuk pengambilan sampah; (f) Pemilihan Putri

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-24

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Kebersihan; dan (g) Lomba Kebersihan bagi lingkungan/RT yang berhasil mengurangi volume sampah
dan masyarakat yang memanfaatkan sampah melalui proses 3R, diberikan hadiah.

3. Aspek teknis dan operasional


Permasalahan teknis pengolahan sampah padat di Kota Bandar Lampung sudah sangat kompleks dan
melibatkan kepentingan dan peran dari berbagai pihak. Pelaku utama yang terlibat dalam pengelolaan sampah
padat adalah :
1. Masyarakat, termasuk di dalamnya adalah individu dan komunal (komunitas)
2. Pemerintah
3. Pelaku usaha
Secara teknis operasional, berdasarkan penjelasan sebelumnya berkaitan dengan partisipasi masyarakat dan
dunia usaha, sebagaimana djelaskan sebelumnya, maka dibawah ini, ditambahkan uraian berkaitan dengan
aspek pemerintahan, sebagai berikut :

Isu strategis peran pemerintah dalam pengelolaan sampah padat antara lain adalah:

Volume sampah padat sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan penduduk, sementara pelayanan
terhadap masyarakat melalui sistem SOKLI yang telah dilakukan pemerintah masih sangat rendah, baik luas

wilayah, jumlah pelanggan maupun jumlah (kuantitas) sampah yang ditangani.


Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah
padat. Sarana prasarana dalam pengelolaan sampah padat belum memadai dikarenakan faktor usia
maupun jumlah yang tidak sebanding dengan pertumbuhan sampah. Dengan kondisi sarana dan prasarana
yang ada berdasarkan studi yang dilakukan maka jumlah kebutuhan sarana dan prasarana berbanding lurus
dengan peningkatan volume sampah namun kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan kemampuan
yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Oleh karena itu sangat diperlukan pemambahan

sarana dan prasarana atau pengurangan volume sampah di tingkat komunitas.


Keterbatasan jumlah petugas SOKLI yang dimiliki dalam pengelolaan sampah dibandingkan dengan luas
wilayah kota, termasuk di dalamnya adalah tingkat pendidikan SDM yang rendah dan mempengaruhi dalam
pengelolaan sampah.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-25

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Keterbatasan anggaran dan masih terjadi ketidaktransparanan dalam konsep dan wewenang retribusi

sampah yang ada dalam pengelolaan sampah padat di tingkat pengelola SOKLI.
Masih rendahnya model pelibatan masyarakat yang diupayakan oleh pemerintah pengelolaan sampah

padat selain hanya himbauan untuk membuang sampah pada skema waktu pembuangan pagi dan sore.
Sampah di pesisir belum ditangani secara optimal oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung.
Belum ditetapkannya sistem insentif dan disinsentif dalam pengelolaan sampah padat.
Konsep TPS/TPA yang berwawasan lingkungan belum dapat diwujudkan sesuai ketentuan karena sulitnya

mencari lahan TPS/TPA di daerah perkotaan, dan penggunaan teknologi yang belum optimal.
Sampah masih dianggap tanggung jawab pemerintah, sedangkan masyarakat hanya berkewajiban
membayar sampah yang dibuang.

4. Aspek ekonomi dan pembiayaan


Beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan pengolahan sampah padat di Bandar Lampung adalah :

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan sampah belum optimal. Masyarakat masih
berpikir bahwa sampah adalah barang negatif, tidak memiliki nilai jual sehingga hanya diserahkan kepada

pemulung dan dibuang.


Sampah dianggap merupakan sumber penghasilan bagi kelompok tertentu (pemulung dan pengumpul)

sehingga masyarakat berperilaku membuang saja.


Belum adanya standar harga dalam penjulan sampah sehingga harga hanya ditetapkan antara pemilik
sampah dan pemulung yang pada akhirnya tidak muncul ketertarikan dari masyarakat untuk memilah
sampah.

