Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan.
Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia,
karena pada dasarnya semua manusia pasti menghasilkan sampah. Sampah
merupakan suatu buangan yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia. Volume
peningkatan sampah sebanding dengan meningkatnya tingkat konsumsi manusia.
Maka dari itu perlu di hadirkannya Bank sampah untuk mengurangi dan menangani
sampah melalui pengelolaan sampah dibank sampah.
Terkait kegiatan pengurangan dan penanganan sampah telah banyak
dilakukan yaitu dengan kegiatan pelatihan pengelolaan sampah melalui sekolah,
pemerintah, daerah dan organisasi-organisasi berbasis lingkungan lainnya, salah
satunya adalah melalui pembentukan Bank Sampah. Bank sampah merupakan tempat
pengelolaan sampah yang menerapkan sistem 3R dan penyetoran sejumlah sampah
kebadan yang dibentuk dan disepakati bersama masyarakat setempat untuk
menampung sampah yang memiliki nilai ekonomi, ditabung sampai pada jumlah dan
waktu tertentu, lalu ditukar dengan sejumlah uang Berdasarkan data statistik dari
Kementrian Lingkungan Hidup menyatakan bahwa perkembangan pembangunan
Bank Sampah di Indonesia sampai dengan tahun 2017 adalah 223 buah Bank.
Bank Sampah mempunyai manfaat penting bagi masyarakat. Pengelolaan
Bank Sampah terdapat faktor pendukung yang memudahkan dalam pengelolaan
sampah dan ada kendala dalam menjalankan program Bank Sampah. Sistem
pengelolaan di Bank Sampah yang mengutamakan kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah secara nyata inilah yang dinilai mampu mengatasi masalah
sampah. Bank sampah memberikan manfaat ekonomi yaitu masyarakat memperoleh
uang dari sampah yang ditabungkan pada bank sampah, yang dapat diambil dalam
kurun waktu tertentu sesuai aturan ditiap Bank Sampah.Manfaat ekonomi juga dapat

1
2

diperoleh masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah menjadi kerajinan yang
dapat dijual. Seperti tas, dompet, bantal dan lain sebagainya.11
Pembangunan masyarakat akan berhasil dengan baik apabila warga
masyarakat suatu negara turut berpartisipasi dalam mencapai tujuan pembangunan
dengan mendayagunakan potensi-potensi yang dimiliki baik potensi fisik maupun
non fisik. Potensi dalam diri masyarakat sangatlah penting untuk diaktualisasikan dan
dikembangkan karena masyarakat merupakan subjek pembangunan.Pemberdayaan
masyarakat diarahkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki individu dan
masyarakat serta mewujudkan kemandirian masyarakat sehingga memungkinkan
masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan.Pemberdayaan masyarakat
adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya
untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.Pemberdayaan masyarakat telah banyak dilaksanakan oleh
pemerintah maupun swasta yang ditujukan untuk individu atau sekelompok
masyarakat miskin, salah satunya melalui program-program kecakapan hidup (life
skills). Dengan diberikannya program-program kecakapan hidup, diharapkan dapat
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan memandirikan masyarakat sehingga
masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung lagi pada
pemerintah maupun pihak lain. Namun pada kenyataannya, usaha pengentasan
kemiskinan bukanlah hal yang mudah. Banyak program pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan yang belum tepat sasaran sehingga angka kemiskinan di
Indonesia tidak turun secara signifikan.2
Manusia sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat mempunyai
kebutuhan yang bersifat individual maupun kolektif, sehingga selalu ada upaya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Aktivitas manusia dalam upaya mengelola sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya semakin beragam seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi. Setiap aktivitas manusia

1
Prof.Enri Damanhuri dan Dr. Tri Padmi, Pengelolaan Sampah, Bandung Tahun 2010, h. 8-9.
2
Eka Sri Hastuti, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah, 2015 h.1.
3

baik secara pribadi maupun kelompok, baik di rumah, kantor, pasar, sekolah, maupun
dimana saja pasti menghasilkan sampah.
Sampah didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak
dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Sampah
sebagai hasil sampingan kegiatan manusia kini jumlah dan variasinya semakin
meningkat yang menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks. Kuantitas
sampah semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
semakin bervariasinya sampah disebabkan oleh semakin beragamnya aktivitas
penduduk. Apabila sampah tidak ditangani secara tepat, eksistensi sampah di alam
akan berdampak negatif bagi lingkungan di sekitarnya. Dampak negatif sampah
berpengaruh pada penurunan nilai estetika lingkungan, polusi udara, kontaminasi dan
penyumbatan saluran air, serta 3 menjadi sumber penyakit. Oleh karena itu perlu
adanya pengelolaan sampah yang tepat untuk mengantisipasi dampak negatif
sampah.3
Kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya pasti tidak terlepas dengan
adanya sampah, karena sampah merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas
manusia, hasil-hasil dari organisme ataupun hasil proses alamiah. Seiring
berkembangnya waktu, populasi manusia semakin bertambah dan perkembangan
teknologi pun semakin canggih sehinggabanyak menghasilkan sampah dalam
berbagai macam, seperti hasil-hasil produksi dari berupa sampah rumah tangga
maupun sampah berupa limbah pabrik yang mengandung zat-zat kimia berbahaya
bagi kesehatan manusia maupun lingkungan sekitar. Apalagi jika sampah-sampah
tersebut tidak terkelola dengan baik dapat mencemari lingkungan, mengganggu dan
merusak ekosistem, dan akan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Meningkatnya aktivitas masyarakat seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi
yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan semakin
terasa dampaknya terhadap lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan secara terus

3
Eka Sri Hastuti, pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah, 2015 h.1-
3.
4

menerus menyudutkan masyarakat pada permasalahan degradasi lingkungan. Salah


satu permasalahan lingkungan yang berkaitan erat dengan pelayanan publik di
wilayah semi perkotaan adalah pengolahan sampah.
Volume sampah yang meningkat dengan laju pertumbuhan yang cepat
menghadapkan pada permasalahan kebutuhan lahan pembuangan sampah, serta
semakin tingginya biaya pengolahan sampah. Permasalahan sampah yang terjadi di
kawasan semi perkotaan perlu ditanggulangi melalui sebuah sarana pengolahan
sampah. Dalam pengolahan sampah terdapat dua aspek, yaitu aspek teknis dan
nonteknis. Teknis terdiri atas pewadahan, pengumpulan sampah, pengangkutan
sampah, pembuangan akhir, daur ulang dan pengomposan. Sedangkan aspek
nonteknis terdiri atas keuangan, institusi dan instansi pemerintah, partisipasi
masyarakat, partisipasi pihak swasta, pungutan retribusi dan peraturan pemerintah.4
Pengelolaan Sampah dapat dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat, karena masyarakat merupakan salah satu penghasil sampah. Peran serta
masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk memecahkan permasalahan
sampah di perkotaan. Sampai saat ini, peran serta masyarakat secara umum hanya
sebatas pengumpulan dan pembuangan sampah saja belum sampai pada tahap
pengelolaan dan pemanfaatan sampah sebagai barang bernilai ekonomis. Pengelolaan
sampah yang paling sederhana adalah proses pemilahan, yaitu memisahkan sampah
organik dan anorganik. Untuk membudayakan proses pemilahan ini memerlukan
sosialisasi yang intensif dari pemerintah setempat kepada masyarakat.5
Pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan sampah untuk desa panciro perlu
diterapkan karena memiliki jumlah penduduk yang cukup padat, di mana desa
tersebut merupakan hasil pemekaran yang terdiri atas empat dusun yaitu Dusun
Mattirobaji, Dusun Kampung Parang, Dusun Bontoramba, dan Dusun Bontoramba
Selatan. Untuk mencapai desa ini dapat ditempuh dengan menggunakan berbagai

4
Adiasa, M. dkk 2009. Manajemen Pengangkutan Sampah Di Kota Amlapura.Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil, h.120-135.
5
Wati Hermawati, dkk 2015. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah di Perkotaan, h. 38
5

kendaraan karena jalan yang menghubungkan antara desa ini dengan ibu kota
kecamatan seluruhnya jalan aspal. Demikian pula jalan yang menghubungkan antara
satu dusun dengan dusun yang lainnya pada desa ini adalah jalan aspal. Mudahnya
dijangkau desa ini, selain karena dukungan sarana dan prasarana trasportasi yang
memang memadai juga karena lokasinya relatif dekat dari Ibu Kota Kabupaten Gowa.
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di masa
yang akan datang, akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman yang
sehat. Dari aspek persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang
akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelola secara baik sehingga bersih dari
lingkungan permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya. Persoalan
lingkungan yang selalu menjadi isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan adalah
masalah sampah Salah satu bentuk usaha penanganan masalah peningkatan volume
sampah di Desa Mulyoagung dilakukan melalui Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
(TPST).
Upaya pembangunan desa yang di tujukan untuk mengoptimalkan potensi
desa dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, salah
satu langkah yang dapat di jalankan dalam mengoptimalkan pembangunan desa
adalah memalui upaya pemberdayaan masyarakat desa. Melalui proses
pemberdayaan, masyarakat di latih untuk mengembangkan diri dan lingkungannya.
Kalaupun ada bantuan pihak dari luar dala proses pemberdayaan, makah pihak
tersebut merupakan fasilitator yang membantu mengantarkan masyarakat yang
kurang berdayah menjadi lebih berdayah.Pendampingan merupakan salah satu
langkah penting yang perlu dilakukan untuk percepatan pencapaian kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai
diantaranya melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaranPserta memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.6

6
Yogi Pasca Pratama, SE., ME dkk 2018, Pemberdayaan dan pembangunan desa h.
41-42
6

Selanjutnya, penulis berniat melakukan penelitian serta mengkaji mengenai


pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi dalam pengelolaan sampah di Desa
Panciro Kecematan Bajeng Kabupaten Gowa.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan kepada Pemberdayaan masyarakat yang berbasis
inovasi dalam pengelolahan sampah di Desa Panciro Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa.
2. Deskripsi Fokus
a. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan menurut saya adalah seseorang yang melakukan proses
pemberdayaan melalui bantuan ataupun punyuluhan sosial kepada masyarakat di
Desa Panciro Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Pemberdayaan juga termasuk
upaya untuk membangun daya dengan mendorong, memotivasikan, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Dan juga memperkuat potensi atau daya yang dimiliki seorang
masyarakat pengelolah sampah tersebut.
b. Inovasi
Inovasi adalah berbagai kegiatan atau aktivitas peningkatan, pengembangan,
serta perekayasaan yang dilakukan untuk dapat pengembangan penerapan praktis
nilai serta konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan
ilmu pengetahuan serta teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau proses
produksinya, yang di gunakan untuk mancapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan masalah dalam pengelolahan sampah. Maka perlu dihadirkannya
inovasi seperti:
1) Tempat pengelolahan sampah (TPS),
2) Mesin Pres, dan
3) Troli sampah
7

c. Pengelolaan Sampah
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang
hasil aktifitas manusia maupun proses alam. Keberadaan sampah di masyarakat
menjadi permasalahan klasik yang tidak mendapatkan perhatian, baik dari masyarakat
maupun pemerintah. Maka perlu adanya pengelolahan sampah sehingga sampah-
sampah dapat digunakan Kembali atau dapat memiliki harga, sehingga penting
adanya pengelolahan sampah karena memliki dampak yang baik masyarakat dan juga
lingkungan. Oleh karena itu demi meningkatkan proses pengelolahan sampah maka
perlu inovasi pengelolahan sampah. Supaya masyarakat dapat mengelolah sampah
dengan baik dan maksimal. Masyarakat memiliki peranan penting dalam pengelolaan
sampah rumah tangga, karena pada hakikatnya sampah dihasilkan oleh masyarakat itu
sendiri.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan, Pokok permasalahan ini
akan dibahas secara terperinci ke dalam beberapa sub permasalahan :
1) Bagaimana bentuk inovasi pengelolahan sampah dalam pemberdayaan
masyarakat di desa Panciro?
2) Apa saja faktor penghambat dan Faktor pendukung dalam inovasi
pengelolahan sampah di desa Panciro?
D. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu dapat digunakan oleh peneliti sebagai bahan acuan dan
perbandingan. Selain itu juga dapat menghindari anggapan kesamaan dengan
penelitian ini. Peneliti dicantumkan oleh penulis adalah pemberdayaan masyarakat
berbasis inovasi dalam pengelolaan sampah di desa Panciro kecematan Bajeng. Dan
masalah ini memang sudah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti lainnya seperti skripsi
yang berjudul:
1. Ahmad Bagus Arjuna, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Inovasi Pengelolaan
Sampah(Studi Di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Pakusari Kabupaten Jember)
8

Dengan hasil penelitiannya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 1)


Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Inovasi melalui Pengelolaan Sampah
dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap penyadaran, tahap transformasi
kemampuan, dan tahap peningkatan kemampuan intelektual. 2) Hasil dari
pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah di TPA Pakasuru
Kabupaten Jamber dapat dilihat pada tiga aspek yaitu aspek pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. 3) Faktor yang mendukung pemberdayaan masyarakat
melalui pengelolaan sampah yaitu kegigihan pengelola; kesadaran masyarakat
terhadap kebersihan lingkungan; dan motivasi masyarakat untuk mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan tambahan pendapatan keluarga. Berdasarkan
hasil dari karya ilmiah diatas kesamaanya yaitu sama-sama Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Inovasi Pengelolaan Sampah. Sedangkan perbedaanya
adalah dari lokasi penelitian. Dan juga perbedaan pendekatan, pendekatan yang
dilakukan peneliti di atas ialah pendekatan sosiologi sedangkan pendekatan yang
digunakan penulis ialah pendekatan kesejahteraan social.7
2. Tissa Santika Dewi, Strategi pemberdayaan masyarakat dalam pemgelolaan
sampah (Studi mengenai program pemberdayaan masyarakat oleh bina swadaya
konsultan di RW 02 Kelurahan susukan Jakarta Timur). Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat fakta-fakta yang terungkap dalam pemberdayaan
yang di lakukan oleh pelaksanaan program yaitu bina swadaya konsultan sertah
dukungan dana dari donatur yaitu CSR CCFI setelah adanya program bank
sampah, masyarakat jadi lebih pedulih terhadap lingkungan dan banyak sekali
perbuahan salah satunya adalah perubahan polapikir untuk melakuan
peemanfaatan sampah secara berkelanjutan.8 Berdasarkan hasil dari karya ilmiah
diatas kesamaanya yaitu sama-sama Pemberdayaan Masyarakat Pengelolaan
7
Ahmad Bagus Arjuna, Pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi pengelolaan sampah
(studi di tempat pemrosesan akhir (TPA) pakusari kabupaten jember, Universitas Muhammadiyah
Malang, Tahun 2020.
8
Tissa santika dewi, strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah,
skripsi: program studi Sosiologi (konsentrasi sosiologi pembangunan) Universitas negri jakarta, tahun
2015.
9

Sampah, menggunakan Teknik pengumpulan data sekunder dan primer, dan


metode penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaanya penelitian ini tidak
membahas mengenai pengelolaan sampah berbasis inovasi, waktu penelitian dan
berbeda lokasi penelitian.
3. Pitri Nurhidayah, Pemberdayaan masyarakat melalui bank sampah di dusun serut
desa palbapang kecamatan bantul kabupaten bantul (studi di Bank Sampah Azola
Dusun Serut), Dengan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui bank sampah di Dusun Serut
kurang optimal dikarenakan kurang adanya rencana yang terstruktur,
pembentukan pengurus yang tidak sesuai dengan keahlian, kegiatan rutin yang
hanya diikuti oleh sebagian anggota bank sampah, dan dampak dari evaluasi
yang kurang signifikan; 2) faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan
masyarakat melalui bank sampah di Dusun Serut yaitu kinerja pengurus yang
tidak maksimal, pembagian kerja yang kurang spesifik, serta partisipasi
masyarakat yang kurang; 3) Dampak dari pemberdayaan masyarakat melalui
bank sampah di Dusun Serut pada aspek lingkungan cukup memberikan dampak
yang baik yaitu terlihat dari semakin bersihnya lingkungan, pada aspek ekonomi
cukup untuk memberika penghasilan tambahan, dan pada aspek sosial semakin
mengakrabkan antar masyarakat. Berdasarkan hasil dari karya ilmiah diatas
kesamaanya yaitu pengelolaan sampah. Sedangkan perbedaanya hanya dari
lokasi penelitian.9
E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari uraian permasalahan tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:

9
Pitri Nurhidayah Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah di Dusun Serut,
Desa Palbapang, Kecematan Bantul, Kabupaten Bantul, skripsi: program Studi Ilmu Pengetahuan
Sosial, Universitas Negri Yogyakarta, tahun 2017.
10

a. Untuk mengetahui bentuk inovasi pengelolahan sampah dalam pemberdayaan


masyarakat di desa Panciro.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penghambat dan pendukun
pemberdayaan melalui inovasi pengelolaan sampah di desa Panciro.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini nantinya yaitu:
Menambah wawasan dan menambah refrensi bagi perguruan tinggi sehingga
memberikan informasi kemungkinan dilaksanakan penelitian lebih lanjut tentang
pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi dalam pemberdayaan sampah di desa
panciro kec. Bajeng.Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti dan responden tentang
pengaruh pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi dalam pengelolaan sampah di
desa Panciro, kec. Bajeng.Sebagai informasi kepada pemerintah, masyarakat maupun
kepada pihak yang membutuhkan informasi mengenai dampak dari pemberdayaan
masyarakat berbasis inovasi dalam pengelolaan sampah di desa panciro, kec. Bajeng.
a. Kegunaan Teoritis
1) Teori dalam praktek sangat dibutuhkan sehingga dengan adanya penelitian ini
dapat memberikan ilmu pengetahuan terkait pemberdayaan masyarakat berbasis
inovasi melalui pengelolaan sampah di desa panciro.
2) Sebagai informasi ilmu pengetahuan terkait pemberdayaan masyarakat berbasis
inovasi melalui pengelolaan sampah di desa Panciro.
b. Kegunaan Praktis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini:
1) Memberikan pemahaman kepada masyarakat luas terkait pemberdayaan
masyarakat berbasis inovasi melalui pengelolaan sampah di desa panciro.
2) Dengan hasil penelitian ini menambahkan ilmu pengetahuan sekaligus
memberikan kontribusi secara praktis dalam memperkuat daya literasi
mahasiswa serta tambahan referensi data pada perpustakaan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pengertian pemberdayaan sudah banyak dikemukakan oleh para pakar. Bila
dilihat dari akar katanya, "daya" merupakan kata dasar dan ditambah awalan "ber",
yang berarti mempunyai daya. Daya sama dengan tenaga/kekuatan, ma arti kata
berdaya adalah mempunyai tenaga kekuatan. Berdasarkan penjelasan tadi, maka
pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan agar objek menjadi
berdaya atau mempunyai tenaga kekuatan. Dalam Bahasa Indonesia, kata
pemberdayaan berasal dari Bahasa Inggris, yaitu empowerment. Merrian Webster
dalam Oxford English Dictionary mengartikan empowerment dalam 2 (dua) arti yaitu:
To give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kemampuan
atau cakap untuk melakukan sesuatu. Dan To give power of authority to, yang berarti
memberi kewenangan/kekuasaan. Semenjak tumbuhnya pengakuan bahwa manusia
merupakan faktor yang sangat berperan dalam pembangunan, maka dalam konteks
pembangunan istilah pemberdayaan bukan merupakan hal baru tetapi sudah sering
digaungkan.
Berkaitan dengan begitu pentingnya peran manusia. dalam pembangunan,
maka pemberdayaan masyarakat merupakan hal penting untuk mendapat perhatian
seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat itu sendiri.
Pemberdayaan sebagai terjemahan dari "empowerment" menurut para ahli lain. pada
intinya diartikan sebagai berikut: "membantu klien memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait
dengan diri mereka. termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa

11
12

percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain transfer daya dari
lingkungan.10
2. Tujuan dan Fungsi Pemberdayaan
Sebagai suatu kegiatan yang berproses, maka seharusnya program/kegiatan
pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat mengangkat kehidupan masyarakat
sebagai kelompok sasaran menjadi lebih sejahtera, berdaya atau mempunyai kekuatan
dalam memenuhi kebutuhan hidup yang utama, dan pada akhirnyamenciptakan
kemandirian dalam masyarakat. Tentunya kemandirian yang dimaksud tidak hanya
dari aspek ekonomi saja, tetapi juga secara sosial, budaya, hak bersuara/berpendapat,
bahkan sampai pada kemandirian masyarakat dalam menentuan hak-hak politiknya.
Masyarakat sudah dapat memahami dan menentukan sendiri hak politiknya dalam
memilih calon pemimpin (level daerah dan nasional) yang terbaik, maupun dalam
memilih calon anggota legislatif sebagai wakil rakyat. Masyarakat tidak lagi merasa
takut karena adanya tekanan dari pihak-pihak tertentu dalam menetukan pilihan,
maupun karena adanya iming-iming/janji-janji yang hanya bersifat lip service atau
sekedar retorika, atau menentukan pilihan karena adanya sogokan dalam bentuk
apapun (sembako, uang, sandang dll). Pada akhirnya tujuan akhir yang diharapkan
dari suatu program/kegiatan pemberdayaan adalah terciptanya kemandirian
masyarakat dalam menentukan pilihan yang terbaik bagi mereka.
Tujuan utama Pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat,
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi
internal (persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (ditindas oleh
struktur sosial yang tidak berlaku adil). Untuk melengkapi pemahaman tentang
pemberdayaan perlu diketahui tentang konsep kelompok lemah dan penyebab
ketidakberdayaan yang mereka alami. Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan
sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya, seperti kelompok: Lemah secara
struktural, yaitu lemah secara kelas (masyarakat yang kelas sosial ekonominya

10
Ruth Roselin E. Nainggolan dan Dedeh Maryani, Pemberdayaan masyarakat, 2019.h.1
13

rendah), gender maupun etnis (kelompok minoritas), yang mendapatkan perlakuan


kurang/ tidak adil dan diskriminasi. 2. Lemah secara khusus, yaitu seperti manula,
anak-anak, remaja, penyandang cacat, gay-lesbian, masyarakat terasing 3. Lemah
secara personal, yaitu orang-orang yang mengalami masalah pribadi atau keluarga. 11
Tujuan pemberdayaan meliputi berbagai upaya perbaikan, yaitu:
a. Perbaikan pendidikan (repair edukation) artinya, pemberdayaan harus
dirancang sebagai suatu bentuk pendidikan yang lebih baik. Perbaikan
pendidikan yang dilakukan melalui pemberdayaan tidak hanya terbatas pada
perbaikan materi, perbaikan metode, perbaikan menyangkut waktu dan
tempat, serta hubungan fasilitator dan penerima manfaat, tetapi seharusnya
yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana perbaikan pendidikan non
formal dalam proses pemberdayaan mampu menumbuhkan semangat dan
keinginan untuk terus belajar tanpa batas waktu dan umur.
b. Perbaikan aksesibilitas (repair accessibility) artinya, Seiring tumbuh dan
berkembangnya semangat belajar sepanjang hayat, diharapkan dapat
memperbaiki aksesbilitas, utamanya aksesbilitas terhadap sumber
informasi/inovasi, sumber pembiayaan/keuangan, penyedia produk, peralatan
dan lembaga pemasaran.
c. Perbaikan tindakan (repair action) artinya, melalui bekal perbaikan
pendidikan dan aksesibilitas dengan beragam sumber daya (SDM, SDA dan
sumber daya lainnya/buatan) yang lebih baik, diharapkan akan melahirkan
tindakantindakan yang semakin membaik.
d. Perbaikan kelembagaan (repair institution) artinya, dengan perbaikan
kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan dapat memperbaiki
kelembagaan masyarakat, terutama pengembangan jejaring kemitraan-usaha,
sehingga dapat menciptakan posisi tawar (bargaining posisition) yang kuat
pada masyarakat

11
Roza Linda, Jurnal Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Melalui Daur Ulang Sampah Plastik,
Vol 12, No 1 2016.
14

e. Perbaikan usaha (repair business) artinya, perbaikan pendidikan (semangat


belajar), perbaikan aksesibilitas, kegiatan, dan perbaikan kelembagaan,
diharapkan akan dapat memperbaiki usaha/bisnis yang dijalankan.
f. Perbaikan pendapatan (repair income) artinya, perbaikan bisnis yang
dijalankan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang
diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
g. Perbaikan lingkungan (repair environment) artinya, perbaikan pendapatan
dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena kerusakan
lingkungan seringkali disebabkan karena faktor kemiskinan atau terbatasnya
pendapatan.
h. Perbaikan kehidupan (repair living) artinya, tingkat pendapatan yang
memadai dan lingkungan yang sehat, diharapkan dapat memperbaiki situasi
kehidupan setiap keluarga serta masyarakat.
i. Perbaikan masyarakat (repair public) artinya, situasi kehidupan yang lebih
baik, dan didukung dengan lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik,
diharapkan dapat mewujudkan kehidupan masyarakat yang juga lebih baik.12
3. Tahap-tahap Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat tidak bersifat selamanya dengan kata lain
pemberdayaan masyarakat berlangsung melalui suatu proses belajar yang dilakukan
secara bertahap hingga masyarakat mencapai kemandirian.
“Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli
sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan-
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan ketrampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan- keterampilan sehingga
terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada
12
Ir. Hendrawati Hamid, M. Si, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat, 2018, h. 11-14
15

kemandirian. Tahap pertama atau tahap penyadaran dan pembentukan perilaku


merupakan tahap persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap
ini pihak pemberdaya/ aktor/ pelaku pemberdayaan berusaha menciptakan
prakondisi, supaya dapat memfasilitasi.13
4. Prinsip Pemberdayaan
Setiap manusia yang ingin sukses dalam menjalankan suatu kegiatan atau
pekerjaannya hendaknya memiliki prinsip dalam bekerja, karena hanya manusia yang
punya prinsip yang dapat bekerja sesuai dengan aturan dan komitmen yang telah
dibangun dan disepakati bersama dengan seluruh tim kerja, baik para pelaksana
maupun dengan kelompok sasaran.
Dalam kegiatan pemberdayaan khususnya yang ditujukan kepada masyarkat,
aparat/agen pemberdayaan perlu memegang beberapa prinsip dalam pemberdayaan
masyarakat, yang menjadi acuan dalam pelaksanaan sehingga kegiatan dapat berjalan
dengan benar dan tepat, sesuai dengan hakikat dan konsep pemberdayaan. Beberapa
prinsip pemberdayaan masyarakat yang dimaksud meliputi:
a. Pemberdayaan dilaksanakan dengan penuh demokratis, penuh keikhlasan, tidak
ada unsur paksaan, karena setiap masyarakat mempunyai masalah, kebutuhan,
dan potensi 18 Manajemen Pemberdayaan Masyarakat yang berbeda, sehingga
mereka mempunyai hak yang sama untuk diberdayakan.
b. Setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat sebaiknya berdasarkan pada
kebutuhan, masalah, dan potensi yang dimiliki kelompok sasaran. Hal ini dapat
diketahui dengan jelas jika proses identifikasi dan sosialisasi pada tahap awal
berlangsung dengan melibatkan penuh kelompok sasaran.
c. Sasaran utama pemberdayaan adalah masyarakat, sehingga harus diposisikan
sebagai subjek/pelaku dalam kegiatan pemberdayaan, dan menjadi dasar utama
dalam menetapkan tujuan, pendekatan, dan bentuk-bentuk kegiatan
pemberdayaan.

13
Eka Sri Hastuti, Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah sayuti melik,
Dusun Kadilobo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Paken, Kabupaten Sleman, Tahun 2015, h. 16-17
16

d. Menumbuhkan kembali nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, seperti jiwa


gotong royong, yang muda menghormati orang yang lebih tua, dan yang lebih
tua menyayangi yang lebih muda, karena hal ini menjadi modal sosial dalam
pembangunan.
e. Dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, karena merupakan
sebuah proses yang membutuhkan waktu, dilakukan secara logis dan sederhana
menuju ke hal yang lebih kompleks.
f. Memperhatikan keragaman karakter, budaya dan kebiasaankebiasaan
masyarakat yang sudah mengakar atau berlangsung lama secara turun temurun.
g. Memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat, terutama aspek sosial dan
ekonomi.
h. Tidak ada unsur diskriminasi, utamanya terhadap perempuan.
i. Selalu menerapkan proses pengambilan keputusan secara partisipatif, seperti
penetapan waktu, materi, metode kegiatan dan lain-lain.
j. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk, baik yang
bersifat fisik (materi, tenaga, bahan) maupun non fisik (saran, waktu,
dukungan). Aparat/agen pemberdayaan bertindak sebagai Fasilitator yang harus
memiliki kemampuan/kompetensi sesuai dengan potensi, kebutuhan, masalah
yang dihadapi masyarakat. Mau bekerjasama dengan semua pihak/institusi
maupun lembaga masyarakat /LSM yang terkait.14
5. Bentuk Pemberdayaan
Pemberdayaan ekonomi dilakukan dalam rangka peningkatan taraf hidup
masyarakat. Untuk itu pola pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan untuk
memberikan kesempatan kepada kelompok miskin agar merencanakan dan
melaksanakan program pembangunan yang telah mereka tentukan. Terdapat beberapa
bentuk praktik pemberdayaan ekonomi masyarakat, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Pemberian bantuan modal

14
Ir. Hendrawati Hamid, M.Si, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat, 2018, h.17-18
17

Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat tuna daya adalah
permodalan. Lambannya akumulasi kapital di kalangan pengusaha mikro, kecil, dan
menengah, merupakan salah satu penyebab lambannya laju perkembangan usaha dan
rendahnya surplus usaha di sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Usaha
pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui aspek permodalan ini adalah
dengan pemberian bantuan modal dengan tujuan tidak menimbulkan ketergantungan
masyarakat. Pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem yang
kondusif baru usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan
akses di lembaga keuangan
b. Bantuan pembangunan prasarana
Usaha mendorong produktivitas dan tumbuhnya usaha, tidak akan memiliki arti
penting bagi masyarakat, kalau hasil produksinya tidak dapat dipasarkan, atau dapat
dijual hanya dengan harga yang sangat rendah. Oleh sebab, itu komponen penting
dalam usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi adalah pembangunan
prasarana produksi dan pemasaran. Tersedianya prasarana pemasaran dan atau
transportasi dari lokasi produksi ke Pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan
pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro,
pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi,
maka proyek pembangunan prasarana pendukung Desa tertinggal, memang strategis.
c. Bantuan pendampingan
Pendampingan masyarakat tunadaya memang perlu dan penting. Tugas utama
pendampingan ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi
mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil, maupun
usaha menengah dengan usaha besar.

d. Penguatan kelembagaan
Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah, pada mulanya dilakukan
melalui pendekatan individual. Pendekatan individual ini tidak memberikan hasil
18

yang memuaskan. Oleh sebab itu pendekatan yang dilakukan sebaiknya dengan
pendekatan kelompok. Alasannya adalah, akumulasi kapital akan sulit dicapai di
kalangan orang miskin, oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan bersama-
sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Demikian pula dengan masalah
distribusi, orang miskin mustahil dapat mengendalikan distribusi hasil produksi dan
input produksi, secara individual. Melalui kelompok, mereka dapat membangun
kekuatan untuk ikut menentukan distribusi.15
B. Konsep Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan
istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai
prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi. Negara modern misalnya,
merupakan kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan
para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi.
Suatu negara moderen mempunyai suatu jaringan komunikasi berupa jaringan jalan
raya, jaringan jalan kereta api, jaringan perhubungan udara, jaringan telekomunikasi,
sistem radio dan televisi, berbagai macam surat kabar di tingkat nasional, suatu
sistem upacara pada hari-hari raya nasional dan sebagainya. Negara dengan wilayah
geografis yang lebih kecil berpotensi untuk berinteraksi secara intensif daripada
negara dengan wilayah geografis yang sangat luas. Tambahan pula bila negara
tersebut berupa kepulauan, seperti halnya negara kita.
Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah
pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas
kesatuan itu. Lagi pula, pola itu harus bersifat mantap dan kontinyu, dengan perkataan
lain, pola khas itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Dengan demikian,
suatu asrama pelajar, suatu akademi kedinasan, atau suatu sekolah, tidak dapat kita
sebut masyarakat, karena meskipun kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru,

15
Dr. Sri Handini. Mm dkk, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Surabaya, 12 November 2019,
h. 8-9
19

pegawai administrasi, serta para karyawan lain itu terikat dan diatur tingkah lakunya
oleh berbagai norma dan aturan sekolah dan lain-lain, tetapi sitem normanya hanya
meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas saja. Sedangkan sebagai kesatuan
manusia, suatu asrama atau sekolah itu hanya bersifat sementara, artinya tidak ada
kontinuitasnya.
Istilah masyarakat adalah istilah umum bagi suatu keatuan hidup manusia, dan
karena itulah bersifat luas daripada istilah komunitas. Masyarakat adalah semua
kesatuan hidup manusia yang bersifat mantap dan terikat oleh satuan adat-istiadat dan
rasa identitas bersama, tetapi komunitas bersifat khusus karena ciri tambahan ikatan
lokasi dan kesadaran wilayah tadi.16
2. Masyarakat Sebagai Kategori Sosial
Kategori Sosial masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang sangat
umum sifatnya, mengandung kesatuan-kesatuan yang sifatnya lebih khusus, tetapi
belum tentu mempunyai syarat pengukat yang sama dengan suatu masyarakat.
Kesatuan sosial yang tidak mempunyai syarat pengikat itu serupa dengan
“kerumunan” atau crowd yang telah kita pelajari pada sebelumnya, tidak mempunyai
sifat-sifat masyarakat. Kesatuan sosial itu adalah kategori sosial.
Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu
ciri atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia-
manusia itu. Ciri-ciri objektif itu biasanya dikenakan oleh pihak dari luar kategori
sosial itu sendiri tanpa disadari oleh yang bersangkutan, dengan suatu maksud praktis
tertentu. Dengan demikian, tidak hanya pemerintah suatu negara atau pemerintah
suatu kota saja yang dapat mengadakan berbagai macam penggolongan seperti itu
terhadap warga masyarakat, tetapi seorang peneliti untuk keperluan analisisnya dapat
juga misalnya mengadakan berbagai macam penggolongan terhadap penduduk dari
masyarakat yang menjadi objek penelitiannya tanpa disadari oleh mereka yang
bersangkutan.17

16
Eko Handoyo dkk, Studi Masyarakat Indonesia 2015, h. 1-3
17
Dr. Ratna Puspitasari, M.Pd. Jurnal, Manusia sebagai mahluk sosial 2017, h. 1
20

C. Konsep Inovasi
1. Pengertian Inovasi
Dalam hidup, tentu kita menginginkan sesuatu yang berkembang. Sebab hidup
yang stagnan dan itu-itu saja akan membosankan. Maka dari itu, ada kalanya kita
butuh sesuatu yang baru dan menantang. Sesuatu yang baru tersebut bisa kita sebut
dengan inovasi. Dalam kehidupan, ada banyak sekali inovasi yang bisa diterapkan.
Baik dalam hal pendidikan, bisnis, bermasyarakat, atau dalam bidang lainnya. Inovasi
akan sangat dibutuhkan demi memperoleh sesuatu yang baru dan lebih baik. Jika
ingin mempelajari pengertian inovasi lebih banyak, maka dalam artikel ini akan
dijelaskan tentang hal tersebut. Jadi, simak artikelnya sampai selesai supaya
mendapatkan insight tentang apa itu inovasinya. Inovasi merupakan sesuatu yang
baru dan belum ada secara umum. Inovasi ini sendiri sangat identik dengan anak
muda. Sebab jiwa muda masih menyimpan banyak energi dan pemikiran. Dengan
begitu, banyak hal baru dan unik yang lahir dari para pemuda. Di masa sekarang ini
para pemuda ini lebih dikenal dengan yang namanya generasi milenial.
2. Manfaat Inovasi
Sebagai sesuatu yang dikembangkan dan dibuat baru, inovasi mempunyai
manfaat dan juga tujuan. Seperti pengertian inovasi yang telah dijelaskan di atas,
inovasi merupakan gagasan atau ide yang membutuhkan proses dalam realisasinya.
Dengan begitu, tujuan juga menjadi ciri dari sebuah inovasi. Nah, berikut ini adalah
beberapa manfaat yang didapatkan dari adanya inovasi:
a. Memberikan solusi untuk memecahkan masalah
Salah satu manfaat adanya inovasi adalah mampu menyelesaikan masalah.
Sesuatu yang baru bisa menggantikan hal lama yang dirasa penuh masalah.
Kehadiran ide dan gagasan baru membuat setiap permasalahan yang ada dapat
dipecahkan dengan baik. Apalagi untuk masalah produk, jika ada produk lama yang
sudah tak bisa dipasarkan, inovasi harus dilakukan guna menarik kembali minat
masyarakat terhadap produk tersebut di pasaran.
b. Meningkatkan produktivitas seseorang
21

Dengan memikirkan ide dan gagasan baru, artinya seseorang akan


meluangkan waktu untuk menggunakan pikirannya yang cemerlang. Tak hanya
pikiran, namun inovasi juga akan tumbuh ketika seseorang melakukan percobaan atau
penelitian. Sehingga dengan berinovasi, artinya orang tersebut juga telah
memanfaatkan waktu untuk tetap produktif dalam bekerja dan berkarya. Dan hal ini
juga dapat dilakukan oleh banyak orang, baik itu bos, karyawannya, mahasiswa
ataupun dosen.
c. Meningkatkan ketangguhan
Seseorang yang berinovasi cenderung memiliki kemampuan untuk memanfaatkan
kecerdasan yang dimiliki. Artinya, ia juga tangguh, sebab untuk menghasilkan sebuah
inovasi, maka orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan masalah baru serta
memikirkan penyelesaian masalah tersebut.
d. Dapat menghasilkan sesuatu yang unik
Terlebih lagi ketika inovasi yang ia buat berhasil direalisasikan, artinya ia
dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang telah ada. Powered
Inovasi dapat menghasilkan atau bahkan menciptakan hal-hal unik dan berkualitas.
Terutama orang yang memiliki inovasi tergolong orang yang berkualitas. Itulah tadi
manfaat dari adanya inovasi. Tentu saja berinovasi juga akan bermanfaat untuk
seseorang dalam meningkatkan kualitas dirinya. Sebab inovasi lahir dari gagasan dan
ide brilian dari hasil pemikiran dan eksperimen seseorang.18

3. Bentuk-bentuk Inovasi
Ada beberapa bentuk inovasi yang terdapat dalam berbagai bidang,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bentuk Inovasi Produk Inovasi yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, baik berupa primer maupun sekunder. Adapun contohnya adalah

18
Prof. Dr. Safaruddin, M.Pd, dkk, Inovasi Pendidikan (suatu analisis terhadap kebijakan
baru pendidikan) September 2012. h. 22-23
22

penggunaan bolpen untuk memudahkan dalam melakukan kegiatan, pembuatan


charger tenaga surya yang tidak banyak memakan tempat.
b. Bentuk Inovasi Pendidikan Yakni inovasi yang diterapkan dalam bidang
peningkatan pengetahuan. Contohnya melakukan penerapan kurikulum pengelolahan
sampah. Ini tentu bisa menjadi suatu inovasi yang baik, karena semakin
berkembangny pengetahuan maka akan semakin mudah untuk mengembangkan suatu
inovasi yang baik untuk masa depan yang baik pula.
c. Bentuk Inovasi Tekhnologi adalah untuk memberikan kemudahan bagi
manusia dalam melakukan suatu pekerjaan dan juga membantu manusia mengurangi
tenaga dalam mengerjakan suatu pekerjaannya.
d. Bentuk Inovasi pemerintahan menghadirkan gagasan atau ide-ide dalam
menjalankan pemerintahan. Terutama inovasi yang muncul dari permasalahan
masyarakat dalam mengelolah sampah.
D. Konsep Sampah
1. Pengertian Sampah
Pengertian Sampah Sampah secara umum dapat diartikan sebagai bahan
buangan yang tidak disenangi dan tidak diinginkan orang, dimana sebagian besar
merupakan bahan atau sisa yang sudah tidak dipergunakan lagi dan
akanmenimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Definisi
sampah menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) adalah:
“Sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.” Dengan kata lain Sampah adalah zat padat atau semi padat yang
terbuang atau sudah tidak berguna lagi baik yang dapat membusuk maupun yang
tidak dapat membussuk kecuali zat padat buangan atau kotoran manusia. Dengan
demikian, maka sampah dapat diartikan sebagai benda yang tidak disenangi yang
berbentuk padat sebagai hasil dari aktivitas manusia yang secara ekonomi tidak
mempunyai harga atau tidak mempunyai manfaat.
Secara umum sampah dapat diartikan sebagai semua benda yang sudah tidak
digunakan lagi oleh makhluk hidup, sehingga sifatnya menjadi buangan. Jadi benda
23

sisa yang dihasilkan oleh manusia, hewan, bahkan tumbuhan semuanya berpotensi
dianggap sebagai sampah selama tidak digunakan lagi.Sampah juga bisa didefinisikan
sebagai material sisa dari rumah tangga dan produksi industri yang dibuang. Material
sisa tersebut dapat berwujud zat padat, cair, hingga gas. Tidak jarang material seperti
itu adalah bahan utama penyebab pencemaran lingkungan.19
2. Sumber Sampah
a. Permukiman penduduk
Pada permukiman penduduk, sampah dihasilkan oleh beberapa keluarga yang
tinggal di suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
cenderung sampah organik, seperti sisa makanan atau jenis sampah lainnya yang
dapat bersifat basah, kering, abu plastik, dan lainnya. Sampah dari permukiman
penduduk disebut juga sampah rumah tangga.
b. Tempat umum dan melakukan kegiatan.
Tempat tersebut mempunyai potensi cukup besar dalam memproduksi sampah,
termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang
dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas,
kaleng, dan jenis sampah lainnya. perdagangan Tempat umum adalah tempat yang
dimungkinkan banyaknya orang berkumpul.
c. Sarana pelayanan masyarakat milik, misalnya tempat hiburan umum, pantai,
masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang
menghasilkan sampah kering dan sampah basah.
d. Industri
Dalam pengertian ini termasuk pabrik-pabrik atau perusahaan dalam melakukan
kegiatan industri yang menghasilkan sampah, baik yang termasuk distribusi ataupun
proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari industri biasanya berupa
sampah basah, sampah kering, abu, dan sisa bahan bangunan.
e. Pertanian

19
Dr. Chusnul Chotimah, M.Ag, pengelolaan sampah dan pengembangan ekonomi kreatif di
kawasan destinasi wisatah pesisir pantai selatan tulungagung Tahun 2020, h. 11
24

Sampah dihasilkan dari daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang,
ladang atau sawah yang berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi
serangga tanaman.20
3. Pengertian Sampah Menurut Aturan yang Berlaku
Pengertian sampah diatur di dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah yang dimaksud yaitu sisa kegiatan sehari-hari manusia
atau sisa proses alam yang dapat berbentuk padat atau semi padat, dapat berupa zat
organik atau organik, dan bersifat bisa terurai atau tidak bisa terurai yang dianggap
tidak berguna dan dibuang ke lingkungan. Sampah atau barang yang dihasilkan dari
kegiatan manusia dan sudah tidak digunakan lagi dalam artian tidak disenangi, tidak
dipakai, ataupun memang ingin dibuang. Sederhananya, benda yang tidak disenangi
dan dibuang ke alam adalah sampah.21
4. Dampak Buruk Sampah
Sampah merupakan permasalahan serius yang sedang dihadapi oleh manusia.
Pasalnya tidak semua sampah bisa terurai secara cepat, bahkan ada yang butuh
ratusan tahun untuk hancur. Sementara itu jumlah sampah terus bertambah setiap
harinya, sehingga ada ketidakseimbangan antara pertambahan dan penguraian.
Apabila dibiarkan terus menerus tanpa tindak lanjut, sampah akan berdampak buruk
bagi kehidupan. Contohnya adalah sampah yang bertumpuk akan mengeluarkan bau
busuk akibat tidak mengalami degradasi. Bau tersebut sangat mengganggu dan bisa
berakibat fatal bagi lingkungan hingga kesehatan makhluk hidup.
5. Dampak Bagi Kesehatan
Sampah yang sudah bertumpuk dalam waktu lama akan menjadi sarang
perkembangbiakan organisme penyebab penyakit berbahaya. Tidak hanya itu,
makhluk hidup lain yang menyukai tempat kotor juga akan tertarik untuk mendatangi
tumpukan sampah, seperti virus, bakteri, lalat, belatung, bahkan anjing dan kucing.

20
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/abdimas
21
Jovlius Dobiki, Analisis ketersediaan prasarana persampahhan di pulau kumodan pulau
kakara di kabupaten halmahera utara. Jurnal spasial volume 5 nomor 2, 2018. h. 220-221
25

Binatang-binatang tersebut berperan sebagai perantara dan mengakibatkan penularan


penyakit kepada manusia. Apalagi jika tumpukan sampah tersebut terletak dekat dari
tempat tinggal manusia. Ada banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kotor seperti cacingan, jamur, tifus, diare, gastroenteritis, hepatitis A, dan
kolera. Terdapat dua jenis cacing yang hidup di tumpukan limbah dan bisa juga hidup
di tubuh manusia, yaitu cacing gelang dan cacing tambang. Apabila cacing tersebut
menginfeksi manusia maka kondisi tersebut dinamakan cacingan. Selain itu ada pula
parasit Toxoplasma gondii yang terdapat pada kotoran kucing atau daging mentah.
Parasit ini bisa menyerang dan hidup di dalam tubuh manusia meski masih bisa
dilawan oleh sistem imun. Gejala yang ditimbulkan dari infeksi parasit ini mulai dari
flu, demam, hingga pembengkakan kelenjar getah bening.
6. Dampak Bagi Lingkungan
Tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan manusia, limbah juga berakibat
fatal terhadap lingkungan di sekitarnya. Apalagi rata-rata masyarakat menjadikan
selokan dan aliran sungai sebagai lokasi pembuangan limbah baik yang berwujud
padat ataupun cair. Padahal limbah tersebut dapat menyebabkan pencemaran pada
ekosistem sungai. Makhluk seperti ikan yang hidup di dalam air menjadi korbannya.
Kualitas air yang buruk tidak hanya mengurangi makanan ikan tetapi juga bisa
berujung pada kematian dan kepunahan. Penumpukan sampah di aliran air juga bisa
memicu bencana alam seperti banjir.
Limbah di wilayah perairan juga banyak diperoleh dari industri kimia yang
membuang material sisa ke laut atau sungai. Padahal cairan kimia juga membutuhkan
waktu lama untuk terurai dan semakin lama berada di air limbah tersebut akan
menghasilkan asam organik berbau tak sedap. Bahkan pada beberapa kasus limbah
kimia di air bisa meledak.22
7. Jenis-jenis Sampah
a. Sampah organik

22
Dr. Chusnul Chotimah, M.Ag, pengelolaan sampah dan pengembangan ekonomi kreatif di
kawasan destinasi wisatah pesisir pantai selatan tulungagung Tahun 2020, h. 12-15
26

Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh


mikroorganisme di dalam tanah hingga menyebabkan proses penghancuran yang
berlangsung sangat lama. Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak
terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari
bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat
anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian
lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.23
b. Sampah Organik
Sampah Organik merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai, dikelola dan
dimanfaatkan dengan prosedur yang benar. Sampah ini dengan mudah dapat
diuraikan melalui proses alami. Sampah organik merupakan sampah yang mudah
membusuk seperti, sisa daging, sisa sayuran, daun-daun, sampah kebun dan lainnya
Sampah organik sendiri dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik basah dan kering.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah yang mempunyai kandungan air
yang cukup banyak. Contohnya, kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan bahan yang
termasuk sampah organik kering adalah kayu atau ranting kering, dan dedaunan
kering.24
E. Pengelolaan Sampah
1. Pengelolaan Sampah
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang
hasil aktifitas manusia maupun proses alam. Penangangan dan pengelolaan sampah
akan semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun
komposisi sampah. Setiap rumahtangga sebagai penghasil sampah tidak bisa lagi
23
Wahyuni,”Pemanfaatan limbah anorganik melalui karya seni rupa terapan pada komunitas
rumah pohon di desa Baloli kecamatan Masamba”. Skripsi yang di terbitkan oleh Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UniversitasMuhammadiyah Makassar (2018)
24
Nur Sakina, “Rancang Alat Pengelolahan Sampah Organik Menjadi Pupuk Cair”. Skripsi
yang diterbitkan oleh Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas Islam Negri Alauddin Makassar
(2016)
27

mengabaikan urusan sampahnya dengan alasan sudah membayar iuran kebersihan.


