Anda di halaman 1dari 3

LINDUNGI BUMI DENGAN GERAKAN ZERO WASTE

Dinda Safitri Ramadhani


Program Studi Magister Teknik Sistem, Universitas Gadjah Mada
Jl. Teknika Utara No.3, Barek, Yogyakarta 55281
e-mail : dinda.safitri.r@mail.ugm.ac.id

Peningkatan populasi manusia sangat mempengaruhi tingginya aktivitas dan mobilitas

kehidupan sehari-hari. Dimana dalam setiap aktivitas yang dilakukan berpotensi menghasilkan

sampah. Mulai kegiatan konsumsi di skala rumah tangga dan publik hingga aktivitas administrasi

kerja di lembaga dan perusahaan. Bahkan proses alami lingkungan di sekitar kita juga tak luput

dari memproduksi sampah. Selama ini, kita hidup di tengah barang-barang sekali pakai, kemasan

plastik, dan sampah yang terus menggunung dan tak dapat terurai. Kemudian, gunung sampah

tersebut meluap dan mencemari lingkungan. Untuk menjaga masa depan ekosistem, diperlukan

perubahan besar, salah satu caranya menerapkan gaya hidup zero waste.

Menurut pemaparan dari situs Zero Waste International Alliance (ZWIA) mengenai

definisi zero waste adalah sebuah metode perancangan dan pengelolaan produk dan proses secara

sistematis, yang bertujuan untuk menghindari dan menghilangkan volume dan toksisitas limbah

dan bahan, melestarikan dan memulihkan semua sumber daya, dan tidak membakar atau

menguburnya. Arif Kusumawanto (2017), mendefinisikan zero waste sebagai suatu kondisi

dimana dari proses produksi, pemakaian, hingga barang sudah terpakai dan dibuang, dapat

menghasilkan sampah seminimal mungkin.

Bea Johnson mempopulerkan konsep 5 R: “Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot” atau di

dalam bahasa indonesia “Menolak, Mengurangi, Menggunakan Kembali, Daur Ulang,

Membusukkan”. 5R ini menjadi pegangan untuk mengarah kepada gaya hidup tanpa limbah
sehingga dapat menciptakan lebih sedikit limbah dan menggunakan sumber daya alam secara

bijaksana. Akan tetapi yang paling sering dikenal hanya 3R : reduce, reuse, recycle saja. Padahal

langkah pertama yang seharusnya dilakukan yaitu refuse, menolak hal-hal yang berpotensi

menghasilkan sampah. Baru jika tidak mungkin ditolak selanjutnya masuk ke tahap R berikutnya.

Pada proses recycle, energi yang digunakan cukup banyak. Di Indonesia, misalnya

fasilitas-fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih kurang karena kita sebagai penduduk

Indonesia masih belum sadar untuk mengurangi sampah dan bahaya akan sampah itu sendiri.

Banyak terjadi open dumping (sampah yang dibuang langsung ke tanah) sehingga menimbulkan

pencemaran tanah, air, udara.

Lantas, langkah efektif apa saja yang dapat kita lakukan untuk melindungi planet bumi

yang kita tinggali ini? Memulai dari yang kecil dan sederhana serta konsisten menjadi kunci awal

terciptanya zero waste.

- Menolak pemberian kantong plastik saat belanja. Ada baiknya kita memulai membawa

kantong belanja sendiri dengan bahan biodegradable.

- Menghindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah

besar. Selain itu, kita bisa menggunakan produk yang dapat diisi ulang. Misalnya jika ingin

membeli minuman sebaiknya membawa tumblr (botol minum) dari rumah karena biasanya

penjual menggunakan wadah berbahan plastik.

- Menggunakan kembali wadah atau kemasan dengan fungsi yang sama secara berulang-ulang.

Contohnya menggunakan baterai recharge, menggunakan plastik bekas minyak goreng

sebagai pengganti polybag.

- Mengurangi penggunaan kertas karena di era digital semua dapat diakses melalui internet, e-

filing, dll.
- Mendaur ulang sampah rumah tangga dengan memisahkan antara sampah organik dan

anorganik. Sampah organik dapat dikonversi menjadi pupuk dengan membuat lubang biopori,

sedangkan sampah anorganik bisa dijadikan barang kerajinan tangan yang bermanfaat dan

bernilai jual.

- Sampah dikembangkan menjadi energi terbarukan yang ramah lingkungan, misalnya briket.

Yaitu bahan bakar berbentuk padat yang berasal dari arang hasil pembakaran bahan-bahan

buangan organik yang masih mempunyai sisa energi dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

bakar alternatif.

- Bagi pemerintah, makin melancarkan pengadaan Program Adiwiyata (Sekolah Peduli

Lingkungan) untuk menanamkan siswa siswi agar cinta pada lingkungan. Program ini

bertujuan mendorong dan membentuk sekolah-sekolah di Indonesia turut serta melaksanakan

upaya-upaya pemerintah menuju pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan

berkelanjutan bagi generasi yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai