Anda di halaman 1dari 52

F.7.

Laporan Mini Project

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM


PENYELENGGARAAN KEGIATAN BANK SAMPAH DI RT 1 DAN 2
DUKUH WATES BARAT DESA BADE KECAMATAN KLEGO
KABUPATEN BOYOLALI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh


Program Dokter Internship
Puskesmas Klego 1

Pendamping:
dr. Sri Kayati
NIP 19710820.20.0604.2.020

Oleh:
dr. Kiky Putri Anjany

PUSKESMAS KLEGO 1 BOYOLALI


2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan laporan kegiatan


Judul : Upaya Pemberdayaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Kegiatan Bank Sampah di RT 1 dan 2 dukuh Wates Barat
Desa Bade Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali
Penulis : dr. Kiky Putri Anjany
Pendamping : dr. Sri Kayati

Boyolali, September 2019


Pendamping, Penyusun,

dr. Sri Kayati dr. Kiky Putri Anjany


F7. Program Mini Project

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM


PENYELENGGARAAN KEGIATAN BANK SAMPAH DI RT 1 DAN 2
DUKUH WATES BARAT DESA BADE KECAMATAN KLEGO
KABUPATEN BOYOLALI

A. Latar Belakang Masalah

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk


diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia, karena pada dasarnya semua manusia pasti menghasilkan
sampah. Sampah merupakan suatu buangan yang dihasilkan dari setiap
aktivitas manusia. Volume peningkatan sampah sebanding dengan
meningkatnya tingkat konsumsi manusia.
Sejatinya setiap individu pasti mengharapkan hidup dengan nyaman di
lingkungan yang bersih dan asri, agar tempat tinggal sehari-hari dapat
menciptakan udara yang sehat bagi kebutuhan tubuh kita. Namun kondisi alam
dan kebutuhan serta telah pudarnya rasa keperdulian masyarakat akan hal itu,
nampaknya akan terasa sulit di capai pada zaman sekarang. Salah satu yang
kini menjadi permasalahan di tengah-tengah masyarakat terkait kenyamanan
lingkungan hidup adalah sampah, baik sampah hasil rumah tangga maupun
sampah pada umumnya.
Setiap aktifitas manusia secara pribadi maupun kelompok, dirumah,
kantor, pasar, sekolah, maupun dimana saja akan menghasilkan sampah, baik
sampah organik maupun sampah anorganik. Dalam Undang-Undang Nomor 18
tahun 2008 pasal 1 tentang sampah disebutkan bahwa sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Sampah memiliki nilai negatif jika tidak dilakukan penanganan sejak awal,
dampak negatif yang ditimbulkan sampah antara lain gangguan kesehatan,
seperti jamur, diare, kolera tifus dan sebagainya, berkurangnya kualitas
lingkungan karena terjadi pencemaran seperti pencemaran tanah, pencemaran
air oleh cairan yang dihasilkan dari pembusukan sampah organik yang masuk
kedalam air tanah, menyebabkan tanah menjadi tidak produktif, menurunnya
nilai estetika. Selain itu, jika sampah tersebut terbawa air sungai atau selokan
akan mengakibatkan pendangkalan daerah aliran air seperti sungai atau
selokan terutama di wilayah irigasi pertanian. Tumpukan atau timbunan
sampah juga menjadi sarang binatang kotor, yang merupakan sumber
penyakit, menimbulkan bau yang tidak sedap, mengganggu pemandangan,
terkesan kumuh.
Pemanfaatan sampah harus diprioritaskan sebelum terjadinya pencemaran
lingkungan yang mengganggu kesehatan masyarakat. Maka perlu adanya
pengelolaan sampah, pengelolaan sampah memerlukan kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah. Dalam Undang- Undang RI Tahun 2008 Nomer 18
tentang, pengelolaan sampah disebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan
agar menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pengelolaan sampah membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai
selain itu, kesadaran manusia juga memegang peranan penting dalam
mengelola sampah. Jika dilihat kondisi saat ini masyarakat belum banyak
mengetahui bagaimana mengelola dan memanfaatkan sampah. Sampah yang
menumpuk biasanya ditangani dengan pembakaran, hal ini bukanlah solusi
terbaik karena dapat menyebabkan polusi udara yang mengganggu kesehatan
pernapasan.
Jika sampah dapat dikelola dengan baik, selain kondisi lingkungan desa
menjadi bersih dan menjadi lebih baik, kondisi masyarakatnyapun lebih sehat,
sampah juga mendatangkan lapangan kerja baru yang cukup besar dan
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengolahan sampah dianggap
baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit
penyakit serta tidak menjadi perantara penyebar luasan suatu penyakit. Syarat
lain yang harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak
menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan kebakaran.
Kegiatan pengolahan sampah ini dapat berdampak positif jika menerapkan
pemanfaatan teknologi tepat guna. Masyarakat mulai tergerak untuk
menciptakan berbagai teknologi pendukung pengelolaan sampah, mulai dari
teknologi tempat-tempat penampungan sampah di rumah tangga untuk
dijadikan pupuk kompos, teknologi pemanfaatan sampah menjadi produk
yang bernilai ekonomis dan pemasaran hasil pengolahan sampah. Teknologi
pendukung yang dihasilkan tersebut sangat berpeluang untuk dilakukan di
rumah tangga sebagai peluang bisnis. Salah satunya adalah dengan penerapan
kegiatan bank sampah.
Bank sampah merupakan tempat pengelolaan sampah yang menerapkan
sistem 3R dan penyetoran sejumlah sampah kebadan yang dibentuk dan
disepakati bersama masyarakat setempat untuk menampung sampah yang
memiliki nilai ekonomi, ditabung sampai pada jumlah dan waktu tertentu, lalu
ditukar dengan sejumlah uang.
Bank Sampah mempunyai manfaat penting bagi masyarakat. Sistem
pengelolaan di Bank Sampah yang mengutamakan kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah secara nyata inilah yang dinilai mampu mengatasi
masalah sampah. Bank sampah memberikan manfaat ekonomi yaitu
masyarakat memperoleh uang dari sampah yang ditabungkan pada bank
sampah, yang dapat diambil dalam kurun waktu tertentu sesuai aturan ditiap
Bank Sampah. Manfaat ekonomi juga dapat diperoleh masyarakat melalui
kegiatan daur ulang sampah menjadi kerajinan yang dapat dijual, seperti tas,
dompet, bantal dan lain sebagainya. Sehingga diharapkan akan lebih mudah
menarik minat masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan bank sampah ini.
Pada tahun 2019, perangkat Desa Bade, Klego telah mempunyai rencana
pelaksanaan kegiatan bank sampah, dengan telah adanya rencana ini
sebelumnya, diharapkan akan lebih mempermudah upaya pemberdayaan
masyarakat melalui kegiatan bank sampah sebagai inisiasi awal pelaksanaan
kegiatan. Sehingga masyarakat Desa Bade akan mendapatkan keuntungan
yaitu mempunyai lingkungan yang bersih, sehat, mendapatkan kegiatan
produktif bagi peningkatan pendapatan masyarakat dengan cara mengurangi
pembuangan sampah sembarangan, mengolah sampah rumah tangga menjadi
sesuatu yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi.