Sedangkan pada aspek pembiayaan, beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan pengolahan sampah padat
di Bandar Lampung adalah :

Anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah kota dalam pengelolaan sampah masih didominasi dana

APBD.
Dengan beban pengelolaan sampah adalah murni kewenangan pemerintah dan kondisi topografi wilayah
yang tidak rata serta lokasi TPA dari wilayah layanan sangat jauh, maka biaya operasional pengelolaan
sampah di Bandar Lampung saat ini masih cukup tinggi. Dengan jumlah sarana dan prasarana yang
tersedia tidak sebanding dengan sampah yang diproduksi dan usia kendaraan sangat mempengaruhi biaya
operasional.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-26

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Biaya pengolahan sampah juga sangat tinggi. Dalam pengolahan daur ulang diperlukan biaya yang tinggi
dibandingkan dengan menggunakan bahan baru sehingga penghasilan dari pengolahan sampah lebih
rendah di bandingkan biaya pengolahan sampah tersebut. Kondisi ini terjadi pada beberapa proyek
komposting yang dilakukan di beberapa tempat di Bandar Lampung yang tidak bertahan lama disebabkan
tidak terjualnya produk kompos sehingga biaya operasional proses komposting tidak tertutupi.

5. Aspek dampak sampah terhadap lingkungan


Isu strategis pengelolaan sampah di Bandar Lampung berdasarkan kajian analisis kesehatan lingkungan adalah
sebagai berikut :

Kondisi TPS yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. TPS yang ada di kota Bandar
Lampung hampir seluruhnya tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. Tidak terpenuhinya
persyaratan teknis dan kesehatan didominasi antara lain oleh fakta bahwa : (1). TPS tidak bertutup; (2).

Sampah berserakan; dan (3). banyaknya lalat di sekitar TPS.


Kondisi TPA Bakung yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Kondisi TPA Bakung ditinjau dari aspek
teknis dan kesehatan memungkinkan terjadinya resiko-resiko lingkungan dan kesehatan akibat kondisi TPA

yang tidak memenuhi persyaratan, pada sisi lain sampah juga masih dibuang dengan sistem open dumping.
Penurunan kualitas lingkungan dan tingginya tingkat kepadatan lalat. Penurunan kualitas lingkungan baik
kualitas air maupun udara sebagai akibat dari kondisi TPA Bakung yang tidak memenuhi persyaratan.
Penurunan kualitas air berupa tingginya parameter fisika, kimia dan mikrobiologi sebagai akibat dari tidak
bekerjanya IPAL TPA Bakung secara optimal. Sedangkan penurunan kualitas udara akibat dari sistem

pembuangan sampah di TPA Bakung yang belum menerapkan sistem sanitary landfill.
Tingginya tingkat kepadatan lalat baik di TPS maupun di TPA Bakung serta pemukiman penduduk sebagai
akibat dari TPS dan TPA yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. Kondisi ini

memungkinkan lalat berkembang biak dengan baik.


Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat di TPA Bakung. Menurunnya tingkat kesehatan masyrakat
khususnya di TPA Bakung umumnya dialami oleh para pemulung. Penyakit tersebut diakibatkan oleh
pekerjaan dan lingkungan seperti, Rheumatik Artritis (Nyeri Sendi dan Tulang), Dispepsia (Gangguan
Lambung), Hipotensi (Darah Rendah), Hipertensi (Darah Tinggi), ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan atas),

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-27

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Dermatitis Alergika (Alergi Kulit), Bronchitis Kronis (Radang Pernafasan), Cepalgia (Sakit Kepala) dan
Onserfari Febris (Panas).

3.4.

PENGELOLAAN DRAINASE LINGKUNGAN

3.4.1. KELEMBAGAAN
Pengelolaan drainase lingkungan di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU)
sebagaimana dapat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.6. Struktur Organisasi Dinas PU Kota Bandar Lampung

Namun harus diakui bahwa Pemerintah Kota khususnya Dinas PU belum memiliki kelembagaan dalam bentuk
UPT yang mempunyai tugas dalam pengendalian banjir, mengingat bahwa permasalahan drainase diperlukan

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-28

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

keterpaduan antar seluruh stakeholder, termasuk juga penanganan pengendalian banjir. Kapasitas SDM dan
kelembagaan perlu ditingkatkan dalam hal pengelolaan drainase perkotaan ini.

