Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL

PENELITIAN

PERAN PROMOTOR KESEHATAN TERHADAP PERILAKU


MEMBUANG SAMPAH PADA MASYARAKAT
DI KELURAHAN SAWAH LEBAR
KOTA BENGKULU

OLEH :

RAMONA HASANA
NIM P05170019031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN AJARAN 2022
xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampah merupakan masalah umum yang sampai saat ini dihadapi oleh
masyarakat diseluruh dunia. Permasalahan sampah adalah masalah yang semestinya
mendapatkan perhatian lebih banyak dengan laju pertumbuhan penduduk yang yang
terus meningkat. The World Bank (2018) mengatakan bahwa jumlah penduduk
didunia yang setiap tahun mengalami peningkatan menjadi penyebab masalah sampah
yang semakin kritis. Timbulan sampah diseluruh belahan dunia terus mengalami
peningkatan yang signifikan. Tahun 2016, kota-kota besar diseluruh dunia
menghasilkan sampah 2,01 miliar ton limbah padat. Negara – negara yang merupakan
penyumbang sampah terbesar adalah China, Indonesia, Filipina, Vietnam dan Sri
lanka.
Berdasarkan berita yang dirilis United Nations Environment Programmue
(UNEP) pada november 2012, mengutip laporan terbaru Bank Dunia yang berjudul “
whats a waste : A Global Review Of Solid Waste Management” disebutkan bahwa
volume sampah dunia mencapai 1,3 miliar ton per tahun. Dengan jumlah sampah
padat di kota-kota besar yang akan terus naik 70%, volume ini diperkirakan akan
mencapai 2,2 miliar ton pada tahun 2025. Sebagai contoh , pada tahun 2009 produksi
plastik global sekitar 243 juta ton, 29,8 ton digunakan dan dibuang di Amerika
Serikat. Menurut laporan United States Enviromental Protection Agency ( USEEPA)
pada limbah padat perkotaan, dari jumlah ini hanya 7,1% atau 2,1 juta ton yang
dikumpulkan dan didaur ulang, sisanya dibakar dengan limbah padat perkotaan
lainnya dalam program waste-to- energy yang menghasilkan energi hanya 10%, dan
mayoritas dibuang di pembuangan sapah sebesar 85% (Azaria & Prawidya, 2014).
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (2018),
bahwa total sampah di Indonesia adalah sebesar 64 juta ton pertahun dan diperkirakan
akan terus meningkat setiap tahunnya. Sampah telah menjadi masalah fundamental
lingkungan hidup di Indonesia. Timbulan sampah terus menerus menumpuk dari
waktu ke waktu. Pada tahun 2012, kementerian lingkungan hidup mencatat rata-rata
penduduk indonesia menghasilkan sampah sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625
juta liter jumlah total penduduk (kelvin, et. al, 2016).

1
2

Menurut data dari jakstrada sampah di Kota Bengkulu berasal dari sampah
rumah tangga dan non rumah tangga yang meliputi sampah pemukiman, pertokoan,
restoran, hotel, perkantoran, fasilitas umum,serta penyapuan jalan, yang didominasi
sampah organik. Saat ini sumber-sumber sampah ini merupakan salah satu sumber
yang paling berpengaruh dalam pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sampah yang
menimbun dan pengelolaan sampah yang tidak tepat dapat berdampak buruk pada
kesehatan dan keasrian lingkungan di sekitarnya.Sampah dapat berasal dari
bermacam- macam aktivitas baik dari aktivitas manusia maupun aktivitas alam
sendiri.
Menurut hasil survey lapangan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
tahun 2017 menyebutkan bahwa angka tertinggi timbulan sampah di Kota Bengkulu
berada di 3 Kecamatan yaitu kecamatan Muara Bangkahulu 2.496 kg dari ekonomi
rendah, 1.855 kg dari ekonomi sedang, dan 2.671 dari ekonomi tinggi, Kecamatan
Ratu Agung 2.438 dari ekonomi rendah, 2.351 dari ekonomi sedang, 2.703 dari
ekonomi tinggi, dan Kecamatan Ratu samban 2.438 dari ekonomi rendah, 2.547 dari
ekonomi sedang, 2.961 dari ekonomi tinggi.
Komponen sumber penimbulan sampah di kawasan pelayanan dalam Kota
Bengkulu dapat berupa, Daerah perumahan/permukiman atau sampah rumah tangga,
daerah komersial, yang di maksud dengan daerah komersial antara lain pasar
umum/pasar senggol, pusat-pusat perdagangan/pertokoan, hotel, restoran/rumah
makan, dan lain-lain, fasilitas umum ,yang di maksud dengan fasilitas umum yaitu,
terminal, rumah sakit, kantor pemerintah dan swasta, sekolah, dan lain-lainnya.
Banyaknya fasilitas umum yang menjadi sumber sampah di Kota Bengkulu
ada 3 fasilitas umum yang tertinggi menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
yaitu, Sekolah dengan sampah yang dihasilkan dari sisa makanan yang dibuang dari
warga sekolah, Pasar dengan sampah yang dihasilkan dari pengunjung dan pedagang
di pasar, Tempat wisata sampah yang dihasilkan dari sisa makanan dan minuman
pengunjung tempat wisata (DLH Kota Bengkulu, 2019).
Perilaku membuang sampah sembarangan ini, tidak mengenal tingkat
pendidikan maupun status sosial. Keberadaan sampah di kehidupan sehari-hari tak
lepas dari tangan manusia yang membuang sampah sembarangan, mereka
menganggap barang yang telah dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan membuang
dengan seenaknya sendiri. Kurang kesadaran akan pentingnya kebersihan menjadi
3