B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Sampah
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang
masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar (Panji
Nugroho, 2013).
Menurut definisi World Health Organization (WHO) “sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya”.
Dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang pengolahan
sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat ataupun cair.

2. Jenis – Jenis Sampah


Menurut Panji Nugroho dalam buku Panduan Membuat Pupuk Kompos
cair (2013), jenis-jenis sampah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis,
antara lain :
a. Berdasarkan Sumbernya
1) Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan
melalui proses daur ulang alami,seperti halnya daun-daunan kering di
hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-
sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di
lingkungan pemukiman.
2) Sampah manusia
Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan terhadap
hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah
manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang
disebabkan virus dan bakteri. Salah satu pengurangan penularan
penyakit pada manusia adalah melalui sampah yaitu dengan cara
hidup yang higenis dan sanitasi yang baik pula.
3) Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh
(manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah
yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum
dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini
pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang
dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

b. Berdasarkan sifatnya
1) Sampah organik (degradable)
Sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti
sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah
ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2) Sampah anorganik (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,
seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan,
botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini
dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk
dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat
dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas
bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS,
maupun karton.
c. Berdasarkan Bentuknya
1) Sampah padat
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak
dipergunakan lagi dan dibuang. Sampah padat adalah segala bahan
buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa
sampah rumah tangga yaitu sampah dapur, sampah kebun, plastik,
metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini
dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari barang yang
mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan,
kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga,
potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun
dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability),
maka dapat dibagi lagi menjadi:
a) Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara
sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti:
sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan
perkebunan.
b) Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh
proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi :
‫־‬ Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan
kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti
plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
‫־‬ Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi
dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra
packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
2) Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
a) Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah
ini mengandung patogen yang berbahaya.
b) Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur,
kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin
mengandung patogen.

3. Prinsip pengelolaan sampah


Pengelolaan Sampah menurut UU No 18 Tahun 2008 yaitu kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi
kegiatan:
a. Pembatasan timbunan sampah
b. Daur ulang sampah
c. Pemanfaatan sampah

Sedangkan penanganan sampah meliputi kegiatan:


a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah
sesuai jenis, jumlah dan atau sifatnya.
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah ke
tempat penampungan sementara atau tepat pengolahan sampah
terpadu.
c. Pengangkutan dalam bentuk bawa sampah dari sumber dan atau dari
tempat penampungan sementara atau dari tempat penampungan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.

Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan


sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 3M, yaitu:
a. Mengurangi (Reduce)
sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang
kita pergunakan. Beberapa cara diantaranya:
 Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah
kantong plastik pembungkus barang belanjaan
 Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada
membeli botol baru ataupun shaset sekali pakai setiap kali
habis
 Membeli susu, makanan kering, deterjen dan lain-lain dalam
paket yang besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk
volume yang sama
b. Menggunakan kembali (Reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.
Beberapa cara diantaranya :
 Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah
 Memanfaatkan kantong plastic bekas kemasan belanja untuk
pembungkus
 Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan
tangan, perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan
lainnya.
c. Mendaur ulang (Recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi bisa
didaur ulang. Beberapa cara diantaranya :

Mengumpulkan kertas, majalah dan surat kabar bekas untuk di daur

ulang

Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang

Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil

daur ulang
.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah:
Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena
berbagai hal :
1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan
masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah persampahan.
2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang persampahan.
3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala
bidang termasuk bidang persampahan.
4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar,
menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga
memperbanyak populasi vektor pembawa penyakit seperti lalat dan
tikus.
5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang
bekas juga ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara
barangnya sehingga cepat rusak, ataupun produk manufaktur yang
sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah.
6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak
cocok bagi pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang
semakin rumit akan penggunaan tanah.
7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya
dipakai sebagai tempat pembuangan sampah.
8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena
cuaca yang semakin panas.
10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah
pada tempatnya dan memelihara kebersihan.
11. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini
kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah.

Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang


memperhatikan faktor non teknis dan non teknis seperti partisipasi
masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.
4. Bank Sampah
a. Pengertian dan Fungsi Bank Sampah
Menurut peraturan mentri LH RI No 13 Tahun 2012 Bank Sampah
adalah tempat pemilihan dan pengumpulan sampah yang dapat di daur
ulang dan atau digunakan ulang yang memiliki nilai ekonomi. Bank
Sampah merupakan tempat menabung sampah yang telah terpilah
menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah adalah
sampah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah pada
umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan
pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank yang
biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang. Akan tetapi,
dalam bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai
nilai ekonomis, sedangkan pengelola bank sampah harus orang yang
kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat (YPN, 2015).