3.4.2. SISTEM DAN CAKUPAN PELAYANAN


Sistem pengelolaan drainase di Kota Bandar Lampung dapat digambarkan sebagaimana gambar di bawah ini.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-29

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Gambar 3.7. Skematik Sistem Pengelolaan Drainase Kota Bandar Lampung

Dari kondisi fisik kota, maka wilayah sistem drainase kota Bandar Lampung dibuat sesuai dengan arah aliran
drainase yang ada, dan dibagi atas 4 sistem atau zona drainase, yaitu :
a) Sistem I (Zona Teluk Betung), meliputi: drainase yang ada di wilayah Teluk Betung yang mengalirkan
airnya pada sungai Way Kuala sebagai main drainnya, meliputi : Way kemiling, Way Pemanggilan, Way
Langkapura, Way Kedaton, Way Balau, Way Halim, Way Durian Payung, Way Simpur, Way Awi dan
Cabangnya, Way Panengahan, dan Way Kedamaian;
b) Sistem II (Zona Tanjung Karang), terdiri atas beberapa sungai, yaitu : Way Kuripan (Way Simpang
Kanan, Way Simpang kiri, dan Way Betung), Way Kupang, Way Kunyit dan Way Bakung;
c) Sistem III ( Zona Panjang), meliputi: drainase yang mengalirkan airnya pada sungai-sungai Way Lunik
Kanan, Way Lunik Kiri, Way Pidada, Way Galih Panjang, dan Way Srengsem merupakan zona drainase
daerah datar pada daerah hilirnya sehingga menimbulkan banjir.
d) Sistem IV (Zona Kandis), meliputi: daerah-daerah di wilayah Kedaton dan sebagian Sukarame wilayah
barat, pada zona ini drainase utama akan membuang pada sungai Way Kandis 1 Way Kandis 2 dan
Way Kandis 3.

3.4.3. KESADARAN MASYARAKAT DAN PMJK


Masih rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kondisi ini
dibuktikan dengan masih banyaknya sampah di saluran, gorong-gorong dan badan sungai, serta banyaknya
endapan sedimen di saluran. Oleh karena itu perlu secara terus menerus melakukan sosialisasi agar masyarakat
ikut menjaga kelestarian lingkungan khususnya badan sungai, dan memprioritaskan penanganan drainase untuk
kegiatan pemeliharaan saluran secara rutin maupun khusus.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-30

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

3.4.4. PARTISIPASI DUNIA USAHA


Ditinjau dari aspek partisipasi dunia usaha dalam konteks pengelolaan drainase lingkungan masih sangat rendah
baik dalam penyediaan prasarana maupun dari sisi pemeliharaan saluran drainase. Hal ini perlu terus dilakukan
sosialisasi dari pemerintah untuk mengajak pihak swasta terlibat dalam kegiatan pembangunan maupun
pengelolaan drainase lingkungan.

3.4.5. PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN


Biaya operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan termasuk biaya gaji petugas kebersihan

3.4.6. ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN MENDESAK


Bila dilihat Kondisi topografi kota Bandar Lampung yang berbukit dan mempunyai kemiringan terjal, idealnya
kondisi ini sangat menguntungkan karena sistem pengalirannya dapat mengalir secara alami mengikuti gravitasi
dari saluran ke saluran primer berikutnya. Pada kondisi ideal alami ini, Kota Bandar Lampung terhindar dari
banjir dan genangan.

Namun seiring dengan perkembangan kota yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan secara
langsung, serta bertambahnya jumlah penduduk, masalah banjir dan genangan merupakan konsekuensi yang
harus dihadapi Kota Bandar Lampung. Adapun penyebab genangan yang umumnya terjadi adalah sebagai
berikut :

a. Terjadi genangan di ruas jalan protokol karena merupakan cekungan terutama di jembatan, di atas sungai
yang memotong jalan. Hal ini disebabkan kapasitas jembatan dan saluran yang lebih kecil dari debit banjir
yang terjadi;