faktor yang paling dominan, di samping itu kepekaan masyarakat terhadap


lingkungan harus dipertanyakan. Mereka tidak mengetahui bahaya apa yang akan
terjadi apabila tidak dapat menjaga lingkungan sekitar. Salah satu bentuk perilaku
membuang sampah.Pada masyarakat adalah dengan membuang sampah di sungai.
Kondisi ini menyebabkan lingkungan di sekitar tepi sungai terlihat sangat kotor akibat
tumpukan sampah, lalat beterbangan, banyak tikus dan nyamuk, bahkan menyebarkan
aroma yang tidak sedap (Putra & Amaludin, 2019).
Sampah secara sederhana dapat diartikan sebagai segala barang padat yang
tidak terpakai lagi. Seringkali sampah menimbulkan masalah yang serius jika tidak
dikelola dengan tepat. Manajemen pengelolaan sampah yang kompleks dengan multi
tahapan, mulai dari sampah dihasilkan pada tingkatan rumah tangga, sampah industri
atau sampah agraris, pengumpulan sampah, transportasi sampah, fasilitas-fasilitas
pengelolaan sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Permasalahan sampah di suatu kawasan meliputi tingginya laju timbulan
sampah, kepedulian masyarakat yang masih rendah sehingga suka berperilaku
membuang sampah sembarangan, keengganan untuk membuang sampah pada tempat
yang sudah disediakan. Perilaku yang buruk ini seringkali menyebabkan bencana di
musim hujan karena darainase tersumbat sampah sehingga terjadi banjir (Hardiatmi
2011). Kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan hampir di semua
kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka yang berpendidikan
tinggi juga melakukannya. Ini sangat menyedihkan karena minimnya pengetahuan
tentang sampah dan dampaknya. Perilaku buruk ini semakin menjadi karena
minimnya sarana kebersihan yang mudah dijangkau oleh masyarakat di tempat umum
(Kartiadi, 2009).
Keadaan seperti itu tidak dapat dibiarkan begitu saja karena menurut UU
Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, menyebutkan bahwa sampah
merupakan permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara
ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah
perilaku masyarakat. Selain itu, hal lain yang penting untuk diperhatikan, berdasarkan
UU Nomor 18 Tahun 2008 bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan dalam
pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dari pemerintah daerah,
atau pihak lain yang diberi tanggung jawab untuk itu.
4

B. Rumusan Masalah

Permasalahan sampah di Indonesia masuk kedalam 5 besar negara yang


menghasilkan sampah dan indonesia diperingkat kedua. Hal tersebut maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut, bagaimana Peran Promotor
Kesehatan Terhadap Perilaku Membuang Sampah Pada Masyarakat di Kelurahan
Sawah Lebar Kota Bengkulu ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui peran promotor kesehatan terhadap perilaku masyarakat tentang
masalah sampah di Kelurahan Sawah Lebar Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik informan meliputi (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan)

b. Diketahui informasi yang mendalam tentang peran promosi kesehatan


terhadap peningkatan perilaku membuang sampah pada masyarakat Di
Kelurahan Sawah Lebar Kota Bengkulu
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi dalam mengurangi sampah
pada wilayah Kelurahan Sawah Lebar, dalam bidang promosi kesehatan agar
menjaga lingkungan disekitar wilayah tersebut.
2. Manfaat Bagi Akademik
Dapat menjadi referensi penelitian pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bengkulu
dan hasil penelitian ini juga dapat meningkatkan jumlah publikasi yang
berkontribusi bagi peneliti dan institusi perguruan tinggi.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menambahkan wawasan dan informasi yang bermanfaat yang bisa dijadikan
bahan acuan disaat bekerja pada Institusi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan penelitian yang berkaitan dengan
peran promotor dimasyarakat untuk mentransfer pengetahuan dan pembelajaran
pada masyarakat.
5

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Nama Hasil Penelitian Tahun dan Perbedaan


Penelitian Penelitian Tempat
Penelitian
1 Penerapan Lely Suryani, Penelitian ini 2020, TK Perbedaan
media Stefania baptis dilaksanakan Kartika dari
audiovisual Seto Dalam dua siklus. Kodim penelitian ini
untuk Penggunaan Ende adalah
meningkatkan media audio metode,
perilaku cinta visual untuk variabel
lingkungan Meningkatkan sasaran,
pada Golden perilaku cinta tempat,
Age lingkungan pada waktu,
golden age. serta media
Dalam proses yang
Perencanaan digunakan.
Pembelajaran
yang dilaksanakan
oleh peneliti pada
langkah awal
Adalah
menyiapkan dan
Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
Harian (RPPH)
Dengan
Menggunakan
media audiovisual
dalam hal ini
Menggunakan
video berdasarkan
pedoman yang
diberikan oleh
guru kelas yang
menjadi tempat
penelitian yaitu
kelas B pada TK
Kartika VII-8
Ende.
2 Pengaruh Tri Yuniarti , Hasil penelitian 2020,di Perbedaan
pengetahuan Isnani ini diperoleh desa dari
kesehatan Nurhayati, dengan tehnik Cabean penelitian ini
lingkungan Anggie Wawancara Kunti adalah
terhadap Pradana Putri , tertulis dan Cepogo metode,
pembuangan Nur Fadhilah Menggunakan Boyolali variabel,
sampah kuisioner kepada tempat,
sembarangan responden sebagai waktu, dan
6

pencarian data sasaran seta


dan dokumentasi media yang
langsung di digunakan
lapanagan yang
kemudian peneliti
analisis. Analisis
ini berfokus pada
masyarakat Desa
Cabean Kunti
berkaitan dengan
Perilaku
masyarakat yang
Membuang
Sampah
sembarangan.
3 Sosialisasi dan Bintarsi h Kegiatan 2020,di Perbedaan
edukasi Sekarninngrum sosialisasi tentang Kecamatan dari
kangpisman , Yogi pengelolaan sampah Cinambo penelitian ini
(kurangi, Suprayogi s , akan berhasil Kota adalah
pisahkan dan Desi Yunita meningkatkan Bandung waktu,
manfaatkan partisipasi tempat dan
sampah) masyarakat apabila sasaran serta
masyarakat telah media yang
memiliki digunakan
pengetahuan dasar
tentang cara
mengelola sampah
dari sumbernya.
Selanjutnya kegiatan
edukasi tentang
pengelolaan sampah
lebih diarahkan pada
kemampuan untuk
mempengaruhi
masyarakat, sehingga
masyarakat memiliki
kesadaran untuk
melakukan
pengelolaan dan
pemanfataatan
sampah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
1. Pengertian Sampah
Sampah merupakan produk samping dari aktifitas masyarakat. Sampah
adalah hasil sisa dari produk atau sesuatu yang dihasilkan dari sisa-sisa penggunaan
yang manfaatnya lebih kecil dari pada produk yang digunakan oleh penggunaannya,
sehingga hasil dari sisa ini dibuang atau atau tidak digunakan kembali. Solid wast
atau sampah padat terbagi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah non organik.
Sampah organik adalah sampah yang dapat diurai, seperti sisa-sisa makanan, daun,
dll. Sedangkan non organik adalah sampah yang tidak dapar didaur ulang kembali
seperti plastik, kaca, kaleng, dan lain-lainnya. Sampah ini akan menjadi bencana
bagi kehidupan manusia dan lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.
Pengertian sampah menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu
yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya (Chandra,2006).
Sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh
manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Manusia sebagai salah satu
produsen sampah atau penghasil sampah, manusia menghasilkan timbunan sampah.
Kegiatan manusia baik yang berada dikota besar maupun kota kecil, setiap hari dan
setiap hal tidak terlepas dari produksi sampah (UU NO.18 Tahun 2008).
Sampah yang dikelola menurut undang-undang no 18 tahun 2008 di
kelompokkan menjadi sampah rumah tangga, sampah sejenis rumah tangga dan
sampah spesifik. Sampah rumah tangga merupakan sampah yang dihasilkan dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Sampah secara sederhana dapat diartikan sebagai segala barang padat yang tidak
terpakai lagi. Sering kali sampah menimbulkan masalah yang serius jika tidak dikelola
dengan tepat . Manajemen pengelolaan sampah yang kompleks dengan multi tahapan,
mulai dari sampah dihasilkan pada tingkatan rumah tangga, sampah industri atau
sampah agraris, pengumpulan sampah, transportasi sampah, fasilitas-fasilitas
pengelolaan sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah sejenis
sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan atau fasilitas lainnya.

7
8

Sedangkan sampah spesifik meliputi :

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.

b. Sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun.

c. Sampah yang timbul akibat bencana.

d. Puing bongkaran bangunan.

e. Sampah yang secara teknologi belum dapat dikelola


Sampah yang timbul secara tidak periodik.
2. Jenis-jenis Sampah

a. Sampah organik (sampah basah)

Bahan yang berasal dari hewan atau tumbuhan.

b. Sampah anorganik (sampah padat)


Sampah anorganik contohnya bahan logam, plastik, kaca, karet, dan kaleng.
3. Bahaya sampah

a. Bahaya sampah bagi lingkungan


Dampak buruk lingkungan kotor serta polusi sampah terhadap lingkungan sendiri
meliputi banyak hal yang salah satunya adalah pencemaran air, selain mencemari
sungai dan menghambat proses air tanah, sampah juga dapat mencemari tanah dan
menjadikannya tidak sehat.
b. Bahaya Sampah bagi Kesehatan
Tak hanya membawa dampak buruk bagi lingkungan yang kotor juga dapat
membawa dampak buruk pada manusia yang tinggal dilingkungan tertentu, sebagai
contoh, polusi sampah diketahui dapat mengakibatkan peningkatan berbagai
macam penyakit infeksi saluran pencernaan, dan sebagainnya.
4. Dampak yang ditimbukan oleh sampah

a. Menyebabkan kerusakan ekologis

b. Menyebarkan penyakit

c. Menyebabkan terjadinya banjir

d. Menyebabkan bau yang tidak sedap / bau busuk

e. Menyebabkan terganggunya estetik suatu daerah.


9

5. Teknik Pola Pengolaan Sampah Yang Diprogramkan Oleh Pemerintah melalui pola
pengelolaan sampah dengan cara reduce , reuse, recycle (3R) yaitu:

a. Pola pengelolaan sampah REDUCE yaitu pola pengelolaan sampah dengan cara
mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Dalam kehidupan sehari-hari pola
ini mulai diterapkan di beberapa swalayan yang menerapkan aturan untuk
membayar kantong plastik belanjaan, hal ini dimaksudkan konsumen untuk
seminimal mungkin menggunakan kantong plastik pada saat belanja.
Pengurangan jumlah sampah, khususnya sampah plastik rumah tangga ini juga
dilakukan melalui sosialisasi oleh Dinas Lingkungan Hidup.
c. Pola pengelolaan REUSE merupakan upaya pengelolaan sampah dengan
menggunakan kembali. Penggunaan kembali dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang potensial menjadi sampah
untuk dapat digunakan kembali.
d. Pola pengelolaan sampah RECYCLE merupakan pola pengelolaan sampah
dengan cara mendaur ulang kembali sampah dengan cara mendaur ulang
kembali sampah yang ada bentuk yang lebih ekonomis. Beberapa contoh
pelaksanaan recycle antara lain, pengelolaan sampah plastik menjadi bentuk-
bentuk lain seperti ember dan produk lain yang lebih memiliki nilai ekonomi.
B. Promosi Kesehatan
1.Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan
pentingnya pola hidup atau kebiasaan hidup sehat.sehingga diharapkan akan
terjadi perubahan sikap dan perilaku masyarakat menjadi perilaku yang sehat.
Promkes selalu ada disetiap kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, pada
saat kita melakukan pelayanan kesehatan seperti pengobatan kegiatan promkes
ini pasti disisipkan kepada pasien yang mendapat pelayanan kesehatan, yang
kemudian diharapkan pasien tersebut dapat menjalankan apa yang disampaikan
dalam proses guna mencegah penyakit terjadinya penyakit pada pasien di
kemudian hari.
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikan kesehatan pada
masa yang lalu, di mana dalam konsep promosi kesehatan tidak hanya merupakan
proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan
penegtahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga sebagai upaya yang mampu
menjembatani perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat maupun organisasi
dan lingkungannya. Perubahan lingkungan dalam kegiatan promosi kesehatan
10