Posisi Bank Sampah Dalam Program Pengelolaan Sampah


Bank sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering
secara kolektif (gotong royong) yang mendorong masyarakat untuk ikut
berperan aktif di dalamnya. Bank sampah akan menampung, memilah
dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar (pengepul/lapak)
sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi dari menabung
sampah.

Sampah yang disetorkan oleh nasabah idealnya sudah terpilah


menjadi kategori yang umum. Semisal kertas, kaca, logam, dan plastik.
Pengkategorian sampah harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kemauan masyarakat yang menjadi nasabah. Jika masyarakat mau
bahkan pengkategorian sampah dapat dibuat lebih rinci seperti botol
plastik, gelas plastik, kertas putih, kertas buram dan lain sebaginya.
Setiap kategori sampah memiliki harga masing-masing. Dengan cara di
atas nantinya masyarakat akan mau memilah sampah dan itu menjadi
budaya baru di masyarakat. Dengan demikian sistem bank sampah bisa
dijadikan sebagai alat rekayasa sosial. Sehingga terbentuk suatu tatanan
masyarakat yang dapat melakukan pengelolaan sampah dengan baik.

b. Bank Sampah Dalam Perspektif Ekonomi


Ide tentang bank sampah ini sungguh unik. Ternyata, bank bukan
hanya bergerak dalam hal keuangan saja, tetapi juga terhadap benda
yang sudah dibuang. Ide untuk menamakan bank sampah juga membuat
image tentang pengumpulan barang bekas menjadi berbeda.
Dengan begitu, dalam perspektif juga berbeda, akan terkesan lebih
keren. Harus diingat juga, perbedaan tersebut ternyata berpengaruh
besar terhadap ekonomi. Bank sampah jurtru bisa mendatangkan uang
dari bahan bekas bernama sampah, ditambah lagi memberikan tambahan
ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Menurut Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah adalah sudah saatnya memutarbalik cara pandang
kita terhadap sampah dan cara kita memperlakukan sampah. Sudah
saatnya kita memandang sampah sebagai sesuatu yang punya nilai guna
dan manfaat. Sehingga sudah tidak layak lagi jika sampah dibuang
percuma. Dari perspektif ekonomi kerakyatan, simpanan uang dari
tabungan sampah dan pendapatan tambahan dari hasil penjualan
kompos dan produk kreatif dari sampah adalah manfaat nyata bank
sampah.
Potensi ekonomi pengelolaan sampah di Indonesia, sampai
sekarang sudah mencapai Rp 15 miliar per bulan. Angka itu didapat dari
upaya pengelolaan sampah lewat beberapa proses dengan sistem reduce,
reuse, recycle (3-R).
Pelaksanaan bank sampah sesungguhnya mengandung potensi
ekonomi kerakyatan yang cukup tinggi karena kegiatan bank sampah
dapat memberikan hasil nyata bagi masyarakat dalam bentuk peluang
kerja, penghasilan tambahan bagi pegawai bank sampah dan masyarakat
penabung sampah. Istilah yang tepat menggambarkan manfaat sampah
tersebut adalah from trash to cash.

c. Dasar Hukum
1) Undang - Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
menjelaskan tentang prinsip dalam mengelola sampah adalah
reduce, reuse dan recycle yang berarti mengurangi, menggunakan
kembali, dan mengolah
2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang lingkungan hidup
3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesiatahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
d. Tujuan
1) Meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya kebersihan
lingkungan dan pemanfaatan peluang
2) Mengikut sertakan warga dalam usaha mewujudkan lingkungan
yang bersih dan sehat
3) Mempererat kerjasama dan interaksi antar warga masyarakat
agar menjadi komunitas pemuda yang kreatif, inovatif, produktif
serta peduli terhadap lingkungan sekitar, serta dapat terhindar dari
kegiatan-kegiatan yang negatif
4) Menanggulangi masalah limbah lokal dan mengurangi jumlah
sampah yang di angkut ke tempat pambuangan akhir (TPA)
5) Menciptakan produk daur ulang dengan aneka desain kerajinan
tangan yang memiliki nilai jual lebih di masyarakat
6) Menjadikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dari hasil bank
sampah
7) Meminimalisir timbulnya penyakit yeng diakibatkan oleh sampah

e. Standar Manajemen Bank Sampah


Merujuk pada Permen LH No 13 Tahun 2012 berikut adalah standar
menajemen dalam bank sampah;
1) Penabung Sampah:
a) dilakukan penyuluhan Bank Sampah paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 3 (tiga) bulan
b) Setiap penabung diberikan 3 (tiga) wadah/tempat sampah
terpilah
c) Penabung mendapat buku rekening dan nomor rekening
tabungan sampah
d) Telah melakukan pemilahan sampah
e) Telah melakukan upaya mengurangi sampah.

2) Pelaksana Bank Sampah


a) Menggunakan alat pelindung diri (APD) selama melayani
penabung sampah
b) Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah
melayani penabung sampah
c) Direktur Bank Sampah berpendidikan paling rendah
SMA/sederajat
d) Telah mengikuti pelatihan Bank Sampah
e) Melakukan monitoring dan evaluasi (monev) paling sedikit
1(satu) bulan sekali dengan melakukan rapat pengelola Bank
Sampah
f) Jumlah pengelola harian paling sedikit 5 (lima) orang
g) Pengelola mendapat gaji/insentif setiap bulan.

3) Pengepul/Pembeli sampah/Industri daur ulang:


a) Tidak melakukan pembakaran sampah
b) Mempunyai naskah kerjasama/mou dengan Bank Sampah
sebagai mitra dalam pengelolaan sampah
c) Mampu menjaga kebersihan lingkungan seperti tidak adanya
jentik nyamuk dalam sampah kaleng/botol
d) Mempunyai izin usaha.

4) Pengelolaan sampah di Bank Sampah


a) Sampah layak tabung diambil oleh pengepul paling lama
sebulan sekali
b) Sampah layak kreasi didaur ulang oleh pengrajin binaan Bank
Sampah
c) Sampah layak kompos dikelola skala RT dan/atau skala
komunal
d) Sampah layak buang (residu) diambil petugas PU 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) minggu
e) Cakupan wilayah pelayanan Bank Sampah paling sedikit 1
(satu) kelurahan (lebih besar dari 500 (lima ratus) kepala
keluarga)
f) Sampah yang diangkut ke TPA berkurang 30-40 % setiap
bulannya
g) Jumlah penabung bertambah rata-rata 5-10 penabung setiap
bulannya
h) Adanya replikasi Bank Sampah setempat ke wilayah lain.
5) Proses Pengelolaan Sampah di Bank Sampah
Untuk melihat proses atau pengelolaan sampah rumah tangga di
bank sampah dapat dilihat pada diagram alur berikut ini:
f. Pelaksanaan
1) Mekanisme Pembentukan Sistem Bank Sampah
Terdapat 6 langkah mekanisme pembentukan sistem bank
sampah yang dianggap penting.
a) Sosialisasi Awal
Untuk sosialisais awal, dilakukan pertemuan yang
cakupan masyarakatnya cukup luas dan berasal dari berbagai
wilayah. Disini dimaksudkan adanya perwakilan dari tiap
kelurahan, banyak RW, dan banyak RT. Dimana nantinya
perwakilan ini akan lebih efektif jika mereka yang juga
nantinya membantu dalam mengkoordinasi Program Bank
Sampah. Dalam sosialisasi awal ini dijelaskan tentang
Program Bank Sampah serta manfaat yang bisa didapatkan
dengan bergabung dalam Program Bank Sampah. Sosialisasi
awal ini biasa dilakukan di rumah warga atau jika
memungkinkan menggunakan ruang serba guna kelurahan.
Sistem dalam sosialisasi awal ini lebih seperti meeting dan
diharapkan dapat saling memberikan pendapat bukan seperti
seminar yang lebih kepada komunikasi satu arah.
Wacana yang disampaikan pada saat sosialisasi adalah:

‫־‬ Bank sampah sebagai program nasional


Undang-undang Nomor 18 tahun 2008
mengamanatkan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R
(Reduce, Reuse, Recycle). Pemerintah mengajak
masyarakat untuk mengurangi, menggunakan kembali dan
mendaur ulang sampah. Maka pengelolaan sampah dengan
pendekatan kumpul-angkut-buang diganti dengan
pemilahan-pengangkutan-pengolahan-pemrosesan.
Pemerintah menjadikan bank sampah sebagai strategi
penerapan 3R.
‫־‬ Penjelasan umum tentang bank sampah
Bank sampah adalah sistem yang fokus kegiatannya
mengelola sampah rumah tangga masyarakat secara
kolektif.
‫־‬ Penjelasan alur pengelolaan sampah pada sistem bank
sampah
Mekanisme kerja sampah mulai pemilahan,
penyetoran, penimbangan, pencatatan dan pengangkutan.
‫־‬ Pembagian hasil pengelolaan bank sampah
Hasil penjualan sampah tidak semuanya menjadi milik
nasabah. Sebagian disisihkan untuk operasional bank
sampah dan pengembangan lembaga ke depan. Persentase
bagi hasil ditentukan melalaui kesepakatan antara nasabah
dan pengelola bank sampah. Bagi hasil untuk bank sampah
bisa berkisar antara 10%-40% dari nilai penjualan sampah.

b) Pelatihan Teknis
Setelah sosialisasi awal, dilakukan pertemuan dengan
skala yang lebih kecil misal RT/RW. Pertemuan dengan skala
yang lebih kecil ini disebut pelatihan teknis karena disini akan
membahas hal-hal yang sangat teknis tentang tata cara
pembentukan sistem bank sampah. Pelatihan lebih seperti
menghadiri perkuliahan dimana ada satu orang sebagai ahli yang
akan mengajarkan para anggota yang mengikuti pelatihan teknis.
Pelatihan ini bisa dilakukan di rumah warga atau ruangan yang
disediakan RW setempat. Pada pertemuan ini diharapkan akan
mencapai kesepakatan dengan warga untuk menjalankan sistem
bank sampah serta terbentuknya pula kepengurusan bank
sampah, lokasi bank sampah (penetapan kantor pusat dan kantor
cabang). Lalu ada gambaran pengepul yang akan membeli
sampah, serta penetapan target pada bulan pertama untuk
komitmen menjalankan program bank sampah ini seperti jumlah
nasabah, omset (rupiah), dan reduksi sampah (kilogram), Jenis
sampah yang diterima, harga tiap jenis sampah per kilogram,
kondisi sampah yang diterima (kering), cara pengemasan
(sampah dimasukan ke plastik atau semacamnya), teknis
pengangkutan (diantar ke bank sampah atau dengan sistem
penjemputan), penimbangan, sistem pencatatan, bagi hasil, dan
teknis pencairan tabungan.
Tidak lupa, masyarakat harus diyakinkan lagi mengenai
pembagian dan pemilahan jenis sampah, antara lain perbedaan
sampah basah dan kering.
1) Sampah Kering / Anorganik
a) Sampah kering / anorganik yang telah disetorkan oleh
warga kemudian dipilah dengan lebih detail
berdasarkan kategori masing-masing sampah (plastik,
kertas, logam dan kaca)
b) Masing-masing kategori sampah kering / anorganik
tersebut kemudian dapat dimanfaatkan atau digunakan
kembali (Reuse) atau diolah kembali (Recycle) jika
bank sampah memiliki mesin pencacah plastik,
sebaiknya sampah jenis plastik dicacah terlebih dahulu
sebelum dijual ke industri daur ulang plastik.
c) Pengangkutan sampah kering / anorganik dari bank
sampah ke pelapak besar atau ke industry daur ulang.
d) Bank sampah mendapatkan keuntungan