Pengelolaan sampah tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah dengan
mengumpulkan, mengangkut dan membuang sampah ke TPA saja, tetapi harus
dilakukan secara tesusun dan terpadu agar prinsip-prinsip pengelolaan sampah
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Selama ini sebagian besar
masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan
sebagai sumberdaya yang perlu dimanfaatkan. Paradigma baru memandang sampah
sebagai sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan,
misalnya untuk energi, kompos, ataupun untuk pupuk. Pengelolaan sampah dengan
paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan
sampah.
Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan
pendaur ulangan, sedangkan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Masalah sampah tidak bisa
diselesaikan hanya oleh Pemerintah. Sudah saatnya sebagai penghasil sampah kita
ikut membantu, bahkan ikut bertanggung jawab minimal mengurus sampahnya
sendiri. Jumlah rumah tangga akan menentukan jumlah sampah yang dihasilkan.
Pengelolaan dan pengangkutan sampah menjadi masalah tersendiri yang masih sulit
untuk diatasi. Bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan timbulan sampah
yang tidak dikehendaki dan pada akhirnya akan mencemari lingkungan.25
Masyarakat memiliki peranan penting dalam pengelolaan sampah rumah
tangga, karena pada hakikatnya sampah dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri. Salah
satu yang dapat dilakukan masyarakat untuk berperan serta mengelola sampah dan
melestarikan lingkungan, adalah meninggalkan pola lama dalam mengelola sampah
domestik (rumah tangga) seperti membuang sampah di sungai dan pembakaran
sampah, dengan menerapkan prinsip 4R yakni, reduce (mengurangi), reuse

25
Nilam S.P. (2016). Analisis Pengelolaan Sampah Padat di Kecamatan Banuhampu
Kabupaten Agam. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas volume 10 nomor 2: h.157-165.
28

(menggunakan kembali), recycle (daur ulang) dan replace (mengganti) serta


melakukan pemisahan sampah organik dan sampah anorganik.
Prinsip-prinsip Pengelolaan Sampah reduce (mengurangi) mempunyai arti
bahwa masyarakat bisa berusaha lebih sedikit dalam memproduksi sampah, setiap
berbelanja membawa plastik sendiri dari rumah, sehingga mengurangi penggunaan
plastik.26
Sedangkan reuse (menggunakan kembali suatu produk untuk tujuan yang
sama), yaitu memanfaatkan wadah-wadah bekas yang dapat dipakai seperti galon,
botol-botol bekas atau kaleng-kaleng bekas, dan recycle (daur ulang) untuk
menerapkan prinsip mendaur ulang, diantaranya bisa dengan membuat kompos dari
sampah organik, pot-pot dari barang bekas plastik-plastik, ataupun kreatifitas yang
lain sehingga sampah-sampah bisa didaur ulang dan bisa dimanfaatkan kembali.
Sementara replace (mengganti) mempunyai arti mengganti bahan-bahan yang
tidak ramah lingkungan dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, tas
kresek diganti dengan keranjang dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua
bahan (tas kresek dan styrofoam) tidak terdegradasi secara alami.
Pengertian Sampah Sampah secara umum dapat diartikan sebagai bahan
buangan yang tidak disenangi dan tidak diinginkan orang, dimana sebagian besar
merupakan bahan atau sisa yang sudah tidak dipergunakan lagi dan akan
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Definisi
sampah menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) adalah:
Sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.” Dengan kata lain Sampah adalah zat padat atau semi padat yang
terbuang atau sudah tidak berguna lagi baik yang dapat membusuk maupun yang
tidak dapat membussuk kecuali zat padat buangan atau kotoran manusia. Dengan

26
Faizah (2008), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat, Universitas
Diponegoro, Yogyakarta. Karo, Yessi (2009), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan
Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, USU, Medan. Murtadho, Djuli, dkk
(1997), Prinsipprinsip Pengelolaan Sampah.
29

demikian, maka sampah dapat diartikan sebagai benda yang tidak disenangi yang
berbentuk padat sebagai hasil dari aktivitas manusia yang secara ekonomi tidak
mempunyai harga atau tidak mempunyai manfaat.27
2. Tujuan Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang baik antara sampah organik dan sampah anorganik perlu
digalakkan dan ditaati oleh setiap orang. Selain untuk membuat sisa barang untuk
menjadi kembali berguna dan bermanfaat, tujuan pengelolaan sampah yang teratur
dapat pula mengurangi jumlah sampah yang terus bertambah. Berikut beberapa
manfaat lainnya jika pengelolaan sampah dilakukan dengan baik:
a. Proses daur ulang menjadi lebih mudah
Sampah jenis anorganik yang sulit terurai dapat didaur ulang menjadi benda
yang kembali bermanfaat. Daur ulang sampah ini sebenarnya tidak sulit untuk
dilakukan, namun prosesnya seringkali terhambat karena pemilahan atau pengelolaan
sampah yang dilakukan belum tepat. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang benar
yang dimulai dari setiap rumah tangga dapat betul-betul membantu mempermudah
jalannya proses daur ulang.
b. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat
Sampah yang telah didaur ulang biasanya dapat dijual kembali menjadi bentuk
dan fungsi benda yang berbeda dari sebelumnya. Contohnya sampah sachet kopi
instan yang dapat disulap menjadi tas belanja atau dompet cantik. Masyarakat yang
melakukan proses daur ulang ini secara langsung akan memperoleh keuntungan dari
pengelolaan sampah yang baik hingga proses daur ulang yang mudah dilakukan.
c. Mengubah hidup dan lingkungan menjadi lebih sehat
Hidup dengan lingkungan yang bersih dan sehat merupakan hal yang penting
dan utama. Pengelolaan sampah yang tepat dengan mengetahui setiap jenis sampah
dan bagaimana cara memilah dan membuangnya dapat memberikan kontribusi yang
27
Faizah (2008), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat, Universitas
Diponegoro, Yogyakarta. Karo, Yessi (2009), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan
Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, USU, Medan. Murtadho, Djuli, dkk
(1997), Prinsipprinsip Pengelolaan Sampah.
30

positif untuk lingkungan sekitar. Lingkungan yang bersih nantinya akan menjauhkan
kita dari segala jenis penyakit berbahaya, sehingga hidup menjadi lebih sehat dan
terjaga kualitasnya.28
F. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Al-quran
Konsep pemberdayaan masyarakat sangat sejalan dengan ajaran Islam.Selain
mengajarkan tentang kepatuhan kepada Tuhan, Islam pun mengajarkan agar setiap
manusia memiliki perhatian kepada sesama. Artinya, pemberdayaan masyarakat
merupakan bentuk aktualisasi nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam ajaran
Islam.Pemberdayaan merupakan gerakan tanpa henti sebagai bagian dari perubahan.
Melalui pemberdayaan perubahan masyarakat menuju pada kehidupan yang lebih
baik dapat diaktualisasikan.29
Prinsip perubahan dalam Islam terlukis dalam QS. Ar-Ra’d 13: 11

‫ت ِّم ۢن َبِنۡي َيَد ۡيِه َو ِم ۡن َخ ۡلِفِه ۦ ۡحَيَفُظ وَنُهۥ ِم ۡن َأۡم ِر ٱِۗهَّلل َّن ٱَهَّلل اَل‬ٞ ‫ُهَلۥ ُم َع ِّقَٰب‬
‫َفِإ‬
‫ُيَغُرِّي َم ا ِبَقۡو ٍم َح ٰىَّت ُيَغُرِّي وْا َم ا ِبَأنُفِس ِهۗۡم َو َذ ٓا َأَر اَد ٱُهَّلل ِبَقۡو ٖم ُس ٓو ٗء ا َم َر َّد‬
‫اَل‬
‫ِإ‬ ‫ُهَل ۚۥ َو َم ا َلُهم ِّم ن ُد وِنِه ۦ ِم ن َو اٍل‬
Terjemahnya:

Baginya manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,


dimuka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.30

Menurut tafsir Kemenag, surat Ar-Rad ayat 11 menjelaskan tentang kuasa


Allah swt yang Maha Mengetahui. Tidak saja mengetahui sesuatu yang tersembunyi
28
Dian Rifani Kurniati dan Mohamad Rizal, Pemanfaatan hasil pengelolaan sampah sebagai
alternatif bahan bangunan konstruksi. Jurnal SMART ek, vol. 9 nomor 1 Tahun 2011. h. 51-52
29
Drajat Tri Kartono, dkk, Administrasi Pelayanan Publik antara Paradoks dan Harapan Masa
Depan (Surakarta: Pustaka Cakra, 2004), h. 69
30
Surat Ar-Rad Ayat 11: Jelaskan Nasib Suatu Kaum Ditentukan Oleh Mereka Sendiri
selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6510153/surat-ar-rad-ayat-11-jelaskan-
nasib-suatu-kaum-ditentukan-oleh-mereka-sendiri
31

di malam hari dan yang tampak di siang hari, Allah swt, melalui para malaikat-Nya,
juga mengawasi dengan cermat dan teliti.
Bagi manusia, ada malaikat-malaikat yang selalu menjaga dan mengawasi-
Nya secara bergiliran, dari depan dan dari belakangnya. Mereka menjaga dan
mengawasinya atas perintah Allah swt. Sesungguhnya Allah swt yang Maha Kuasa
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum dari suatu kondisi ke kondisi yang lain,
sebelum mereka mengubah keadaan diri menyangkut sikap mental dan pemikiran
mereka sendiri.
Islam memandang masyarakat sebagai sebuah sistem yang individunya saling
membutuhkan dan saling mendukung. Antar individu masyarakat mempunyai
hubungan yang idealnya saling menguntungkan. Kesenjangan dalam hal pendapatan
ekonomi merupakan sebuah potensi yang dapat dimanfaatkan guna memupuk
kerukunan dan silaturahim antar sesama. Islam mendorong pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat dengan berpegang pada 3 prinsip utama; ketiga prinsip itu
adalah Prinsip ukhuwwah, Prinsip ta’awun, dan Prinsip persamaan derajat, Prinsip-
prinsip tersebut akan dijelaskan di bawah ini. Pertama, prinsip ukhuwwah. Ukhuwwah
dalam bahasa arab berarti persaudaraan.31 Prinsip ini menegaskan bahwa tiap-tiap
muslim saling bersaudara, walaupun tidak ada pertalian darah antara mereka. Rasa
persaudaraan menjamin adanya rasa empati dan merekatkan silaturahim dalam
masyarakat.
Rasulullah mengumpamakan umat Islam sebagai sebuah bangunan yang
saling menguatkan satu sama lain.32 Di ayat lain Allah swt berpesan bahwa umat
Islam itu bersaudara hendaknya bersikap saling mencintai, mengasihi dan
menyayangi terhadap sesama layaknya sebuah tubuh, di mana jika ada satu bagian
yang merasa sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur dan merasakan
demam. Prinsip ini berdasarkan pada firman Allah swt QS. Al-Hujurat 49:10
31
Ulfi Putra Sany, Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Al
Qur’an. Jurnal Jurnal Ilmu Dakwah Volume 39 No 1 (2019) h. 34-35
32
Ulfi Putra Sany, Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Al
Qur’an. Jurnal Jurnal Ilmu Dakwah Volume 39 No 1 (2019) h. 35
32

‫اَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُن ْو َن ِا ْخ َو ٌة َفَاْص ِلُح ْو ا َبَنْي َاَخ َو ْيْمُك َو اَّتُق وا اَهّٰلل َلَع َّلْمُك‬
‫ُتْر ُمَح ْو َن‬
Terjemahannya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu mendapat rahmat.” 33

Dalam konteks pemberdayaan, ukhuwwah merupakan motif yang mendasari


seluruh upaya pemberdayaan masyarakat. Rasulullah memiliki visi masyarakat
muslim yang saling menolong dan saling menanggung kesulitan secara bersama.
Islam mendorong pemeluknya untuk meringankan beban saudaranya yang dilanda
kesulitan melalui sabda Rasulullah saw.

‫َمْن َنَّفَس َع ْن ُم ْؤ ِم ٍن ُكْر َب ًة ِم ْن ُك َر اِب اُّدل ْنيَا َنْفَس ُهللا َع ْن ُه ُكْر َب ًة ِم ْن‬
‫ُك َر اِب َي ْو ِم ْا لِقَياَم ِة َو َمْن َيَرَّس َعىَل ُمْعٍرِس َيَرَّس ُهللا َعَلْي ِه ىِف اُّدل ْنَيا‬
‫َو اَاْلِخ َر ِة َو َمْن َس َرَت ُم ْس ِلًم ا َس َرَت ُه ُهللا ىِف اُّدل ْنَيا َو اَاْلِخ َر ِة َو ُهللا ىِف َع ْو ِن‬
‫ َر َو اُه ُم ْس ٌمِل َعْن َاىِب ُه َر ْيَر‬. ‫اْلَع ْب ِد َم ا اَك َن ْا لَع ْب ُد ىِف َع ْو ِن َاِخ يِه‬
“Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah
akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa
meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya
di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan
menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba
selama hamba itu mau menolong saudaranya." (HR. Muslim).

Hadist tersebut menjelaskan bahwa kita dianjurkan untuk saling tolong


menolong kepada sesama karena Allah menjanjikan pertolongan di akhirat bagi
hamba-Nya yang mau menolong kepada sesamanya, khususnya dalam hal kebaikan.
Dengan memahami hadits tentang tolong menolong tersebut, Anda dapat menerapkan

33
Surat Al-Hujurat Ayat 10, orang-orang mukmin itu bersaudara. https://tafsirweb.com/9780-
surat-al-hujurat-ayat-10.
33

dan meneladani sifat Nabi untuk saling tolong menolong terhadap sesama dalam
kehidupan kita.”34
Islam merupakan agama yang menanamkan kepedulian dalam diri
pemeluknya. Kedua, prinsip ta’awun. Allah swt mendorong manusia untuk saling
tolong menolong sesamanya. Allah swt berfirman Kemiskinan merupakan masalah
yang harus diatasi dan menjadi tantangan bagi setiap negara dan masyarakat. Islam
juga memandang kemiskinan sebagai penyakit yang harus disembuhkan. Karena
kemiskinan dekat dengan kekufuran. Salah satu instrumen pengentasan kemiskinan
yang efektif adalah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Yang dimaksud
dengan pemberdayaan masyarakat adalah cara dan metode yang digunakan individu,
kelompok dan komunitas sehingga mereka menjadi mampu mengelola lingkungan
dan mencapai tujuan mereka sendiri, dan dengan demikian mampu bekerja dan
membantu satu sama lain untuk memaksimalkan kualitas hidup mereka. Dalam Al
Quran terdapat banyak ayat yang membicarakan tema pemberdayaan
masyarakat. Langkah-langkah pemberdayaan sebagaimana disebutkan Al Qur’an
antara lain pengembangan diri yang kontinyu, mendorong program zakat dan infaq,
melakukan pembinaan dan pendidikan ketrampilan bagi masyarakat, dan tidak
melakukan perilaku ekonomi yang dilarang oleh agama seperti menimbun harta
(hoarding) dan monopoli (ihtikar).
Kedua, prinsip ta’awun. Allah SWT mendorong manusia untuk saling
tolongmenolong sesamanya. Prinsip ta’awun atau tolong-menolong ini merupakan
prinsip yang utama dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Karena
sesungguhnya program pemberdayaan itu adalah sebuah upaya menolong individu
dan masyarakat yang membutuhkan bantuan dan bimbingan. Upaya pemberdayaan
harus dimulai dari rasa kepedulian dan niat menolong individu dan masyarakat yang
membutuhkan. Hal ini berasal dari rasa persaudaraan yang tumbuh dari ikatan
ukhuwwah.

34
Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim No. 4873
34

Prinsip ta’awun atau tolong-menolong ini juga dapat diartikan sebagai sebuah
sinergi antara berbagai pihak yang berkepentingan demi terwujudnya pemberdayaan
yang optimal. Pemberdayaan masyarakat adalah proses kolaboratif, maka hendaknya
seluruh pihak saling membantu demi terwujudnya tujuan bersama. Pemberdayaan
bukanlah tanggung jawab pihak tertentu saja, melainkan tanggung jawab seluruh
pihak terkait. Pemerintah tidak akan mampu menyelesaikan masalah sendiri tanpa
bersinergi dengan pihak lain. Dengan ta’awun, pemerintah, lembaga zakat, para
ulama, organisasi Islam dan berbagai LSM dapat bahu-membahu memadukan
kekuatan finansial, manajemen, sumber daya manusia, metodologi, dan penentuan
kebijakan sehingga tercipta sinergi yang efektif dalam melaksanakan pemberdayaan
dan mengentaskan kemiskinan.35

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis
dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (prespektif subyek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.36
Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjajahan terbuka
berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara
mendalam. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan menentukan
persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk
menentukan arah penelitian. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara
35
Ulfi Putra Sany, Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Al
Qur’an. Jurnal Jurnal Ilmu Dakwah Volume 39 No 1 (2019) h.35-36
36
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2018),
h. 11
35

lansung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kesepakatan dari interview


atau responden.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai “pemberdayaan Masyarakat berbasis inovasi dalam
pengelolaan sampah di desa Panciro kabupaten Gowa” Maka penelitian ini di lakukan
di ruang lingkup wilayah Desa Panciro Kecematan Bajeng Kabupaten Gowa. Dimana
peneliti terjun langsung ke lokasi untuk mengetahui bagaimana bentuk dan upaya-
upaya yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat berbasis inovasi dalam
pengelolah sampah guna untuk mendapatkan data yang valid dan data yang bersifat
fakta untuk menunjang dan mendukung hasil dari penelitian ini.

B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan
komunikasi dan pendekatan kesejahtreaan sosial dalam menjelaskan perspektik
untuk membahas objek penelitian.37
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data diperoleh dan kriteria
38
dalam penelitian kualitatif merupakan data yang pasti. Data yang pasti adalah data
yang sebenarnya sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap,
tetapi data yang mengandung makna balik yang terlihat dan terucap tersebut. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data hasil penelitian yang didapatkan
melalui dua sumber data, yaitu primer dan skunder.
1. Data primer

37
Hasan Shadly, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, (Cet. IX; Jakarta: Bina Aksara,
2012), h. 1
38
Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Riineka
Ciipta,2006), h. 129.
36

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh penulis dari lapangan
Data primer/sumber pertama dilapangan dalam penelitian ini adalah bersumber dari
informan yang di anggap relevan di jadikan kunci yaitu masyarakat pengelolah
sampah yang berjumlah lima (5) orang yaitu Dg Tumu, Mansyur, Dg Muntu, Randi,
Muhammad Ahidin Dg Soa, dan Pemerintah Desa selaku pelaksana inovasi
pengelolahan sampah satu (1) Sekretaris Desa Panciro yaitu Ibu Ratna.
3. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber data primer.
merupakan data penunjang yang diperoleh dari literatur, mediamassa, laporan
penelitian, data yang diperoleh dari buku-buku atau referensidan jurnal, koran atau
surat kabar yang memiliki keabsahan dan kevalidan data yang berkaitan dengan
pembahasan yang di jadikan sebagai obyek yang ditelitian.

D. Metode Pengumpulan Data


Data yang dibutuhkan dalam penelitian skripsi ini secara umum terdiri dari data
yang bersumber dari penelitian lapangan. Adapun metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah mengumpulkan data langsung dari lapangan, observasi berarti
peneliti berada bersama dengan informan atau partisipan artinya peneliti bukan hanya
sekedar numpang lewat, akan tetapi bersama dengan partisipan akan membantu
peneliti memperoleh banyak informasi yang tersembunyi dan belum diketahui oleh
peneliti. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam pengamatan secara
langsung terhadap objek yang akan diteliti, sehingga mendapatkan data-data factual
dari objek tersebut.
2. Dokumentasi
Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti yang menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan harian, dengan memakai
kamera untuk memotret dan sebagainya. Hasil penelitian dari obsevasi dan
37

wawancara, akan lebih kridibel/dapat dipercaya bila didukung dengan dokumentasi.


Metode dokumentasi diganakan untuk mengungkap serta melengkapi informasi yang
berkaitan dengan pokok permasalahan.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan
keteragan lisan melalui tanya jawab dan berhadapan langsung orang yang
memberikan keterangan.39 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan bertatap
muka secara langsung dengan informan dan mempertanyakan hal-hal yang erat
kaitannya dengan pokok-pokok permasalahan yang diangkat.

E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala, fenomena atau objek yang diteliti. Dalam hal ini objek yang diteliti
pemberdayaan masyrakat berbasis inovasi dalam pengelolaan sampah di Desa
Panciro Kecematan Bajeng. Secara psikologis, observasi disebut pula pengamatan
yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat
indra. Penelitian ini menggunaka observasi sistematis yaitu dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan. Cara ini dilakukan penulis berdasarkan
pertimbangan tentang kemampuan penulis dengan objek yang diteliti. Disamping itu
pula dalam melakukan observasi penulis menggunakan alat pendukung guna
mempermudah dan memperlancar kegiatan observasi. Adapun alat yang menunjang
penulis diantaranya pulpen, buku, dan alat perekam guna mempermudah dalam
melakukan kegiatan observasi.
2. Instrumen Wawancara

39
Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Cet IV, Jakarta :
PT. Bumi Aksara, 2001), h. 73
38

Wawancara atau interview merupakan tehnik pengumpulan data untuk


mendapat keterangan lisan melalui tanya jawab dan berhadapan langsung orang yang
dapat memberi keterangan. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung dengan menggunakan
rekaman atau alat tulis. Dalam pengumpulan data, penulis mengadakan wawancara
mendalam dimulai dari keterangan informan pangkal yang dapat memberikan
penelitian petunjuk lebih lanjut tentang keadaan pemberdayaan masyarakat berbasis
inovasi dalam pengelolaan smpah di Desa Panciro Kecematan Bajeng.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu proses mencari dan menyusun data secara
sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi di lapangan, maupun hasil
dari dokumentasi, dengan cara menyusun data yang terpenting dan yang akan
dipelajari kemudian membuat suatu kesimpulan yang akan memudahkan peneliti
maupun orang lain. Analisi data biasa disebut dengan penegasan yang memiliki arti.
Ada beberapa tahapan dalam analisis data yakni:
1. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok dan memfokuskan
pada hal; yang penting. Reduksi data juga berarti komponen pertama dalam analisis
data yang memperpendek, mempertegas dan membuang hal yang dirasa tidak penting
ataupun tidak berkaitan dengan focus penelitian sehingga penarikan kesimpulan dapat
dilakukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif, dapat berupa teks naratif, maupun matrik,
grafik, jaringan dan bagan. Hal ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi
secara lebih mudah.
3. Penarikan Kesimpulan
39

Penarikan Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan


masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah
peneliti ada dilapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum ada yang bersifat deskripsi atau gambaran yang sebelumnya
belum jelas menjadi jelas.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Panciro. Letak dan Luas Wilayah Desa Panciro

merupakan salah satu dari 14 Desa/Kelurahan di Wilayah Kecamatan Bajeng yang

terletak 5 Km ke arah Utara dari Kecamatan Bajeng. Desa ini memiliki luas wilayah

seluas ± 1.940 Hektar 795 Meter. Dengan jumlah penduduk Desa Panciro + 6.087

Jiwa.40

Secara Geografis Desa Panciro memiliki batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Desa Je’netallasa Kec. Pallangga

- Sebelah Timur : Desa Pa’nakukang Kec. Pallangga

- Sebelah Selatan : Desa Bontosunggu-Bajeng, Desa Tinggimae

Barombong

- Sebelah Barat : Kelurahan Lembang Parang Kec. Barombong

Desa panciro merupakan hasil pemekaran yang terdiri atas empat dusun yaitu

Dusun Mattirobaji, Dusun Kampung Parang, Dusun Bontoramba, dan Dusun

Bontoramba Selatan. Untuk mencapai desa ini dapat ditempuh dengan menggunakan

berbagai kendaraan karena jalan yang menghubungkan antara desa ini dengan ibu

kota kecamatan seluruhnya jalan aspal. Demikian pula jalan yang menghubungkan

antara satu dusun dengan dusun yang lainnya pada desa ini adalah jalan aspal.
40
Ratna, wawancara, Data Desa Panciro, 11 Juli 2023

40
41

Mudahnya dijangkau desa ini, selain karena dukungan sarana dan prasarana

trasportasi yang memang memadai juga karena lokasinya relatif dekat dari Ibu Kota

Kabupaten Gowa.

