Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN SISTEM ZERO WASTE DAN ECO OFFICE

DI PUSKESMAS LENEK

Oleh : S A N U S I

NIM : 21282072

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sampah didefinisikan sebagai barang


atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya; kotoran seperti daun,
kertas, dan lain-lain. Sampah merupakan suatu material sisa setelah berakhirnya suatu
proses, tetapi menurut konsep zero waste sampah merupakan sumber daya yang dapat
digunakan untuk proses yang lain.
Dewasa ini sampah merupakan masalah yang cukup serius terutama dikota- kota
besar. Sehingga banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah, swasta maupun
secara swadaya oleh masyarakat untuk menanggulanginya, dengan cara mengurangi,
mendaur ulang maupun memusnahkannya. Namun semua itu hanya bisa dilakukan bagi
sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga saja. Lain halnya dengan sampah yang
dihasilkan dari upaya medis seperti Puskesmas, Poliklinik, dan Rumah Sakit. Karena
jenis sampah yang dihasilkan termasuk dalam kategori biohazard yaitu jenis sampah
yang sangat membahayakan lingkungan, dimana disana banyak terdapat buangan virus,
bakteri maupun zat-zat yang membahayakan lainnya, sehingga harus dimusnahkan
dengan jalan dibakar dalam suhu diatas 800 derajat celcius. (Lembaga Penelitian
Kualitas Lingkungan, 2010).

Berdasarkan kajian yang ada menunjukan bahwa timbulan limbah dari kegiatan
Rumah Sakit mencapai sekitar 0,14 kg/bad/hari (WHO dan P2MPL tahun 2002),
sedangkan limbah dari Puskema s sebesar 7,50 gr/pasien/hari (PATH,tahun 2004) yang
didominasi limbah immunisasi (65%). Limbah sarana kesehatan tidak semuanya
tergolong berbahaya, hanya sekitar 20% saja yang tergolong B3, sedangkan sekitar 80%
limbah non B3. Namun demikian, potensi limbah B3 akan menjadi besar bila
pengelolaan limbah tidak benar, dimana ada kemungkinan tercampurnya limbah-
limbah tersebut.. (Modul Pelatihan Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit dan
Puskesmas Provinsi NAD: 2009).

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang merupakan


salah satu indikator kemajuan suatu masyarakat. Faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat diantaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan,
dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting dan dominan dalam penentuan derajat
kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan. (BAPEDAL, 1999).

Depkes R.I No 32 Tahun (2002) tentang Pengelolaan Sampah, menjelaskan bahwa


pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peran serta aktif
masyarakat termasuk dunia usaha. Usaha perbaikan kesehatan masyarakat terus
dikembangkan antara lain melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan
serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlindungan terhadap bahaya pencemaran dari
manapun juga perlu diberikan perhatian khusus. Sehubungan dengan hal tersebut,
pengelolaan sampah yang merupakan bagian dari penyehatan lingkungan dipuskesmas
Faktor kesehatan lingkungan diperkirakan juga memiliki andil yang signifikan
dalam timbulnya kejadian infeksi silang (nosokomial). Personil atau petugas yang
menangani sampah ada kemungkinan tertular penyakit melalui sampah medis karena
kurangnya higiene perorangan dan sanitasi lingkungan. (Depkes RI, 2002).

Pengelolaan sampah medis yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat


menimbulkan berbagai penyakit diantaranya infeksi nosokomial atau infeksioleh mikro
organisme yang diperoleh selama dirawat di puskesmas. Terjadinya infeksi nosokomial
merupakan hal yang paling sulit dihadapi klinisi dalam menanggani penderita- penderita
gawat. Kejadian infeksi nosokomial menjangkau paling sedikit sekitar 9% (variasi 3-
21%) dari pasien rawat inap. Di Negara maju, angka kejadian infeksi nosokomial telah
dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan. Mengingat besarnya masalah infeksi
nosokomial serta kerugian yang diakibatkannya, diperlukan upaya pengendalian yang
dapat menurunkan risiko infeksi nosokomial. (Sari, dkk, 2008).

Salah satu program yang digalakkan dalam upaya penekanan jumlah sampah
dan penanganan sampah di Puskesmas adalah program Zero waste dan eco Office.

Konsep Zero Waste (Nol Sampah) artinya memperlakukan sampah kedalam


kondisi nol atau tak bersisa. Dengan penerapan konsep Zero Waste (Nol Sampah),
maka lingkungan akan benar-benar terhindar dari penumpukkan sampah baik sampah
organik maupun sampah anorganik. Kerusakan lingkungan hidup yang lebih
parahakan dapat terhindarkan

Eco office atau Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) menjadi suatu solusi
pada kasus pemanasan global skala mikro dalam cakupan gedung/perkantoran.Mau tidak
mau ternyata gedung/perkantoran melahirkan berbagai sebab yang juga turut andil dalam
peningkatan pemanasan global.Meskipun lingkupnya mikro, namun perkantoran
dengan segala aktivitasnya menjadikannya sebuah greedy giant atau raksasa yang sangat
rakus.Sebutan raksasa yang rakus pada gedung atau perkantoran ini dikarenakan
gedung/perkantoran dalam setiap harinya banyak menghabiskan kertas, listrik, air,dan
menimbulkan sampah-sampah.
Dengan penerapan zero waste dan eco office di harapkan akan terjadi
pegelolaan sampah dengan benar dan penggunaan sumber daya alam ramah lingkungan ,
efektif dan efisien di Puskesmas.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Puskesmas Lenek sudah mulai melaksanakan program zero waste dan eco
office?
2. Sampai sejauh mana kegiatan zero waste dan eco office dijalankan di tiap
unitpelayanan di Puskesmas Lenek?
3. Apa Bentuk Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan demi keberlangsungan
program Zero Waste dan Eco Office

C. Tujuan
Adapun tujuan dari Papper ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Apakah Puskesmas Lenek sudah mulai melaksanakan
program zero waste dan eco office.,
2. Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan zero waste dan eco office dijalankan di
tiap unit pelayanan di Puskesmas Lenek.,
3. Untuk mengetahui rencana tindak lanjut yang akan dilakukan demi
keberlangsungan program Zero Waste dan Eco Office.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Zero Waste
1. Pengertian Zero Waste

Menurut Song (2015), Tidak ada jalan menuju solusi untuk masalah sampah saat ini
disuatu sisi, konsumsi sumber daya telah meningkat dari waktu ke waktu dan karenanya
generasi limbah juga telah meningkat. (bagian 2) Disisi lain, kota, perusahaan dan organisasi
lain ingin mewujudkan tujuan tanpa limbah meskipun terus meningkat per kapita pembuatan
limbah. Oleh karena itu, tanpa peta jalan yang konferhensif dan strategis, tujuan limbah nol
tidak tercapai dalam waktu yang diinginkan. Disini, kami merangkum penelitian zero waste
untuk mengedepankan empat persyaratan strategi limbah: roadmap limbah nol, prinsip dan
index zero waste, stategi kunci zero waste, dan limbah yang mewujudkan hirarki manajemen
nol.
Menurut Zaman (2015), Zero waste adalah pendekatan holistik yang
mempertimbangkan keseluruhan kehidupan siklus produk dari ekstraksi sumber daya ke final
pembuangan. Sumber daya alam seperti gas, batu bara, minyak, dan mineral ditambang
dalam fase ekstraksi. Produk dirancang dan diproduksi kemudian didistribusikan melalui
pengencer ke konsumen. Setelah konsumsi dan pemanfaatan produk, limbahnya dihasilkan,
sebagian kecil pasta diperoleh kembali dengan menggunakan kembali dan teknik daur ulang
dan teknologi pengolahan limbah, dan sebagian besar limbah dibuang ketempat pembuangan
akhir. Pendekatan zero waste mendorong zero landfill dan pemulihan sumberdaya 100 % dari
sampah.

Menurut Zero Waste Internasional Alliance (dalam Zaman, 2015) zero waste
didefinisikan sebagai “ tujuan yang etis, ekonomis, efisiensi dan visioner, untuk
membimbing orang dalam mengubah gaya hidup dan praktik mereka untuk meniru siklus
alam yang berkelanjutan, dimana semua bahan yang dibuang dirancang dan mengelola
produk dan proses secara sistematis menghindari dan menghilangkan volume dan toksisitas
limbah dan bahan, melestarikan dan memulihkan semua sumberdaya, dan tidak membakar
atau mengubur mereka”.
2. Zero Waste Index
Menurut Toronto (dalam Zaman, 2013) Zero Waste Index adalah alat mengukur
potensi bahan emisi diimbangi dengan nol sistem pengelolaan limbah. Tujuan terpenting dari
konsep zero waste adalah nol penipisan sumber daya alam. Karena itu,ukur kinerjanya dari
kota zero waste akhirnya akan mengukur sumber daya yang diekstraksi, dikonsumsi, terbuang,
didaur ulang dipulihkan dan akhirnya di ganti bahanemisi dan diimbangi sumber ekstraksi
oleh sistem pengelolaan limbah.
Namun, tingkat pengalihan limbah tidak menunjukan energinya efesiensi
penggantian material dari sistem penggelolaan limbah, yang sangat penting dalam
konverensi sumber daya alam global. Dengan demikian, zero waste indeks adalah alat terbaru
untuk mengukur emisi substitusi material dengan sistem pengelolaan sampah. Dengan
memperkenalkan zero waste indeks secara global, kita bisa mengukur bahan emisi
mengimbangi potensi dan potensi penipisan sumber daya alam. Zero waste indeks dengan
demikian merupakan pertunjukan indikator untuk menilai keseluruhan kinerja pengelolaan
sistem sampah. Seperti, daur ulang sama dengan limbah yang digunakan kembali, didaur
ulang, dikomposkan atau cerna dan sampah limbah sama dengan limbah yang ditimbun atau
diinsinerasikan.

Indeks zero waste didasarkan pada nilai material yang bisa berpotensi
menggantikan input bahan emisi. Subsitusi dari emisi energi, air dan gas rumah kaca juga
membertimbangkan dengan subsitusi material. Nilai subsitusi untuk material, emisi energi,
air dan gas rumah kaca telah diekstraksi dari kehidupan siklus database alat penilaian siklus
hidup yang berbeda dan database sumber. Jumlah bahan dan sumber daya yang tergabung
adalah berhubungan positif dengan kemajuan teknologi yang digunakan diproses pemulihan
material. Oleh karena itu, nilai substitusi bervariasi untuk bahan yang berbeda dan sistem
pengelolaan limbah yang berbeda. Salah satu komponen dalam konsep dalam konsep zero
waste yaitu pengukurankuantitatif limbah (Zaman, 2013).

B. Eco – Office
1. Definisi Eco-Office
Istilah dalam bahasa inggrisnya Eco berasaldari penyingkatan kata Ecology dan
Office tidak lain bermakna kantor atau perkantoran. Jadi Eco-Office adalah kantor peduli
lingkungan yangtelah mewujudkan penerapan sistem manajemen lingkungan dalam
kegiatan perkantoran. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan kantor yang bersih,
indah, nyaman sertamenyehatkan.

2. Konsep Eco-Office
World Wildlife Fund (WWF) dalam Ratnaningsih (tt, h.5-6) mengeluarkan kriteria
green office yang diisyaratkan bagi sistem pengelolaan lingkungan di suatu lingkungan
perkantoran dengan minimum kriteria berikut:
a. Program lingkungan
b. Pengembangan secara terus menerus.
c. Koordinator pelaksana.
d. Menumbuhkan kesadaran personel.
Untuk menentukan apakah perkantoran itu dapat dikatakan sebagai Eco-Office,
dalam Fachrial (2010, h.9-12) Green Building Council Indonesia (GBCI) menentukan
kriteria menurut sudut pandang yang berbeda-beda antara lain:

1. Menurut Perencanaan Ruang atau Spaceplanning/Facility Planning


2. Menurut Jenis Bahan, Peralatan ataupunMaterial yang akan digunakan.
3. Menurut Cara Penggunaan dan Operasinya
4. Perilaku/Behaviour.

3. Manfaat Perkantoran Berkonsep Eco– Office


Fachrial (2010, h.13-16) menyebutkanketerbatasan yang disediakan oleh alam
sekitar atau lingkungan perlu dipantau dan dicarikan solusi. Dengan adanya konsep Eco–
Office ini diharapkan mampu mengatasi berbagai keterbatasan – keterbatasan yang ada
seperti:
a. Mengatasi Keterbatasan Ruang TerbukaHijau
b. Mengatasi Keterbatasan Penyediaan AirBersih Perkantoran
c. Mengatasi KeterbatasanSuplai Energi Listrik Perkantoran
d. Mengatasi Keterbatasanpengelolaan sampah dan limbah perkantoran

C. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan


upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009).

2. Fungsi Puskesmas
Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan dua fungsi utama
yaitu upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama.
a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
meliputi :
1) pelayanan promosi kesehatan;
2) pelayanan kesehatan lingkungan;
3) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
4) pelayanan gizi; dan
5) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
6) Upaya kesehatan perseorangan (UKP)
b. UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. tingkat
pertama meliputi :

1) Rawat jalan
2) Pelayanan gawat darurat
3) Pelayanan satu hari (one day care)
4) Home care
5) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Lenek
Puskesmas Lenek merupakan salah satu dari 32 Puskesmas yang ada di
Kabupaten Lombok timur, yang letaknya kurang lebih 10 KM sebelah utara kota
Selong dan berada di jalur lintas nasional.
Adapun unit layanan dalam gedung yang terdapat di Puskesmas Lenek antara lain :
1. Ruang Pendaftaran
2. Unit Gawat Darurat
3. Poli Gigi
4. Ruang Farmasi
5. Poli Lansia
6. Poli Umum
7. Ruang Konseling remaja
8. Poli Anak
9. Ruang Pemeriksaan Umum
10. Ruang Kesehatan ibu dan KB
11. Ruang TB
12. Ruang Konseling HIV/AIDS
13. Ruang Laboratorium
14. Ruang Gizi dan Dapur
15. Ruang Sanitarian
16. Ruang Rawat Inap
17. Ruang Tata Usaha
Selain Pelayanan Dalam Gedung, Puskesmas Lenek juga melaksanakan kegiatan
pelayanan luar Gedung antara lain :
1. Pelayanan Posyandu Keluarga
2. Pemeriksaan Kesehatan Anak Sekolah
3. Imunisasi

Adapun jumlah keseluruhan tempat sampah di Puskesmas Lenek yaitu sebanyak 47


buah yang tersebar di masing masing unit , kamar mandi / WC dan ruang tunggu pasien.
Petugas kebersihan yang ada di Puskesmas Lenek yang berjumlah sebanyak 3 orang,
yang bertugas mengolah sampah dari pemilihan sampah sampai pembuangan akhir
sampah.
B. Pelaksanaan Zero Waste dan Eco Office di Puskesmas Lenek
1. Pelaksanaan Zero Waste di Puskesmas Lenek
Puskesmas Lenek secara umum mengkategorikan Limbahnya menjadi 2 bagian yaitu
Limbah padat dan Cair. Limbah padatnya terdiri dari limbah medis dan non medis.
Sedangkan limbah medisnya sendiri dibagi lagi menjadi tiga kategori yaitu Infeksius ( bak
sampah warna kuning ) , non infeksius ( bak sampah warna hitam ) dan Limbah B3 ( bak
sampah warna merah )
Untuk pengelolaan Limbah padat infeksius dan B3 Puskesmas Lenek bekerja sama
dengan pihak ketiga dalam proses pengolahan di incinerator, sedangkan untuk limbah cair
baik infeksius, non infeksius dan B3 diolah langsung di Puskesmas dengan menggunakan
teknik manual karena belum ada IPAL
Adapun limbah padat non infeksius dalam proses pemindahannya dari penampungan
sementara ( kontainer ) ke TPA Puskesmas Lenek juga bekerja sama dengan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Timur, dimana proses pengangkutan dilakukan
setiap hari pada jam 06.30 WITA.
Mengingat bahwa Metode zero waste adalah 5R, yaitu Refuse ( menolak ), Reduce (
mengurangi Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) dan
Rot (membusukkan sampah) maka dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas
Lenek belum menerapkan Zero Waste secara menyeluruh, karena pelaksanaannya hanya
pada tahap pengolahan sampah saja.

2. Pelaksanaan Eco Office di Puskesmas Lenek


Prinsip Dasar Eco Office adalah sebagai berikut :
a. Pengurangan sampah plastik dan kertas.
b. Penghematan energi listrik.
c. Pengehematan penggunaan air.
d. Kebersihan/ kenyamanan ruang kerja.
e. Pengelolaan sampah.
Setelah melakukan observasi pada beberapa unit yang dijadikan sampel dapat
diperoleh data sebagai berikut :

No Pertanyaan RPU IGD R. TU Pendaptaran


ya Tdk ya Tdk ya Tdk ya Tdk
1 menggunakan peralatan makan V V V V
dan minum yang dapat
digunakan berulang dan
membawa alat makan milik
pribadi. ( Pengurangan
Sampah
)
2 menyediakan air siap minum V V V V
(water tap) di area tertentu
seperti area olahraga, taman,
dan area publik lainnya. (
Pengurangan Sampah )

3 mematikan lampu apabila V V V V


ruangan tidak dipergunakan. (
Hemat Listrik )

4 membatasi pemberian fasilitas V V V V


AC bagi unit/pegawai yang
melaksanakan lembur. ( Hemat
Listrik )

5 mencabut stop kontak dan/atau V V V


mengatur peralatan elektronik
dalam kondisi auto off ketika
tidak digunakan. ( Hemat
Listrik
)
6 mematikan kran air apabila V V V V
tidak digunakan. ( Hemat Air )

7 melaporkan segera kepada V V V V


pengelola gedung apabila
menemukan kondisi kran
bocor.( Hemat Air )

8 menjaga kebersihan ruang V V V V


kerja. ( kenyamanan
Ruang
Kerja )
9 memilah dan membuang V V V V
sampah sesuai jenisnya pada
tempat sampah terpilah yang
disediakan.( kenyamanan
Ruang Kerja )

10 tidak merokok di dalam gedung V V V V


kantor. (kenyamanan
Ruang Kerja )
11 menyediakan tempat sampah V V V V
terpilah baik di ruang kerja
maupun di area luar gedung(
Pengelolaan sampah )
12 memastikan petugas kebersihan V V V V
tidak mencampur kembali
sampah yang telah dipilah. (
Pengelolaan sampah )

13 membangun bank sampah. ( V V V V


Pengelolaan sampah )
14 mengolah sampah organik V V V V
menjadi kompos. ( Pengelolaan
sampah )
15 menyediakan dropbox untuk V V V V
pengumpulan sampah
perkantoran yang mengandung
B3( Pengelolaan sampah )

Dari Tabel di atas dapat di peroleh hasil sebagai berikut

1. Dalam hal pengurangan sampah , Puskesmas Lenek belum melaksanakan secara


maksimal
2. Dalam hal penghematan listrik Puskesmas Lenek sudah bisa dilaksanakan secara
maksimal
3. Untuk penghematan air Karyawan Puskesmas Lenek sudah melaksanakan prinsip
penghematan air
4. Dalam menjaga kenyamanan kerja Puskesmas Lenek jua sudah
melaksanakannya
5. Untuk pengelolaan sampah sebagian sudah dilaksanakan namun masih belum
maksimal

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Lenek secara umum
belumCsepenuhnya melaksanakan prinsip Eco Office .

C. Rencana Tindak Lanjut


Program Zero Waste dan Eco Office di Puskesmas Lenek belum terlaksana secara maksimal.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya upaya sebagai berikut:
1. Merencanakan pembuatan IPAL
2. Melakukan Sosialisasi terhadap karyawan tentang Zero Waste dan Eco Office
3. Menggalakkan program Zero Waste dan Eco Office di Puskesmas
4. Membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi Zero Waste dan Eco Office
5. Menyusun rencana kerja tim monitoring dan evaluasi
6. Melakukan Evaluasi Kegiatan setiap empat bulan sekali
BAB IV KESIMPULAN

1. zero waste atau bebas sampah adalah sebuah langkah yang bertujuan untuk
menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan
dampak buruk dari sampah. Tujuannya adalah agar sampah tidak berakhir di TPA,
menjaga sumber daya dan melestarikan alam.
2. Istilah Eco-Office adalah kantor peduli lingkungan yang telah mewujudkan penerapan
sistem manajemen lingkungan dalam kegiatan perkantoran. Tujuannya adalah
menciptakan lingkungan kantor yang bersih, indah, nyaman serta menyehatkan
3. Metode zero waste adalah 5R,
yaitu Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan
kembali), Recycle (mendaur ulang) dan Rot (membusukkan sampah). 5R ini
menjadi pegangan untuk membentuk gaya hidup tanpa sampah dan menggunakan
sumber daya alam secara bijaksana.
4. Puskesmas Lenek belum melaksanakan prinsip Zero Waste dan Eco Office secara
maksimal sehingga perlu dilakukan upaya upaya lebih lanjut.
Daftar Pustaka

1. Anies, 2018, Penyakit akibat Lingkungan. Fakultas Kedokteran universitas Diponegoro


2. Adisty Siti Komari, 2014 Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Penerapan Program Zero
Waste Lifestyle di KelurahanSukaluyu Kota bandung. Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Eli Maria Rama, 2013, Studi Deskriptif Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas
Perawata Kuala Batee Kecamatan Kuala Bate Kecamatan Aceh Barat Daya
4. Ivone Rizky Amelia, Sarwono, Ainul Hayat, Konsep Eco Office Dalam Rangka
Mewujudkan Perkantoran Ramah Lingkungan. Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya, Malang

Anda mungkin juga menyukai