2) Sampah Basah / Organik

a) Sampah organik / sampah basah yang sudah dipilah di


rumah tangga dapat langsung diolah dengan
cara komposting di rumah sendiri atau di lokasi bank
sampah.
b) Pemanfaatan hasil kompos sampah organik
selanjutnya dapat dikemas dan dijual atau
dimanfaatkan untuk penghijauan lingkungan sekitar.
c) Bank sampah dan lingkungan mendapatkan
keuntungan.
d) Diharapkan nantinya masyarakat dalam melakukan
transaksi, barang yang masuk ke bank sampah adalah
barang yang telah bersih, selain harga lebih bersaing
kebersihan lingkungan juga akan terjaga.

c) Pendampingan Sistem Bank Sampah


Pendampingan dilakukan oleh fasilitator setempat dengan
fasilitator lain di wilayah tersebut. Disini fasilitator bertugas
untuk mendampingi saat bank sampah buka, penjualan sampah
berlangsung, untuk memantau apakah program ini sudah
berjalan sesuai standarisasi. Fasilitator dipilih dari salah satu
anggota yang dianggap paling semangat dan mengerti dalam
menjalankan program bank sampah. Sehingga fasilitator dapat
mendampingi jalannya Program Bank Sampah dengan baik.

d) Pengembangan Sistem Bank Sampah


Setelah Program Bank Sampah berjalan, selanjutnya
diharapkan bisa dikembangkan kearah ekonomis sekaligus
memberikan banyak fasilitas khusus bagi nasabah. Pemberian
fasilitas khusus juga ditinjau melalui berbagai aspek seperti jika
pembukuan tertib dan rapi, omset bank sampah cukup dan jika
bisa melebihi, tidak terkendala dengan penjualan sampah, harga
dan jadwal pengambilan sampah stabil, serta jika bank sampah
sudah berjalan dengan sistem yang kuat. Pengembangan dapat
berupa unit usaha simpan pinjam, unit usaha sembako,
memberikan modal usaha, koperasi bank sampah, serta
pengembangan Trashion.
e) Menjalankan Sistem Bank Sampah

Jalannya sistem bank sampah disepakati jika standarisasi


bank sampah sudah disepakati oleh pengurus dan calon nasabah,
pengurus membuat perencanaan administasi bank sampah,
menampilkan list harga sampah, serta nasabah wajib memiliki
plastik untuk sarana pemilahan sampah dirumah masing-masing.
Dalam pelaksanaannya, minimal ada 3 macam buku yang dibuat
oleh bank sampah, yakni:

i. Buku Registrasi

Memuat daftar nasabah beserta data keterangannya.

ii. Buku Besar Administrasi

Memuat data berat sampah, rekapitulasi nilai penjualan


sampah, total berat sampah dan nilai penjualan sampah.

iii. Buku Nasabah

Pada buku tabungan tercantum kolom kredit, debit dan


keseimbangan untuk mencatat transaksi yang dilakukan.
Terdapat 2 jenis lembaran yaitu lembaran yang memuat
data global tabungan nasabah dan lembaran yang memuat
data detail tabungan di setiap penjualan.

Pada pelaksanaannya, nilai rupiah yang didapatkan


disesuaikan dengan jenis sampah yang nasabah tabungkan.
Nantinya barang ditimbang beratnya dan disesuaikan dengan
nilai atau harga perkilogram sampah di pasaran. Perubahan
harga barang nantinya akan diinformasikan ke para nasabah
melalui papan informasi di kantor administrasi bank sampah.
Pada buku tabungan para nasabah akan tertera nilai rupiah dari
sampah yang sudah mereka tabung dan uang tersebut dapat
ditarik dalam bentuk tunai.

Penerapan tabungan bank sampah dapat dilaksanakan


dalam beberapa jenis kegiatan. Pemilihan jenis tabungan ini
disesuaikan dengan kesepakatan warga bersama. Berikut
beberapa jenis tabungan yang dapat diterapkan:

1) Tabungan Reguler; Dengan target nasabah masyarakat usia


dewasa, ibu-ibu rumah tangga dan masyarakat miskin.
2) Tabungan Lingkungan; Tabungan ini di tujukan untuk
pembiayaan pengelolaan lingkungan sekitar, seperti
pembelian tanaman, pengadaan tong sampah, gerobak,
komposter, mesin daur ulang, dls sesuai dengan permintaan
nasabah dan nilai tabungan.
3) Tabungan Pendidikan; Tabungan di ambil pada saat tahun
ajaran baru atau bila ada kebutuhan pada pembiayaan
sekolah anak.
4) Tabungan Lebaran; Tabungan diambil pada saat menjelang
lebaran atau digunakan untuk kebutuhan lebaran.
5) Tabungan Sembako; Tabungan ini di ambil bukan berupa
uang tapi dalam bentuk sembako sesuai dengan permintaan
nasabah pada waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan dan
nilai tabungan.
6) Tabungan Sedekah; Tabungan ini adalah bentuk kepedulian
sosial nasabah yang akan disalurkan oleh bank sampah
dalam bentuk bantuan beasiswa, santunan yatim piatu,
pembangunan masjid, dan lainnya. Tabungan ini tidak
dapat diambil oleh nasabah, akan tetapi nasabah mendapat
laporan dari BSM yang dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum.
f) Monitoring dan Evaluasi Sistem Bank Sampah
Setelah sistem berjalan selama satu bulan, setelah
pelatihan teknis dan sudah melakukan penjualan, maka
diadakan monitoring dan evaluasi program. Monitoring dan
evaluasi program diadakan dengan bertemu dengan pengurus
dan nasabah. Disana nantinya akan mencermati apa saja
kendala saat sistem bank sampah berjalan misalnya
pembukuan, pengepul, atau pemilahan sampah, mereview
harga sampah, serta pencapaian target bulan pertama antara
lain jumlah nasabah, reduksi sampah dan omset.

g) Pengembangan

Pada saat sistem bank sampah telah berjalan dalam


waktu yang signifikan, potensi ekonomi yang dimiliki teramat
besar, dengan pengelolaan keuangan yang baik maka bank
sampah berpotensi untuk dikembangkan menjadi:

i. Unit Usaha Simpan Pinjam

ii. Unit Usaha Sembako


iii. Koperasi Bank Sampah
iv. Pinjaman Modal Usaha

4. Keuntungan Bank Sampah

a. Bank sampah secara mendasar mengubah kebiasaan warga yang


menjadi nasabahnya:

1) Sampah menjadi sumber uang, dibagi antara bank dan


nasabahnya

2) Sampah dikumpulkan alih-alih dibuang begitu saja


3) Sampah dipisahkan di sumbernya untuk dijual
4) Sampah dijaga agar tidak terkontaminasi karena ini dapat
mengurangi nilainya
b. Merupakan suatu aplikasi model dari konsep 3-Re, reduce –
mengurangi, reuse – menggunakan kembali, recycle – mendaur ulang
c. Lingkungan menjadi lebih bersih karena berkurangnya sampah yang
dibakar atau dibuang ke alam
d. Logistik yang sederhana
e. Kompos lebih mudah dijual dalam kemasan kecil dalam suatu
lingkungan yang berdekatan
f. Mencegah terbentuknya metan yang merupakan gas rumah kaca yang
kuat yang umumnya dihasilkan di tempat pembuangan akhir sampah
g. Tidak ada biaya tinggi untuk pemilahan sampah dan operasional yang
biasanya harus ditanggung oleh fasilitas daur ulang sampah skala besar
h. Volume sampah sebagai residu yang harus dibuang ke tempat
pembuangan akhir sampah berkurang secara signifikan
i. Tidak ada batas pertumbuhan untuk bank sampah dan solusi ini layak
diterapkan di seluruh penjuru negeri.

C. PERMASALAHAN PADA MASYARAKAT


1. Masyarakat belum mengetahui bagaimana cara pengolahan sampah rumah
tangga yang baik.
2. Sebagian besar masyarakat di RT 1 dan 2 belum melakukan pemilahan
sampah rumah tangga.
3. Sebagian besar pengolahan sampah akhir masyarakat adalah dengan
membuang disekitar pekarangan rumah dan membakar sampah.
4. Belum ada peran serta dari tokoh masyarakat untuk larangan membuang
sampah sembarangan.
5. Kesadaran masyarakat di RT 1 dan 2 Dukuh Wates Barat Desa Bade untuk
peduli terhadap lingkungan khususnya dalam mengelola sampah masih
perlu ditingkatkan.
6. Masih kurangnya sarana dan prasarana untuk memulainya program bank
sampah.

.
D. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

UPAYA
N SASARA DAN TENAG INDIKATO
KESEHATA KEGIATAN WAKTU TUJUAN TARGET ALAT BIAYA
O N A A R
N
1 Study banding Study 13 Juli Belajar Bank Bank - Alat tulis, Kepala Terlaksananya -
Bank Sampah banding bank 2019 mengenai Sampah Sampah kamera Puskesm study banding
sampah pelaksanaan yang telah yang telah as, bank sampah
bank sampah berjalan di berjalan di Dokter
Boyolali Boyolali internsip,
Bidan
desa
2 Koordinasi Audiensi 19 Juli Memaparkan Kepala Kepala desa - Alat tulis, Dokter Bertemu -
dengan kepala dengan 2019 dan desa dan dan kamera internsip, dengan kepala
desa beserta kepala desa menyamakan perangkat perangkat Bidan desa beserta
perangkat Desa beserta presepsi desa desa desa perangkat dan
Bade perangkat mengenai terbentuk
Desa Bade program presepsi yang
bank sampah sama
mengenai
program bank
sampah
3 Sosialisasi Sosialisasi 19 Juli Menjelaskan Perangkat Perangkat - Alat tulis,
Kepala Perangkat Puskes
dengan dengan 2019 konsep bank desa, Ibu desa, Ibu kamera, Puskesm desa mengerti mas
perangkat Desa perangkat sampah kader dan kader dan proyektor as, mengenai
Bade Desa Bade kepada PKK PKK , laptop Dokter program bank
perangkat internsip, sampah
desa Bidan
desa
4 Koordinasi dan Koordinasi 19 Juli Melakukan Ibu kader Ibu kader - Laptop, Dokter Terdapat -
pembentukan dan 2019 koordinasi dan PKK dan PKK proyektor internsip, nama bank
pengurus pembentukan dan , alat bidan sampah,
dengan ibu-ibu pengurus membentuk tulis, desa terbentuk
kader dan PKK dengan ibu- pengurus kamera pengurus
ibu kader dan bank sampah bank sampah
PKK Bade, dan
terpilih
pengepul
sampah
5 Pelatihan Pelatihan Agustus Melatih Pengurus Pengurus - Laptop, Dokter Pengurus -
pengurus bank pengurus 2019 pelaksanaan bank bank proyektor internsip, bank sampah
sampah bade bank sampah bank sampah sampah sampah , alat bidan mengerti akan
Bade secara detail tulis, desa konsep bank
kepada kamera sampah,
pengurus mengerti cara
terpilih menimbang
sampah, cara
menulis
pembukuan
bank sampah
secara detail
7 Sosialisasi Sosialisasi Juli - Menjelaskan Ibu balita Ibu balita - Alat tulis, Dokter Mengetahui -
bank sampah bank sampah Agustus kepada posyandu posyandu kamera internsip, cara
kepada warga kepada 2019 warga dan warga dan warga bidan pengolahan
di dukuh warga di mengenai lainnya lainnya desa sampah
Wates Barat dukuh wates cara rumah tangga
saat posyandu barat saat pengolahan Tidak
posyandu sampah, membuang
detail sampah
pelaksanaan sembarangan
bank Tersedianya
sampah, tempat
menyampaik sampah
an bahwa organik dan
pertemuan anorganik di
depan untuk setiap rumah
mulai warga
membawa Mengerti
sampah konsep bank
anorganik sampah
8 Pelaksanaan Pelaksanaan 13 Mengumpulk Ibu balita Ibu balita Alat tulis, Dokter Membawa Mandiri
bank sampah bank sampah Septembe an sampah posyandu posyandu kamera, internsip, sampah yang
di posyandu di posyandu r 2019 anorganik dan warga dan warga timbanga bidan akan ditabung
Wates Barat Wates Barat warga, lainnya lainnya n, buku desa, di bank
melakukan tabungan, pengurus sampah
penimbangan buku bank
, pencatatan, rekapan, sampah
dan buku
penjualan register
kepada bank
pengepul sampah
E. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan program bank sampah mulai dilakukan pada tanggal 13 Juli


2019 berupa kegiatan Study banding di 2 lokasi berbeda, yakni di Bank Sampah
Melati dan bank sampah SAJENSA. Dilanjutkan dengan kegiatan Audiensi,
koordinasi dan penyuluhan mengenai program bank sampah, penyuluhan ini
disampaikan secara langsung atau dengan metode direct communication-face to
face communication. Setelah penyampaian dilanjutkan dengan diskusi tanya
jawab. Tahapan penyuluhan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
i. Perkenalan

Acara dibuka oleh Bidan Desa Bade sekaligus perkenalan dengan dokter
internsip yang bertugas di Puskesmas Klego I.

ii. Audiensi dan Koordinasi

Audiensi dan Koordinasi dilakukan di Balai desa Bade yang turut dihadiri
oleh Kepala desa Bade, Perangkat desa Bade, Kepala Puskesmas Klego I
dan Dokter Internsip. Kegiatan audiensi dan koordinasi dilakukan dengan
cara pemberian materi penyuluhan mengenai Bank sampah guna
menyamakan persepsi mengenai program bank sampah.
iii. Pembentukan Pengurus Bank Sampah dan Terpilihnya Pengepul Sampah

Pembentukan pengurus bank sampah dilakukan bersamaan saat pertemuan


kader di balai desa Bade pada tanggal 19 Juli 2019. Pengurus bank sampah
terdiri dari 2 oang ditiap dukuhnya, 1 orang sebagai ketua dan 1 orang
sebagai sekretaris dan bendahara. Untuk pengepul sampah, akan
ditentukan 1 pengepul untuk 1 bank sampah di tiap dukuhnya.

iv. Sosialisasi / Penyampaian Materi mengenai Program Bank Sampah

Materi penyuluhan mengenai program bank sampah disampaikan secara


lisan (ceramah) selama lebih kurang 20 menit kepada warga yang datang
disetiap kegiatan desa, seperti saat kegiatan posyandu balita ataupun lansia
dan diskusi tanya jawab lebih kurang 15 menit. (Materi terlampir).
v. Pelaksanaan Bank Sampah

Program Bank Sampah akan dilaksanakan selama 1 bulan sekali


bersamaan dengan kegiatan posyandu di tiap dukuhnya.

F. MONITORING DAN EVALUASI

1. Tahap Perencanaan
a. Terdapat beberapa kegiatan yang sudah direncanakan tidak terlaksana
karena bersamaan dengan kegiatan di desa lain.
b. Untuk pelaksanaan bank sampah Dukuh Wates Barat juga tidak berjalan
sesuai dengan perencanaan dikarenakan satu dan hal.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Kurangnya penyediaan alat untuk mendukung berjalannya program Bank
Sampah seperti kurangnya fasilitas alat untuk menimbang sampah.
b. Program Bank sampah juga terkendala dalam hal tempat untuk
menampung sampah yang akan dibawa oleh penabung bank sampah,
sehingga sampai saat ini masih menampung dirumah / ditempat yang akan
dilaksanakannya kegiatan posyandu.
c. Adanya warga yang mengeluhkan kesulitan untuk membawa sampahnya
jika kegiatan program bank sampah dilaksanakan bersamaan dengan
kegiatan posyandu, disisi lain jika waktu pelaksanaan bank sampah
dibedakan dengan kegiatan posyandu, warga juga akan kesulitan kembali
untuk menyesuaikan waktunya.
d. Pada dasarnya pelaksanaan program bank sampah ini akan berjalan baik
dan terarah apabila masyarakat benar-benar menjalankan program dengan
rutin dan dikelola dengan baik.
Tabel Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil
No Kegiatan Waktu Tempat Sasaran Hasil
1 Study banding Bank 13 Juli Bank Sampah Melati Puskesmas Telah berjala
Sampah 2019 (Surodadi, Boyolali) Klego 1 dengan lanca
dan Bank Sampah tempat bank
Sajensa Boyolali.yaitu
(Siswodipuran, SAJENSA. B
Boyolali) Bade diadops

2 Audiensi dengan 19 Juli Balai Desa Bade Kepala desa Telah berjalan
kepala desa beserta 2019 dan perangkat kepala desa d
perangkat Desa Bade dirasakan leb
desa juga sud
terbentuknya
mempermuda
sama mengen
3 Sosialisasi dengan 19 Juli Balai Desa Bade Perangkat desa Terbentuknya
perangkat Desa Bade 2019 sampah.
4 Koordinasi dan 19 Juli Balai Desa Bade Kader Telah terbent
pembentukan 2019 yang terdiri d
pengurus dengan ibu- tersebut terd
ibu kader dan PKK sebagai sekre
nama bank
sudah terpili
dukuh.
5 Pelatihan pengurus 14 Balai Desa Bade Kader Kegiatan pel
bank sampah September dengan lanca
2019 datang untuk
mengenai pe
penomoran
pembukuan b
6 Sosialisasi bank 13 Agutus Posyandu Warga Pada tahap s
sampah kepada warga 2019 sampah di
Dukuh Wates Barat masyarakat
Desa Bade mendengarka
sosialasi bank
posyandu bal
wates barat
menjadi tidak
7 Pelaksanaan bank September Posyandu Warga Telah berjalan
sampah Dukuh Wates 2019 wates barat pa
Barat bank sampah
perencanaan.

