Anda di halaman 1dari 80

MINI PROJECT

PEMBENTUKAN BANK SAMPAH SEBAGAI UPAYA


PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI LINGKUNGAN
RW 04, DESA KELET, KECAMATAN KELING, KABUPATEN
JEPARA TAHUN 2018

Disusun untuk memenuhi tugas dokter internsip

Oleh:
dr. Rifda Nurfadilah

Pendamping:
dr. Cosmas Gedsa Pramantya

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


PUSKESMAS KELING 1
KABUPATEN JEPARA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kegiatan dengan judul “Pembentukan Bank Sampah Sebagai Upaya


Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Lingkungan RW 04, Desa Kelet,
Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara Tahun 2018” telah dipresentasikan di depan
pendamping dokter internsip pada tanggal 2 Mei di P2UKM guna memenuhi
syarat kepaniteraan program internsip puskesmas Keling 1 kabupaten Jepara.

Jepara, 2 Mei 2019

Disahkan oleh:

Pembimbing Kepala Puskesmas Keling 1

dr. Cosmas Gedsa Pramantya dr. Cosmas Gedsa Pramantya

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan judul “Pembentukan Bank Sampah Sebagai Upaya Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga di Lingkungan RW 04, Desa Kelet, Kecamatan Keling, Kabupaten
Jepara Tahun 2018”

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan program internsip


Puskesmas Keling 1 Kabupaten Jepara. Laporan ini dapat terselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Cosmas Gedsa Pramantya selaku Kepala Puskesmas Keling 1 dan
pendamping dokter internsip
2. Ibu Siswatiningsih S.KM, M.Kes, Ibu Martiani Juli Prastini S.KM, Bapak
Setiyo Wardoyo selaku pendamping program UKM di Puskesmas Keling
1
3. Bapak Abdul Aziz selaku petinggi Desa Kelet, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara
4. Warga RW 04, Desa Kelet, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara yang
telah berpartisipasi aktif dalam mini project ini.
5. Orang tua dan saudara yang telah memberikan dukungan moral dan
material.
6. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan kebersamaan.
Penulis menyadari bahwa hasil laporan ini masih jauh dari sempurna,
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga nantinya mini project ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis
harapkan semoga laporan yang telah disusun ini dapat berguna dan memberikan
manfaat bagi yang memerlukan.

Jepara, Mei 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR. ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................. 5
Tujuan ................................................................................................... 6
Manfaat 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
Sampah 8
Pengertian Sampah................................................................................. 8
Klasifikasi Sampah. ........................................................................... 9
Faktor penyebab penumpukan sampah.............................................. 13
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ................................................ 14
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat........................................ 19
Sistem Bank Sampah. ........................................................................ 21
Pengelolaan sampah organik. ............................................................ 25
Pengelolaan sampah Anorganik. ............................................................ 28
Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pengelolaan Sampah yang Tidak
Baik...................................................................................................30
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pengelolaan Sampah............................ 35
Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah. ..................................... 35
Sikap Tentang Pengelolaan Sampah.................................................. 37
Perilaku Pengelolaan Sampah. .......................................................... 40
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku. ..................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 47

iv
Kerangka Teori ................................................................................... 47
Kerangka Konsep ............................................................................... 48
Hipotesis ............................................................................................. 49
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 49
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 49
Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 50
Populasi dan Sampel .......................................................................... 50
Variabel Penelitian ............................................................................. 52
Definisi Operasional ........................................................................... 53
Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 55
Alur Penelitian.................................................................................... 56
Analisis Data ...................................................................................... 57
Etika penelitian ................................................................................... 57
BAB IV ANALISIS SITUASI DAN ANALISIS MASALAH ............................ 60
Analisis Situasi .......................................................................................... 60
Lingkungan 60
Data Kependudukan ...................................................................... 61
Sarana Dan Prasarana .................................................................... 61
Analisis Masalah ....................................................................................... 65
Analisis Peyebab Masalah Dengan Pendekatan Sistem ...................... 66
Urutan Penyebab Masalah. ............................................................. 68
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 71
Karakteristik Sampel .......................................................................... 71
Analisis Hubungan ............................................................................. 76
Pembahasan 77
BAB VI POA (PLAN OF ACTION) DAN LAPORAN HASIL KEGIATAN...... 84
Plan of Action (POA)......................................................................... 84
Laporan Hasil Kegiatan. ..................................................................... 91
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 103
Kesimpulan 103
Saran 104

v
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 106
LAMPIRAN ........................................................................................................ 110

vi
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi di suatu

daerah, semakin meningkat pula volume sampah yang dihasilkan. Hal ini

disebabkan karena setiap penduduk mulai dari bayi sampai orang tua pasti

menghasilkan sisa buangan dari proses aktivitas hidupnya. Disamping itu pola

konsumsi masyarakat dan kemajuan teknologi berkontribusi dalam menimbulkan

sampah yang semakin beragam, antara lain sampah kemasan yang berbahaya dan

sulit diurai oleh alam.1

Sampah secara umum dibagi menjadi dua yaitu sampah organik dan

anorganik. Sampah organik adalah limbah yang berasal dari sisa makhluk hidup

(alam) seperti hewan, manusia, tumbuhan yang mengalami pembusukan atau

pelapukan. Sampah ini tergolong sampah yang ramah lingkungan karena dapat

diurai oleh bakteri secara lama dan berlangsungnya cepat. Sampah anorganik

adalah sampah yang berasal dari sisa manusia yang sulit untuk diurai oleh bakteri,

sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama (hinga ratusan tahun) untuk dapat

di uraikan.2

Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Jepara, setiap harinya 1,2

juta penduduk Jepara menghasilkan 1.128 ton sampah, yang terdiri atas 77,92%

sampah organik, 8,87% sampah plastik, 7.08% sampah kertas, 3,21% sampah kayu,

dan 2,92% sampah lainnya. Namun, hanya 12,41% sampah yang terkelola di

1
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah. Timbulan sampah yang paling besar

dihasilkan dari sumber rumah tangga/ permukiman, yaitu sebesar 1,9

lt/orang/hari.3,4

Sampai dengan saat ini, pengelolaan kebersihan dan persampahan masih

dititikberatkan pada kawasan perkotaan Kota Jepara dan sekitarnya serta Ibukota

Kecamatan (IKK). Berdasarkan administrasi, pelayanan telah menjangkau 14

Kecamatan dari 16 Kecamatan yang ada, atau sudah mencapai 87,50% wilayah

kecamatan yang sudah ada pelayanan oleh Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan

Kebersihan (DCKTRK) Kabupaten Jepara. Dari segi jumlah penduduk yang

terlayani sudah sejumlah 162.428 jiwa atau mencapai 13,59% dari jumlah

penduduk tahun 2015. Untuk kapasitas prasarana dan sarana pengelolaan

persampahan yang ada, dapat melayani 1019 m3/hari atau 32,99% dari timbulan

sampah.4

Dalam pengelolaan persampahan di Kabupatena Jepara, terdapat tiga TPA

Sampah untuk melayani wilayah Kabupaten Jepara, yaitu TPA Bandengan,

Gemulung, dan Krasak. Kecamatan Keling memiliki potensi timbulan sampah

(80% domestik dan 20% non domestik) sebesar 160,08 m3/hari, dan hanya memiliki

1 kontainer sampah yang selanjutnya dibawa ke TPA Krasak.4

Apabila sampah tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan

masalah di lingkungan sekitarnya yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak langsung.

Sampah yang membusuk; maupun kaleng, botol, plastik; merupakan sarang

patogen dan vektor penyakit. Berbagai penyakit yang dapat muncul karena sampah

2
yang tidak dikelola antara lain adalah, diare, disentri, tifoid, cacingan, malaria, kaki

gajah (elephantiasis) dan demam berdarah.5

Selama tahun 2017, ditemukan kejadian diare keseluruhan sebanyak 171

kasus dan diare pada balita sebanyak 67 kasus di Desa Kelet.6 Sedangkan pada

bulan Januari sampai Juni 2018, kasus diare keseluruhan yang ditemukan di Desa

Kelet sebanyak 87 kasus dan pada balita sebanyak 27 kasus.7 Sedangkan untuk

kejadian tifoid, selama tahun 2017 ditemukan sebanyak 222 kasus di Desa Kelet

dan 232 kasus pada bulan Januari sampai Juni 2018.6,7 Desa Kelet memiliki

penderita diare (balita) dan tifoid terbanyak dibandingkan desa-desa lainnya yang

berada di dalam wilayah kerja Puskesmas Keling I.6,7

Untuk menghadapi trend kuantitas sampah yang terus meningkat, pola

pengelolaan sampah masa depan harus berubah. Paradigma pengelolaan sampah

yang bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan,

diangkut dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir (TPA) sudah saatnya

ditinggalkan atau diperbaharui karena tidak lagi efektif dan hanya sekedar

memindahkan masalah dari rumah ke TPA saja.1 Paradigma baru pengelolaan

sampah memandang bahwa sampah harus ditangani secara komprehensif mulai dari

hulu, sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke

hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang

kemudian dikembalikan ke lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan

paradigma baru tersebut dilakukan dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle (3R).

Dengan prinsip 3R, volume sampah yang dibuang ke TPA menjadi jauh berkurang

dan sampah dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk berguna.1

3
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jepara, dari 16

kecamatan di Jepara, kecamatan Keling merupakan salah satu kecamatan yang

pengumpulan sampahnya dikirimkan ke TPA Krasak.4 Kecamatan Keling

merupakan kecamatan paling ujung timur dari ibukota Kabupaten Jepara, dengan

jarak 36 km. Desa Kelet termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Keling.8

Meskipun hasil pendataan PHBS Rumah Tangga Desa Kelet tahun 2017 dan 2018

menunjukkan bahwa lebih dari 90% rumah tangga telah memenuhi indikator

membuang sampah pada tempatnya9,10, akan tetapi warga belum melaksanakan

pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri.

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk

memecahkan permasalahan sampah. Keberhasilan dalam pengelolaan sampah

bergantung pada partisipasi masyarakatnya. Peran serta masyarakat dalam

mengurangi volume sampah tersebut dapat dilakukan dengan cara memilah sampah

dari sumber asalnya.

Hasil survei pendahuluan mengenai pengelolaan sampah di Desa Kelet pada

bulan Juni 2018 menunjukkan bahwa kesadaran perilaku pengelolaan sampah di

Desa Kelet masih kurang maksimal. Berdasarkan wawancara dengan Dinas Kepala

Pasar Kelet, Desa Kelet memiliki satu Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang

berada di Terminal Kelet. Namun, TPS tersebut hanya untuk sampah dari pasar dan

terminal, bukan untuk sampah rumah pemukiman/rumah tangga. Adapun,

berdasarkan wawancara dengan petugas sanitasi RSUD Rehatta, sampah rumah

tangga di rumah sakit selama ini dibakar karena belum disediakan kontainer dari

DCKTRK dan sudah mulai dibentuk bank sampah dengan peserta para petugas

4
kebersihan rumah sakit. Oleh karena itu, selama ini masyarakat desa terbiasa

mengelola sampah sendiri dengan membakarnya atau membuang ke kali. Cara

tersebut dianggap oleh masyarakat sebagai cara yang paling cepat dan mudah dalam

menangani permasalahan sampah. Belum ada masyarakat yang mengelola sampah

secara individu menggunakan prinsip 3R (reuse, reduce, recycle).

Berdasarkan latar belakang dan survei pendahuluan yang telah dilakukan,

dapat disimpulkan bahwa banyaknya kasus diare dan ISPA di Desa Kelet dapat

dikaitkan dengan belum adanya perilaku yang efektif dan efisien dalam pengelolaan

sampah rumah tangga. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk

meningkatkan pengelolaan sampah rumah tangga terutama di Desa Kelet,

Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara khususnya di RW 04 diperlukan adanya

suatu organisasi yang menjadi wadah ujung tombak dalam pengelolaan sampah

berkelanjutan yaitu berupa suatu organisasi Bank Sampah. Adanya Bank Sampah

bagi kalangan umum masih terasa asing bagi individu yang belum bisa merasakan

manfaat dengan adanya sampah, karena dengan Bank Sampah kita bisa

memberikan dampak positif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap

alam sekitar. Sudah ada beberapa daerah yang memanfaatkan sampah menjadi

sesuatu yang bisa membawa manfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat

sekitarnya.

Rumusan Masalah

Bagaimana proses Pembentukan Bank Sampah di lingkungan RW 4, Desa

Kelet, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara?

5
Tujuan

Untuk mengetahui proses pembentukan Bank Sampah di lingkungan RW 4,

Desa Kelet, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara

Manfaat

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Menambah wawasan serta memberikan landasan ilmiah mengenai upaya

Pembentukan Bank Sampah.

2. Manfaat untuk pelayanan kesehatan

Memberikan data mengenai pembentukan Bank sampah

3. Manfaat untuk penelitian

Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut

4. Manfaat untuk masyarakat

Memberikan informasi mengenai upaya pembentukan Bank Sampah

6
7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sampah

Pengertian Sampah

Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi.

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari

suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak

mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif

karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya

memerlukan biaya yang cukup besar.11 Menurut UU No. 18 tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, sampah diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia

dan/ atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola menurut UU

No. 18 tahun 2008 adalah sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah

tangga, dan sampah spesifik.12

Sampah rumah tangga merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan

atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah

domestik. Dari kelompok sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa

makanan, plastik, kertas, karton/ dos, kain, kayu, kaca, daun, logam, dan kadang-

kadang sampah berukuran besar seperti dahan pohon. Kelompok ini dapat

meliputi rumah tinggal yang ditempati oleh sebuah keluarga, atau sekelompok

rumah yang berada dalam suatu kawasan permukiman, maupun unit rumah

tinggal yang berupa rumah susun.13

8
Klasifikasi Sampah

Secara umum sampah dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1) Sampah organik. Sampah organik adalah sampah yang dapat terurai

atau membusuk secara alamiah, misalnya sisa sayur-sayuran, buah-

buahan, dan daun- 10 daunan. Sampah ini merupakan bagian yang

terbesar dari sampah rumah tangga (+ 70%). Sampah organik bersifat

biodegradable sehingga mudah terdekomposisi,

2) Sampah anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat

terurai atau membusuk secara alamiah dan memerlukan waktu yang

sangat lama sekali untuk terurai, misalnya kertas, plastik, kayu-kayuan,

kaca, kain, logam, dan lain-lain.14

Menurut Panji Nugroho, jenis-jenis sampah dapat digolongkan menjadi

beberapa jenis, antara lain :14

1. Berdasarkan sumbernya

a. Sampah alam, yaitu sampah yang ada oleh proses alam yang dapat di

daur ulang alami, seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang

terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini

dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan

pemukiman

b. Sampah manusia. Sampah manusia (human waste) adalah istilah

yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan 7 manusia,

seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius

bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana

9
perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah

satu perkembangan dalam mengurangi penularan penyakit melalui

sampah manusia dengan cara hidup yang higenis dan sanitasi.

c. Sampah konsumsi. Sampah konsumsi merupakan sampah yang

dihasilkan oleh manusia (pengguna barang), dengan kata lain adalah

sampah hasil konsumsi sehari-hari. Ini adalah sampah yang umum,

namun meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini masih jauh

lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses

pertambangan dan industri.

d. Sampah Industri. Sampah industri adalah bahan sisa yang

dikeluarkan akibat proses proses industri. Sampah yang dikeluarkan

dari sebuah industri dangan jumlah yang besar dapat dikatakan

sebagai limbah. Berikut adalah gambaran dari limbah yang berasal

dari beberapa industri, yaitu : 1) Limbah industri pangan (makanan),

sebagai contoh yaitu hasil ampas makanan sisa produksi yang

dibuang dapat menimbulkan bau dan polusi jika pembuangannya

tidak diberi perlakuan yang tepat. 2) Limbah Industri kimia dan

bahan bangunan, sebagai contoh industri pembuat minyak pelumas

(OLI) dalam proses pembuatannya membutuhkan air skala besar,

mengakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan ke

lingkungan sekitarnya. air hasil produksi ini mengandung zat kimia

yang tidak baik bagi tubuh yang dapat berbahaya bagi kesehatan. 3)

Limbah industri logam dan elektronika, bahan buangan seperti serbuk

10
besi, debu dan asap dapat mencemari udara sekitar jika tidak

ditangani dengan cara yang tepat.

2. Berdasarkan bentuknya

a. Sampah padat. Sampah padat adalah segala bahan buangan selain

kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah dapur,

sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya

sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah

anorganik. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam

(biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:

1) Biodegradable, yaitu sampah yang dapat diuraikan secara

sempurna oleh proses biologi baik aerob (menggunakan

udara/terbuka) atau anaerob (tidak menggunakan udara/tertutup),

seperti sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan

perkebunan.

2) Non-biodegradable, yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh

proses biolog, yang dapat dibagi lagi menjadi:

(a) Recyclable yaitu sampah yang dapat diolah dan digunakan

kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik,

kertas, pakaian dan lain-lain.

(b) Non-recyclable yaitu sampah yang tidak memiliki nilai

ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra

packs (kemasan pengganti kaleng), carbon paper, thermo coal dan

lain-lain.

11
b. Sampah cair. Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan

dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

1) Limbah hitam yaitu sampah cair yang dihasilkan dari toilet.

Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.

2) Limbah rumah tangga seperti sampah cair yang dihasilkan dari

dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin

mengandung patogen.

Sampah yang dikelola UU No. 18 tahun 2008 adalah sampah rumah tangga,

sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik.12

a. Sampah sejenis rumah tangga

Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal

dari rumah tangga. Sampah ini berasal dari kawasan komersial (pusat

perdagangan, pasar, hotel, perkantoran), kawasan industri, kawasan

khusus (cagar budaya, taman nasional), fasilitas sosial (rumah ibadah,

panti sosial), fasilitas umum (terminal, stasiun, halte, taman, jalan), dan/

atau fasilitas lainnya.12,13

b. Sampah spesifik

Sampah spesifik meliputi sampah yang mengandung bahan berbahaya

dan beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan

beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran

bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah

yang timbul secara tidak periodik. Sampah B3 adalah sampah yang

berasal dari aktivitas rumah tangga yang mengandung bahan dan atau

12
bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan atau beracun karena

sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat merusak dan atau mencemarkan

lingkungan hidup dan atau membahayakan kesehatan manusia. Contoh

sampah golongan B3 seperti misalnya baterei, lampu TL, sisa obat-

obatan, dan oli bekas.12,13

c. Sampah rumah tangga

Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah

tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses

alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini

bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.12,13

Faktor penyebab penumpukan sampah

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah tentang pembuangan

sampah yaitu : 15

a. Jumlah penduduk dan kepadatnnya

Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin

banyak pula sampahnya.

b. Pola kehidupan/tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah

per kapita sampah yang dibuang tiap harinya.