meliputi lingkungan fisik-non fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik. Promosi
kesehatan adalah perpaduan dari berbagai macam dukungan baik pendidikan,
organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan
lingkungan (Mubarak et al.,2007).
Menurut Novita dan Franciska (2011), promosi kesehatan adalah proses
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan yang disertai dengan
upaya memfasilitasi perubahan perilaku dan merupakan program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perbaikan atau perubahan dalam individu masyarakat
dan lingkungan. Menurut Ottawa Charter, promosi kesehatan adalah upaya yang
dilakukan terhadap masyarakat sehingga mau dan mampu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Promosi kesehatan merupakan istilah yang saat ini banyak digunakan
dalam kesehatan masyarakat dan telah mendapat dukungan kebijakan dari
pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya. Definisi promosi kesehatan juga
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/SK/VII/2005 Tentang pedoman pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Daerah, disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah “upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, serta,
untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”.
Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan pengertian
promosi kesehatan sebagai berikut; “upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.” Hal tersebut tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan No.
1114/Menkes/SK/VIII/2005 (Susilowati, 2016).
Menurut Notoatmodjo (2010) Promosi kesehatan sebagian dari program
kesehatan masyarakat di indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan
visi pembangunan kesehatan di indonesia. Dalam undang-undang Kesehatan RI
no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah
“Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampua hidup sehat dengan bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
11

sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat
di indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan
kesehatan masyarakat di indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan
visi pembangunan kesehatan di indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan
dapat dirumuskan : “Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya”.
Menurut (Firmansyah,2009) menjelaskan bahwa promosi kesehatan adalah
proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya. Menurut Depkes RI Promosi kesehatan adalah upaya
perubahan atau perbaikan perilaku dibidang kesehatan disertai dengan upaya
mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan. Promosi kesehatan adalah proses
pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya.
Dengan Promosi Kesehatan diharapkan masyarakat mampu mengendalikan
determinan kesehatan, partisipasi merupakan sesuatu yang paling dalam upaya
promosi kesehatan (Ghazali,2012).
2. Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan umum dari promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan
individu, keluarga, kelompok masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat serta terciptanya lingkungan
yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
3. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan
Beberapa prinsip-prinsip promosi kesehatan antara lain:
a. Kerjasama dan kolaborasi
Dapat memperkuat pelaksanaan promosi kesehatan. Individu pada hakikatnya
adalah makhluk sosial yang saling membantu, bekerjasama dan saling
berinteraksi dalam memperoleh pengalaman-pengalaman dari orang lain untuk
dapat mengembangkan pemikiran dan daya kreatif individu.
b. Promosi Kesehatan
Bertujuan untuk melakukan perubahan perilaku, dan terjadi perubahan perilaku
itu sendiri memerlukan waktu yang lama serta kesabaran dan merupakan suatu
proses evaluasi secara bertahap.
c. Komperehensif
12

Promosi kesehatan merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa disiplin ilmu


guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yang diharapkan menjalin
kerjasama yang baik satu dengan yang lainnya untuk menciptakan lingkungan
yang baik dan mendukung perubahan perilaku positif dari individu, keluarga dan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
d. Berkesinambungan
Program promosi kesehatan hendaknya dilakukan secara berkesinambungan agar
pesan-pesan dalam pembelajaran yang diperoleh dapat diadopsi dengan lestari
dalam kehidupan sehari-hari dirumah, dimana saja berada sehingga merupakan
contoh dalam perubahan perilaku.
4. Peran Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan memiliki peran penting dalam upaya pencegahan masalah
kesehatan, serta dapat memengaruhi perubahan perilaku masyarakat bahkan dapat
berperan dalam menciptakan individu, keluarga, komunitas, tempat kerja, dan
organisasi yang lebih sehat sebagai akibat dari promosi kesehatan melalui kegiatan
penyuluhan yang diberikan secara terus menerus kepada seluruh masyarakat baik
anak-anak, remaja, ibu hamil, hingga lansia (victor trismanjaya hulu, 2020).
Peran dari pada promosi kesehatan adalah :
a. Dapat menjaga dan mendukung hak asasi masyarakat untuk hidup sehat.
b. Dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat indonesia, diantaranya adalah
menurunkan angka kesakitan, dan peningkatan sikap dan perilaku hidup sehat
masyarakat melalui program-program pelayanan kesehatan.
c. Dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan
d. Dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap masalah kesehatan
termasuk dalam upaya pencegahan terhadap ancaman penyakit baru.
e. Dapat mengalihkan subsidi pemerintah pada bidang kuratif dan rehabilitatif
terutama pada upaya promotif dan preventif.
f. Dapat menambah wawasan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan,
pendidikan, dan pelatihan.
g. Dapat menciptakan sumber daya manusia yang baik sebab sehat merupakan
bagian dari seseorang untuk melakukan aktivitas seperti belajar, bekerja dan
berkreasi (Agustini, 2014)
5. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Ruang lingkup promosi kesehatan meliputi :
1. Promosi kesehatan mencakuppendidikan kesehatan (health education) yang
13

penekannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang
penekannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan
informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan,
yaitunupaya untuk memengaruhi lingkungan atau pihak lain agar
mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya
legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di
berbagai bidang/sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
pergerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dan lain-lain (Siregar,Harahap and Aidha, 2020).
Secara umum ruang lingkup promosi kesehatan adalah :
1. Mengembangkan kebijakan pembangunan kesehatan (health public policy)
adalah upaya pengembangan kebijakan pembangunan di setiap sektor
dengan memerhatikan dampak negatif dan penebangan hutan secara liar
dapat memengaruhi kerusakan lingkungan.
2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung
(create partnership and supportive environment) adalah melakukan
pembangunan kesehatan dengan memberikan motivasi kepada masyarakat
dalam mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung
tersebut. Misalnya pemberian asuransi BPJS ketenagakerjaan sebagai
bentuk perlindungan tenaga kerja.
3. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action) yang
merupakan pemberian dukungan serta bantuan pada kegiatan yang
berjalan di masyarakat, sehingga masyarakat yang melakukan kegiatan
tidak hanya berperan aktif dalam pembangunan kesehatan, akan tetapi juga
dapat berkembang serta memberiakan peluang yang lebih besar bagi
masyarakat. Misalnya Bina Karya Remaja (BKR) dengan memberi
keterampilan kerja sehingga dapat memperoleh suatu penghasilan.
14

4. Keterampilan individu (personal sklill) adalah merupakan kegiatan


memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara
memberikan keterampilan dalam bentuk informasi tentang cara
memelihara, mencegah da mengobati suatu penyakit.
5. Reorientasi pelayanan kesehatan (reoriented health services) adalah
bahwa masyarakat tidak hanya sebagai pengguna dan penerima pelayanan
kesehatan tapi juga sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.
Penyelenggara pelayanan kesehatan harus melibatkan pemberdayaan
masyarakat agar dapat ikut serta dalam menerma dan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan masyarakat (Fitriani, 2011) dalam (Nurmala et al,
2018).

C. Pendekatan Promosi Kesehatan Menurut Strategi Global


Strategi global promosikesehatan diperkenalkan oleh World Health
Organization (WHO) pada tahun 1984, dimana ada tiga strategi pokok untuk
mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan yaitu Advokasi, Dukungan Sosial
(social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).
1. Advokasi
Melakukan pendekatan atau lobi (lobbying) dengan para pembuat keputusan
agar mereka menerima commited dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan
kebijakan atau keputusan-keputusan untuk membantu dan mendukung program
yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini disebut dengan advokasi. Dengan kata lain,
advokasi dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approaches) terhadap orang
lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program
atau kegiatan yang dilaksanakan. Dalam pendidikan kesehatan para pembuat
keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah disebut sasaran tersier. Bentuk
kegiatan advokasi biasanya dilakukan secara formal dan informal. Bentuk
kegiatan advokasi antara lain adalah sebagai berikut :
a. Lobi politik (political lobbying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat untuk
menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan
dilaksanakan. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dimulai dari
penyampaian masalah kesehatan yang ada seperti tingginya kejadian penyakit
malaria, dampak dari masalah kesehatan/kejadian penyakit malaria bagi
kesehatan masyarakat, kemudian solusi untuk mengatasi masalah kesehatan
tersebut. Pada saat lobi harus disertai data yang akurat (evidence based) tentang
15

masalah kesehatan tersebut.


b. Seminar dan atau persentase
Seminar atau persentasi menyajikan masalah kesehatan di hadapan para
pembuat keputusan baik lintas program maupun lintas sektoral. Penyajian
masalah kesehatan disajikan secara lengkap dengan data dan ilustrasi yang
menarik, serta rencana program dan pemecahannya. Kemudian masalah
tersebut dibahas bersama-sama dan pada akhirnya akan diperoleh komitmen
dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan.
c. Media Advokasi
Media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media,
khusunya media massa (media cetak dan media elektronik). Masalah
kesehatan disajikan dalam bentuk tulisan dan gambar, berita, diskusi
interaksif, dan sebagainya. Media massa mempunyai kemampuan yang kuat
untuk membentuk opini publik dan dapat mempengaruhi
bahkan merupakan tekanan (pressure) terhadap para penentu kebijakan
dan para pengambil keputusan.
d. Perkumpulan (asosiasi) peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
keterkaitan terhadap masalah tertentu, termasuk juga perkumpulan profesi.
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan para penentu kebijakan atau
para pembuat keputusan sehingga mereka memberikan dukungan, baik
kebijakan, fasilitas, maupun dana terhadap program yang ditawarkan. Oleh
sebab itu, ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumentasi pada saat
melakukan advokasi, yaitu sebagai berikut :
1) Meyakinkan (credible)
Program yang ditawarkan harus meyakinkan para penentu kebijakan
dan pembuat keputusan. Oleh karena itu, harus didukung oleh data dari
sumber yang dapat dipercaya. Dengan kata lain program yang diajukan
harus didasari oleh permasalahan yang utama dan faktual artinya
masalah tersebut memang ditemukan di lapangan dan penting untuk
segera diatasi. Kalau tidak diatasi akan membawa dampak yang lebih
besar dari masyarakat.
2) Layak (feasible)
Program yang diajukan harus tersebut secara teknis, politik, dan
ekonomi harus memungkinkan atau layak. Layak secara teknis artinya
16

program tersebut dapat dilaksanakan dengan sarana dan prasarana


yang tersedia. Layak secara politik artinya program yang diajukan
tidak akan membawa dampak politik pada masyarakat. Layak secara
ekonomi artinya program tersebut didukung oleh dana yang cukup,
dan apabila program tersebut merupakan program
3) Relevan (relevant)
yang diajukan tersebut minimal harus mencakup dua kriteria yaitu
memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan
masalah yang dirasakan masyarakat. Oleh sebab itu semua program
harus ditujukan untuk mensejahterakan masyarakat dengan cara
membantu pemecahan masalah masyarakat dan memenuhi kebutuhan
masyarakat layanan, maka masyarakat mampu membayarnya.
4) penting (urgent)
Program yang diajukan tersebut harus urgensi yang tinggi dan harus
segera dilaksanakan, kalau tidak akan menimbulkan masalah yang
lebih besar lagi. Oleh sebab itu, program yang diajukan adalah
program yang paling penting diantara program-program yang lainnya.
5) Prioritas tinggi (high priority)
Program mempunyai prioritas tinggi apabila feasible baik secara
teknis, politik maupun ekonomi, relevan dengan kebutuhan
masyarakat dan mampu memecahkan masalah kesehatan masyarakat.
2. Dukungan Sosial ( Social Support )
Dukungan sosial ialah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini
publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha/swasta
media massa, organisasi profesi, pemerintah, dll. Bina suasana dilakukan untuk
sasaran sekunder atau petugas pelaksana di berbagai tingkat administrasi ( dari
pusat hingga desa).
Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh masyarakat (TOMA), baik formal maupun informal.
Kegiatan promkes memperoleh dukungan sosial atau bisna suasana dari TOMA
atau TOGA sehingga dapat menjembatani antara pengelola promkes dengan
masyarakat. Kegiatan mencari dukungan social melalui TOMA pada dasarnya
adalah menyosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat mau
menerima dan berpartisipasi terhadap program kesehatan.
17

Oleh sebab itu, strategi ini dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana atau
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan yaitu upaya untuk membuat
suasana atau iklim yang kondusif atau menunjang pembangunan kesehatan
sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup bersih dan
sehat. Beberapa bentuk kegiatan tersebut adalah pelatihan-pelatihan para toma,
seminar, lokakarya, pendidikan/penyuluhan, sarasehan, pertemuan berkala,
kunjungan lapangan, study banding dan sebagainya. Sasaran pada dukungan
sosial adalah sasaran sekunder, misalnya tokoh masyarakat dan tokoh keluarga.
3. Pemberdayaan Masyarakat ( Empowerment)
Pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kemampuan masyarakat agar
dapat berdiri sendiri, serta memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan adalah strategi promosi
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor genetik dan lingkungan. Faktor herediter merupakan konsepdasar
perkembangan perilaku makhluk hidup selanjutnya, sedangkan lingkungan
merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.
D. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar. Menurut skinner,
perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus,perilaku dapat dibagi
dua yaitu :
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi apabila respon dari stimulus belum dapat diamati oleh
orang lain secara jelas. Respon seseotang terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus
tersebut.
18
b. Perilaku terbuka ( overt behavior)
Perilaku terbuka apabila respon terhadap stimulus dapat diamati oleh
orang lain. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam suatu
tindakan atau praktik yang dapat dengan mudah diamati orang lain.
Perilaku merupakan hasil kegiatan atau aktivitas organisme. Perilaku
terbentuk dari hasil adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya (soekidjo,2011).
Perilaku manusia merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan sehari-hari,
seperti berjalan, berbicara, bereaksi, cara berpakaian, tradisi dan lai
sebagainnya. Perilaku adalah segala kegiatan yang dilakukan organisme baik
yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (soekidjo,2011)
menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme
yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

2. Komponen perilaku
Dalam proses pembentukan perilaku, benyamin bloom (1908), membagi
tingkat ranah perilaku sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior),
soekidjo (2011).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) tingkat pengetahuan
didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu (Notoadmojo,2014):
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang lebih spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah dari yang lainnya.
b. Memahami (compreheston)
Memahami adalah sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
19
materi tersebut secara benar.orang yang telah paham terhadap objek atas
materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
c. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
sesuatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi,dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
d. Sistetis (synthesis)
Sistetis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintetis adalah sesuatu bentuk kemampuan menyusun
formulasi baru.
e. Evaluasi (evalution)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap sesuatu kriteria yang ditentukan sendiri , atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

f. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya) aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, metode,
prinsip, dan lain–lainya.
2. Sikap (atittude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
sebagainnya). Menurut (soekidjo, 2010). sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
1. Menerima (receiving)
2. Menanggapi ( responding)
3. Menghargai (valving)
4. Bertanggung jawab (responsible)
5. Tindakan atau praktik ( practice)
6. Praktik terpimpin (guided response)
7. Praktik secara mekanisme ( mechanisme)
20
8. Adopsi (adoption)

3. Perilaku sehat
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak
sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat dirumah tangga.
Menurut becker , konsep perilaku yang dikembangkan bloom menguraikan perilaku
kesehatan menjadi tiga domain, yaitu pengetahuan kesehatan (health knowledge),
sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan ( health practice).
Becker mengklasifikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :
a. Pengetahuan kesehatan pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa
yang diketahui seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan,
seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang
faktor-faktor yang terkait dan atau yang mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan dan pengetahuan untuk
menghindari kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan sikap yang sehat dimulai dari diri sendiri,
dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan dalam tubuh dibandingkan
keinginan.
c. Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktifitas
orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap
penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang
terkait dan atau yang mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Teori Lawrence Green. Teori ini disebut juga model perubahan
perilaku Precede-Proceed dari Lawrence Green dan M. Kreuter (2005),
bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun
lingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian utama yang berbeda. Bagian
pertama adalah PRECEDE terdiri atas Predisposing, Reinforcing, Enabling,
Contructs in, Educational, Environment, dan Evaluation. Bagian kedua
adalah PROCEED yang terdiri atas Policy, Regulatory, Organizational,
Contructs in, Educational, Environment, dan Development (Fertman, 2010).
Menurut Green Lawrence dalam teori ini bahwa kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku dan faktor diluar
perilaku. Faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 hal yakni (Notoatmodjo, 2010);
(Irwan, 2017); (Gochman, 1988) :
a) Faktor-faktor predisposisi, yakni faktor-faktor yang mempermudah
21
terjadiya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, norma sosial, budaya, dan faktor
sosiodemografi.
b) Faktor-faktor pendukung, yakni faktor-faktor yang memfasilitasi suatu
perilaku. Yang termasuk kedalam faktor pendukung adalah sarana dan
prasarana kesehatan.
c) Faktor-faktor pendorong, yakni faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok
referensi perilaku masyarakat.
Teori Snehandu B. Kar. Menurut teori ini terdapat lima determinan
perilaku yakni :
1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya.
2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya. Di dalam kehidupan
bermasyarakat, perilaku seseorang cenderung memerlukan dukungan dari
masyarakat sekitarnya. Apabila suatu perilaku tidak didukung oleh
masyarakat sekitar, maka orang tersebut akan merasa tidak nyaman
terhadap perilakunya tersebut.
3. Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan.
Seseorang akan cenderung mengikuti suatu tindakan apabila ia
mempunyai penjelasan yang lengkap tentang tindakan yang akan
dilakukannya tersebut.
4. Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan
atau keputusan.
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak. Hal ini
disebabkan untuk melakukan suatu tindakan apapun, diperlukan suatu
kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi ini dan situasi mempunyai
pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia maupun yang ada.
22

E. Kerangka Teori

Sampah Promosi
Kesehatan

- Advokasi
Pendekatan - Dukungan Sosial
Promosi - Pemberdayaan
Kesehatan Masyarakat

- Faktor yang mempengaruhi


Perilaku perilaku
- Komponen perilaku

2.1 Bagan Kerangka Teori


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, Penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Penggunaan kualitatif dipilih agar
peneliti tentang peran promotor Kesehatan terhadap perilaku masyarakat
membuang sampah mudah dilakukan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi,
Penelitian etnografi pada dasarnya bertujuan untuk memahami atau menggali
kehidupan, perilaku tertentu dalam sekelompok masyarakat. Penelitian ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta mengetahui perilaku
masyarakat membuang sampah di kelurahan sawah lebar kota Bengkulu.

B. Kerangka Konsep Penelitian

Peran 1. advokasi
Promotor 2. dukungan sosial
Kesehatan 3. pemberdayaan
masyarakat

Perilaku
masyarakat
membuang
sampah

Bagan 3.1 Kerangka konsep


[Type here] [Type here] [Type here]

C. Definisi Istilah

1. Promosi kesehatan memiliki peran penting dalam upaya pencegahan masalah


kesehatan, serta dapat memengaruhi perubahan perilaku masyarakat bahkan dapat
berperan dalam menciptakan individu, keluarga, komunitas, tempat kerja, dan
organisasi yang lebih sehat sebagai akibat dari promosi kesehatan melalui
kegiatan penyuluhan yang diberikan secara terus menerus kepada seluruh
masyarakat baik anak-anak, remaja, ibu hamil, hingga lansia (victor trismanjaya
hulu, 2020).

2. Advokasi merupkan kegiatan yang memberikan bantuan kesehatan kepada


masyarakat melalui pihak pembuat keputusan dan penentu kebijakan didalam
bidang kesehatan. Advokasi upaya atau proses yang stategis dan terencana
dengan tujuan mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak
terkait(stake holders) (Solang, Losu dan tando, 2016:72).

3. Dukungan sosial adalah sebuah kegiatan dengan tujuan mencari dukungan dari
berbagai elemen (tokoh-tokoh masyarakat) untuk menjembatani antara pelaksana
program kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan
tersebut(Solang, Losu dan tando, 2016:66-68).

4. Pemberdayaan masyarakat yaitu merupakan upaya promosi kesehatan,


pemberdayaan ialah sebuah proses pemberian informasi kepada keluarga atau
kelompok dan individu secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan
mengikuti perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat supaya
masyarakat berubah dari awalnya tidak tahu menjadi tahu atau sadar serta dari
tahu menjadi mau dan dari mau menjadi mampu untuk melaksanakan program
kesehatan yang diperkenalkan (Solang, Losu dan tando, 2016:59-64).

D. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan sawah lebar Kota Bengkulu pada
bulan juli 2022 sampai agustus 2022.
E. Informan Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka yang menjadi informan dalam
penelitian ini masyarakat berusia 20-40 tahun di kelurahan sawah lebar Kota
Bengkulu. Adapun cara pengambilan informan penelitian ini menggunakan Teknik
sampling face to face. teknik wawancara mendalam mendalam didasarkan pada
gagasan bahwa menggali lebih dalam tentang subjek atau informan untuk
[Type here] [Type here] [Type here]

menghasilkan data yang lebih otentik (Marvasti, 2004).


F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data
sekunder . Data Primer diperoleh berdasarkan hasil dari observasi dan indepth interview
(wawancara mendalam) yaitu keterangan dan informasi yang didapat secara lisan dan
informan melalui pertemuan dan percakapan, Data Sekunder diperoleh dari data Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menggunakan
pedoman wawancara, hal ini menurut sugiyono (2018) menyatakan bahwa peneliti
sebagai instrument karena pada penelitian kualitatif peneliti yang memegang kendali
mulai dari menentukan fokus penelitian, pemilihan sumber data, pengumpulan data,
analisis data, menafsirkan data sampai dengan menyimpulkan atas temuan yang
didapat dilapangan.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data , analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya. Jadi peneliti sebagai kunci dalam penelitian kualitatif.
peneliti ini menggunakan human instrument dengan panduan indepth interview yang
berisikan pertanyaan tentang gambaran perilaku masyarakat membuang sampah.
Selain itu, peneliti juga membutuhkan alat penunjang untuk melakukan wawancara
seperti :
1. Alat perekam suara yang digunakan untuk merekam suara
2. Kamera yang digunakan untuk mendokumentasi kegiatan wawancara dalam
bentuk gambar.
3. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil wawancara yang dilakukan.
H. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan yaitu mengolah data dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan di interprestasikan serta dapat diuji statistik, kebenaran hipotesa yang telah
ditetapkan, Menurut Miles dan Hubeman analisis data dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya suda jenuh. Berikut
ini Teknik analisis data Miles dan Huberman (Sugiyono,2018) yaitu :
1. Reduksi data
Reduksi data bearti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dari polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
[Type here] [Type here] [Type here]

demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Display data
Setelah data direduksi tahap selanjutnya adalah menyajikan data atau display data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah display data, Langkah akhir adalah penarikan kesimpulan. Menurut Miles
dan Huberman kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsistensi saat peneliti
kelapangan saat proses pengumpulan data maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya.

I. Alur Penelitian
Tahap-tahapan dalam penelitian kualitatif ini sebagai berikut:

Pra lapangan
Menyusun rancangan penelitian
Memilih lokasi penelitian
Memilih informan berdasarkan purposive sampling
Menyiapkan instrument
Urus ethical clerance
Mengurus perijinan

Lapangan
Pengumpulan data dengan indepth sampling

Pengolahan data
Transkip hasil wawancara
Menelaah dan memilih kata dari hasil wawancara
Editing data
Klasifikasi data
Pemberian kode pada data
penafsiran

Bagan 3.2
Alur penelitian
[Type here] [Type here] [Type here]

J. Etika Penelitian
Adapun etika-etika yang harus dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Inform Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan dibuat atas ketersediaan responden.Didalam lembar tersebut
berisikan judul penelitian dan manfaat penelitian. Responden akan memberikan
tanda tangan pada lembaran jika bersedia.
a. Anonimity (tanpa nama)
Penelitian akan menjaga privasi dan kerahasian responden untuk melindungi hak- haknya.
Peneliti akan memberikan kode pada responden tanpa mencantumkan nama.
2. Confidentialy (kerahasiaan)
Dalam melakukan penelitian, informasi yang didapat oleh responden akan
dirahasiakan kecuali pada angka tertentu yang digunakan sebagai laporan hasil
penelitian.
[Type here] [Type here] [Type here]

L
A
M
P
I
R
A
N
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :............................................
Umur :............................................
Alamat :............................................
Kode Informan :............(di isi oleh petugas)*
Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa prodi DIV PROMOSI KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
yang bernama Muhamad Wahyu Saputra dengan judul “ Peran Promotor Kesehatan Terhadap
Perilaku Membuang Sampah Pada Masyarakat Di Kelurahan Sawah Lebar Kota Bengkulu”.
Saya memahami penelitian ini di maksudkan untuk kepentingan peneliti dalam
menyelesaikan skripsi dan tidak merugikan saya dalam segi apapun dan jawaban saya berikan
akan dijaga kerahasiannya. Persetujuan ini saya buat secara suka rela dan tidak ada unsur
paksaan dari manapun. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan bagaimana
semestinya.

Bengkulu, 2022
Responden

(.....................)
Pedoman wawancara Promotor Kesehatan
Peran Promotor Kesehatan Terhadap Perilaku Membuang Sampah Pada Masyarakat
Di Kelurahan Sawah Lebar Kota Bengkulu

A. Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Jabatan :
5. Pedidikan :
6. Alamat :
B. Pertanyaan
1. Bagaimana upaya advokasi yang bapak/ibu lakukan dalam menanggulangi sampah
pada masyarakat?
2. Bagaimana bapak/ibu mendapatkan dukungan sosial pemerintah setempat dan
masyarakat sekitar dalam menanggulangi sampah dilingkungan masyarakat?
3. Bagaimana bapak/ibu melakukan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
sampah yang bisa mengurangi permasalahan sampah dimasyarakat?
4. Bagaimana upaya yang di lakukan bapak/ibu dalam melakukan sosialisasi ke
masyarakat betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar terciptanya
perilaku hidup bersih dan sehat?
5. Bagaimana cara ibu/bapak untuk mengajak masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat agar terhindar dari peyakit yang ditimbulkan dari sampah?
Pedoman Wawancara Lurah

A. Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Jabatan :
5. Pedidikan :
6. Alamat :
B. Pertanyaan
1. Ada berapa tempat pembuangan sampah(TPS) yang ada dikelurahan bapak/ibu,
dan dimana saja lokasi TPS nya?
2. Bagaimana bapak/ibu mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya
menjaga lingkungan dari sampah ?
3. Bagaimana bapak/ibu menyikapi ada masyarakat yang membuang sampah bukan
pada tempat yang semestinya (tempat pembuangan sampah)?
4. Setiap RT/RW apa sudah mempunyai atau memfasilitasi tempat sampah untuk
warganya?
5. Seberapa sering dilakukan gotong royong bersama masyarakat di RT/RW dalam
menjaga kebersihan lingkungan?
Pedoman Wawancara Masyarakat
Peran Promotor Kesehatan Terhadap Perilaku Membuang Sampah Pada Masyarakat
Di Kelurahan Sawah Lebar Kota Bengkulu

A. Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Tempat , tanggal lahir :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
B. Pertanyaan
1. Dimanakah biasanya ibu/bapak membuang sampah?
2. Bagaimana cara ibu/bapak mengelola sampah rumah tangga?
3. Berapa kali ibu/bapak membuang sampah setiap minggunya?
4. Seberapa pentingnya ibu/bapak memisahkan sampah yang akan dibuang?
5. Ada berapa tempat sampah yang ada dirumah ibu/bapak?
6. Menurut ibu/bapak manakah yang lebih penting antara mendaur ulangi sampah
dan mengurangi sampah?

Anda mungkin juga menyukai