G. KESIMPULAN

1. Program bank sampah di dukuh Wates Barat sudah terlaksana dengan cukup baik
pada bulan September. Program bank sampah ini berjalan sebagai awalan
kegiatan pengelolaan sampah pada lingkungan dukuh Wates Barat untuk dapat
lebih menyadarkan dan memacu masyarakat kembali mengenai pentingnya
kebersihan lingkungan demi terwujudnya masyarakat yang lebih sehat.

2. Masih belum seluruhnya warga di dukuh Wates Barat yang telah ikut
mengumpulkan sampahnya ketika pertama kali program bank sampah berjalan.

3. Kurangnya SDM, sarana dan prasarana dalam program Bank Sampah sehingga
program ini berjalan kurang maksimal.

H. SARAN
1. Disarankan untuk kader desa, bidan desa, dan pemegang program di Puskesmas
Klego I untuk tetap meneruskan program bank sampah kedepannya.
2. Dibutuhkan peran serta dari seluruh masyarakat, tokoh agama dan perangkat
desa untuk meningkatkan antusisme masyarakat mengenai berjalannya program
bank sampah di Dukuh Wates Barat
3. Diperlukan dukungan lebih dari perangkat desa berupa kebijakan tertulis
mengenai kewajiban pengumpulan bank sampah pada masyarakat.
4. Disarankan untuk kedepannya agar dapat tersedianya tempat khusus untuk
menampung sampah dari para penabung.
5. Dilakukan sosialisasi lebih luas lagi kepada masyarakat, sehingga kedepannya
program bank sampah tidak hanya berjalan di tiap dukuhnya
6. Pengurus bank sampah beserta perangkat desa dapat mulai mengajukan
permohonan kepada Dinas Lingkungan Hidup untuk pengadaan alat dan bahan
penunjang bank sampah
7. Apabila program bank sampah telah berjalan, dapat dilanjutkan dengan adanya
pelatihan kerajinan tangan dari sampah anorganik pada masyarakat untuk
meningkatkan produksi pada masyarakat di dukuh Wates Barat.

I. DOKUMENTASI
Study Banding di Bank Sampah Melati, Surodadi, Boyolali.
Study Banding di Bank Sampah Sajensa, Siswodipuran, Boyolali.
Sosialisasi kepada Perangkat dan Kader desa Bade oleh Dokter Internsip, Kepala
Puskesmas Klego I dan Kepala Desa Bade
Pelatihan Pengurus Bank Sampah
Penandatanganan MOU Bank Sampah bersama Kader & Pengepul Dukuh Wates
Barat

Sosialisasi Bank Sampah di Posyandu Balita Dukuh Wates Barat


Pelaksanaan Bank Sampah di Dukuh Wates Barat
J. Lampiran
BUKU ADMINISTRASI PENJUALAN

BUKU REGISTRASI NASABAH


BUKU TABUNGAN NASABAH

Lembar Surat Perjanjian Kerjasama dengan Pengepul Sampah


DAFTAR PUSTAKA

Alit, I. K. (2005). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Kualitas


Lingkungan Permukiman Kumuh Di Propinsi Bali. Jurnal Permukiman Natah , 1-61.

Ardianto, E. (2009). Public Relation Praktis. Bandung: Widya Padjajaran.

Barombo, A., Asrori, H., & BSEP, D. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Koperasi Credit Union ( CU ) Studi Pada CU.Khatulistiwa Bakti Pontianak. Jurnal
Tesis , 1-17.

Carroll & Buchheltz. (2003). Business & Society: Ethics and Stakeholders
Management. (5th Edition). Ohio:Thomson South Western.

Creswell, J. W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed


Methods Approaches. California: Sage Publication.

Dagur, A. B. (2004). Prospek & Strategi Pembangunan Kabupaten Manggarai Dalam


Perspektif Masa Depan. Jakarta: Indomedia.

Danibrata, A. (2011). Pengaruh Integrated Marketing Communication Terhadap


Brand Equity Pada Sebuah Bank Pemerintah Di Jakarta. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi
, 21-38.
Daymon, C., & Holloway, I. (2008). Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations & Marketing Communications. Bandung: Mizan Media Utama
Elvinaro, A. (2010). Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif Dan
Kualitatif. Bandung: Simbosa Rekatama Media.

Firmansyah, H. (2012). Ketercapaian Indikator Keberdayaan Masyarakat Dalam


Program Pemberdayaan Fakir Miskin ( P2FM ) Di Kota Banjarmasin. Jurnal
Agribisnis Pedesaan , 172-180.

Imran, M. (2008). Peran Public Relations Pada Program CSR Dalam Rangka
Meningkatkan Citra Positif Perusahaan. Jurnal Universitas Islam 45 Bekasi , 127-139.

Kementrian Lingkungan Hidup RI, 2012, Kepmen LH no. 13 tahun 2012 tentang
pedoman pelaksanaan 3R melalui bank sampah.

Kotler, P., & Lee, N. (2005). Corporate Social Responsibility : Doing The Most For
Your Company And Your Cause. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Kusniadji, S. (2011). Mengkomunikasikan Program Corporate Social Responsibility


Untuk Meningkatkan Citra Perusahaan. Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara
, 55-63.

Limakrisna, N. (2008). Pengaruh Komunikasi Pemasaran Dan Kerelasian Nasabah


Terhadap Loyalitas Nasabah. Jurnal Ekonomi Bisnis , 68-7

Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah. Jakarta: Sekretariat Negara.

Anda mungkin juga menyukai