kehidupan sehari-hari. Dimana dalam setiap aktivitas yang dilakukan berpotensi menghasilkan
sampah. Mulai kegiatan konsumsi di skala rumah tangga dan publik hingga aktivitas administrasi
kerja di lembaga dan perusahaan. Bahkan proses alami lingkungan di sekitar kita juga tak luput
dari memproduksi sampah. Selama ini, kita hidup di tengah barang-barang sekali pakai, kemasan
plastik, dan sampah yang terus menggunung dan tak dapat terurai. Kemudian, gunung sampah
tersebut meluap dan mencemari lingkungan. Untuk menjaga masa depan ekosistem, diperlukan
perubahan besar, salah satu caranya menerapkan gaya hidup zero waste.
Menurut pemaparan dari situs Zero Waste International Alliance (ZWIA) mengenai
definisi zero waste adalah sebuah metode perancangan dan pengelolaan produk dan proses secara
sistematis, yang bertujuan untuk menghindari dan menghilangkan volume dan toksisitas limbah
dan bahan, melestarikan dan memulihkan semua sumber daya, dan tidak membakar atau
menguburnya. Arif Kusumawanto (2017), mendefinisikan zero waste sebagai suatu kondisi
dimana dari proses produksi, pemakaian, hingga barang sudah terpakai dan dibuang, dapat
Bea Johnson mempopulerkan konsep 5 R: “Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot” atau di
Membusukkan”. 5R ini menjadi pegangan untuk mengarah kepada gaya hidup tanpa limbah
sehingga dapat menciptakan lebih sedikit limbah dan menggunakan sumber daya alam secara
bijaksana. Akan tetapi yang paling sering dikenal hanya 3R : reduce, reuse, recycle saja. Padahal
langkah pertama yang seharusnya dilakukan yaitu refuse, menolak hal-hal yang berpotensi
menghasilkan sampah. Baru jika tidak mungkin ditolak selanjutnya masuk ke tahap R berikutnya.
Pada proses recycle, energi yang digunakan cukup banyak. Di Indonesia, misalnya
fasilitas-fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih kurang karena kita sebagai penduduk
Indonesia masih belum sadar untuk mengurangi sampah dan bahaya akan sampah itu sendiri.
Banyak terjadi open dumping (sampah yang dibuang langsung ke tanah) sehingga menimbulkan
Lantas, langkah efektif apa saja yang dapat kita lakukan untuk melindungi planet bumi
yang kita tinggali ini? Memulai dari yang kecil dan sederhana serta konsisten menjadi kunci awal
- Menolak pemberian kantong plastik saat belanja. Ada baiknya kita memulai membawa
- Menghindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar. Selain itu, kita bisa menggunakan produk yang dapat diisi ulang. Misalnya jika ingin
membeli minuman sebaiknya membawa tumblr (botol minum) dari rumah karena biasanya
- Menggunakan kembali wadah atau kemasan dengan fungsi yang sama secara berulang-ulang.
- Mengurangi penggunaan kertas karena di era digital semua dapat diakses melalui internet, e-
filing, dll.
- Mendaur ulang sampah rumah tangga dengan memisahkan antara sampah organik dan
anorganik. Sampah organik dapat dikonversi menjadi pupuk dengan membuat lubang biopori,
sedangkan sampah anorganik bisa dijadikan barang kerajinan tangan yang bermanfaat dan
bernilai jual.
- Sampah dikembangkan menjadi energi terbarukan yang ramah lingkungan, misalnya briket.
Yaitu bahan bakar berbentuk padat yang berasal dari arang hasil pembakaran bahan-bahan
buangan organik yang masih mempunyai sisa energi dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar alternatif.
Lingkungan) untuk menanamkan siswa siswi agar cinta pada lingkungan. Program ini