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-31

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

b. Terjadinya perubahan tipe saluran akibat pembangunan ruko-ruko yang tumbuh dengan pesat dimanamana, seperti semula tipe saluran terbuka menjadi saluran tertutup dengan beton dan tidak adanya lubang
inlet atau manhole untuk masuk ke saluran;
c. Terjadinya genangan di area permukiman disebabkan kapasitas saluran lebih kecil dari debit banjir yang
terjadi, atau disebabkan karena gorong-gorong jalan yang tertutup endapan atau sampah, atau belum
adanya saluran drainase;
d. Dijumpai banyak bangunan di bantaran sungai, sehingga mempersempit luas penampang sungai.
Peninggian tanggul kiri dan kanan sungai tidak mengatasi banjir, bahkan menghambat air di kiri dan kanan
sungai yang berupa cekungan/lembah, untuk masuk ke sungai, yang mengakibatkan runtuhnya tanggul,
terutama di sekitar tikungan Sungai Way Awi dan Sungai Way Balau.

Berdasarkan studi review Masterplan Drainase Kota Bandar Lampung dan informasi dari masyarakat dan
pengamatan langsung di lapangan, terdapat 51 lokasi genangan yang menyebar di beberapa wilayah kota,
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.7. Lokasi Banjir/Genangan di Kota Bandar Lampung


Besar Genangan
No
1

Lokasi
Kampung Baru,

Kecamatan
Panjang

Penyebab Genangan

Luas

Tinggi

Lama

Frekuensi

(Ha)
7.50

(m)
1.00

(jam)
48

(pertahun)
14
Kap. Saluran dan

Kmp. Anyar, Kmp

gorong-gorong

Sukabaru (Kel.

lebih kecil dari debit

Panjang Utara)

Keterangan

banjir yang terjadi;


Pengaruh pasang air
laut;
Meluapnya air dari

Jl. Yos Sudarso

Panjang

1.00

0.50

(Pidada)

Way Pidada
Kap. Saluran dan
gorong-gorong
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Banyaknya endapan

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-32

Sudah
ditangani

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Besar Genangan
No

Lokasi

Kecamatan

Jl. KH. Moch Salim

Teluk Betung

(Way Lunik)

Selatan

Luas

Tinggi

Lama

Frekuensi

(Ha)

(m)

(jam)

(pertahun)

2.00

1.00

12

Penyebab Genangan
sedimen di saluran
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Meluapnya air dari

Keterangan

Sedang
ditangani
BPBD

Way Lunik;
Kap Gorong-gorong
lebih kecil dari debit
4

Umbul Jengkol LK I

Teluk Betung

(Way Lunik)

Selatan

0.50

0.50

banir ayng terjadi.


Kap. Saluran dan
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Meluapnya air dari

Lingkungan I

Teluk Betung

(Ketapang)

Selatan

1.00

1.70

48

12

Way Lunik;
Bangunan siphon
yang berada di
bawah rel KA
tertutup sedimen
dan sampah;
Kap. Saluran lebih
kecil dari debit

Kampung

Teluk Betung

Karawang

Selatan

4.00

1.00

24

banjir yang terjadi;


Sistem drainase
belum tertata

(Garuntang)

dengan baik dan


masih alami;
Tidak adanya saluran
pembuang dari

Jl. Yos Sudarso

Teluk Betung

(RW 01, 02 dan 03)

Selatan

1.00

0.50

pemukiman warga;
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Kap. Gorong-gorong
di Jl. Yos Sudarso
depan mesjid lebih
kecil dari debit

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-33

Sedang
ditangani
BPBD

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Besar Genangan
No

Lokasi

Jl. Slamet Riyadi III

Kecamatan

Teluk Betung

Luas

Tinggi

Lama

Frekuensi

(Ha)

(m)

(jam)

(pertahun)

1.00

0.50

Selatan
9

RT 02/RW02 LK II

Teluk Betung

(Pecoh Raya)

Selatan

Penyebab Genangan
banjir yang terjadi;
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari debit

1.00

0.50

banjir yang terjadi;


Kap. Saluran dan
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Saluran tertutup oleh

10

11

Jl. Nila Kandi

Teluk Betung

(Bumiwaras)

Selatan

Jl. Ikan Baung

Teluk Betung

(Bumiwaras)

Selatan

0.75

0.40

rumput-rumput.
Belum adanya saluran
kiri dan kanan

1.00

0.50

jalan;
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Meluapnya air dari

12

13

14

Jl. Ikan Pari (Teluk

Teluk Betung

Betiung)

Selatan

Jl. Ikan Bawal

Teluk Betung

(Pasar kangkung)

Selatan

Jl. RE Martadinata

Teluk Betung

& kmp.Palembang

Selatan

0.40

0.50

Way Kupang.
Kap. saluran lebih
kecil dari debit

0.80

0.30

banjir yang terjadi;


Pengaruh pasang air
laut;
Banyaknya sampah di

3.00

1.00

15

saluran
Pengaruh pasang air
laut;
Pintu air yang berada

(RT 39 dan 41)

di bagian outlet
saluran pembuang
15

Perum. Bakung

Teluk Betung

0.30

0.50

Barat

sudah rusak
Kap. saluran dan lebih
kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Banyak endapan

16

Perum. Perwata

Teluk Betung

0.60

0.30

Barat

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

sedimen di saluran.
Kap. saluran dan lebih
kecil dari debit

3-34

Keterangan

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Besar Genangan
No

Lokasi

Kecamatan

Luas

Tinggi

Lama

Frekuensi

(Ha)

(m)

(jam)

(pertahun)

Penyebab Genangan
banjir yang terjadi;
Tidak adanya saluran
pembuang dari

17

Jl. Pramuka Perum

Teluk Betung

Kuripan Permai

Barat

2.00

pemukiman warga;
Kap. saluran dan lebih
kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Meluapnya dari Way

18

Gang wakap dan

Teluk Betung

Kaca Piring

Utara

1.00

0.50

kateguhan.
Kap. saluran lebih
kecil dari debit

(Kupang Teba)

banjir yang terjadi


Meluapnya air dari
saluran
Daerah cekungan
Banyaknya sampah di

19

Gang Pancor Mas

Teluk Betung

(Gunung Mas)

Utara

4.00

0.80

10

saluran
Meluapnya air dari
Way Kunyit
Elevasi tanah
pemukiman lebih
rendah dari muka
air banjir Way
Kunyit

20

Gang Garuda (Jl.

Teluk Betung

Wolter Monginsidi)

Utara

1.00

0.30

Meluapnya air dari


Way Kunyit
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi.

21

Jl. Cut Mutia

Teluk Betung

(Gulak Galik)

Utara

0.20

0.50

Meluapnya air dari


saluran;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit

22

Jl. Batu RT 24

Teluk Betung

0.50

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

0.50

3-35

10

banjir yang terjadi.


Trace saluran berada

Keterangan

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Besar Genangan
No

Lokasi
(Gulak Galik)

Kecamatan

Luas

Tinggi

Lama

Frekuensi

(Ha)

(m)

(jam)

(pertahun)

Utara

Penyebab Genangan
di bawah bangunan
rumah warga;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit

23

Gang Haji Rebo

Teluk Betung

(Sumur Batu)

Utara

0.15

0.50

banjir yang terjadi.


Meluapnya air dari
saluran;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit

24

Jl. Cut Nyak Dien

Tanjung Karang

0.65

0.30

Pusat

banjir yang terjadi.


Daerah cekungan
Limpasan air dari
saluran drainase;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Elevasi rumah lebih

25

Jl. Kartini (depan

Tanjung Karang

Hypermart)

Pusat

0.31

0.40

rendah dari jalan.


