Berdasarkan hasil diatas, didapatkan bahwa nilai untuk cluster 1 tidak memiliki
masalah prioritas dalam hal kesehatan lingkungan. Hanya terdapat satu indikator yaitu buang
tinja sembarangan yang berada diatas rata-rata nasional. Sedangkan pada kluster 2 didapatkan
kompleksitas masalah yang lebih kompleks dimana hampir semua indikator berada diatas rata-
rata nasional, hanya pada indikator sembarangan membuang sampah dan membuang tinja
sembarangan yang berada dibawah rata-rata nasional. Kemudian pada kluster 3 juga memiliki
nilai yang sama, meskipun sedikit membaik kondisinya dibandingkan pada kluster 2. Kluster
3 terdapat permasalahan yang kompleks pada BAB tidak ada, BAB tidak dijamban, membuang
sampah sembarangan, tidak ada saluran pembuangan air limbah dan membuang tinja
sembarangan.
Jika dilihat pada gambar, didapatkan pada gambar ada area dimana provinsinya
memiliki irisan pada permasalahan di kluster 2 dan 3. Provinsi tersebut diantaranya: Bangka
Belitung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Maluku, Sulawesi Tengah dan Nusa
Tenggara Timur (Situasi Sanitasi di Indonesia, 2023).
Berdasarkan data Bappeda Provinsi Maluku tahun 2014, teridentifikasi kawasan
permukiman kumuh di Kota Ambon dengan luas 102,64 Ha. Kota Ambon tercatat memiliki 15
titik wilayah kumuh, Lokasi-lokasi itu adalah di Waihaong dengan luas 5,34 hektar wilayah
kumuhnya, Rijali (6,5 hektar), Silale (2,39 hektar), Urimesing (6,28 hektar),Uritetu (7,38
hektar),dan Wainitu (7,89 hektar) (Sejahtera, 2021). Namun meski begitu, kota Ambon sudah
memiliki tempat Pengelolaan Air Limbah Domestik yang terletak di Desa Wara yang
diresmikan oleh Walikota Ambon untuk melakukan pelayanan terkait dengan pengelolaan air
limbah domestik pada wilayah yang sangat beresiko maupun tidak terhadap pencemaran
lingkungan air limbah. Kegiatan pengelolaan air limbah domestik IPLT Wara hanya menerima
limbah rumah tangga saja. Akan tetapi, Badan Riset Universitas Indonesia tahun 2013
melakukan penelitian pengolahan limbah rumah sakit di Provinsi Maluku dimana hanya ada
53,4% rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan limbah cair dan dari rumah sakit yang
mengelola limbah tersebut 51,1% melakukan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dan septic tank (tangki septik) (BOD & Coliform, t.t.).
Berdasarkan Program 100-0-100 yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 3 tahun 2014-2019. Program 100-0-100 menuntut ketersediaan
100 persen air minum, 0 persen kawasan kumuh, dan 100 persen fasilitas sanitasi serta drainase
di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Dahlan, strategi pemerintah dalam mewujudkan
program tersebut di Provinsi Maluku khususnya di Kota Ambon adalah pembangunan dan
perbaikan drainase lingkungan, penyediaan air bersih, pengelolaan persampahan, prasarana
pengelolaan air limbah, dan penguatan kapasitas masyarakat.
Permasalahan air limbah di Kota Ambon merupakan masalah yang krusial mengingat
air limbah yang dihasilkan oleh masyarakat akan berdampak buruk bagi pribadi masing-masing
maupun lingkungan apabila tidak dibatasi dengan benar. Dampak yang terasa akibat air limbah
adalah masalah kesehatan seperti disentri, diare, kolera, hepatitis A, polio, blue baby syndrome,
malaria dan penyakit kulit (Sejahtera, 2021).
Rata-rata sudah 82,28% penduduk Provinsi Maluku sudah menggunakan tangki septik
dan hanya 1,51% penduduk yang menyalurkan air limbah melalui sistem penyaluran air limbah
(SPAL). Penduduk Kabupaten Maluku Tengah, Buru, Kepulauan Aru, dan Maluku Barat Daya
berdasarkan penggunaan tanki septik, penduduk tersebut menggunakan tangka septik dibawah
rata-rata. Yang mengkhawatirkan adalah 48,5% penduduk Kabupaten Kepulauan Aru
menyalurkan tinja langsung ke lingkungan. Seperti penelitian di Sungai Arbes di Kota Ambon
menunjukkan tingginya pencemaran akibat limbah domestik yang dibuang langsung ke sungai
tersebut dan akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat sekitar (Adicita dkk., 2021).
Menurut data IPAL tahun 2022, Provinsi Maluku sudah memiliki 10 IPAL dimana cakupan
KK yang sudah terlayani sebanyak 2022 dari 1.848.892 orang (Instansi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Tahun 2022 - Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) | Open Data PUPR,
t.t.). Daerah – daerah tersebut adalah Kab.Buru Selatan, Kab.Maluku Barat Daya, Kab.Seram
Bagian Barat, Kab.Kepulauan Aru, Kab.Buru, Kab.Maluku Tengah . Selain gangguan
kesehatan gangguan lingkungan seperti eutropikasi juga dapat disebabkan oleh pembuangan
air limbah sembarangan ke badan air.
Adicita, Y., Suryawan, I. W. K., & Pesurnay, A. J. (2021). Analisa faktor yang
BOD, C., & Coliform, M. P. N. (t.t.). STUDI KUALITAS LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT
https://core.ac.uk/download/pdf/25496399.pdf
Instansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tahun 2022—Instalasi Pengolahan Air Limbah
https://data.pu.go.id/dataset/instalasi-pengolahan-air-limbah-ipal/resource/17c6db9e-
1748-4938-b60e-826f255fabba#{view-
graph:{graphOptions:{hooks:{processOffset:{},bindEvents:{}}}},graphOptions:{ho
oks:{processOffset:{},bindEvents:{}}},view-
grid:{columnsWidth:[{column:!Provinsi,width:226},{column:!Jumlah++IPAL,width
:242},{column:!Cakupan++Layanan++KK,width:282}]}}
Primayanti, D., Lukman, S., & Tahir, M. I. (2022). STRATEGI DINAS PEKERJAAN
Sejahtera, T. A. (2021, September 27). Air Limbah Tidak Baik Dikonsumsi Karena Dampak
limbah-tidak-baik-dikonsumsi-karena/
Situasi Sanitasi di Indonesia. (2023, Maret 23). Fakultas UNUSA.
https://fkes.unusa.ac.id/2023/03/23/situasi-sanitasi-di-indonesia/