FASILITAS PENDIDIKAN
Disusun Oleh
NIM : 20031007
DOMESTIK INDUSTRI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
buangan sisa proses pembuangan segala bentuk kegiatan dalam permukiman yang
permukiman sehingga air sumur yang bersih dan sehat dapat dinikmati oleh
tersebut perlu untuk dilakukan karena perumahan dan permukiman merupakan salah
faktor penting dalam meningkatkan harkat dan martabat serta mutu kehidupan yang
Dewasa ini, permasalahan air limbah di Kota Malang masih belum dapat
dikatakan dalam kondisi baik. Hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan penduduk
yang tak terkendali serta pertumbuhan teknologi yang berlebihan. Pertumbuhan
jumlah penduduk yang tak terkendali dan pertumbuhan teknologi yang berlebihan
telah menciptakan lingkungan kehidupan yang tidak sehat, baik secara fisik maupun
mental. Kelebihan penduduk dan teknologi yang digunakan dalam industri telah
menjadi penyebab terjadinya degradasi yang hebat terhadap lingkungan alam yang
pemukiman, pembuangan kotoran dan lain-lain.3 Seperti halnya Kota Malang yang
permukiman yang kumuh serta rentan dengan sanitasi yang buruk karena kuantitas
masyarakat antara lain kebiasaan buang air besar sembarangan, serta pengelolaan
pemahaman terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan itu sendiri. Jika kerusakan
lingkungan terjadi, maka hal tersebut akan berdampak terhadap kesehatan dan
kualitas hidup manusia itu sendiri. Seharusnya masyarakat dapat menjaga lingkungan
dan mengelola lingkungan dengan baik agar kesehatan dan kualitas hidup yang baik
dapat terwujud. Pengelolaan air limbah wajib untuk dilakukan untuk menciptakan
kesadaran yang dapat menghindarkan timbulnya ganguan dan penyakit. Salah satu
lingkungan hidup .4 Dalam hal ini, pengelolaan lingkungan hidup penting untuk
dilakukan karena lingkungan hidup yang buruk merupakan akar dari terganggunya
kualitas hidup dan kesehatan manusia sehingga diperlukan upaya pengendalian untuk
telah menetapkan target penyedian akses air minum 100 %, kawasan kumuh 0 %, dan
penyediaan akses sanitasi layak 100 % melalui penanganan tingkat daerah. Dalam hal
ini, pemerintah Kota Malang pun berkomitmen untuk mewujudkan program yang
implementasi dari program 100-0-100 untuk memperbaiki air bersih dan sanitasi yang
telah merumuskan isu strategis yakni kualitas lingkungan hidup yang menurun, yang
mana hal tersebut berdampak pada kualitas kesehatan manusia. Untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan angka usia hidup lebih
IPAL Komunal adalah suatu akses sanitasi untuk memperbaiki kualitas air
yang tidak layak menjadi faktor penyebab penularan berbagai penyakit seperti diare,
kolera, disentri, hepatitis A, tifus, polio dan terhambatnya pertumbuhan pada Balita. 5
balita menjadi terganggu, padahal mereka adalah generasi penerus bangsa yang harus
tumbuh dengan baik agar kecerdasan mereka pun mengantarkan pada masa depan
yang cerah.
juta setiap tahun, untuk menutup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan hilangnya
pendapatan harian akibat menderita sakit atau harus menunggu keluarga yang sakit. 6
menurunkan produktivitas kerja, meningkatkan absen pada saat jam kerja atau jam
sekolah, serta kerugian lainnya. Selain itu, Untuk setiap 1 USD yang diinvestasikan
untuk sanitasi, kita mencegah pengeluaran sebesar 36 USD untuk pemulihan kualitas
air sungai.7 Dengan demikian jelaslah bahwa perbaikan sanitasi harus dilakukan
aspek pencegahan dari aspek pengobatan. Dengan adanya upaya pencegahan yang
baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan dapat dicegah.
Hal tersebut juga dapat meminimalisir anggaran karena anggaran yang dipakai untuk
terkait pengelolaan air limbah. Sudah bukan rahasia umum jika penduduk yang dekat
dengan sungai akan rentan dengan fenomena pencemaran air sungai. Pencemaran air
sungai tersebut diakibatkan kotoran sapi yang sering dibuang ke sungai, mengingat
kampung Sanan mempunyai sekitar 600 ekor sapi sehingga mengambil alternatif
berbagai penyakit.
waktu sekitar 15 tahun lalu, sehingga harus terdapat upaya strategis untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Selain itu, sebagian masyarakat yang tinggal sangat dekat
dengan sungai mengalirkan limbah domestiknya ke sungai, bahkan ada yang tidak
memiliki septic tank, sehingga pengaliran pipanya ke sungai tanpa ada pengolahan
yang baik.
dengan berkeyakinan bahwa mereka akan terbiasa dengan kondisi yang ada. Hal
Maka dari itu, dilakukan penguatan kapasitas masyarakat dari segi ekonomi, sosial
9
budaya, maupun sosialisasi. Dalam kebijakan Pembangunan IPAL Komunal,
Kebijakan tersebut dapat dikatakan kebijakan yang buttom up. 10 Permasalahan IPAL
sehingga perlu untuk mengubah tata nilai untuk mewujudkan lingkungan yang bersih
dan sehat. Hal tersebut membutuhkan adaptasi karena faktor utama yang
sendiri di samping faktor lain berupa sosialisasi, sosial budaya, dan ekonomi.
Kesadaran diri sendiri dapat diterjemahkan sebagai suatu motivasi terhadap diri
sendiri yang diyakini kebenarannya oleh diri sendiri. Kesadaran tersebut berhubungan
dengan keinginan untuk melakukan sesuatu berdasarkan apa yang telah diketahui
sehingga peran orang yang lain hanyalah sebatas memberikan pengetahuan,
sehingga limbah domestik tersebut diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke badan
air agar nantinya badan air tersebut tidak tercemar. Infrastruktur merupakan salah
satu aspek penting dalam perencanaan wilayah. Infrastruktur berperan penting dalam
perubahan kemakmuran wilayah dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, peran
tentang strategi yang harus dilakukan yakni (1)Peningkatan akses prasarana dan
sarana air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan dan perdesaan
untuk perbaikan kesehatan masyarakat, (2) Peningkatan peran masyarakat dan dunia
di mana dapat mengolah limbah dengan kapasitas sambungan hingga 100 rumah,
Keluarga yang terdiri dari 235 jiwa.13 Hal tersebut dikarenakan manajemen
masyarakat agar tersambung dengan IPAL Komunal bukanlah perkara yang mudah.
Hal tersebut diakarenakan harus prosesnya adalah menarik pipa dari WC ke instalasi
umum, di mana hal tersebut membutuhkan renovasi seperti renovasi keramik yang
Selain itu, Kampung Sanan merupakan kawasan industri, yang mana hal
membuang limbah ke sungai. Limbah tersebut terdiri dari limbah kulit kupasan
kedelai dan limbah cair hasil perebusan kedelai. Beberapa yang lainnya ada yang
menjadikan limbah tersebut sebagi pakan sapi, namun hasil akhirnya tetap
menimbulkan permasalahan karena limbah tempe untuk pakan sapi tersebut pun akan
9
Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan, maka
suatu proses kebijakan. Kebijakan hanyalah dokumen yang tidak berfungsi apa-apa
14
jika tidak diimplementasikan. Maka penelitian ini akan dianalisis menggunakan
tersebut digunakan untuk melihat isi kebijakan dan konteks kebijakan. Isi kebijakan
dilihat dari (1) kepentingan kelompok sasaran, (2) tipe manfaat, (3) derajat perubahan
yang diinginkan, (4) letak pengambilan keputusan, (5) pelaksana program, serta (6)
sumber daya yang dilibatkan. Sedangkan konteks kebijakan dapat dilihat dari (1)
tersebut telah tepat sasaran dan memberikan manfaat, bagaimana pelaksanaan serta
melihat apakah pelaksana dan kelompok sasaran telah melakukan dan merespon
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
0
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1
2
2.1.2 Karakteristik Air Limbah Domestik
Limbah cair rumah tangga atau domestik adalah air buangan yang berasal dari
penggunaan untuk kebersihan yaitu gabungan limbah dapur, kamar mandi, toilet, cucian, dan
sebagainya. Komposisi limbah cair rata-rata mengandung bahan organik dan senyawa
mineral yang berasal dari sisa makanan, urin, dan sabun. Sebagian limbah rumah tangga
berbentuk suspensi lainnya dalam bentuk bahan terlarut. Limbah cair ini dapat dibagi 2 yaitu
limbah cair kakus yang umum disebut black water dan limbah cair dari mandi-cuci yang
disebut grey water. Black water oleh sebagian penduduk dibuang melalui septic tank, namun
sebagian dibuang langsung ke sungai. Sedangkan gray water hampir seluruhnya dibuang ke
sungai melalui saluran. Perkembangan penduduk kota-kota besar semakin meningkat pesat,
seiring dengan pesatnya laju pembangunan, sehingga jumlah limbah domestik yang
dihasilkan juga semakin besar. Sedangkan daya dukung sungai atau badan air penerima
limbah domestik yang ada justru cenderung menurun dilihat dari terus menurunnya debit
sungai tersebut.
Komposisi limbah cair domestik yang berupa padatan dapat terbagi menjadi
komposisi organik dan anorganik. Bagan komposisi limbah cair domestik selengkapnya dapat
dilihat pada gambar 2.1.
Air
Limbah
Padatan (0,1 %)
Air
(99%)
Organik Anorganik
Karbohidrat 25 Garam
% Logam
Protein 10 % Butira
Lemak 85 % n
(Sumber : Ignasius DA Sutapa,1999)
b. Anaerobic Filter
Berupa bak dengan beberapa kompartemen yang dilengkapi dengan filter
(batu vulkano, bioball, atau media lain). Air limbah akan diolah secara anaerob.
Aerobic Filter dapat terbuat dari beton maupun Glass Reinforced Fiber (GRF).
c. Aerobic Reactor
Berupa bak dilengkapi dengan pasokan oksigen. Lokasi IPAL Komunal dapat
ditempatkan didaerah terbuka yang ada di wilayah tersebut, misalnya di badan jalan,
lokasi fasilitas umum, dan lahan terbuka lainnya. Sehingga masyarakat masih dapat
menggunakan lokasi tersebut untuk beraktivitas. IPAL Komunal hendaknya
ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh truk tinja/ penyedot lumpur.
Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat juga sering disebut dengan partisipasi
masyarakat. Menurut kamus tata ruang pengertian partisipasi adalah ikut serta secara aktif
dalam suatu kegiatan, misalnya dalam proses atau persiapan perencanaan dan pembangunan
kawasan atau bangunan. Menurut Chambers, partisipasi dalam artian keterlibatan satu pihak
terhadap lain dan yang keterkaitan dengan lokal berarti suatu keterlibatan komuitas lokal
terhadap suatu proses pembangunan.lokal yang dimaksud berarti mencakup masyarakat suatu
wilayah. (Chambers 1974, dalam Amri Marzali, 2003).
Sedangkan menurut Hans H. Munker, partisipasi masyarakat adalah ”kelompok target
yang menjadi sasaran dari proyek dan program-program untuk kaum miskin sejak permulaan
harus memainkan peran aktif dalam penetapan tujuan dan prioritas-prioritas dalam
perencaanaan proyek atau program-program dalam perencanaan proyek serta terlibat dalam
evaluasi setiap langkah yang diambil (Hans H muker dalam Noor Indah Yanti, 2006).
Masalah yang berkenaan masyarakat lokal kaitannya dengan pemberian kesempatan
berpartisipasi. Permasalahan partisipasi masyarakat dilakukan dengan sangat hati-hati dan
memerlukan suatu pendekatan tersendiri untuk meneliti terlebih dahulu pada bidang-bidang
apa saja masyarakat dapat dan tidak untuk berpartisipasi.
Pada setiap awal pembangunan, peranan pemerintah biasanya besar. Kegiatan
pembangunan sebagian besar adalah usaha pemerintah. Bahkan dinegara yang menganut
sosialisme yang murni, seluruh kegiatan pembangunan adalah tanggung jawab pemerintah.
Namun dalam keadaan negara berperan besarpun, peran serta masyarakat diperlukan untuk
menjamin berhasilnya pembangunan (Kartasasmita,1997).
Keberhasilan proyek banyak tergantung pada software partisipasi. Seperti, adanya
bentuk-bentuk sosial di masyarakat lokal yang merupakan daya tampung dan sekaligus daya
dukung sosial suatu proyek, berjalannya informasi dari masyarakat karena adanya saluran
komunikasi yang jelas, kajian evaluasi berjalan dan sistem pelatihan.Semua ini membuat
teknologi jadi berguna dan bekerja. Partisipasi yang tinggi akan menciptakan kemandirian
dan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan.
Usaha yang harus dilakukan untuk membawa masyarakat terlibat dalam perencanaan
dan implementasi proyek yaitu :
a. Memberikan training.
b. Penelitian pendukung.
c. Evaluasi.
d. Menyediakan staff yang ahli dalam mengembangkan pola organisasi yang memadai dan
sabar
b. Faktor eksternal
Menurut Schubeler, tingkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan
prasarana lokal tergantung pada sikap warga dan efektifitas organisasi masyarakat.
(Schubeler, 1996). Seseorang akan terlibat secara langsung/tidak langsung dalam kehidupan
bermasyarakat melalui lembaga yang ada seperti LKMD, RW dan RT yang mengarah dalam
mencapai kesejahteraan bersama. Adapun organisasi masyarakat tersebut, diakui dan dibina
oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai moral berdasarkan kegotong-
royongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan
tugas pemerintahan.
Dengan demikian peran serta harus mengandung unsur-unsur adanya keterlibatan
aktif dari stakeholder dalam suatu organisasi kerja yaitu aparat pemerintah dan
masyarakatnya. Didasarkan pada asumsi bahwa organisasi pemerintahan akan bekerja lebih
baik jika anggota-anggota dalam struktur diberi kesempatan untuk terlibat secara intim
dengan setiap organisasi. Hal ini menyangkut dua aspek yaitu:
a. Keterlibatan aparat melalui terciptanya nilai dan komitmen di antara para aparat agar
termotivasi dengan kuat pada program yang diimplementasikan.
b. Keterlibatan publik dalam desain dan implementasi program (B.Guy Peter dalam Krina,
2003).
Krina (2003) menyebutkan asumsi dasar dari peran serta adalah “semakin dalam
keterlibatan individu dalam tantangan berproduksi, semakin produktif individu tersebut”
dengan cara mendorong peran serta secara formal melalui forum untuk menampung peran
serta masyarakat yang representatif, jelas arahnya dan dapat dikontrol, bersifat terbuka dan
harus ditempatkan sebagai mimbar masyarakat untuk mengekspresikan keinginannya.
Dalam hal pemerintahan yang partisipatif, perencanaan pembangunan memerlukan
penanaman pemahaman tentang konsep pengelolaan yang partisipatif yang didasari oleh
adanya proses interaksi antar stakeholder yang dilakukan sejak tahap identifikasi
permasalahan, perumusan permasalahan, perumusan kebutuhan dan kesepakatan untuk
melaksanakan (Wiranto, 2001). Adapun pemerintahan yang partisipatif menurut Hill dan
Peter Hupe dalam Krina, 2002 bercirikan fokusnya pada memberikan arah dan mengundang
orang lain untuk berperan serta.
Dengan demikian nampaklah bahwa dalam setiap proses pembangunan, peran serta
masyarakat harus selalu menjadi prioritas, karena keterlibatan masyarakat sangat menentukan
dalam pelaksanaan dan keberhasilan program. Selain itu, melalui bentuk peran serta, hasil
pembangunan diharapkan dapat dimanfaatkan secara merata dan adil oleh seluruh lapisan
masyarakat. Hal ini berarti bahwa prinsip memperlakukan masyarakat sebagai subjek dan
objek pembangunan seharusnya tidak berhenti sebagai slogan, melainkan perlu
diaktualisasikan ke dalam kenyataan dengan bobot yang semakin besar pada kedudukan
masyarakat sebagai subjek (Soetomo, 1998).
Dalam kegiatan peran serta dimungkinkan adanya keterlibatan pihak ketiga sebagai
pendamping. Pengertian pihak ketiga sebagai pendamping disini adalah kelompok yang
terlibat dalam berbagai kegiatan pembangunan, baik dilakukan oleh LSM, Yayasan Sosial,
Perguruan Tinggi, melalui upaya-upaya pengembangan masyarakat, membantu
mensintesakan pendekatan pembangunan dari atas dan dari bawah, membantu mengorganisir
dan melaksanakan kegiatan bersama serta berbagai kegiatan selaku mediator atau katalisator
pembangunan (Schubeler, 1996).