13
c. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena

pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk

manufaktur yang semakin beragam dapat mempengaruhi jumlah dan jenis

sampahnya.

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Berdasarkan UU 18 Tahun 2008 pasal 20 mengenai dasar penanganan

sampah di Indonesia, konsep pengelolaan sampah yang utama bertumpu pada

kegiatan 3R yaitu reduce (R1), reuse (R2), dan recycle (R3). Upaya R1, R2, dan

R3 merupakan bentuk upaya minimasi atau pengurangan sampah yang perlu

ditangani yang bertujuan untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan dan

kesehatan masyarakat.12

Pengurangan Sampah

Konsep pengurangan sampah (waste minimization) terdiri dari pembatasan

terjadinya sampah (R1), guna ulang (R2), dan daur ulang (R3).12

a) Reduce (Pembatasan)

Mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin, yaitu dengan

menerapkan pola hidup sederhana dimana selalu memperhatikan hal-hal

berikut:12

- Menentukan prioritas sebelum membeli barang

- Mengurangi atau menghindari konsumsi/penggunaan barang yang tidak

dapat didaur ulang oleh alam

14
- Membeli produk yang tahan lama

- Menggunakan produk selama mungkin, tidak menganut mode

b) Reuse (Guna Ulang)

Apabila limbah akhirnya terbentuk, upayakan untuk memanfaatkan limbah

secara langsung. Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah

pencegahan zat sampah bentuk, yaitu pencegahan termasuk penggunaan

kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain

produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali, mengajak

konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesain

produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.
12

c) Recycle (Daur Ulang)

Limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung, kemudian

diolah untuk dapat digunakan, baik sebagai bahan baku maupun sumber

energi. Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah

untuk digunakan kembali disebut sebagai daur-ulang. Ada beberapa cara daur

ulang yaitu pengambilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil

kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode baru

dari Daur-Ulang yaitu : 12

i. Pengolahan Kembali secara Fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu

mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang

contohnya kaleng minum alumunium, kaleng baja makanan/ minuman,

15
botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus. Sampah tersebut

juga dapat berubah fungsi dan bentuk menjadi barang-barang kerajinan

tangan.

ii. Pengolahan Kembali secara Biologis

Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan/ kertas,

bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau

dikenal dengan istilah pengkomposan.

iii. Pemulihan Energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil

langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak

langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain.

Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari

menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan

sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk

menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan

Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan,

dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin

oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan

tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk

zat padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk

menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain.

16
Penanganan Sampah

Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari: 12,16

1. Pemilahan

Dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,

jumlah, dan/atau sifat sampah. Jumlah wadah sampah minimal 2 buah per rumah

untuk memilah jenis sampah mulai di sumber yaitu :12,16

• Wadah sampah organik untuk mewadahi sampah sisa sayuran, sisa makanan,

kulit buah-buahan, dan daun-daunan menggunakan wadah dengan warna

gelap

• Wadah sampah anorganik untuk mewadahi sampah jenis kertas, kardus,

botol, kaca, plastik, dan lain-lain menggunakan wadah warna terang.

2. Pengumpulan

Dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke

tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

Pengumpulan terdiri dari: 12,16

- Pola individual tidak langsung dari rumah ke rumah.

- Pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasilitas umum.

- Pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial.

- Pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat.

Pengumpulan dan penyapuan sampah dari sumber sampah dilakukan

sebagai berikut:

a) Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor dengan bak

terbuka atau mobil bak terbuka bersekat dikerjakan sebagai berikut :

17
- Kumpulkan sampah dari sumbernya minimal 2(dua) hari sekali

- Masukan sampah organik dan anorganik ke masing-masing bak di dalam alat

pengumpul

- Pindahkan sampah sesuai dengan jenisnya ke TPS atau TPS Terpadu

b) Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau

mobil bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebagai berikut :

- Kumpulkan sampah organik dari sumbernya minimal 2(dua) hari sekali dan

angkut ke TPS atau TPS Terpadu

- Kumpulkan sampah anorganik sesuai jadwal yang telah ditetapkan dapat

dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW atau oleh pihak

swasta

3. Pengangkutan

Dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/ atau dari tempat penampungan

sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat

pemrosesan akhir. 12,16

4. Pengolahan

Dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.

Pengolahan dan daur ulang sampah di sumber dan di TPS berupa : 12,16

- Pengomposan skala rumah tangga dan daur ulang sampah anorganik, sesuai

dengan tipe rumah atau luas halaman yang ada dan pengomposan skala

lingkungan di TPS.

- Daur ulang sampah anorganik di TPS

18
5. Pemrosesan akhir sampah

Dalam bentuk pengembalian sampah dan/ atau residu hasil pengolahan

sebelumnya ke media lingkungan secara aman. 12,16

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan pengelolaan sampah

yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat dilibatkan pada

pengelolaan sampah dengan tujuan agar mayarakat menyadari bahwa

permasalahan sampah merupakan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merintis pengelolaan sampah

mandiri berbasis masyarakat yaitu:17

a. Sosialisasikan gagasan kepada masyarakat dan tokoh

Sosialisasi ini dilakukan oleh penggagas terbentuknya pengelolaan

berbasis masyarakat kepada sebagian kecil masyarakat yang bersedia

untuk ikut andil dalam pengelolaan sampah dan tokoh masyarakat

misalnya kepala dusun, ketua RT maupun ketua RW. 17

b. Bentuk tim pengelola sampah

Tim pengelola sampah ini dapat terdiri dari pelindung biasanya oleh

kepala dusun, ketua RT atau ketua RW. Ketua pelaksana biasanya

dipegang oleh penggagas, sekretaris, bendahara, seksi penerimaan sampah,

seksi pemilahan, seksi humas dan seksi-seksi lain yang diperlukan sesuai

kesepakatan bersama. 17

19
c. Mencari pihak yang bersedia membeli sampah (pengepul sampah)

Pihak-pihak yang bersedia membeli sampah adalah orang-orang yang

mengumpulkan barang-barang rongsokan berupa sampah-sampah yang

dapat didaur ulang.17

d. Sosialisasi dengan seluruh masyarakat

Jika tim telah terbentuk dan terdapat kesepakatan bersama bahwa akan

dilaksanakan program pengelolaan sampah mandiri maka dilakukan

sosialisasi dengan seluruh masyarakat. Masyarakat diberi informasi

tentang keuntungan ikut serta dalam pengelolaan sampah mandiri, peranan

masyarakat dan manfaatnya terhadap lingkungan.17

e. Menyiapkan fasilitias yang diperlukan bersama-sama

Fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri

ini adalah tempat sebagai pengepul sampah sebelum diambil oleh pembeli

sampah. Tempat ini dilengkapi dengan timbangan, buku administrasi,

kantong-kantong untuk pemilahan sampah.17

f. Lakukan monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan sebulan sekali melalui rapat

anggota pemasok sampah meliputi jenis sampah yang dipasok, sistem bagi

hasil antara pengelola dan pemasok sampah dan lain-lain. Monitoring dan

evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab pelaksana.17

g. Laporkan hasil-hasil program kepada komunitas

Hasil-hasil pelaksanaan program pengelolaan sampah mandiri berbasis

masyarakat dilakukan sebulan sekali kepada seluruh warga yang terlibat

20
dalam program ini. Pelaporan hasil dilakukan dengan transparan tanpa ada

pihak-pihak yang dirugikan.17

h. Kerjasama dan minta dukungan dengan pihak lain

Kerjasama yang dilakukan dalam program pengelolaan sampah mandiri ini

antara lain pengepul sampah skala besar, toko-toko pertanian yang

bersedia menjualkan kompos hasil pengelolaan sampah mandiri tersebut.

Dukungan yang dapat diperoleh pada pelaksanaan program ini adalah

dukungan dari pemerintah setempat misalnya tingkat kabupaten yang turut

serta menggalakkan program ini dan menyediakan dana untuk

pengembangan program ini.17

Sistem Bank Sampah

Bank sampah merupakan suatu sistem pengelolaan sampah kering secara

kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya.

Peran bank sampah menjadi penting dengan terbitnya Peraturan Pemerintah

Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

Sejenis Sampah Rumah Tangga yang mewajibkan produsen melakukan kegiatan

3R dengan cara menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah

diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin,

menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang dan diguna ulang

dan/atau menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur

ulang dan diguna ulang.18

21
Sistem pemanfaatan sampah dengan bank sampah memberikan

keuntungan kepada semua pihak, yaitu warga menerima manfaat ekonomis dari

hasil penjualan sampah, pengepul mendapatkan manfaat efisiensi karena sampah

terkumpul di satu tempat dan sudah terpilah, dan lingkungan menjadi lebih bersih

dan memiliki manfaat ekonomis dari hasil penjualan sampah yang bisa

dimanfaatkan untuk memajukan kepentingan bersama pada lingkungan setempat.

