PENELITIAN
OLEH :
RAMONA HASANA
NIM P05170019031
A. Latar Belakang
Sampah merupakan masalah umum yang sampai saat ini dihadapi oleh
masyarakat diseluruh dunia. Permasalahan sampah adalah masalah yang semestinya
mendapatkan perhatian lebih banyak dengan laju pertumbuhan penduduk yang yang
terus meningkat. The World Bank (2018) mengatakan bahwa jumlah penduduk
didunia yang setiap tahun mengalami peningkatan menjadi penyebab masalah sampah
yang semakin kritis. Timbulan sampah diseluruh belahan dunia terus mengalami
peningkatan yang signifikan. Tahun 2016, kota-kota besar diseluruh dunia
menghasilkan sampah 2,01 miliar ton limbah padat. Negara – negara yang merupakan
penyumbang sampah terbesar adalah China, Indonesia, Filipina, Vietnam dan Sri
lanka.
Berdasarkan berita yang dirilis United Nations Environment Programmue
(UNEP) pada november 2012, mengutip laporan terbaru Bank Dunia yang berjudul “
whats a waste : A Global Review Of Solid Waste Management” disebutkan bahwa
volume sampah dunia mencapai 1,3 miliar ton per tahun. Dengan jumlah sampah
padat di kota-kota besar yang akan terus naik 70%, volume ini diperkirakan akan
mencapai 2,2 miliar ton pada tahun 2025. Sebagai contoh , pada tahun 2009 produksi
plastik global sekitar 243 juta ton, 29,8 ton digunakan dan dibuang di Amerika
Serikat. Menurut laporan United States Enviromental Protection Agency ( USEEPA)
pada limbah padat perkotaan, dari jumlah ini hanya 7,1% atau 2,1 juta ton yang
dikumpulkan dan didaur ulang, sisanya dibakar dengan limbah padat perkotaan
lainnya dalam program waste-to- energy yang menghasilkan energi hanya 10%, dan
mayoritas dibuang di pembuangan sapah sebesar 85% (Azaria & Prawidya, 2014).
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (2018),
bahwa total sampah di Indonesia adalah sebesar 64 juta ton pertahun dan diperkirakan
akan terus meningkat setiap tahunnya. Sampah telah menjadi masalah fundamental
lingkungan hidup di Indonesia. Timbulan sampah terus menerus menumpuk dari
waktu ke waktu. Pada tahun 2012, kementerian lingkungan hidup mencatat rata-rata
penduduk indonesia menghasilkan sampah sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625
juta liter jumlah total penduduk (kelvin, et. al, 2016).
1
2
Menurut data dari jakstrada sampah di Kota Bengkulu berasal dari sampah
rumah tangga dan non rumah tangga yang meliputi sampah pemukiman, pertokoan,
restoran, hotel, perkantoran, fasilitas umum,serta penyapuan jalan, yang didominasi
sampah organik. Saat ini sumber-sumber sampah ini merupakan salah satu sumber
yang paling berpengaruh dalam pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sampah yang
menimbun dan pengelolaan sampah yang tidak tepat dapat berdampak buruk pada
kesehatan dan keasrian lingkungan di sekitarnya.Sampah dapat berasal dari
bermacam- macam aktivitas baik dari aktivitas manusia maupun aktivitas alam
sendiri.
Menurut hasil survey lapangan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
tahun 2017 menyebutkan bahwa angka tertinggi timbulan sampah di Kota Bengkulu
berada di 3 Kecamatan yaitu kecamatan Muara Bangkahulu 2.496 kg dari ekonomi
rendah, 1.855 kg dari ekonomi sedang, dan 2.671 dari ekonomi tinggi, Kecamatan
Ratu Agung 2.438 dari ekonomi rendah, 2.351 dari ekonomi sedang, 2.703 dari
ekonomi tinggi, dan Kecamatan Ratu samban 2.438 dari ekonomi rendah, 2.547 dari
ekonomi sedang, 2.961 dari ekonomi tinggi.
Komponen sumber penimbulan sampah di kawasan pelayanan dalam Kota
Bengkulu dapat berupa, Daerah perumahan/permukiman atau sampah rumah tangga,
daerah komersial, yang di maksud dengan daerah komersial antara lain pasar
umum/pasar senggol, pusat-pusat perdagangan/pertokoan, hotel, restoran/rumah
makan, dan lain-lain, fasilitas umum ,yang di maksud dengan fasilitas umum yaitu,
terminal, rumah sakit, kantor pemerintah dan swasta, sekolah, dan lain-lainnya.
Banyaknya fasilitas umum yang menjadi sumber sampah di Kota Bengkulu
ada 3 fasilitas umum yang tertinggi menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
yaitu, Sekolah dengan sampah yang dihasilkan dari sisa makanan yang dibuang dari
warga sekolah, Pasar dengan sampah yang dihasilkan dari pengunjung dan pedagang
di pasar, Tempat wisata sampah yang dihasilkan dari sisa makanan dan minuman
pengunjung tempat wisata (DLH Kota Bengkulu, 2019).
Perilaku membuang sampah sembarangan ini, tidak mengenal tingkat
pendidikan maupun status sosial. Keberadaan sampah di kehidupan sehari-hari tak
lepas dari tangan manusia yang membuang sampah sembarangan, mereka
menganggap barang yang telah dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan membuang
dengan seenaknya sendiri. Kurang kesadaran akan pentingnya kebersihan menjadi
3
B. Rumusan Masalah
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
7
8
b. Menyebarkan penyakit
5. Teknik Pola Pengolaan Sampah Yang Diprogramkan Oleh Pemerintah melalui pola
pengelolaan sampah dengan cara reduce , reuse, recycle (3R) yaitu:
a. Pola pengelolaan sampah REDUCE yaitu pola pengelolaan sampah dengan cara
mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Dalam kehidupan sehari-hari pola
ini mulai diterapkan di beberapa swalayan yang menerapkan aturan untuk
membayar kantong plastik belanjaan, hal ini dimaksudkan konsumen untuk
seminimal mungkin menggunakan kantong plastik pada saat belanja.
Pengurangan jumlah sampah, khususnya sampah plastik rumah tangga ini juga
dilakukan melalui sosialisasi oleh Dinas Lingkungan Hidup.
c. Pola pengelolaan REUSE merupakan upaya pengelolaan sampah dengan
menggunakan kembali. Penggunaan kembali dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang potensial menjadi sampah
untuk dapat digunakan kembali.
d. Pola pengelolaan sampah RECYCLE merupakan pola pengelolaan sampah
dengan cara mendaur ulang kembali sampah dengan cara mendaur ulang
kembali sampah yang ada bentuk yang lebih ekonomis. Beberapa contoh
pelaksanaan recycle antara lain, pengelolaan sampah plastik menjadi bentuk-
bentuk lain seperti ember dan produk lain yang lebih memiliki nilai ekonomi.
B. Promosi Kesehatan
1.Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan
pentingnya pola hidup atau kebiasaan hidup sehat.sehingga diharapkan akan
terjadi perubahan sikap dan perilaku masyarakat menjadi perilaku yang sehat.
Promkes selalu ada disetiap kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, pada
saat kita melakukan pelayanan kesehatan seperti pengobatan kegiatan promkes
ini pasti disisipkan kepada pasien yang mendapat pelayanan kesehatan, yang
kemudian diharapkan pasien tersebut dapat menjalankan apa yang disampaikan
dalam proses guna mencegah penyakit terjadinya penyakit pada pasien di
kemudian hari.
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikan kesehatan pada
masa yang lalu, di mana dalam konsep promosi kesehatan tidak hanya merupakan
proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan
penegtahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga sebagai upaya yang mampu
menjembatani perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat maupun organisasi
dan lingkungannya. Perubahan lingkungan dalam kegiatan promosi kesehatan
10
meliputi lingkungan fisik-non fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik. Promosi
kesehatan adalah perpaduan dari berbagai macam dukungan baik pendidikan,
organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan
lingkungan (Mubarak et al.,2007).
Menurut Novita dan Franciska (2011), promosi kesehatan adalah proses
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan yang disertai dengan
upaya memfasilitasi perubahan perilaku dan merupakan program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perbaikan atau perubahan dalam individu masyarakat
dan lingkungan. Menurut Ottawa Charter, promosi kesehatan adalah upaya yang
dilakukan terhadap masyarakat sehingga mau dan mampu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Promosi kesehatan merupakan istilah yang saat ini banyak digunakan
dalam kesehatan masyarakat dan telah mendapat dukungan kebijakan dari
pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya. Definisi promosi kesehatan juga
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/SK/VII/2005 Tentang pedoman pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Daerah, disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah “upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, serta,
untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”.
Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan pengertian
promosi kesehatan sebagai berikut; “upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.” Hal tersebut tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan No.
1114/Menkes/SK/VIII/2005 (Susilowati, 2016).
Menurut Notoatmodjo (2010) Promosi kesehatan sebagian dari program
kesehatan masyarakat di indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan
visi pembangunan kesehatan di indonesia. Dalam undang-undang Kesehatan RI
no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah
“Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampua hidup sehat dengan bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
11
sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat
di indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan
kesehatan masyarakat di indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan
visi pembangunan kesehatan di indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan
dapat dirumuskan : “Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya”.
Menurut (Firmansyah,2009) menjelaskan bahwa promosi kesehatan adalah
proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya. Menurut Depkes RI Promosi kesehatan adalah upaya
perubahan atau perbaikan perilaku dibidang kesehatan disertai dengan upaya
mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan. Promosi kesehatan adalah proses
pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya.
Dengan Promosi Kesehatan diharapkan masyarakat mampu mengendalikan
determinan kesehatan, partisipasi merupakan sesuatu yang paling dalam upaya
promosi kesehatan (Ghazali,2012).
2. Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan umum dari promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan
individu, keluarga, kelompok masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat serta terciptanya lingkungan
yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
3. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan
Beberapa prinsip-prinsip promosi kesehatan antara lain:
a. Kerjasama dan kolaborasi
Dapat memperkuat pelaksanaan promosi kesehatan. Individu pada hakikatnya
adalah makhluk sosial yang saling membantu, bekerjasama dan saling
berinteraksi dalam memperoleh pengalaman-pengalaman dari orang lain untuk
dapat mengembangkan pemikiran dan daya kreatif individu.
b. Promosi Kesehatan
Bertujuan untuk melakukan perubahan perilaku, dan terjadi perubahan perilaku
itu sendiri memerlukan waktu yang lama serta kesabaran dan merupakan suatu
proses evaluasi secara bertahap.
c. Komperehensif
12
Oleh sebab itu, strategi ini dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana atau
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan yaitu upaya untuk membuat
suasana atau iklim yang kondusif atau menunjang pembangunan kesehatan
sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup bersih dan
sehat. Beberapa bentuk kegiatan tersebut adalah pelatihan-pelatihan para toma,
seminar, lokakarya, pendidikan/penyuluhan, sarasehan, pertemuan berkala,
kunjungan lapangan, study banding dan sebagainya. Sasaran pada dukungan
sosial adalah sasaran sekunder, misalnya tokoh masyarakat dan tokoh keluarga.
3. Pemberdayaan Masyarakat ( Empowerment)
Pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kemampuan masyarakat agar
dapat berdiri sendiri, serta memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan adalah strategi promosi
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor genetik dan lingkungan. Faktor herediter merupakan konsepdasar
perkembangan perilaku makhluk hidup selanjutnya, sedangkan lingkungan
merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.
D. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar. Menurut skinner,
perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus,perilaku dapat dibagi
dua yaitu :
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi apabila respon dari stimulus belum dapat diamati oleh
orang lain secara jelas. Respon seseotang terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus
tersebut.
18
b. Perilaku terbuka ( overt behavior)
Perilaku terbuka apabila respon terhadap stimulus dapat diamati oleh
orang lain. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam suatu
tindakan atau praktik yang dapat dengan mudah diamati orang lain.
Perilaku merupakan hasil kegiatan atau aktivitas organisme. Perilaku
terbentuk dari hasil adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya (soekidjo,2011).
Perilaku manusia merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan sehari-hari,
seperti berjalan, berbicara, bereaksi, cara berpakaian, tradisi dan lai
sebagainnya. Perilaku adalah segala kegiatan yang dilakukan organisme baik
yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (soekidjo,2011)
menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme
yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
2. Komponen perilaku
Dalam proses pembentukan perilaku, benyamin bloom (1908), membagi
tingkat ranah perilaku sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior),
soekidjo (2011).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) tingkat pengetahuan
didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu (Notoadmojo,2014):
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang lebih spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah dari yang lainnya.
b. Memahami (compreheston)
Memahami adalah sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
19
materi tersebut secara benar.orang yang telah paham terhadap objek atas
materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
c. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
sesuatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi,dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
d. Sistetis (synthesis)
Sistetis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintetis adalah sesuatu bentuk kemampuan menyusun
formulasi baru.
e. Evaluasi (evalution)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap sesuatu kriteria yang ditentukan sendiri , atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
f. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya) aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, metode,
prinsip, dan lain–lainya.