Limpasan air dari
saluran drainase;
Kurangnya drain inlet
ke saluran

26

Jl. Tulang Bawang

Tanjung Karang

1.10

0.60

12

Pusat

drainase.
Daerah cekungan;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Elevasi saluran ke
arah outlet naik

27

Jl. Kartini (depan

Tanjung Karang

Panin Bank)

Pusat

0.28

0.50

elevasinya.
Skrew bridge;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Limpasan air dari

28

Pasar Semap

Tanjung Karang

0.24

0.30

1.50

Pusat
Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

saluran drainase.
Banyak endapan
sedimen dan

3-36

Keterangan

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Besar Genangan
No

Lokasi

Kecamatan

Luas

Tinggi

Lama

Frekuensi

(Ha)

(m)

(jam)

(pertahun)

Penyebab Genangan

Keterangan

sampah pada
29

Jl. Teuku Umar

Tanjung Karang

1.00

1.00

Pusat

saluran;
Penyempitan dan
Pendangkalan
DAS;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Melimpahnya air dari

30

Jl. Sutiyoso (depan

Tanjung Karang

kantor Lurah kota

Timur

0.87

0.50

10

lebih kecil dari debit

baru)
31

32

Way Awi..
Daerah cekungan;
Kapasitas saluran

Jl. Gajah Mada

Tanjung Karang

(depan Adira

Timur

Fiance)
Jl. Hayam Wuruk

Tanjung Karang

(Gang Tunggal)

Timur

0.67

0.30

banjir yang terjadi;


Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit

0.20

0.30

banjir yang terjadi;


Gorong-gorong tidak
tepat posisinya;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit

33

34

Jl. Ridwan Rais

Tanjung Karang

(Tanjung Karang

Timur

Timur)
Perum. Nusantara

Tanjung Karang

Permai Blok B,C

Timur

0.02

0.30

saluran;
15

Meluapnya air dari


kolam retensi alami
Kapasitas saluran

dan E (Campang

lebih kecil dari debit

Raya)
35

banjir yang terjadi;


Melimpas air dari

Jl. Tamin (depan

Tanjung Karang

Mesjid)

Barat

1.10

0.40

banjir yang terjadi;


Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Saluran yang ada
berada di bawah

36

Jl. Antasari (pompa

Sukabumi

0.16

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

0.50

3-37

10

bangunan mesjid.
Kapasitas saluran

Sdah
ditangani

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Besar Genangan
No

Lokasi

Kecamatan

Luas

Tinggi

Lama

Frekuensi

(Ha)

(m)

(jam)

(pertahun)

bensin)

37

Belakng SD 1

lebih kecil dari debit

Sukabumi

3.60

0.60

Jagabaya
38

Jl. Teuku Umar

Penyebab Genangan

banjir yang terjadi;


Daerah cekungan.
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit

Kedaton

2.57

0.30

(depan Makam

banjir yang terjadi;


Daerah cekungan;
Limpasan air dari
anak sungai Way

Pahlawan)

Penengahan;
Jl. Gajah levelnya
lebih rendah dari
elevasi muka air
39

Jl. Urip Sumoharjo

Sukarame

0.70

12

banjir.
Melimpasnya air anak

40

Perum. Prasanti,

Sukarame

0.50

10

Way Halim;
Meluapnya air dari

Griya Sukarame

saluran primer;
Penyempitan saluran

dan Permata Biru

primer bagian hilir


di jembatan Jl. P.
41

Jl. Urip Sumoharjo

Sukarame

0.50

0.50

Sangkep.
Melimpasnya air dari
Way Halim;
Rusaknya dinding
saluran bagian hilir

42

Jl. Pembangunan

Sukarame

0.50

0.30

jembatan;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi;
Banyaknya endapan
sedimen dan

43

Pemukiman Warga

Kedaton

1.60

0.60

(belakang kantor

sampah;
Tanggul kiri sungai
jebol;
Rumah-rumah berada

PTPN)

di areal bantaran

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-38

Keterangan

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Besar Genangan
No

Lokasi

Kecamatan

Luas

Tinggi

Lama

Frekuensi

(Ha)

(m)

(jam)

(pertahun)

Penyebab Genangan
sungai;
Hilir jembatan sungai
Kedaton di

44

Jl. Sultan Agung

Kedaton

1.25

0.30

(Radar Lampung)

bending.
Tidak ada saluran
drainase jalan di
sisi kanan jalan

45

46

Gerbang

Kedaton

0.87

0.40

Sultan Agung;
Kapasitas saluran

Gelanggang

lebih kecil dari debit

Pemuda (Jl. Arif

banjir yang terjadi;

Rahman Hakim)
Jl. Ki Maja (depan

Kedaton

0.26

1.00

12

ruko-ruko)

Daerah cekungan;
Banyaknya endapan
sedimen di saluran;
Elevasi jalan lebih
rendah dari elevasi

47

Jl. Z.A Pagar Alam

Raja basa

1.27

0.35

1.50

(depan UBL

muka air saluran.


Daerah cekungan;
Kapasitas goronggorong lebih kecil

pascasarjana)

dari debit banjir


48

Komp Terminal

Raja Basa

0.50

0.30

10

Raja Basa

yang terjadi.
Penyempitan saluran
di bagian hilir
gorong-gorong;
Kapasitas goronggorong lebih kecil
dari debit banjir

49

SDN 2 Rajabasa

Raja basa

2.00

1.00

10

yang terjadi.
Daerah cekungan;
kapasitas goronggorong lebih kecil
dari ebit banjir yang
terjadi;
Berdirinya bangunan
rumah diatas

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-39

Keterangan

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Besar Genangan
No

Lokasi

Kecamatan

Luas

Tinggi

Lama

Frekuensi

(Ha)

(m)

(jam)

(pertahun)

Penyebab Genangan

Keterangan

saluran sehingga
terjadi penyempitan
50

Kel. Rajabasa

Raja basa

0.80

0.30

12

RT.01/RW01 (Jl.

saluran.
Daerah cekungan;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit

Indra Bangsawan)

banjir yang terjadi;


Meluapnya air dari
51

Jl. R.A Rasyid

Tanjung Senang

0.30

0.30

(depan pasar

saluran.
Kapasitas saluran
lebih kecil dari debit

temeol)

banjir yang terjadi;


Tidak ada saluran
drainase di bagian
hulu kiri dan kanan
jalan.

Sumber : Review Master Plan Drainase Kota Bandar Lampung, Tahun 2011

Selain persoalan banjir atau genangan, isu strategis lainnya adalah :


a) Peningkatan kapasitas kelembagaan yaitu dengan membentuk UPT pengendalian banjir dalam upaya
perencanaan, investasi serta pengelolaan dan pemeliharaan saluran drainase yang ada.
b) Peraturan daerah (Perda) yang mengatur pembagian kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan
drainase, mengingat masalah drainase ini cukup kompleks. Selain itu peraturan lain yang berkaitan dengan :
pelestarian fungsi lahan basah sebagai bidang resapan air, perijinan pembangunan di daerah bantaran
sungai dan dataran banjir, penetapan garis sempadan sungai dan saluran drainase, pedoman penyusunan
masterplan drainase, perencanaan, pelaksanaan serta operasi dan pemeliharaan.
c) Alokasi anggaran untuk pembangunan dan biaya operasional dan pemmeliharaan dalam kerangka
pengendalian banjir, yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
d) Perlunya menjaga daerah resapan air, khususnya bagi pembangunan perumahan yang akan membuka
lahan baru agar perlu membuat sumur resapan atau membuat kolam retensi. Dan hal ini menjadi salah satu
syarat untuk mendapatkan ijin pembangunan.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-40

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

3.5.

PENGELOLAAN KOMPONEN TERKAIT SANITASI

3.5.1. PENGELOLAAN AIR BERSIH


Pengelolaan air bersih dengan sistem perpipaan dikelola oleh PDAM Way Rilau, dengan memanfaatkan
sumber air yang berasal dari mata air, air tanah dalam dan air permukaan. Sumber air yang paling besar
dimanfaatkan adalah air permukaan yaitu sungai Way Kuripan dengan kapasitas produksinya 450 lt/det atau
62% dari total kapasitas sumber yang dimanfaatkan yaitu sebesar 728 lt/det, sebagaimana dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 3.8. Sumber air yang dimanfaatkan PDAM Way Rilau

Sumber : PDAM Way Rilau, 2011

Distribusi pelayanan air bersih kepada pelanggan atau masyarakat dibagi dalam zona pengaliran yaitu dengan
memanfaatkan kondisi fisik yang ada di Bandar Lampung. Dan setiap zona dilayani oleh 1 unit resevoir
distribusi, adapun data masing-masing zona pelayanan dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-41

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa zone 145 memiliki jumlah pelanggan 35 % dari total pelanggan dan zone 120
yang memiliki jumlah pelanggan yang paling rendah hanya sekitar 1 % dari total pelanggan. Oleh karena itu
zone 145 memiliki kapasitas reservoir lebih besar dari zone layanan yang lain. Namun harus diakui bahwa jam
pelayanan distribusi air bersih di daerah pelayanan belum dilaksanakan selama 24 jam.

