Anda di halaman 1dari 7

Tantangan Sistem Pengumpul Air Limbah

Di Kota Ambon Dan Sekitarnya


Oleh Devi Junita

Provinsi Maluku khususnya kota Ambon dijelaskan berpotensi mengalami masalah


sosial budaya, serta masalah lingkungan seperti sanitasi air limbah akibat adanya pertambahan
penduduk setiap tahun. Pertambahan penduduk tersebut berkontribusi terhadap pencemaran air
yang dihasilkan (Primayanti dkk., 2022).
Tabel Analisis Cluster Situasi Sanitasi Berdasarkan Komponen Lengkap STBM

Berdasarkan hasil diatas, didapatkan bahwa nilai untuk cluster 1 tidak memiliki
masalah prioritas dalam hal kesehatan lingkungan. Hanya terdapat satu indikator yaitu buang
tinja sembarangan yang berada diatas rata-rata nasional. Sedangkan pada kluster 2 didapatkan
kompleksitas masalah yang lebih kompleks dimana hampir semua indikator berada diatas rata-
rata nasional, hanya pada indikator sembarangan membuang sampah dan membuang tinja
sembarangan yang berada dibawah rata-rata nasional. Kemudian pada kluster 3 juga memiliki
nilai yang sama, meskipun sedikit membaik kondisinya dibandingkan pada kluster 2. Kluster
3 terdapat permasalahan yang kompleks pada BAB tidak ada, BAB tidak dijamban, membuang
sampah sembarangan, tidak ada saluran pembuangan air limbah dan membuang tinja
sembarangan.
Jika dilihat pada gambar, didapatkan pada gambar ada area dimana provinsinya
memiliki irisan pada permasalahan di kluster 2 dan 3. Provinsi tersebut diantaranya: Bangka
Belitung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Maluku, Sulawesi Tengah dan Nusa
Tenggara Timur (Situasi Sanitasi di Indonesia, 2023).
Berdasarkan data Bappeda Provinsi Maluku tahun 2014, teridentifikasi kawasan
permukiman kumuh di Kota Ambon dengan luas 102,64 Ha. Kota Ambon tercatat memiliki 15
titik wilayah kumuh, Lokasi-lokasi itu adalah di Waihaong dengan luas 5,34 hektar wilayah
kumuhnya, Rijali (6,5 hektar), Silale (2,39 hektar), Urimesing (6,28 hektar),Uritetu (7,38
hektar),dan Wainitu (7,89 hektar) (Sejahtera, 2021). Namun meski begitu, kota Ambon sudah
memiliki tempat Pengelolaan Air Limbah Domestik yang terletak di Desa Wara yang
diresmikan oleh Walikota Ambon untuk melakukan pelayanan terkait dengan pengelolaan air
limbah domestik pada wilayah yang sangat beresiko maupun tidak terhadap pencemaran
lingkungan air limbah. Kegiatan pengelolaan air limbah domestik IPLT Wara hanya menerima
limbah rumah tangga saja. Akan tetapi, Badan Riset Universitas Indonesia tahun 2013
melakukan penelitian pengolahan limbah rumah sakit di Provinsi Maluku dimana hanya ada
53,4% rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan limbah cair dan dari rumah sakit yang
mengelola limbah tersebut 51,1% melakukan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dan septic tank (tangki septik) (BOD & Coliform, t.t.).
Berdasarkan Program 100-0-100 yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 3 tahun 2014-2019. Program 100-0-100 menuntut ketersediaan
100 persen air minum, 0 persen kawasan kumuh, dan 100 persen fasilitas sanitasi serta drainase
di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Dahlan, strategi pemerintah dalam mewujudkan
program tersebut di Provinsi Maluku khususnya di Kota Ambon adalah pembangunan dan
perbaikan drainase lingkungan, penyediaan air bersih, pengelolaan persampahan, prasarana
pengelolaan air limbah, dan penguatan kapasitas masyarakat.
Permasalahan air limbah di Kota Ambon merupakan masalah yang krusial mengingat
air limbah yang dihasilkan oleh masyarakat akan berdampak buruk bagi pribadi masing-masing
maupun lingkungan apabila tidak dibatasi dengan benar. Dampak yang terasa akibat air limbah
adalah masalah kesehatan seperti disentri, diare, kolera, hepatitis A, polio, blue baby syndrome,
malaria dan penyakit kulit (Sejahtera, 2021).
Rata-rata sudah 82,28% penduduk Provinsi Maluku sudah menggunakan tangki septik
dan hanya 1,51% penduduk yang menyalurkan air limbah melalui sistem penyaluran air limbah
(SPAL). Penduduk Kabupaten Maluku Tengah, Buru, Kepulauan Aru, dan Maluku Barat Daya
berdasarkan penggunaan tanki septik, penduduk tersebut menggunakan tangka septik dibawah
rata-rata. Yang mengkhawatirkan adalah 48,5% penduduk Kabupaten Kepulauan Aru
menyalurkan tinja langsung ke lingkungan. Seperti penelitian di Sungai Arbes di Kota Ambon
menunjukkan tingginya pencemaran akibat limbah domestik yang dibuang langsung ke sungai
tersebut dan akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat sekitar (Adicita dkk., 2021).
Menurut data IPAL tahun 2022, Provinsi Maluku sudah memiliki 10 IPAL dimana cakupan
KK yang sudah terlayani sebanyak 2022 dari 1.848.892 orang (Instansi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Tahun 2022 - Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) | Open Data PUPR,
t.t.). Daerah – daerah tersebut adalah Kab.Buru Selatan, Kab.Maluku Barat Daya, Kab.Seram
Bagian Barat, Kab.Kepulauan Aru, Kab.Buru, Kab.Maluku Tengah . Selain gangguan
kesehatan gangguan lingkungan seperti eutropikasi juga dapat disebabkan oleh pembuangan
air limbah sembarangan ke badan air.

Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor penghambat dalam pengelolaan air limbah


yaitu kebiasaan, perubahan sosial, kelemahan struktural, ancaman keahlian, alokasi sumber
daya, dll. Kebiasaan tersebut adalah membuang limbah sembarangan yang memang masih
sulit untuk dirubah mengingat kebiasaan ini telah menjadi rutinitas sebagian masyarakat Kota
Ambon.
Strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan air limbah domestik agar sistem
pengelolaan air limbah domestik yang telah dilakukan selama ini menjadi lebih baik dapat
ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut :
a. Peran Lembaga Pemerintah
Diperlukan penataan tupoksi kelembagaan dan koordinasi antar dinas/instansi pemerintah agar
tidak terjadi tumpang tindih kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air dan
air limbah domestik.
b. Peran Masyarakat
Perilaku masyarakat yang beranggapan bahwa air limbah domestik yang perlu dikelola hanya
air limbah jenis grey water karena tidak berdampak pada lingkungan dapat dirubah secara
perlahan-lahan dengan cara melakukan sosialisasi tentang dampak dari air limbah bagi
lingkungan dan kesehatan secara intensif , disarankan dapat menyentuh ke semua lapisan
masyarakat yang ada. Sosialisasi dapat dilakukan melalui penyuluhan oleh dinas terkait, media
cetak dan elektronik, himbauan melalui tempat ibadah, melalui pendidikan formal maupun
informal terutama bagi warga yang masih berusia sekolah yang dapat ditanamkan sejak dini
melalui kurikulum pendidikan lingkungan hidup. Mengupayakan terbentuknya pola jaringan
kerjasama dan pendampingan oleh pemerintah dengan lembaga lokal yang ada seperti remaja
masjid, himpunan pemuda pelajar, dan kumpulan ibu-ibu pengajian tentang pengelolaan air
limbah domestik yang baik serta dampak yang ditimbulkan jika tidak dikelola.
c. Teknologi
Keterbatasan lahan mengharuskan pemerintah berupaya untuk mengembangkan teknologi
yang murah dan efesien seperti pengembangan pengelolaan air limbah rumah tangga dengan
sistem “On Site Treatment”. Beberapa contoh teknologi pengelolaan air limbah rumah tangga
dengan sistem On Site Treatment antara lain adalah teknologi biofilter baik aerob maupun
anaerob, ataupun kombinasi anaerob-aerob, sistem modifikasi lumpur aktif, dan lainnya.
Sistem tersebut dapat diaplikasikan untuk tiap-tiap rumah tangga maupun semikomunal yakni
beberapa rumah menggunakan satu unit pengolahan air limbah.
d. Hukum dan Kebijakan
Menyusun peraturan daerah tentang pengelolaan air limbah domestik termasuk perizinan
pembuangan air limbah, penetapan kelas air sebagai pemantauan dan pengawasan serta
pegendalian pencemaran air beserta penerapan sanksi.
Strategi pengelolaan air limbah domestik di kota ambon provinsi maluku, sudah
memiliki dasar hukum/peraturan, serta komitmen kerja dibangun melalui hubungan
kekeluargaan. Aparat pemerintah menjunjung tinggi loyalitas sebagai suatu bentuk kepatuhan
terhadap beban tugas yang diberikan terutama dalam pengelolaan air limbah domestik. Akan
tetapi kompetensi aparatur masih rendah sehingga belum mampu mengelola air limbah
domestik dengan baik; terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki dalam pengelolaan air
limbah domestik juga menjadi hambatan dalam kegiatan operasional pengelolaan air limbah
domestik, kurangnya sosialisasi, pemanfaatan teknologi yang belum optimal dalam
pengelolaan air limbah domestik dan peran masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik
masih rendah.
Selain itu dengan menyiapkan pegawai dan menekankan komitmen serta dukungan
terhadap organisasi secara keseluruhan dapat membantu mereka secara emosional untuk
menerima perubahan dalam pengelolaan air limbah domestik; membangun hubungan yang
baik antara pemerintah dan masyarakat akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah; adanya paksaan menekankan untuk menjalankan segala aturan yang telah dibuat
dan pemberian sanksi bagi yang melanggar; pengadaan sarana dan prasarana dalam
pengelolaan air limbah domestik akan berdampak positif terhadap kegiatan operasional
organisasi.
Rekomendasi yang diberikan antara lain: menggencarkan sosialisasi agar masyarakat
mengubah kebiasaannya agar tidak lagi acuh pada kebersihan lingkungan; berkaitan dengan
kurangnya kompetensi pegawai, hal yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan
pelatihan/training, ataupun dengan merekrut pegawai baru (Primayanti dkk., 2022).
DAFTAR PUSTAKA

