PENDAHULUAN
Isu lingkungan, menjadi salah satu isu yang tidak akan habis dibahas. Terlebih mengenai
pengelolaan sampah yang terus menjadi masalah, yang kemudian berdampak buruk
untuk lingkungan dan masyarakat, Saat ini sudah banyak gambaran kerugian dari sampah,
disebabkan beberapa sampah bersifat tidak mudah terurai dan dibiarkan tertumpuk di
sembarang tempat. Persoalan sampah ini dapat membahayakan bagi seluruh mahluk
hidup, termasuk manusia. Pada tahun 2018 Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan
Berbahaya Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan
bahwa produksi sampah mencapai 175.000 ton per hari. bahkan Indonesia dinyatakan
sebagai peyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Tentunya fakta yang sangat
miris. Limbah sampah tersebut menimbulkan berbagai persoalan seperti, tercemarnya
laut, tampungan TPA yang sudah melampaui batas, hingga tercemarnya lingkungan.
Sistem pengelolaan sampah akan menghadapi fase kritis, karena tidak tersedianya fasilitas
yang memadai untuk mengelola sampah dalam jumlah
yang lebih besar di perkotaan. Sistem pengelolaan sampah membutuhkan infrastruktur yang
tepat, pemeliharaan dan peningkatan untuk menjalankan
semua kegiatannya. Hal ini mengakibatkan biaya yang dibutuhkan semakin mahal dan
kompleks. Untuk melaksanakan pengolahan sampah yang terintegrasi, maka pemerintah
lokal akan membutuhkan mitra. Pemerintah pusat perlu mengurangi limbah atau sampah
dengan pengaturan beberapa hal seperti perhitungan pembiayaan bersama, deposit-
depositpaket,pertanggungjawaban produsen. Masyarakat umum yang menjadi stakeholder
terpenting dalam kegiatan pengolahan limbah, harus juga terlibat
aktif untuk pencapaian hal ini. Keterlibatan
masyarakat dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki pola perilaku mereka
Begitu juga dengan Sampah yang berada dilingkungan sekolah merupakan masalah yang
harus segera diberantas, Pengolahan
sampah tidak dapat lepas dari pengelolaan gaya hidup masyarakat. Peningkatan jumlah
penduduk dan gaya hidup masyarakat mengakibatkan penambahan volume sampah yang
dihasilkan. Peningkatan volume sampah yang setiap hari semakin meningkat membuat
semua pihak ikut turun
tangan untuk mengupayakan berbagai macam solusi untuk menyelesaikan masalah yang kini
sudah berbahaya tersebut.
Kerja sama dari seluruh pihak sangat dibutuhkan dalam pelaksanan zero wase di sekolah.
Melalui pengajaran, pelatihan dan kerja sama pelaksanaan program pengurangan sampah di
sekolah dapat
berjalan dengan baik. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku siswa
dalam membuang sampah. Beberapa diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pengetahuan,
sikap, ketersediaan sarana, peraturan sekolah, sertadukungan orang tua dan guru. Selain itu,
terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program pendidikan lingkungan
di sekolah, diantaranya adalah kurangnya komitmen dari siswa dan pegawai sekolah serta
kesulitan dalam mengubah kebiasaan siswa
Konsep zero waste merupakan suatu konsep berkelanjutan nyata yang dapat diterapkan di
sekolah-sekolah. Program zero waste di sekolah mengajarkan kepada siswa untuk
mengembangkan dan mempraktekkan pengetahuan mengenai konsep sistem berkelanjutan
dengan cara
mengurai produksi sampah. Sekolah merupakan kunci dari seluruh lapisan masyarakat agar
konsep zero waste dapat berjalan dengan baik.
Gaya hidup zero waste merupakan gaya hidup yang senantiasa menjunjung tinggi sikap
sederhana dan tidak berlebihan. Membeli dan mengkonsumsi segala hal sesuai dengan porsi
kebutuhan serta menghindari penggunaan plastik khususnya plastik sekali pakai. Selain itu,
gaya
hidup zero waste juga pada praktiknya terdiri dari memilah sampah dan memanfaatkan
sampah organik menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan lagi.
Gaya hidup zero waste dasarnya merupakan bentuk penyadaran yang muncul dari individu-
individu akan pentingnya merawat alam yang menjadi tempat hidup sehari-hari. Tak hanya
mengkampanyekan penyelamatan alam dari bahayanya sampah bagi bumi dan seisinya,
kampanye ini juga memiliki nilai surplus yakni memanfaatkan atau menggunakan kembali
sampah yang masih dimanfaatkan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi yang lainnya.
Melalui kegiatan Zero Waste Lifestyle (Gaya Hidup Nol Sampah) ini diharapkan mampu
mendorong para siswa dan warga sekolah lainnya untuk turut serta bersama-sama berperan
dalam merealisasikan pemberdayaan masyarakat kearah yang lebih baik, dalam hal ini ialah
menjadikan lingkungan yang bebas dari sampah.
Memulai gaya hidup zero waste sebenarnya bukan hal mudah, sebab butuh proses yang
panjang untuk memulainya. Adapun cara memulai gaya hidup zero waste sebagai berikut:
1. Memisahkan jenis sampah
2. Daur ulang sampah
3. Tidak menggunakan kanton plastic saat berbelanja
4. Mengurangi pengunaaan kertas,
5. Menggunakan botol minum sendiri di banding membeli air minum kemasan
6. Mengganti menggunakan sedotan plastik.
Mulai perlahan lebih baik daripada tidak mulai sama sekali. Awalnya, mungkin hanya bisa
melakukan satu atau dua langkah zero waste di atas. Tak apa, seiring waktu, kita dapat
mengubah gaya hidup dengan mempraktikkan langkah yang lain. Dengan mempraktikkan
zero waste, kita
sudah berkontribusi dalam menjaga kesehatan bumi.
KESIMPULAN
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai
nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam
penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang
cukup besar. Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang mendesak, sebab
apabila tidak dilakukan penanganan yang baik akan mengakibatkan terjadinya perubahan
keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari
lingkungan baik terhadap tanah, air, dan udara.Perilaku membuang sampah merupakan
tindakan yang ditimbulkan dari bagaimanaa seorang individu memperlakukan sampah yang
telah dihasilkannya, apakah dengan membuang sampah sembarangan, apakah
menyimpannya kemudian meletakkannya di
tempat sampah. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan atau konsepsi individu akan
sampah karena dengan adanya pengetahuan akan sampah mulai dari manfaat, kegunaan
hinggadampak-dampak yang ditimbulkan sampah dapat mempengaruhi individu dalam
berperilaku dan memberikan tindakan akan sampah. Pengetahuan merupakan salah satu
faktor penting dalam membentuk perilaku seseorang.