Adapun data reservoir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-42

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Tabel 3.9. Zona Layanan dan Reservoir PDAM Way Rilau

Sumber : PDAM Way Rilau, 2011

Dari jumlah sambungan 33.872 unit sampai November 2011, maka bila diasumsikan jumlah jiwa per kepala
keluarga (KK) sebanyak 5 orang, maka cakupan pelayanan PDAM adalah sebesar 169.370 jiwa atau sekitar
19% dari total penduduk 903.315 jiwa di Tahun 2011, yang terlayani air bersih PDAM.

Gambar 3.8. Daerah Pelayanan PDAM Way Rilau

Tabel 3.10. Data Reservoir PDAM Way Rilau

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-43

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Sumber : PDAM Way Rilau, 2011

Melihat total kapasitas tampung sebesar 17.100 m3, maka kapasitas tersebut adalah ekivalen dengan 31%
kapsitas produksi jauh lebih besar seperti disyarakan dalam pedoman Dep. PU yaitu antara 15% -20%. Namun
persentase yang demikian besar itu, perlu penyelarasan dan mengatur kembali agar fungsi reservoir yang sudah
tidak berfungsi dapat dimanfaatkan kembali. Data yang ada mengenai kondisi reservoir PDAM Way Rilau, maka
diidentifikasi bahwa terdapat beberapa reservoir yang sudah tidak berfungsi lagi, yaitu:

Reservoir Palapa kapasitas 500 m3 (yang dibangun pada tahun 2000), tidak berfungsi oleh karena

pasokan air dari Reservoir Sumur Putri langsung dipompa kedaerah layanan Way Halim dan Kedaton.
Reservoir Gunung Sulah kapasitas 1500 m3 (yang dibangun tahun 1998), juga tidak berfungsi, karena

masalah poin a) di atas. Jadi aliran air di by-pass ke daerah layanan, tidak di tampung di reservoir lagi.
Reservoir Cimeng kapasitas 2000 m3 (yang di bangun tahun 1995), tidak berfungsi, oleh karena pasokan air
dari MA Way Linti semakin mengecil akibat di tamping oleh masyarakat ke daerah layanan Bukit Kemiling.
Sedangkan MA Egaharap kapasitasnya sudah menurun < 5 liter/det.

3.5.2. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-44

POKJA AMPL Kota Bandar Lampung

Di Kota Bandar Lampung terdapat 12 unit Rumah Sakit, 27 unit Puskesmas Induk, 51 unit Puskesmas
Pembantu, 22 unit Rumah Bersalin, 83 unit Balai Pengobatan. Dari sejumlah sarana kesehatan tersebut
dipastikan menghasilkan limbah medis yang mengandung bahan kimia maupun limbah infeksius yang
berbahaya bagi lingkungan. Untuk menangani limbah medis, seluruh Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung
telah membangun IPAL di lingkungan rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
pencemaran yang disebabkan oleh limbah tersebut.

Kendati telah memiliki IPAL, pada beberapa Rumah Sakit yang telah dilakukan pengawasan oleh BPPLH Kota
Bandar Lampung, yaitu di RS. Abdul Moeloek, RS. Advent, RS. Immanuel, RS. Bumi Waras, dan RS. Urip
Sumoharjo, dari keseluruhan parameter yang diuji tidak ada yang memenuhi seluruh parameter baku mutu
limbah cair yang diisyaratkan. Masih perlu upaya perbaikan sistem pengolahan air limbah terutama perlu
dilakukan proses aerasi.

Buku Putih Sanitasi Kota Bandar Lampung

3-45

Anda mungkin juga menyukai