Langkah-langkah dan mekanisme pendirian bank sampah baru, dimulai dari

proses sosialisasi mengenai bank sampah kepada warga setempat, pelatihan teknis

operasional bank sampah, pelaksanaan sistem bank sampah serta pemantauan

operasional sistem bank sampah.18

Sosialisasi awal dilakukan untuk memberikan pengenalan, dan

pengetahuan dasar mengenai bank sampah kepada masyarakat. Wacana yang

disampaikan antara lain tentang bank sampah sebagai program nasional,

pengertian bank sampah dan sistem bagi hasil dalam bank sampah dimana hasil

penjualan sampah tidak semuanya menjadi milik nasabah, sebagian disisihkan

untuk operasional bank sampah dan pengembangan lembaga ke depan. Bagi hasil

untuk bank bisa berkisar antara 10-30% dari hasil penjualan sampah.18

Pelatihan teknis bertujuan untuk memberikan penjelasan detail kepada

masyarakat mengenai tata cara pelaksanaan sistem bank sampah. Pertemuan

dilakukan dalam lingkup yang kecil yaitu tingkat RT/RW dimana setidaknya

diikuti 50% warga RT/RW setempat. Forum ini dapat dimanfaatkan untuk

musyawarah penentuan nama bank sampah, pembentukan pengurus, lokasi bank

sampah, pengepul, dan jadwal penyetoran sampah.18

22
Pelaksanaan sistem bank sampah dilakukan di hari yang telah disepakati.

Pengurus siap dengan keperluan administrasi dan peralatan timbang. Nasabah

(warga) datang ke tempat bank sampah dengan membawa sampah yang telah

dipilah. Nasabah akan mendapatkan uang yang disimpan dalam bentuk tabungan

sesuai dengan nilai sampah yang disetor.18

Mekanisme kerja bank sampah: 18,19

a. Pemilahan bank sampah rumah tangga

Nasabah harus memilah sampah sebelum di setorkan ke bank sampah.

Pemilahan sampah tergantung pada kesepakatan saat pembentukan bank sampah.

Misalnya, berdasarkan sampah organik dan anorganik. Dengan sistem bank

sampah, masyarakat secara tidak langsung telah membantu mengurangi timbunan

sampah di tempat pembuangan akhir, seperti yang tersisa dan dibuang menuju

TPA hanya sampah yang tidak dapat bernilai ekonomi dan sampah B3.

b. Penyetoran sampah ke bank

Waktu penyetoran sampah biasanya telah disepakati sebelumnya.

Misalnya, dua hari dalam sepekan setiap rabu dan sabtu. Penjadwalan ini

maksudnya untuk menyamakan waktu masabah menyetor dan dan pengangkutan

ke pengepul. Hal ini agar sampah tidak bertumpuk di lokasi bank sampah.

c. Penimbangan

Sampah yang sudah disetor ke bank kemudian ditimbang. Berat sampah

yang bisa disetorkan sudan di tentukan pada kesempatan sebelumnya, misalnya

minimal harus satu kilogram.

23
d. Pencatatan

Petugas akan mencatat jenis dan bobot sampah setelah penimbangan. Hasil

pengukuran tersebut lalu di konversikan ke dalam nilai rupiah yang kemudian di

tulis di buku tabungan. Pada sistem bank sampah, tabungan biasanya bisa diambil

setiap tiga bulan sekali. Tabungan bank sampah bisa dimodifikasi menjadi

beberapa jenis : tabungan hari raya, tabungan pendidikan, tabungan kesehatan dan

tabungan yang bersifat sosial untuk disalurkan melalui lembaga kemasyarakatan.

e. Pengangkutan

Bank sampah sudah bekerjasama dengan pengepul yang sudah ditunjuk

dan di sepakati. Sehingga setelah sampah terkumpul, ditimbang dan dicatat

langsung diangkut ketempat pengelolaan sampah berikutnya. Jadi, sampah tidak

menumpuk di lokasi bank sampah.

Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh pengurus dan nasabah setelah

sistem bank sampah berjalan satu bulan sejak pelatihan teknis dan sudah

dilakukan penjualan. Pertemuan dilakukan untuk menilai pelaksanaan bank

sampah yang sudah terlaksana dengan tolak ukur berupa jumlah nasabah, reduksi

sampah dan omset. Sistem bank sampah dapat dikembangkan menjadi unit

simpan pinjam, unit usaha sembako, koperasi dan pinjaman modal usaha.

Perluasan fungsi bank sampah ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat.18,19

24
BAB IV

ANALISIS SITUASI

Analisis Situasi

Lingkungan

Desa Kelet adalah salah satu desa yang berada di ujung timur wilayah

Kabupaten Jepara. Dimana desa ini merupakan perbatasan antara Kabupaten

Jepara dengan Kabupaten Pati. Desa Kelet berada di wilayah kerja Puskesmas

Keling 1.

a. Keadaan Demografi

 Batas Wilayah Desa Kelet

 Sebelah Barat : Desa Jlegong

 Sebelah Timur : Desa Mojo

 Sebelah Selatan : Sungai Gelis

 Sebelah Utara : Desa Blingoh

 Luas Wilayah : 433.270 Ha

 Jumlah RT /RW : 43 / 5

 Jarak dari pusat Pemerintahan

 Jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan : 2 Km

 Jarak dari pusat Pemerintahan Kabupaten : 35 Km

 Jarak dari Ibu Kota Propinsi : 106 Km

60
Data Kependudukan

 Jumlah Penduduk : 10.251 jiwa

 Jumlah KK : 3.329 KK

 Laki-laki : 5.079 jiwa

 Perempuan : 5.172 jiwa

Sarana Dan Prasarana

1. Pendidikan

 PAUD : 4 buah

 Jumlah TK : 7 buah

 Jumlah SD : 4 buah

 Jumlah MI : 3 buah

 Jumlah SMP : 2 buah

 Jumlah Mts : 1 buah

 Jumlah SMA : 1 buah

 Jumlah SMK : 2 buah

 Jumlah MAN : 1 buah

2. Tempat Ibadah

 Masjid : 8 buah

 Musholla : 33 buah

 Gereja : 5 buah

3. Sarana kesehatan

 Puskesmas : 1 buah

 Rumah Sakit : 1 buah

61
 Dokter Praktek Swasta : 5 org

 Bidan Praktek Swasta : 4 orang

4. Tempat Umum

 Apotik : 2 buah

 Toko Obat :1 buah

 Gedung Pertemuan :1 buah

 Terminal :1 buah

 Pasar :1 buah

 Kecamatan :1 buah

 Kelurahan :1 buah

 Bank :3 buah

 Telkom :1 buah

 Kantor KUA :1 buah

 Kantor Pengaduan Listrik :1 buah

 Lembaga Keuangan : 6 buah

5. Tenaga Kesehatan

 Jumlah Bidan desa : 1 orang

 Jumlah PLKB : 1 orang

 Jumlah Kader Posyandu Balita : 46 orang

 Jumlah Kader Lansia : 26orang

 Jumlah Kader BKB : 12 orang

 Jumlah Kader Posbindu : 8 orang

 Jumlah Kader PHBS : 8 orang

62
 Jumlah Kader PSN : 8 orang

 Jumlah Duba : 4 orang

6. UKBM

a. Poskestren

Jumlah 1, poskestren memiliki :

 Sarana air bersih sumur gali dan memenuhi syarat

 SPAL jenis tertutup, memenuhi syarat

 Jamban dan kamar mandi ada 2, memenuhi syarat

b. Posbindu

 Posbindu Kencana Sehat di RW IV

c. BKB

 BKB Kencana III

 BKB Kencana IV

d. BKR

 RW 5

e. Posyandu

Posyandu balita ada 8 dengan strata :

 Posyandu Kencana IA : Madya

 Posyandu Kencana IB : Purnama

 Posyandu Kencana IC : Purnama

 Posyandu Kencana II : Purnama

 Posyandu Kencana III : Mandiri

 Posyandu Kencana IV : Mandiri

63
 Posyandu Kencana V A : Purnama

 Posyandu Kencana VB : Purnama

Posyandu lansia ada :

 Kencana Wreda I

 Kencana Wreda II A

 Kencana Wreda IIB

 Kencana Wreda IIC

 Kencana Wreda V

f. Forum Kesehatan Desa ( FKD ) : 1 Kelompok

g. Pokja Posyandu Desa : 1 Kelompok

h. Kelompok Kader Peduli ASI : 1 Kelompok

i. Tim Kerja PJB/Kader Jumantik : 1 Kelompok

j. Ambulan Desa : 15 kendaraan

k. Paguyuban Donor Darah : 4 kelompok

64
BAB V

ANALISIS MASALAH

Berdasarkan data sekunder dari hasil wawancara dengan Petinggi Desa

Kelet, Forum Diskusi Desa Kelet, Kepala Puskesmas Keling 1, dan para

pemegang program di Puskesmas Keling 1, didapatkan permasalahan bahwa

sampah masih menjadi masalah utama bagi Desa Kelet. Hal tersebut dibuktikan

dengan tingginya angka kesakitan diare di Desa Kelet pada tahun 2017 apabila

dibandingkan dengan desa lain di wilayah kerja Puskesmas Keling 1. Oleh

karena itu, berdasarkan data tersebut dilakukan survei pendahuluan melalui

wawancara dengan instansi dan petugas terkait. Berdasarkan hasil wawancara

tersebut didapatkan beberapa masalah seperti disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Daftar masalah berdasarkan hasil wawancara

No Masalah
1. Berdasarkan wawancara dengan Petinggi Desa Kelet:
 Penumpukan sampah di Desa Kelet sering menimbulkan bau
tidak sedap dan bertebaran lalat atau serangga lainnya. Sampah
tersebut tidak hanya berasal dari sampah rumah tangga, tetapi
juga dari fasilitas umum lainnya seperti pasar, terminal, alun-
alun, dan rumah sakit.
 Belum adanya sistem pengelolaan sampah yang baik di Desa
Kelet sehingga masih banyak warga yang memproduksi sampah
dan tidak bisa mengelolanya.

2. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Puskesmas Keling 1:


 Sampah masih menjadi persoalan di desa Kelet karena banyak
terjadi penumpukan sampah di beberapa area desa. Hal tersebut
membuat lingkungan terlihat kotor dan menjadi sumber penyakit
seperti diare, tiphoid, dan ISPA. Puskesmas diminta untuk ikut
andil dalam masalah pengelolaan sampah di Desa Kelet.
3. Berdasarkan wawancara dengan pemegang program:
 Belum adanya sistem pengelolaan sampah di desa Kelet
 Banyak warga yang masih membakar, mengubur atau
mengumpulkan sampah di pekarangan rumah
4. Berdasarkan wawancara dengan petugas sampah di pasar dan
terminal:
65
 Sampah pasar dan terminal tidak dilakukan pemilahan sehingga
langsung dikumpulkan menjadi satu di tempat pembuangan
sampah (TPS) di terminal.
 Sampah dibiarkan menumpuk selama dua hari dikarenakan
sampah baru diangkut oleh truk sampah dari DCKTR setiap dua
hari sekali.
5. Berdasarkan wawancara dengan petugas rumah sakit:
 Sampah rumah tangga selama ini belum menerapkan
pengelolaan sampah secara 3R melainkan ditimbun dan dibakar
di area belakang rumah sakit
 Sudah mengajukan kontainer dari DLH dan baru terealisasi
akhir tahun
 Sedang merintis pembentukan bank sampah dengan
beranggotakan petugas kebersihan rumah sakit
6. Berdasarkan wawancara dengan petugas DLH:
 Belum terdapat TPS terpadu di desa Kelet

Analisis Peyebab Masalah Dengan Pendekatan Sistem

Berdasarkan data tersebut, kemudian dilakukan analisis penyebab masalah

melalui pendekatan sistem dan analisis secara statistik. Analisis penyebab masalah

dijabarkan pada gambar 4.1.

Lingkungan Simple problem

Environment Output Outcome Impact

Proses Cakupan Mutu Dampak

Dampak
Input P1, P2, P3 &
- Kesakitan
Protap, SOP - Ke c a c a ta n
Man, money, - Kematian
material, method,
& machine
Complex
problem

Gambar 4.1. Bagan pendekatan sistem

66
Beberapa penyebab masalah pengelolaan sampah di wilayah kerja

Puskesmas Keling I dianalisis menggunakan pendekatan sistem disajikan

dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Analisis penyebab masalah dengan pendekatan sistem

Komponen Penyebab masalah yang ditemukan


Input
Man - Belum adanya organisasi dan struktur organisasi khusus
mengenai kepengurusan pengelolaan sampah
- Belum adanya komitmen warga untuk melakukan
pengelolan sampah secara efektif dan efisien
- Belum adanya kesadaran warga masyarakat mengenai
pengelolaan sampah secara efektif dan efisien

Money Belum adanya alokasi dana desa untuk pengembangan


program pengolahan sampah
Method -Belum adanya panduan atau SOP dalam penatalaksanaan dan
pengelolaan masalah sampah
- Belum adanya inovasi mengenai pengeloaan sampah secara
efektif dan efisien
Material -Belum adanya data dasar mengenai masalah kesehatan yang
berkaitan dengan sampah
- Belum adanya data dasar mengenai pengelolaan sampah
- Belum adanya contoh riil mengenai pengelolaan sampah
secara efektif dan efisien

Machine - Belum ada tempat khusus untuk pelaksanaan program


pengelolaan sampah
- Belum adanya lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa
Kelet
Proses
P1 - Belum adanya perencanaan program kegiatan pengelolaan
Sampah
P2 -
P3 -
Lingkungan
Kebiasaan budaya di lingkungan yang memperbolehkan
pembakaran sampah dan dibuang di sungai
Perbedaan tingkat ekonomi warga di lingkungan yang
mempengaruhi perilaku pengolahan sampah

67
Berdasarkan analisis penyebab masalah dengan pendekatan sistem

ditemukan beberapa penyebab masalah, kemudian penyebab masalah tersebut

dilakukan brainstorming. Analisa secara brainstorming disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Rekapitulasi brainstorming kemungkinan penyebab masalah

No. Beberapa penyebab masalah


1. Belum adanya organisasi dan struktur organisasi khusus mengenai
kepengurusan pengelolaan sampah
2. Belum adanya komitmen warga untuk melakukan pengelolan sampah
secara efektif dan efisien
3. Belum adanya kesadaran warga masyarakat mengenai pengelolaan sampah
secara efektif dan efisien
4. Perbedaan tingkat pengetahuan warga yang mempengaruhi perilaku
pengelolaan sampah
5. Belum adanya alokasi dana desa untuk pengembangan program pengolahan
Sampah
6. Belum adanya panduan atau SOP dalam penatalaksanaan dan pengelolaan
masalah sampah
7. Belum adanya inovasi mengenai pengeloaan sampah secara efektif dan
Efisien
8. Belum adanya data dasar mengenai masalah kesehatan yang berkaitan
dengan sampah
9. Belum adanya contoh riil mengenai pengelolaan sampah secara efektif dan
Efisien
10. Belum ada tempat khusus untuk pelaksanaan program pengelolaan sampah
11. Belum adanya lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Kelet
12. Belum adanya perencanaan program kegiatan pengelolaan sampah
13. Kebiasaan budaya di lingkungan yang memperbolehkan pembakaran
sampah dan dibuang di sungai
14. Perbedaan tingkat ekonomi warga di lingkungan yang mempengaruhi
perilaku pengolahan sampah

Urutan Penyebab Masalah

Urutan penyebab masalah ditentukan menggunakan metode paired

comparison yang tersaji pada tabel 4.4.

68
Tabel 4.4. Mencari urutan penyebab masalah menggunakan metode paired
Comparison
Penyebab
Masalah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Total
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11
2 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 7
3 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 7
4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 10
5 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
6 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
7 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
8 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
9 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 8
10 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7
11 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9
12 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 8
13 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
14 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 3

Urutan penyebab masalah yang telah didapat menggunakan metode paired

comparison, disajikan dalam tabel pareto yang dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Tabel pareto

Penyebab Frekuensi Persen


masalah Frekuensi Persen Kumulatif Kumulatif
1 12 11,7 12 10,7
7 10 9,8 22 21,5
6 9 8,8 31 30,3
4 10 9,8 41 40,1
12 8 8 49 48,0
9 8 7,8 57 55,8
11 9 8,8 66 64,7
5 9 8,8 75 73,5
10 7 6,8 82 80,3
3 7 6,8 89 87,2
2 7 6,8 96 94,1
13 3 2,9 99 97,0
14 3 2,9 102 100

69
Berdasarkan tabel pareto diatas, didapatkan 8 permasalahan utama yaitu

belum adanya organisasi dan struktur organisasi khusus mengenai kepengurusan

pengelolaan sampah, belum adanya inovasi mengenai pengeloaan sampah secara

efektif dan efisien, belum adanya panduan atau SOP dalam penatalaksanaan dan

pengelolaan masalah sampah, perbedaan tingkat pengetahuan warga yang

mempengaruhi perilaku pengelolaan sampah, belum adanya perencanaan program

kegiatan pengelolaan sampah, belum adanya contoh riil mengenai pengelolaan

sampah secara efektif dan efisien, belum adanya lokasi Tempat Pembuangan

Sampah di Desa Kelet serta belum adanya alokasi dana desa untuk pengembangan

program pengolahan sampah. Sehingga berdasarkan urutan permasalahan tersebut,

dilakukan analisis dengan menggunakan metode penilitian analitik terhadap faktor

– faktor yang mempengaruhi permasalahan tersebut.

70
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH & POA

5.1. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan penjelasan sebelumnya, permasalahan yang paling utama yang
terdapat di RW 04 Desa Kelet adalah Belum adanya organisasi dan struktur organisasi
khusus mengenai. kepengurusan pengelolaan sampah. Pemecahan masalah yang
terkait dengan masalah tersebut dapat dibuat beberapa alternatif. Metode yang
digunakan adalah metode Rinke. Metode ini menggunakan dua kriteria yaitu
efektifitas dan efisiensi jalan keluar.
Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi, pentingnya
jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang diperlukan
untuk melakukan jalan keluar.
1) Kriteria efektifitas jalan keluar
a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) :
1. Masalah yang dapat diatasi sangat kecil
2. Masalah yang dapat diatasi kecil
3. Masalah yang dapat diatasi cukup besar
4. Masalah yang diatasi besar
5. Masalah yang diatasi dapat sangat besar
b. I (pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan kelanggengan selesainya
masalah):
1. Sangat tidak langgeng
2. Tidak langgeng
3. Cukup langgeng
4. Langgeng
5. Sangat langgeng

71
c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan penyelesaian
masalah):
1. Penyelesaian masalah sangat lambat
2. Penyelesaian masalah lambat
3. Penyelesaian cukup cepat
4. Penyelesaian masalah cepat
5. Penyelesaian masalah sangat cepat
2) Kriteria efisiensi jalan keluar (yang dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan
dalam menyelesaikan masalah)
1. Biaya sangat mahal
2. Biaya mahal
3. Biaya cukup mahal
4. Biaya murah
5. Biaya sangat murah
Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Rinke untuk masalah
pembentukan Bank Sampah di RW 04 Desa Kelet adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode Rinke


Efektivitas Urutan
Daftar Alternatif Jalan M I V Efisiensi MxIxV/ Prioritas
Keluar (C) C Pemecahan
Masalah
Membentuk struktur 3 4 4 4 12 1
organisasi khusus
mengenai kepengurusan
Bank sampah

Pelatihan teknis 4 2 2 4 4 3
pengelolaan Sampah

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah menggunakan metode


Rinke, maka didapat satu prioritas pemecahan masalah, yaitu membentuk organisasi
khusus mengenai kepengurusan Bank sampah.

72
BAB VI

POA (PLAN OF ACTION) DAN LAPORAN HASIL KEGIATAN

Tabel 6.1 Plan of Action


Kegiatan Tujuan Uraian kegiatan Sasaran Tempat Waktu Biaya Indikator
Keberhasilan
Diskusi Untuk berdiskusi Setiap RT di RW 04 Seluruh Desa 10 Dana Pihak desa
dengan warga dengan warga RW 04, Desa Kelet akan ketua RT Kelet Agustus BOK bersedia
RW 04, Ketua ketua FKD Desa membuat 1 di RW 2018 dan bekerja sama
FKD dan Kelet, dan Kepala komposter, akan 04 Desa swada dengan pihak
Petinggi Desa Desa Kelet mengenai dibuat 1 RT sebagai Kelet ya puskesmas
Kelet sistem pengelolaan percontohan Bank dalam
sampah di Desa Kelet Sampah dan akan mengelola
dilakukan sampah demi
pembinaan dan mewujudkan
pendampingan desa STBM,
organisasi Bank serta pihak desa
Sampah tersebut. mengalokasika
n anggaran
dana untuk
pengelolaan
sampah

85
Tabel 6.1 Plan of Action (lanjutan)
Kegiatan Tujuan Uraian kegiatan Sasaran Tempat Waktu Biaya Indikator
Keberhasilan
Pembinaan dilakukan pembinaan Menyampaikan dan Seluruh Desa 23 Swada Terbentuknya
teknis teknis mengenai Bank membentuk struktur warga Kelet Agustus ya bank sampah
pembentukan Sampah oleh tim organisasi Bank RT 23 B 2018 RT 23 RW 04
Kepengurusan dokter internsip dan Sampah adapun Desa Desa Kelet dan
organisasi pembentukan materi yang Kelet terbentuknya
Bank Sampah pengurus Bank disampaikan adalah struktur
Sampah RT 23B. sistem bank sampah, pengurus dan
Berdasarkan hasil cara kerja bank tugas harian
diskusi, sebanyak dua sampah dan profit
puluh ibu-ibu warga bank sampah serta
RT 23 B dijadikan kepengurusan dan
pengurus bank pembagian tugasnya
sampah
Pembinaan Melakukan pembinaan Pada pertemuan Seluruh Desa 30 swada Para pengurus
Pengurus Bank kepada pengurus bank tersebut dilakukan pengurus Kelet Agustus ya bank sampah
Sampah dan sampah yang telah proses pembinaan bank 2018 memahami
Pelatihan terbentuk. Pembinaan organisasi bank sampah tugasnya
teknis meliputi penjelasan sampah dan yang masing-masing
Pengumpulan tugas masing-masing dilakukan penjelasan ditunjuk serta adanya
Sampah divisi dan cara mengenai tugas – di RT 23 kesepakatan
pengisian buku, yaitu tugas setiap divisi di kerjasama
buku besar bank sampah antara pihak
administrasi, buku pengepul dan
daftar anggota, dan pengurus bank
buku tabungan untuk sampah,

86
Tabel 6.1 Plan of Action (lanjutan)
Kegiatan Tujuan Uraian kegiatan Sasaran Tempat Waktu Biaya Indikator
Keberhasilan
masing-masing Adanya
Anggota Kesepakatan
Pembagian
Keuntungan
hasil penjualan
sampah.serta
pengurus bank
sampah dapat
Melakukan
Pengumpulan
sampah secara
Mandiri

Advokasi Melakukan kunjungan Pada kegiatan ini, Tim Dinas 5 Swada Adanya
dengan Dinas ke Dinas Lingkungan tim dokter intersip dokter Lingkung Septem ya Kerjasama
Lingkungan Hidup Jepara untuk bertemu dengan intersip an Hidup ber antara Dinas
Hidup Jepara berkonsultasi perihal Ketua Bank Sampah Jepara 2018 Lingkungan
pengelolaan sampah Induk Jepara untuk Hidup Jepara
rumah tangga. Dokter melakukan yang diwakili
internsip bertemu konsultasi dan oleh bank
dengan ketua bank meminta saran agar sampah pusat
sampah pusat Jepara, Bank Sampah dapat Jepara dengan
Bapak Anis untuk berkelanjutan serta bank sampah
mencari solusi akan mengadakan RT 23 RW 04
masalah yang dialami kerjasama dengan Desa Kelet

87
Tabel 6.1 Plan of Action (lanjutan)
Kegiatan Tujuan Uraian kegiatan Sasaran Tempat Waktu Biaya Indikator
Keberhasilan
oleh bank sampah RT Bank Sampah Induk
23 dan meminta saran Jepara
agar bank sampah ini
dapat berkelanjutan
Pembinaan Mengadakan Memberikan Seluruh Desa 30 Swada Pengurus bank
Bank Sampah pembinaan kepada motivasi pengurus penguru Kelet Septem ya sampah RT 23
oleh Bank pengurus bank bank sampah dalam Bank ber Berkomunikasi
Sampah Induk sampah RT 23 serta menjalankan Sampah 2018 Langsung
Jepara berbagi kisah sukses tugasnya serta Kelet dengan pihak
Bank Sampah dan berbagi kisah bank sampah
kegiatan – kegiatan kesuksesan bank pusat Jepara
yang dilakukan oleh sampah yang telah untuk diadakan
Bank Sampah Induk dirintisnya di Pelatihan
Jepara Kecamatan Mayong, secara berkala
Jepara. Beliau juga
memberikan saran
bagaimana
mengembangkan
bank sampah
sehingga omsetnya
dapat meningkat.
Setelah pertemuan
ini, pihak bank
sampah pusat Jepara
akan memberikan

88
Tabel 6.1 Plan of Action (lanjutan)
Kegiatan Tujuan Uraian kegiatan Sasaran Tempat Waktu Biaya Indikator
Keberhasilan
pelatihan secara
berkala untuk
pengurus bank
sampah RT 23 sesuai
dengan kebutuhan
organisasi

89
Laporan Hasil Kegiatan

Kegiatan tindak lanjut telah dilaksanakan tanggal 23 Agustus 2018 untuk

menyelesaikan akar permasalahan yang ada. Laporan hasil kegiatan dan evaluasi

kegiatan tindak lanjut tersebut adalah sebagai berikut:

Pembinaan teknis dan pembentukan kepengurusan organisasi bank

sampah

1. Status Kegiatan

Pada tanggal 23 Agustus 2018 pukul 16.00-18.00 di Mushola RT 23B telah

dilakukan sosialisasi mengenai Bank Sampah oleh tim dokter internsip dan

pembentukan pengurus Bank Sampah RT 23B. Berdasarkan hasil diskusi,

sebanyak dua puluh ibu-ibu warga RT 23B dijadikan pengurus bank

sampah.

Materi yang disampaikan adalah:

 Sistem bank sampah

 Cara kerja bank sampah

 Profit bank sampah

 Pengurus bank sampah dan pembagian tugasnya

Visi dan misi Bank Sampah RT 23B adalah sebagai berikut:

VISI:

Menjadi pelopor pengolahan sampah berbasis masyarakat di Desa Kelet

Kecamatan Keling Kabupaten Jepara.

MISI:

90
 Melakukan pengelolaan sampah secara mandiriselaras dengan konsep

3R.

 Memfasilitasi warga dalam memanfaatkan sampah sehingga memberikan

nilai ekonomi.

 Meningkatkan penghijauan dengan memanfaatkan pupuk kompos hasil

pengolahan sampah.

Tugas ketua bank sampah:

 Bertanggung jawab atas jalannya bank sampah

 Memastikan semua divisi menjalankan tugasnya dengan baik

 Mengatasi berbagai kendala yang akan muncul bersama dengan seluruh

pengurus

Tugas sekretaris bank sampah:

 Mengatur administrasi bank sampah

Tugas bendahara bank sampah:

 Mengatur keuangan bank sampah

 Menerima pembayaran sampah dari pengepul

 Menentukan omset bank sampah setiap bulannya

Tugas Divisi Pengepulan

 Melakukan penimbangan sampah saat hari pengumpulan

 Melakukan pencatatan jumlah sampah di buku besar maupun buku

tabungan nasabah

 Menjalin kerja sama dengan pengepul

91
2. Kriteria keberhasilan

a. Terbentuknya bank sampah RT 23 RW 04 Desa Kelet

b. Terbentuknya struktur pengurus dan tugas harian

3. Dokumentasi

a. Foto kegiatan

b. Gambar susunan pengurus bank sampah

4. Evaluasi kerja

Kegiatan terlaksana dengan tercapainya kedua kriteria keberhasilan yang

ditetapkan. Bank sampah RT 23 RW 04 Desa Kelet telah terbentuk dan struktur

organisasi serta tugas harian telah terbentuk.

92
Pembinaan pengurus bank sampah dan pelatihan teknis

pengumpulan sampah

1. Status Kegiatan

Pada tanggal 30 Agustus 2018 pukul 15.00-17.00 bertempat di rumah Ibu

Kusnitah, tim dokter internship melakukan pembinaan kepada pengurus

bank sampah yang telah terbentuk. Pembinaan meliputi penjelasan tugas

masing-masing divisi dan cara pengisian buku, yaitu buku besar

administrasi, buku daftar anggota, dan buku tabungan untuk masing-masing

anggota. Pak Ohan selaku pengepul sampah turut hadir untuk menjelaskan

rincian barang yang bisa dijual dan harganya. Pada pertemuan tersebut juga

disepakati pembagian keuntungan dari penjualan sampah, yaitu 75% untuk

anggota dan 25% untuk operasional bank sampah. Pengawasan dan evaluasi

kegiatan akan dilakukan oleh tim dokter internsip sampai periode kerjanya

selesai, kemudian dilanjutkan oleh pemegang program kesehatan

lingkungan Puskesmas Keling I. Setelah pembinaan selesai, kegiatan

dilanjutkan dengan praktik pengumpulan, penimbangan, dan pencatatan

sampah. Pada hari itu, berhasil terkumpul kurang lebih sekitar 15 kg sampah

yang terdiri dari sampah kertas, sepatu yang tidak terpakai, kaleng – kaleng

93
bekas dan botol – botol plastik yang dibeli pengepul sebesar Rp 25.000,-

Kriteria keberhasilan

a. Para pengurus bank sampah memahami tugasnya masing-masing dan

menjalankannya.

b. Adanya kesepakatan kerjasama antara pihak pengepul dan pengurus bank

sampah

c. Adanya kesepakatan pembagian keuntungan hasil penjualan sampah.

d. Pengurus bank sampah dapat melakukan pengumpulan sampah secara

mandiri.

2. Dokumentasi

a. Foto kegiatan

b. Absensi kegiatan

c. Rincian jenis sampah yang bisa dijual dan harganya

d. Buku bank sampah

3. Evaluasi kerja

Kegiatan telah terlaksana dan mencapai tigadari kriteria keberhasilan yang

ditetapkan.

94
Advokasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Jepara

1. Status Kegiatan

Pada tanggal 5 September 2018 pukul 11.00 tim dokter internsip berkunjung

ke Dinas Lingkungan Hidup Jepara untuk berkonsultasi perihal pengelolaan

sampah rumah tangga. Dokter internsip bertemu dengan ketua bank sampah

pusat Jepara, Bapak Anis untuk mencari solusi akan masalah yang dialami

oleh bank sampah RT 23 dan meminta saran agar bank sampah ini dapat

berkelanjutan. Bank sampah RT 23 akan dimasukkan sebagai anggota bank

sampah Jepara dan dilakukan pembinaan oleh tim bank sampah pusat

Jepara.

2. Kriteria keberhasilan

Adanya kerjasama antara Dinas Lingkungan Hidup Jepara yang diwakili

oleh bank sampah pusat Jepara dengan bank sampah RT 23 RW 04 Desa

Kelet.

3. Dokumentasi

Foto kegiatan

4. Evaluasi kerja

Kegiatan ini telah mencapai kriteria keberhasilan yang dicanangkan.

Pembinaan bank sampah oleh bank sampah induk Jepara

1. Status Kegiatan

Pada tanggal 30 September 2018 pukul 15.00-17.00 bertempat di balai Desa

Kelet, tim dokter internsip bersama dengan pihak bank sampah pusat Jepara,

95
Bapak Bahrudin, mengadakan pembinaan kepada pengurus bank sampah

RT 23. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Puspita Panjrah Sumekar, SKM

selaku pemegang program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Keling I dan

Sri Mulyani, Amd.Keb selaku bidan Desa Kelet. Kegiatan ini bertujuan

untuk memotivasi pengurus bank sampah dalam menjalankan tugasnya.

Oleh karena itu, Pak Bahrudin berbagi kisah kesuksesan bank sampah yang

telah dirintisnya di Kecamatan Mayong, Jepara. Beliau juga memberikan

saran bagaimana mengembangkan bank sampah sehingga omsetnya dapat

meningkat. Setelah pertemuan ini, pihak bank sampah pusat Jepara akan

memberikan pelatihan secara berkala untuk pengurus bank sampah RT 23

sesuai dengan kebutuhan organisasi.

2. Kriteria keberhasilan

Pengurus bank sampah RT 23 berkomunikasi langsung dengan pihak bank

sampah pusat Jepara untuk diadakan pelatihan secara berkala.

3. Dokumentasi

a. Foto kegiatan

b. Absensi kegiatan

4. Evaluasi kerja

Kegiatan telah terlaksana dan mencapai kriteria keberhasilan yang

ditetapkan.

96
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

Proses pembentukan bank sampah dimulai dari :

a) Musyawarah penentuan nama bank sampah

b) Pembentukan pengurus

c) Penentuan Lokasi bank sampah

d) Pengepul

e) Jadwal penyetoran sampah

Saran

A. Bagi Puskesmas

a. Meningkatkan pengawasan untuk mempertahankan keberlangsungan

program-program yang telah dibentuk sehingga program tersebut tidak

berhenti setelah kegiatan mini project berakhir.

b. Meningkatkan kerjasama melalui lintas sektor dan lintas program agar

program-program pengelolaan sampah dapat berjalan maksimal melalui

ketersediaan sarana dan prasarana, pengangkutan, dan pelatihan.

104
B. Bagi Masyarakat RW 4, Desa Kelet, Kabupaten Jepara

a. Meningkatkan koordinasi secara terpadu dari pengurus RT, RW, Bank

Sampah RW 4 dengan instansi atau pihak yang bertanggung jawab dalam

pengelolaan sampah baik organik maupun anorganik

b. Meningkatkan dukungan dan evaluasi rutin dari tokoh-tokoh masyarakat

RW 4 terhadap kinerja pengurus Bank Sampah RW 4 agar seluruh

Meningkatkan kepedulian seluruh masyarakat RW 4 untuk berkontribusi

terhadap program-program pengelolaan sampah sehingga tercipta

lingkungan yang bersih, indah, dan sehat

C. Bagi Mini Project Selanjutnya

a. Inovasi dalam pembentukan Bank sampah memfasilitasi masyarakat agar

dapat memasarkan hasil pengolahan sampah.

a. anggota dapat melaksanakan tugas dengan baik dan mandiri

105
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahman A. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


(Studi Kasus di Kelurahan Pasar Sarolangun). J Bina Praja. 2013;5:215-220.
2. Maulana A. Sosialisasi Sampah Organik dan Non Organik Serta Pelatihan
Kreasi Sampah. J Inov dan Kewirausahaan. 2015;4:68-73.
3. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara. Jenis Sampah Kabupaten Jepara.;
2018.
4. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara. Fasilitasi PTMP Dan RTT
Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten Jepara.; 2018.
5. Tobing I. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan Lingkungan Dan Manusia.
Lokakarya “Aspek Lingkungan Dan Legalitas Pembuangan Sampah Serta
Sosialisasi Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Kompos” Kerjasama Univ Nasional Dan Dikmenti DKI.; 2005.
6. Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas Keling I. Data Kunjungan Rawat
Jalan Dan Persebaran Penyakit.; 2017.
7. Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas Keling I. Data Kunjungan Rawat
Jalan Dan Persebaran Penyakit.; 2018.
8. Puskesmas Keling I. Data Demografi Desa Kelet.; 2017.
9. Puskesmas Keling I. Rekapitulasi PHBS Rumah Tangga Institusi Kerja
Wilayah Puskesmas.; 2017.
10. Puskesmas Keling I. Rekapitulasi PHBS Rumah Tangga Institusi Kerja
Wilayah Puskesmas.; 2018.
11. Kementerian Lingkungan Hidup. Rancangan Undang-Undang Republik
Indonesia tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta; 2008.
12 Pemerintah Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah; 2008

106
13. Damanhuri E, Padmi T. Diktat Kuliah TL-3150 : Pengelolaan Sampah.
Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung. ITB: Bandung; 2006
14. Panji N. Panduan Membuat Kompos Cair. Jakarta: Pustaka baru Press; 2013
15. Moyong M, Sujito E. Analisis ketaatan pedagang membayar restribusi
pengelolaan sampah pasar tradisional di kota Bandar Lampung. Masters
thesis. Universitas lampung; 2014
16. Badan Standarisasi Nasional. Pengelolaan Sampah di Pemukiman. SNI 3242:
2008.
17 Sucipto CD. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Yogyakarta: Gosyen
Publishing, 2012
18. Unilever. Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses. Jakarta:
Yayasan Unilever Indonesia, 2013.
19. Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 13 Tahun 2012 tentang
pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui bank sampah.
20. Yuniwati M, Iskarima F, Padulemba A. Optimasi Kondisi Proses Pembuatan
Kompos Dari Sampah Organik dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4.
Jurnal Teknologi. 2012;5(2).
21. Buku Kompos. 2010. [cited 5 September 2018]. Available from:
https://andyjalur.files.wordpress.com/2010/08/buku-kompos.pdf
22. Nur T, Noor AR, Elma M. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Sampah
Organik Rumah Tangga dengan Penambahan Bioaktivator EM4. Universitas
Lambung Mangkurat. 2016;5(2).
23. Urban hidroponik. Cara membuat pupuk kompos memakai EM4, mudah, dan
tidak bau. [cited 5 September 2018]. Available from:
http://www.urbanhidroponik.com/2017/02/cara-membuat-kompos-memakai-
em4-dekomposer.html

107
24. Priyo E. Manajemen Pengelolaan Sampah Berkelanjutan melalui Inovasi
Ecobrick oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. 2018.
25. Ashfia. Peduli lingkungan. [cited 5 September 2018]. Available from:
https://ecobricks.co.id/2017/11/04/peduli-lingkungan/
26. Azwar A. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya,
1995
27. Pristananda JAA. Pengaruh Perilaku Masyarakat Membuang Sampah di
Sungai. Stikes surya mitra husada.
28. Notoatmojo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 2003
29. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2003.
30. Walgito B. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset; 2001.
31. Machfoedz I, Asmar YZ, Eko S, Suherni, Sujiyatini. Teknik membuat alat
ukur penelitian bidang kesehatan, keperawatan, dan kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya; 2005.
32. Mulasari SA. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku
Masyarakat dalam Mengolah Sampah di Dusun Padukuhan Desa Sidokarto
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2012 Sep;6(3):204–11.
33. Fitrul K. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah
Tangga tentang Pengelolaan Sampah dengan Perilaku Pembuangan Sampah
pada Masyarakat Sekitar Sungai Beringin Di RW 07 Kelurahan
Wonosari Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2009. Skripsi. FIK
Universitas Negeri Semarang, 2009.

108
34. Dirgantara IMB. Pengetahuan Mendaur Ulang Sampah Rumah Tangga dan
Niat Mendaur Ulang. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. 2013
Jan;10(1):1–12
35. Hutabarat BTF, Ottay RI, Siagian I. Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap
Pengelolaan Sampah Padat di Kelurahan Malalayang II Kecamatan
Malalayang Kota Manado. J Kedokt Komunitas dan Trop. 2015 Feb 5;3(1).
36. Fara MS, JootjeM LU, Rahayu HA. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
dengan Tindakan Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga di Lingkungan Kelurahan Istiqlal Kecamatan Wenang Kota Manado
Tahun 2013. FKM Unsrat, 2013
37. Ahmadi A. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1999
38. Sari N, Mulasri SA. Pengetahuan, Sikap dan Pendidikan dengan Perilaku
Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bener Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta
Novita Sari. Jurnal Medika Respati. 2017 April;12(2).

109
LAMPIRAN

Lampiran 1. Survei Pendahuluan


1. Pembuangan Sampah Rumah Tangga di RSUD Kelet

2. Pembuangan Sampah di Pasar Kelet

110
Lampiran 2. Survei Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Lampiran 3. Kuesioner survei tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku pengelolaan sampah
1. Kuesioner tingkat pengetahuan dan sikap pengelolaan sampah rumah tangga

111
112
113
114
2. Lembar kuesioner perilaku pengelolaan sampah rumah tangga
KUESIONER PENELITIAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA PADA MASYARAKAT
DI RW O4, DESA KELET, KECAMATAN KELING, KABUPATEN JEPARA TAHUN 2018

115
DAFTAR SUBJEK PENELITIAN
No Nama usia Tingkat Jenis pekerjaan
pendidikan Kelamin
1 Ny. Noor 30 SMA perempuan IRT
2 ny. Ulfaniah 34 SMA perempuan IRT
3 ny. Umi 29 SMA perempuan IRT
4 ny. Sudarwati 32 SMA perempuan IRT
5 ny. Mahmudah 39 SMA perempuan IRT
6 ny. Dian 34 SMA perempuan IRT
7 ny. Endang 54 SMA perempuan IRT
8 ny. Etika 30 SMA perempuan IRT
9 ny. Titik 54 S1 perempuan guru
10 ny. Kusnitah 44 S1 perempuan guru
11 ny. Menik 45 SMA perempuan karyawan
12 ny. Murni 52 SMP perempuan pedagang
13 ny. Zumiati 36 SMP perempuan IRT
14 ny. Isyumiati 51 SMP perempuan IRT
15 ny. Niniek 33 SMP perempuan IRT
16 ny. Nur 50 SMP perempuan IRT
17 ny. Supriharti 48 SMP perempuan IRT
18 ny. Krisnawati 35 SMP perempuan pedagang
19 ny. Lasmini 34 tamat SD perempuan pedagang
20 ny. Sulastri 48 tamat SD perempuan IRT
21 ny. Meita 28 SMP perempuan IRT

116
22 ny. Hasanah 47 SMP perempuan karyawan
23 tn. Radino 38 SMP Laki - laki tukang kayu
24 ny. Uswatun 43 tamat SD perempuan IRT
25 tn. Kasman 52 tamat SD Laki - laki pedagang
26 ny. Munah 43 SMA perempuan IRT
27 tn. Kasturi 55 SMP Laki - laki tukang kayu
28 tn. Anies 47 s1 Laki - laki karyawan
29 tn. Ngatno 48 SMA Laki - laki pedagang
30 tn. Suyatno 58 tamat SD Laki - laki tukang
bangunan
31 ny. Suyatmi 35 SMA perempuan pedagang
32 tn. Sudarmo 42 SMP Laki - laki tidak bekerja
33 ny. Kasdar 56 tamat SD perempuan tidak bekerja
34 tn. Rusdi 36 SMA Laki - laki karyawan
35 tn. Wawan 30 S1 Laki - laki karyawan
36 ny. Wulan 27 tamat SD perempuan IRT
37 tn. Kasdar 59 SMP Laki - laki karyawan
38 ny. Sutemi 58 tamat SD perempuan IRT
39 ny. Pita 43 S1 perempuan guru
40 ny. Suretemi 59 tamat SD perempuan IRT
41 tn. Ngasno 46 SMP Laki - laki pedagang
42 ny. Muamah 57 tamat SD perempuan IRT
43 tn. Karto 59 SMP Laki - laki tidak bekerja
44 ny. Munjaroh 45 SMA perempuan IRT
45 ny. Kandar 40 SMA perempuan pedagang
46 tn. Tarmijo 48 tamat SD Laki - laki tidak bekerja
47 ny. Kaseni 36 tamat SD perempuan IRT
48 tn. Kandar 59 SMP Laki - laki pedagang
49 ny. Fatimah 30 S1 perempuan guru
50 ny. Retno 28 S1 perempuan guru
51 ny. Zubaidah 35 D3 perempuan perawat
52 tn. Karnoto 53 tamat SD Laki - laki tukang kayu
53 tn. Ngarto 59 tamat SD Laki - laki tidak bekerja
54 ny. Rita 27 D3 perempuan guru
55 ny. Juriyah 29 SMA perempuan IRT
56 ny. Mutmainah 25 SMP perempuan IRT
57 tn. Lestari 48 d3 Laki - laki guru
58 tn. Joko 38 SMP Laki - laki tukang
bangunan
59 ny. Kamijah 58 tamat SD perempuan IRT
60 ny. Turinah 47 SMP perempuan IRT

117
3. Contoh kuesioner yang sudah diisi

118
119
Lampiran 4. Analisa bivariat hubungan variabel bebas dan terikat
1. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku pengelolaan sampah masyarakat RW 4, Desa Kelet,
Kabupaten Jepara
Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid baik 49 81.7 81.7 81.7
buruk 11 18.3 18.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Sikap
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid positif 48 80.0 80.0 80.0
negatif 12 20.0 20.0 100.0
Total 60 100.0 100.0

Perilaku
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid baik 20 33.3 33.3 33.3
buruk 40 66.7 66.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

2. Analisis hubungan pengetahuan dengan perilaku pengelolaan sampah masyarakat RW 4, Desa


Kelet, Kabupaten Jepara

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Perilaku

120
Pengetahuan * Perilaku Crosstabulation
Count
Perilaku
baik buruk Total
Pengetahuan baik 18 31 49
buruk 2 9 11
Total 20 40 60

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.391a 1 .238
Continuity Correctionb .682 1 .409
Likelihood Ratio 1.513 1 .219
Fisher's Exact Test .307 .208
Linear-by-Linear 1.368 1 .242
Association
N of Valid Cases 60

3. Analisis hubungan sikap dengan perilaku pengelolaan sampah masyarakat RW 4, Desa Kelet,
Kabupaten Jepara
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Perilaku

Sikap * Perilaku Crosstabulation


Count
Perilaku
baik buruk Total
Sikap positif 15 33 48
negatif 5 7 12
Total 20 40 60

121
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .469a 1 .494
Continuity Correctionb .117 1 .732
Likelihood Ratio .457 1 .499
Fisher's Exact Test .511 .359
Linear-by-Linear .461 1 .497
Association
N of Valid Cases 60

Lampiran 5. Foto Kegiatan dan Absensi Pembinaan Teknis mengenai Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga

122
Lampiran 5. Foto Kegiatan dan Absensi Pembinaan Teknis mengenai Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga (lanjutan)

123
Lampiran 5. Foto Kegiatan dan Absensi Pembinaan Teknis mengenai Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga (lanjutan)

124
Lampiran 6. Foto Kegiatan Diskusi dengan warga RW 04, ketua FKD, dan Petinggi Desa Kelet

Lampiran 7. Foto Pembinaan Teknis Pembentukan Pengurus Bank Sampah

Lampiran 8. Struktur Organisasi Bank Sampah “Anugrah” RT 23 Desa Kelet

125
Lampiran 9. Foto Kegiatan Pembinaan pengurus Bank Sampah dan Pelatihan Teknis
Pengumpulan Sampah, absensi, dan buku administrasi

126
Lampiran 9. Foto Kegiatan Pembinaan pengurus Bank Sampah dan Pelatihan Teknis
Pengumpulan Sampah, absensi, dan buku administrasi (lanjutan)

127
Lampiran 10. Foto Kegiatan Pembinaan Bank Sampah oleh Bank Sampah Pusat Jepara

Lampiran 11. Pelatihan Teknis Membuat Kompos

Lampiran 12. Pelatihan Teknis Pemanfaatan Sampah Anorganik

128

Anda mungkin juga menyukai