2. Sikap (atittude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
sebagainnya). Menurut (soekidjo, 2010). sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
1. Menerima (receiving)
2. Menanggapi ( responding)
3. Menghargai (valving)
4. Bertanggung jawab (responsible)
5. Tindakan atau praktik ( practice)
6. Praktik terpimpin (guided response)
7. Praktik secara mekanisme ( mechanisme)
20
8. Adopsi (adoption)
3. Perilaku sehat
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak
sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat dirumah tangga.
Menurut becker , konsep perilaku yang dikembangkan bloom menguraikan perilaku
kesehatan menjadi tiga domain, yaitu pengetahuan kesehatan (health knowledge),
sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan ( health practice).
Becker mengklasifikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :
a. Pengetahuan kesehatan pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa
yang diketahui seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan,
seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang
faktor-faktor yang terkait dan atau yang mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan dan pengetahuan untuk
menghindari kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan sikap yang sehat dimulai dari diri sendiri,
dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan dalam tubuh dibandingkan
keinginan.
c. Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktifitas
orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap
penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang
terkait dan atau yang mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Teori Lawrence Green. Teori ini disebut juga model perubahan
perilaku Precede-Proceed dari Lawrence Green dan M. Kreuter (2005),
bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun
lingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian utama yang berbeda. Bagian
pertama adalah PRECEDE terdiri atas Predisposing, Reinforcing, Enabling,
Contructs in, Educational, Environment, dan Evaluation. Bagian kedua
adalah PROCEED yang terdiri atas Policy, Regulatory, Organizational,
Contructs in, Educational, Environment, dan Development (Fertman, 2010).
Menurut Green Lawrence dalam teori ini bahwa kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku dan faktor diluar
perilaku. Faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 hal yakni (Notoatmodjo, 2010);
(Irwan, 2017); (Gochman, 1988) :
a) Faktor-faktor predisposisi, yakni faktor-faktor yang mempermudah
21
terjadiya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, norma sosial, budaya, dan faktor
sosiodemografi.
b) Faktor-faktor pendukung, yakni faktor-faktor yang memfasilitasi suatu
perilaku. Yang termasuk kedalam faktor pendukung adalah sarana dan
prasarana kesehatan.
c) Faktor-faktor pendorong, yakni faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok
referensi perilaku masyarakat.
Teori Snehandu B. Kar. Menurut teori ini terdapat lima determinan
perilaku yakni :
1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya.
2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya. Di dalam kehidupan
bermasyarakat, perilaku seseorang cenderung memerlukan dukungan dari
masyarakat sekitarnya. Apabila suatu perilaku tidak didukung oleh
masyarakat sekitar, maka orang tersebut akan merasa tidak nyaman
terhadap perilakunya tersebut.
3. Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan.
Seseorang akan cenderung mengikuti suatu tindakan apabila ia
mempunyai penjelasan yang lengkap tentang tindakan yang akan
dilakukannya tersebut.
4. Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan
atau keputusan.
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak. Hal ini
disebabkan untuk melakukan suatu tindakan apapun, diperlukan suatu
kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi ini dan situasi mempunyai
pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia maupun yang ada.
22
E. Kerangka Teori
Sampah Promosi
Kesehatan
- Advokasi
Pendekatan - Dukungan Sosial
Promosi - Pemberdayaan
Kesehatan Masyarakat
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, Penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Penggunaan kualitatif dipilih agar
peneliti tentang peran promotor Kesehatan terhadap perilaku masyarakat
membuang sampah mudah dilakukan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi,
Penelitian etnografi pada dasarnya bertujuan untuk memahami atau menggali
kehidupan, perilaku tertentu dalam sekelompok masyarakat. Penelitian ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta mengetahui perilaku
masyarakat membuang sampah di kelurahan sawah lebar kota Bengkulu.
Peran 1. advokasi
Promotor 2. dukungan sosial
Kesehatan 3. pemberdayaan
masyarakat
Perilaku
masyarakat
membuang
sampah
C. Definisi Istilah
3. Dukungan sosial adalah sebuah kegiatan dengan tujuan mencari dukungan dari
berbagai elemen (tokoh-tokoh masyarakat) untuk menjembatani antara pelaksana
program kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan
tersebut(Solang, Losu dan tando, 2016:66-68).
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Display data
Setelah data direduksi tahap selanjutnya adalah menyajikan data atau display data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah display data, Langkah akhir adalah penarikan kesimpulan. Menurut Miles
dan Huberman kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsistensi saat peneliti
kelapangan saat proses pengumpulan data maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya.
I. Alur Penelitian
Tahap-tahapan dalam penelitian kualitatif ini sebagai berikut:
Pra lapangan
Menyusun rancangan penelitian
Memilih lokasi penelitian
Memilih informan berdasarkan purposive sampling
Menyiapkan instrument
Urus ethical clerance
Mengurus perijinan
Lapangan
Pengumpulan data dengan indepth sampling
Pengolahan data
Transkip hasil wawancara
Menelaah dan memilih kata dari hasil wawancara
Editing data
Klasifikasi data
Pemberian kode pada data
penafsiran
Bagan 3.2
Alur penelitian
[Type here] [Type here] [Type here]
J. Etika Penelitian
Adapun etika-etika yang harus dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Inform Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan dibuat atas ketersediaan responden.Didalam lembar tersebut
berisikan judul penelitian dan manfaat penelitian. Responden akan memberikan
tanda tangan pada lembaran jika bersedia.
a. Anonimity (tanpa nama)
Penelitian akan menjaga privasi dan kerahasian responden untuk melindungi hak- haknya.
Peneliti akan memberikan kode pada responden tanpa mencantumkan nama.
2. Confidentialy (kerahasiaan)
Dalam melakukan penelitian, informasi yang didapat oleh responden akan
dirahasiakan kecuali pada angka tertentu yang digunakan sebagai laporan hasil
penelitian.
[Type here] [Type here] [Type here]
L
A
M
P
I
R
A
N
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Bengkulu, 2022
Responden
(.....................)
Pedoman wawancara Promotor Kesehatan
Peran Promotor Kesehatan Terhadap Perilaku Membuang Sampah Pada Masyarakat
Di Kelurahan Sawah Lebar Kota Bengkulu
A. Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Jabatan :
5. Pedidikan :
6. Alamat :
B. Pertanyaan
1. Bagaimana upaya advokasi yang bapak/ibu lakukan dalam menanggulangi sampah
pada masyarakat?
2. Bagaimana bapak/ibu mendapatkan dukungan sosial pemerintah setempat dan
masyarakat sekitar dalam menanggulangi sampah dilingkungan masyarakat?
3. Bagaimana bapak/ibu melakukan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
sampah yang bisa mengurangi permasalahan sampah dimasyarakat?
4. Bagaimana upaya yang di lakukan bapak/ibu dalam melakukan sosialisasi ke
masyarakat betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar terciptanya
perilaku hidup bersih dan sehat?
5. Bagaimana cara ibu/bapak untuk mengajak masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat agar terhindar dari peyakit yang ditimbulkan dari sampah?
Pedoman Wawancara Lurah
A. Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Jabatan :
5. Pedidikan :
6. Alamat :
B. Pertanyaan
1. Ada berapa tempat pembuangan sampah(TPS) yang ada dikelurahan bapak/ibu,
dan dimana saja lokasi TPS nya?
2. Bagaimana bapak/ibu mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya
menjaga lingkungan dari sampah ?
3. Bagaimana bapak/ibu menyikapi ada masyarakat yang membuang sampah bukan
pada tempat yang semestinya (tempat pembuangan sampah)?
4. Setiap RT/RW apa sudah mempunyai atau memfasilitasi tempat sampah untuk
warganya?
5. Seberapa sering dilakukan gotong royong bersama masyarakat di RT/RW dalam
menjaga kebersihan lingkungan?
Pedoman Wawancara Masyarakat
Peran Promotor Kesehatan Terhadap Perilaku Membuang Sampah Pada Masyarakat
Di Kelurahan Sawah Lebar Kota Bengkulu
A. Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Tempat , tanggal lahir :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
B. Pertanyaan
1. Dimanakah biasanya ibu/bapak membuang sampah?
2. Bagaimana cara ibu/bapak mengelola sampah rumah tangga?
3. Berapa kali ibu/bapak membuang sampah setiap minggunya?
4. Seberapa pentingnya ibu/bapak memisahkan sampah yang akan dibuang?
5. Ada berapa tempat sampah yang ada dirumah ibu/bapak?
6. Menurut ibu/bapak manakah yang lebih penting antara mendaur ulangi sampah
dan mengurangi sampah?