Adicita, Y., Suryawan, I. W. K., & Pesurnay, A. J. (2021). Analisa faktor yang

mempengaruhi akses air minum dan pengelolaan tinja berbasis masyarakat di

Provinsi Maluku. Region: Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan

Partisipatif, 16(1), 1–11.

BOD, C., & Coliform, M. P. N. (t.t.). STUDI KUALITAS LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH TULEHU PROVINSI MALUKU. Diambil 2 Desember 2023, dari

https://core.ac.uk/download/pdf/25496399.pdf

Instansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tahun 2022—Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) | Open Data PUPR. (t.t.). Diambil 2 Desember 2023, dari

https://data.pu.go.id/dataset/instalasi-pengolahan-air-limbah-ipal/resource/17c6db9e-

1748-4938-b60e-826f255fabba#{view-

graph:{graphOptions:{hooks:{processOffset:{},bindEvents:{}}}},graphOptions:{ho

oks:{processOffset:{},bindEvents:{}}},view-

grid:{columnsWidth:[{column:!Provinsi,width:226},{column:!Jumlah++IPAL,width

:242},{column:!Cakupan++Layanan++KK,width:282}]}}

Primayanti, D., Lukman, S., & Tahir, M. I. (2022). STRATEGI DINAS PEKERJAAN

UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA AMBON DALAM PENGELOLAAN

AIR LIMBAH DOMESTIK. Jurnal Paradigma, 11(1), 46–58.

Sejahtera, T. A. (2021, September 27). Air Limbah Tidak Baik Dikonsumsi Karena Dampak

Buruk Bagi Tubuh. Toya Arta Sejahtera. https://www.toyaartasejahtera.net/air-

limbah-tidak-baik-dikonsumsi-karena/
Situasi Sanitasi di Indonesia. (2023, Maret 23). Fakultas UNUSA.

https://fkes.unusa.ac.id/2023/03/23/situasi-sanitasi-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai