Anda di halaman 1dari 7

UAS HUKUM LINGKUNGAN PERMASALAHAN DI LINGKUNGAN

SEKITAR

Disusun Oleh :

Goldia Erando Ginting (2014101028)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
Abstrak

Sangat banyak permsalahan yang terjadi lingkungan baik di dunia global


maupun di Indonesia sendiri sangat banyak kasus tersebut terjadi bagaimana tidak
karena kurang nya kesadaran masyrakat terhadap kecintaan alam sekitar
mereka.Maka dari itu perlunya kesadaran tentang alam kita

Kata kunci : Lingkungan,Global,Sekitar

A.Pendahuluan

Menuju Tanah Karo Bebas Sanitasi Buruk

Keadaan lingkungan, faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik


adalah variabel yang mendapatkan perhatian dalam menilai kondisi kesehatan
masyarakat atau dapat menentukan baik buruknya status derajat kesehatan
masyarakat dan buruk atau tidaknya sanitasi. Sanitasi lingkungan adalah status
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih dan sebagainya.

Sanitasi menciptakan segala sesuatu yang higienis dan kondisi yang


menyehatkan. Tujuan sanitasi ini adalah untuk meningkatkan atau
mempertahankan suatu tempat atau benda yang sehat sehingga tidak berpengaruh
negatif terhadap lingkungan hidup. Maka dari hal tersebut sangat penting untuk
menerapkan sanitasi disetiap daerah.

Kabupaten Karo terdiri dari 269 Desa/Kelurahan dan terletak di Dataran


Tinggi Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi.
Secara geografis terletak diantara 250′ – 319′ Lintang Utara dan 9755′- 9838′ Bujur
Timur. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa
vulkanik dan letusan gunung api.
Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 120 — 1400 meter di atas
permukaan laut. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-
buahan, sayuran dan bunga-bungaan dan mata pencarian penduduk yang terutama
adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan
hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749 Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten
Karo. Secara administrasi, Kabupaten Karo dibagi atas 17 kecamatan

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian kualitatif yang


dimana ini bedasarkkan fakta dan Landasan Metode penelitian adalah filsafat
postpositivisme. Digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
(lawan eksperimen), dimana peneliti sebagai instrument kunci. Teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan). Analisis data bersifat
induktif/kualitatif. Hasil penelitian kualitatif menekankan makna dari pada
generalisasi.Yang dimana di tanah karo data tersbut memang susai dengan lapangan
dan merupakan sebuah fakta .

C. KERANGKA TEORI

Prinsip penanggulangan pada tempatnya (“principle of abatement at the


suorce”); Prinsip sarana praktis/teknis yang terbaik (“the best practicable
means/technical means”); Prinsip pencenar membayar (“The polluter pays
principle”); Prinsip cegat-tangkal (“stand-still-principle”); Prinsip perbedaan
regional (“principle of regional differentiation”); dan prinsip beban pembuktian
terbalik; serta prinsip-prinsip umum pemerintahan yang baik.

Adapun karakter hukum lingkungan adalah multi aspek dan multi disipliner
yang berorientasi pada pelestarian fungsi dan kemampuan lingkungan hidup dengan
pendekatan utuh menyeluruh (holistik). Ia juga haru merupakan hukum yang
berwawasan lingkungan sebagai ciri utama hukum lingkungan modern. Ini berarti,
bahwa ia terkait dan harus sejalan dengan nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat.

D. PEMBAHASAN

Kondisi lingkungan di kabupaten karo pada beberapa daerah dapat dikatakan


menurun dan masih jauh dari kata baik. Menurunnya kualitas lingkungan hidup di
Kabupaten Karo dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pertambahan jumlah
penduduk yang akibatnya semakin banyak penyebaran penduduk yang membuat
dibukanya wilayah baru yang kurang tersedianya sarana dan prasarana sanitasi.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan penyebaran penduduk ke wilayah
yang lebih luas juga menyebabkan jumlah timbulan sampah meningkat setiap
tahunnya.

Faktor lain adalah perilaku hidup masyarakat yang relatif kurang kondusif
terhadap program sanitasi atau dapat dikatakan masih minimnya tingkat kesadaran
antar masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Sebagai contoh
masyarakat lebih suka menggunakan sarana alam seperti sungai dari pada
menggunakan sarana yang sudah tersedia. Maka dari itu perlu dilakukan perubahan
pada kebiasaan dan prilaku masyarakat.

Dampak sanitasi buruk

Dari kedua faktor tersebut tentunya dapat mengakibatkan penurunan pada


kualitas air permukaan, yang dimana air merupakan sumber utama yang paling
penting untuk kebutuhan masyarakat. Seperti yang tercantum pada “buku putih
kabupaten karo” menurunnya kualitas air dikarenakan masuknya air limbah,
sampah padat dan tinja ke badan air. Hal ini disebabkan karena limbah cair
domestik masih dikelola secara individual.
Sistem komunal mandi, cuci dan kakus (MCK) telah dilaksanakan
dibeberapa tempat melalui program SANIMAS tetapi belum menjangkau seluruh
pemukiman padat sehingga perlu dilaksanakan di lokasi lain. Limbah cair yang
berasal dari industri, hotel, dan rumah sakit baik yang sudah memiliki fasilitas IPAL
apalagi yang belum juga memberi kontribusi bahan pencemar.

Hal ini menyebabkan Biologycal Oxygent Demand (BOD) dan Chemical


Oxygent Demand (COD) meningkat sedangkan Dissolved Oxygent (DO) menurun;
sehingga air permukaan dibeberapa tempat sudah berbau busuk dan berwarna
kehitam-hitaman, kandungan mikroorganismen pada badan air tersebut meningkat
serta terjadinya pendangkalan sungai. Dari sisi lain kesulitan mendapatkan area
tempat pengelolaan sampah sementara (TPS) mempengaruhi ketersediaan jumlah
TPS yang ada di masyarakat. Hal ini memberikan kontribusi kepada masyarakat
untuk membuang sampah sembarangan terutama pada badan air, selain karena
perilaku masyarakat itu sendiri yang suka membuang sampah seenaknya.

Penelitian mengenai pengelolaan sampah kota dalam upaya meningkatkan


kesehatan lingkungan di Kota Kabanjahe dan sekitarnya Kabupaten Karo Propinsi
Sumatera Utara yang dibuat ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Karo dalam pengelolaan sampah di Kota
Kabanjahe dan sekitarnya dan Dimensi apa saja yang berpengaruh terhadap
manajemen pengelolaan sampah kota dalam upaya meningkatkan kesehatan
lingkungan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan rancangan
studi kasus dengan pendekatan sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menganalisis


manajemen pengelolaan sampah kota dalam upaya meningkatkan kesehatan
lingkungan di Kota Kabanjahe dan sekitarnya. Data dikumpulkan melalui
wawancara mendalam (indepth interview), pengamatan langsung di lapangan
(observation) dan pembagian angket kepada masyarakat sekitar. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa kinerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Karo
dalam pengelolaan sampah di Kota Kabanjahe dalam kategori baik, namun
berkaitan dengan kesehatan lingkungan kinerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan
belum mampu mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Hal tersebut
disebabkan: pertama, pengelolaan persampahan di Kota Kabanjahe belum memiliki
aturan hukum (Peraturan Daerah) yang khusus mengatur masalah persampahan.
Kedua,Organisasi pengelolaan sampah tersebut belum mampu menciptakan
keadaan Kota Kabanjahe memenuhi standar lingkungan yang sehat dan pengelolaan
persampahan masih dilakukan dengan metode open dumping.

Selain itu Dinas Kebersihan dan Pertamanan belum mampu menciptakan


kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan persampahan dan lingkungan
yang sehat. Dalam implementasi aspek manajemen kelembagaan, aspek
manajemen keuangan dan aspek manajemen teknis pengelolaan sampah belum
menyesuaikan dengan aspek kesehatan lingkungan. Sehingga faktor-faktor
manajemen pengelolaan persampahan dan kesehatan lingkungan belum mampu
berjalan beriringan untuk menciptakan lingkungan Kota Kabanjahe yang bersih dan
sehat, hal ini di karenakan tidak adanya kajian pengelolaan persampahan yang
memenuhi standar kesehatan lingkungan.

E.KESIMPULAN

Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian yang serius bagi pemerintahan
maupun masyarakat . Untuk menjaga sanitasi adalah faktor yang sangat penting
karena dampak yang dihasilkan tidaklah main-main. Dampak yang sangat besar
dihasilkan dari sanitasi yang buruk adalah masalah kesehatan masyarakat. Oleh
sebab itu sangat dibutuhkan kerjasama pemerintah dan kesadaran masyarakat.

Solusi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan sanitasi yang baik harus
diawali dengan kesadaran kuat dari masyarakat untuk membantu mewujudkan
sanitasi yang baik dimulai dari hal-hal yang kecil seperti tidak membuang sampah
di sembarang tempat dan memperhatikan kebersihan lingkungan.
Dari segi pemerintahan juga dapat lebih diterapkan peraturan dan program
yang sudah dibuat untuk lebih dikembangkan terutama pada penambahan tempat
pembuangan sampah akhir pada setiap pemukiman. Untuk lebih memperhatikan
dan memonitoring setiap perusahaan yang banyak mengeluarkan limbah dapat
diatasi secara tuntas.

Daftar pustaka

https://sanitariankit.id/menuju-tanah-karo-bebas-sanitasi-buruk/

http://zriefmaronie.blogspot.com/2014/04/pengantar-umum-sumber-
prinsip-hukum.html

http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/41690

Anda mungkin juga menyukai