Secara geografis Desa Panciro merupakan dataran rendah yang subur, maka

wajarlah jika penggunaan tanah di Desa Panciro didominasi areal persawahan dan

selebihnya diperuntukkan sebagai lahan pemukiman, sarana sosial seperti mesjid,

sekolah, pasar dan sebagainya, serta kebun campuran. Iklim Desa Panciro

mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh

langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Panciro Kecamatan Bajeng.

2. Keadaan Penduduk

Data pada buku profil Desa Panciro pada tahun 2021 menunjukka bahwa

penduduk Desa Panciro berjumlah + 6.087 Jiwa dengan perincian sebagai berikut:

Table 1.1. Jumlah Penduduk Desa Panciro Diperinci Menurut Dusun

Jenis Kelamin
No. Nama Dusun Jumlah
Laki-laki Perempuan

1. Mattirobaji 609 622 1.231

2. Kampung Parang 783 810 1.593

3. Bontoramba 932 981 1.913

4. Bontoramba Selatan 698 652 1.350

Jumlah 3.022 3.065 6.087

Sumber: kantor Desa Panciro


42

Dengan melihat tabel diatas maka dapat diketahui jumlah penduduk Desa

Panciro pada tahun 2021 menunjukkan bahwa berjumlah 6.087 jiwa yang terdiri atas

3.022 jiwa laki-laki dan 3.065 jiwa perempuan yang tersebar pada dusun yang ada di

desa tersebut. Di Dusun Mattirobaji jumlah laki-laki adalah 609 sementara

perempuan adalah 622 sehingga jumlahya 1.231 jiwa. Di Dusun Kampung Parang

jumlah laki-laki adalah 783 sementara perempuan 810 sehingga jumlahnya 1.593

jiwa. Di Dusun Bontoramba jumlah laki-laki adalah 932 sementara perempuan adalah

981 sehingga jumlahnya 1.913 jiwa. Di Dusun Bontoramba Selatan jumlah laki-laki

adalah 698 sementara perempuan adalah 652 sehingga jumlahnya 1.350 jiwa.41

3. Tingkat dan Fasilitas Pendidikan

Pendidikan merupakan barometer kualitas sumber daya manusia yang dimiliki

oleh suatu wilayah. Disektor ini, pendidikan tidak hanya diarahkan untuk mencetak

manusia pintar saja, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah peningkatan mutu moral

bagi manusia yang bersangkutan seperti keteguhan dan rasa tanggung jawab.

Desa Panciro yang berpenduduk 6.087 jiwa memiliki tingkat pendidikan yang

sangat bervariasi. Mulai dari SD sampai tamat perguruan tinggi. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.3. Tingkat Pendidikan Formal Pendidikan Desa Panciro

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Sarjana 182 orang

2. Diploma 143 orang

41
Ratna, wawancara data Penduduk Desa Panciro, 11 Juli 2023
43

3. SLTA atau sederajat 2.532 orang

4. SLTP atau sederajat 1.624 orang

5. SD atau sederajat 415 0rang

6. Tidak sekalah/tidak tamat SD 1.191 orang

Sumber: Kantor Desa Panciro

Dengan melihat tabel diatas maka dapat diketahui penduduk Desa Panciro

yang berpenduduk 6.087 jiwa memiliki tingkat pendidikan yang sangat bervariasi.

Mulai dari tamat SD, sampai tamat perguruan tinggi. Masyarakat yang tidak sekolah

ataupun tidak tamat SD berjumlah 1.191 orang, masyarakat yang tamat SD 415

orang, yang tamat SLTP 1.624 orang, masyarakat yang tamat SLTA 2.532 orang,

masyarakat yang tamat Diploma 143 orang, masyarakat yang tamat Sarjana 182

orang.42

Minimnya tingkat pendidikan penduduk Desa Panciro disebabkan karena

kurangnya kesadaran masyarakat terutama pihak orang tua pada jenjang pendidikan

anak. Adapun potensi Desa Panciro yang bersifat Sarana Prasarana adalah sebagai

berikut:

a. Jalan Desa = 15 Jalan

b. Pustu = 1 Unit

c. Masjid/Mushalla = 13 Unit

Potensi Desa di Bidang Pendidikan ada 6 Unit sebagai berikut:

42
Ratna, wawancar, Data Desa Panciro, 11 Juli 2023
44

1. SMA Muhammadiyah Lempangang = 1 Unit

2. MTs. Muhammadiyah Lempangang = 1 Unit

3. SD Negeri Panciro = 1 Unit

4. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Bontosunggu = 1 Unit

5. TK. ABA Aisyiyah Cabang Lempangang = 1 Unit

6. PAUD SPAS Desa Panciro = 1 Unit43

4. Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk Desa Panciro memiliki tingkat pekerjaan yang sangat beragam

beragam, ada yang pegawai negeri, pegawai swasta, ABRI, petani dan buruh tani

serta pedagang. Mata Pencaharian Desa Panciro merupakan Desa Pertanian, di Desa

Panciro itu sendiri terdapat banyak lahan sawah sehingga besar kemungkinan

sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selengkapnya

sebagai berikut:

Tabel 1.2. Mata Pencaharian Desa Panciro

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani 350 orang

2. Karyawan, PNS/ABRI 155 orang

3. Pensiunan/Purnawirawan 70 orang

4. Buruh Tani 51 orang

43
Ratna, wawancara Data Desa Panciro, 11 Juli 2023
45

5. Pedagang/Wiraswasta 50 orang

6. Pengelolah Samapah 44 orang

7. Lain-lain 4.700 orang

Sumber: kantor Desa Panciro

Dengan melihat tabel diatas maka dapat diketahui penduduk yang bekerja

sebagai petani berjumlah 350 orang, yang bekerja sebagai karyawan, PNS/ABRI

berjumlah 155 orang, pensuinan/purnawirawan berjumlah 70 orang, buruh tani

berjumlah 51 orang, pedagang/wiraswasta berjumlah 50 orang, pengelolah sampah 44

orang, dan lain-lainnya berjumlah 4.700 orang.

Adapun keadaan ekonomi Desa Panciro sebagai berikut:

a. Kerajinan : Menjahit, pembuatan sofa/springbed, kursi

rotan, pot

b. Industri : pembuat roti, jalangkote, telur asin dan kerupuk

c. Pertanian : Padi, kacang hijau, kangkung

d. Olah Pangan : Jagung pipilan, Gaplek, Kripik Peyek

e. Peternakan : Ayam, itik, kambing44

B. Bentuk Inovasi Pengelolahan Sampah dalam Pemberdayaan Masyarakat di

Desa Panciro

Secara umum inovasi seringkali diterjemahkan pembaharuan atau

mengadakan hal-hal yang baru. Namun sebenarnya aspek pembaharuan dalam

inovasi sangat ditekankan untuk inovasi swasta atau disector Industry. Sedangkan,

44
Ratna, wawancara Data Desa Panciro, 11 Juli 2023
46

inovasi pada sektor public lebih ditekankan pada aspek perbaikan yang dihasilkan

dari kegiatan inovasi tersebut, yaitu pemerintah mampu memberikan pelayanan

secara efektif, efisien dan berkualitas, mjurah dan terjangkau.

Kemudian seperti yang kita ketahui bahwa inovasi adalah suatu hal yang

sekarang ini sedang memasuki trend, sedangkan inovasi sendiri memiliki pengertian

sebagai kemampuan pemerintah daerah untuk membuat sebuah terobosan baru dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk diantaranya kemampuan

dalam meningkatkan perekonomiannya.

Program inovasi pengelolaan sampah di Desa Panciro menyangkut

kepentingan banyak pihak yang tidak terbatas pada pemeritahan saja, pelaksanaan

program inovasi tersebut dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif melalui

perlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan. Hal ini dimaksudkan agar program

inovasi pengelolaan sampah dapat berfungsi sebagai produk kesepakatan antara

pemangku kepentingan sehingga dapat diimplementasikan secara efektif. Dalam

pelaksanaan program inovasi pengelolaaan sampah peran masyarakat tidak diabaikan

mengingat masyarakat adalah objek dalam program inovasi pengelolaan sampah

tersebut.

Inovasi ini tidak sekedar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu,

yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaruan dalam

masyarakat atau pada lokalitas tersebut. Pengertian “baru” di sini mengandung makna

bukan sekedar “baru diketahuai” oleh pikiran (cognitive), akan tetapi juga baru

karena belum diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap
47

(attitude), dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan

dilaksanankan/diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ditemukan adanya beberapa bentuk

inovasi dalam pengelolahan sampah dalam pemberdayaan masyarakat di kalangan

masyarakat panciro. Yang di mana setiap masyarakat memiliki pandangan berbeda-

beda dari hasil pemberdayaan yang di lakukan oleh pemerintah setempat, yang akan

di interpresentasikan. Sebab pada dasarnya orang yang berbeda memiliki pandangan

yang berbeda, berdasarkan hasil yang dirasakan, berdasarkan apa yang telah apa yang

tertera di atas maka peneliti akan menempatkan informan sesuai apa yang di

kemukakan. Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan wawancara kepada 6

narasumber yang dimana terdapat 1 (satu) pihak pemerintah selaku pelaksana

pemberdayaan, 5 (lima) masyarakat pengelolah sampah. Wawancara ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi

dalam mengelolah sampah. Untuk memperkuat teori diatas maka peneliti melakukan

wawancara terhadap pemerintah desa yaitu Ibu Ratna.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap ibu Ratna

mengenai bagaimana bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi dalam

mengelola sampah di desa Panciro yaitu menyatakan bahwa:

“Bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi dalam mengelolah


sampah di desa panciro ada beberapa bentuk pemberdayaan yang kami
hadirkan dari bentuk pelatihan dan sosialisasi, menghadirkan alat
48

pengelolahan sampah dan membangun sarana pengelolahan sampah


sampah”.45
Berdasarkan hasil wawancara kepala desa di atas peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pemerintah desa melakukan bentuk inovasi pengelolahan

sampah dalam memberdayakan masyarakat, yakni pelatihan dan sosialisasi,

menghadirkan alat pengelolahan sampah dan membangun sarana pengelolahan

sampah.

1. Pelatihan dan sosialisasi pengelolahan sampah

Inti dari kegiatan dari pengelolahan sampah, yang dimana kegiatan pelatihan

pengelolahan sampah tersebut ditujukan kepada masyarakat baik itu secara kelompok

atau individu agar mereka dapat memanfaatkan dan mengelolah sampah secara baik

dengan tujuan agar hasilnya terpakai kembali, dapat menghasilakan harga dan bisa

menambah pengetahuan tentang mengelolah sampah. Berikut ini hasil wawancara

peneliti terhadap informan bapak Dg Tunru, terkait pelatihan dan sosialisasi

pengelolahan sampah yang dilaksanakan pemerintah Desa Panciro dan informan

menyatakan bahwa:

“Pemerintah desa memang pernah melakukan pelatihan dalam mengelolah


sampah, dan terlaksana disini, kami biasanya dihimbau oleh ketua RW. kami
yang biasa ikut sangat senang bila ada pelatihan semacam itu. Karena kami
disini diajarkan bagaimana cara membuat pupuk, membuat keterampilan
melalui daur ulang seperti karangan bunga, keranjang, bingkai foto, dan lain-
lain”.46

45
Ibu Ratna 35 tahun, Sekretaris Desa Panciro, wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa, 11
Juli 2023
46
Dg Tunru 45 tahun, pengelolah sampah, wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa 11 Juli
2023.
49

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa pemerintah

memang pernah melakukan pelatihan pengelolahan sampah, dan sosialisasi dilakukan

oleh ketua RW, dan Sebagian masyarakat antusias mengikuti pelatihan tersebut.

Penulis juga melakukan wawancara terhadap bapak Dg Muntu selaku masyarakat

pengelolah sampah yang menytakan bahwa:

“Benar pemerintah setempat pernah melakukan pelatihan mengelolah sampah,


dan saya ikut serta dalam pelatihan tersebut sehingga saya mendapatkan
pemahaman tentang mendaur ulang sampah lalu setelah pelatihan saya mulai
paham ternyata sampah dapat diolah menjadi sesuatu yang berharga.”47

Berdasarkan pernyataan masyarakat pengelolah sampah di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa pemerintah memang pernah melakukan pelatihan mendaur

ulang sampah sehingga dia mendapatkan pengetahuan dalam mendaur ulang sampah

dan juga kesadaran dalam mengelolah sampah.

2. Membangun tempat pengelolahan sampah (TPS) 3R

Tempat pengelolahan sampah 3R adalah tempat masyarakat melakukan proses

pengumpulan sampah yang berbagai macam sampah lalu dipisahkan sesuai jenis

sampahnya lalu dilakukan dengan 3R, Reduce (mengurangi sampah), Reuse

(menggunakan kembali), Recycle (mendaur ualang). Berikut hasil wawancara peneliti

terhadap informan dalam hal ini ibu ratna terkait pembangunan tempat pengelolahan

sampah, yang manyatakan bahwa:

“iya benar kami dari pemerintah memang membangun tempat pengelolahan


sampah, kami dari pemerintah desa membangun tempat itu supaya masyarakat

47
Dg Muntu, pengelolah sampah, wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa, 11 Juli 2023
50

Panciro memiliki tempat untuk mengelolah sampah dan juga supaya


masyarakat mendapatkan penghasilan dari nilai sampah.”48

Berdasarkan hasil wawancara di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

memang pemerintah Desa Panciro membangun tempat pengelolahan sampah, supaya

masyarakat mendapatkan nilai dari sampah.

Dari wawancara di atas peneliti juga melakukan wawancara terhadap

informan dari masyarakat. Sebgaimana wawancara yang telah dilakukan peneliti

terhadap informan Mansyur (30 tahun) yang menyatakan bahwa:

“Sejak adanya tempat pengolahan sampah di Desa ini sudah dikatakan sangat
bermanfaat bagi saya dan masyarakat yang lain karna saya dapat melakukan
pengelolahan sampah di tempat ini, sehingga sampah dapat digunakan
kembali atau diuangkan”49

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan di atas dapat di

simpulkan bahwa dengan adanya Tempat pengolahan sampah (tps) 3R masyarakat

memiliki tempat untuk mengelolah sampah. Program tempat pengolahan sampah 3R

Panciro mendatangkan dampak positif terhadap masyarakat Desa Panciro yakni

membuat lingkungan menjadi lebih bersih.

Sebagaimna hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan

dalam hal ini bapak Dg Muntu 40 tahun dengan adanya bentuk-bentuk pemberdayaan

masyarakat berbasis inovasi dalam pengelolahan sampah yaitu menyatakan bahwa:

“Dengan adanya program ini saya punya keterampilan dalam mengelolah atau
daur ulang sampah dan punya penghasilan tambahan dari penjualan sampah
bekas dan kerajinan, awalnya pemerintah memberikan pelatihan daur ulang,

48
Ratna, pemerintah Desa, wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa, 11 Juli 2023
49
Mansyur (30 tahun), pengelolah sampah, wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa, 11 Juli
2023
51

lalu pemerintah melakukan pembengunan TPS 3R ini. sehingga saya dan


masyarakat yang lain lebih mudah mengumpulkan lalu memilah sampah yang
akan saya daur ulang lalu dijual”.50

Berdasarkan hasil wawancara di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

setelah adanya bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi, memiliki dampak

yang baik bagi masyarakat karena masyarakat mendapatkan tambahan pemahaman

dalam mendaur ualang sampah yang mereka kumpulkan sehingga dapat

meningkatkan perekonomian yakni meningkatnya pendapatan keluarga dari hasil

penjualan kerajinan daur ulang sampah.

3. Pengadaan alat

Alat yang digunakan pengelolah sampah dalam mengelolah sampah sehingga

dapat memudahkan masyarakat pengelolah sampah dalam melaksanakan

pengelolahan sampah adapun alat yang pemerintah hadirkan untuk pengelolahan

sampah yaitu alat pres sampah.

Alat pres sampah adalah salah satu mesin pengolah sampah plastik yang

berfungsi untuk mengepress berbagai jenis sampah plastik agar menjadi lebih padat

sehingga lebih efisien. Alat press sampah ini dapat digunakan untuk mengepress

beberapa produk seperti sabut kelapa, kardus, kaleng, sampah plastik, dan bahan

lainnya.

50
Dg Muntu (40 tahun), pengelolah sampah, wawancara, Desa panciro Kabupaten Gowa, 11
Juli 2023.
52

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Dg Muntu mengenai

alat pres samapah adapun pernyataan dari informan, sebagaimana dikemukakan pihak

masyarakat dari sarana kebersihan mengungkapkan bahwa:

“sejak saya bekerja di sarana pengelolahan sampah ini sudah dikatakan sangat
bermanfaat bagi saya karena saya mendapatkan tambahaan pekerjaan dan juga
dan saya sangat bersyukur dengan adanya inovasi pengelolahan sampah yang
dilakukan pemerintah sehingga pemerintah memberikan saya alat atau mesin
pres yang sangat berguna bagi saya dalam mengelolah sampah”.51

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat pengelolah

sampah di TPS 3R, mendapatkan banyak keuntungan dari inovasi pengelolaan

sampah dan lebih mudah dalam mengelolah sampah, dan membuat sampah lebih

mudah untuk diangkut atau di pindahkan dengan itu bisa membantu perekonomian

keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara dari informan Randi selaku masyarakat

pengelolah sampah yang mengungkapkan bahwa:

“Benar pemerintah mengadakan inovasi dengan menghadirkan pres sampah


sehingga saya lebih mudah dalam menyatukan sampah yang sudah saya pilah
atau bersihkan, saya juga sangat merasa dibantu dengan adanya mesin ini
karena dengan adanya alaat ini saya menghasilkan peningkatan dalam
mengelolah sampah”.52

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat di simpulkan bahwasanya, masyarakat

sangat dibantu dengan adanya program inovasi pengelolaan sampah karena

masyarakat lebih berdaya dengan adanya program ini, dan dengan adanya program

51
Dg Muntu (40), Pengelolah sampah, wawancara, Desa Panciro Kabupaten gowa, 11 Juli
2023.
52
Randi, Pengalolah sampah, wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa, 11 Juli 2023
53

ini perekonomian masyarakat meningkat sehingga mampu menambah kebutuhan

kesehariannya.

Mengenai beberapa hasil wawancara diatas peneliti juga melakukan wawancara

terhadap kepala tempat pengolahan sampah (tps) 3r Desa Panciro yakni bapak

Muhammad Ahidin Dg Soa yang menyatakan Bahwa:

“Di TPS 3R di sini telah dilakukan inovasi dari membangun Tempat pengolahan
sampah yang lebih luas dan juga menghadirkan mesin pres sehingga sampah
yang dikumpulkan dari masyarakat bisa dipres dan mudah diangkut ke penjualan
terakhir”.53

Berdasarkan hasil wawancara penulis diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya bentuk inovasi dalam pengelolahan sampah di Desa Panciro menghasilkan

kemajuan terhadap masyarakat dalam mengelolah sampah, dan mempermudah

masyarakat dalam mengelolahnya bahkan meningkatkan pengehasilan masyarakat

dari mengelolah sampah.

C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Inovasi Pengelolahan Sampah di

Desa Panciro

Dalam menjalankan program atau kegiatan pastinya memiliki beberapa faktor

yang mempengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya sebuah kegiatan atau

tindakan, di mana dalam hal ini faktor yang mempengaruhi hasil dari pemberdayaan

masyarakat berbasis inovasi dalam pengelolahan sampah di Desa Panciro Kabupaten

Gowa. Faktor yang mempengaruhi yaitu faktor penghambat dan pendukung.

53
Muhammad Ahidin Dg Soa, pengelolah sampah, Wawancara, Desa Panciro Kabupaten
Gowa, 11 Juli 2023
54

1. Faktor Penghambat

Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis Inovasi dalam

pengelolahan sampah, pemerintah desa pada inovasi pengelolaan sampah di desa

panciro tidak selalunya berjalan dengan mulus. Tentunya terdapat berbagai hal

hambatan-hambatan yang dapat menghambat keberlangsungan pelaksanaan inovasi

pengelolaan sampah di desa panciro. Hambatan-hambatan tersebut merupakan hal-hal

yang dapat menghambat kinerja daerah dalam meningkatkan inovasi pengelolaan

sampah di desa panciro yaitu:

a. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolahan sampah

Dalam melaksanakan suatu kegiatan yang baru pastinya tidak semua

masyarakat atau kurang masyarakat ikut serta dalam melaksanakannya sehingga itu

menjadi hambatan dalam melaksanakan kegiatan, maka dari itu sumber daya manusia

sangat di perlukan untuk menyukseskan suatu kegiatan, seperti yang dikemukakan

ibu sekretaris desa panciro bahwa:

“Hambatan yang dialami pemerintah ketika melakukan inovasi pada


pelaksanaan program inovasi pengelolahan sampah di desa Panciro yaitu
terkendala pada kurangnya kesadaran masyarakat, jadi pelaksanaan inovasi ini
kurang maksimal,”.54

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan

yang dirasakan pemerintah dalam inovasi pengelolaan sampah di desa Panciro, adalah

sebagian masyarakat masih kurang peduli terhadap kebijakan pemerintah dalam hal

54
Ibu Ratna, Sekretaris Desa Panciro, wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa, 11 Juli 2023
55

inovasi pengelolahan sampah sehingga program inovasi pengelolaan ini belum

sepenuhnya dirasakan semua masyarakat panciro itu sendiri.

b. Kurangya anggaran pemerintah

Dalam melakukan inovasi terhadap pengelolahan sampah pastinya

menggunakan anggaran yang lumayan besar, sedangkan setiap daerah memiliki

Batasan dalam anggaran maka dari itu dalam melaksanakan inovasi pengelolahan

sampah dalam pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan yang dikemukakan diatas peneliti juga melakukan wawancara

terhadap sekretaris desa panciro untuk memperkuat apa yang di kemukakan diatas

maka dari itu peneliti melakukan wawancara kepada ibu Ratna selaku sekretaris desa

panciro yang menyatakan bahwa:

“Hambatan penerapan inovasi pengelolahan sampah iyalah kurangnya


anggaran. Dengan hambatan ini mempengaruhi maksimalnya tingkat
keberhasilan program yang telah kami jalankan karena anggaran juga sangat
penting terhadap pelaksanaan inovasi pengelolahan sampah dalam
pemberdayaan terhadap masyarakat pengelolah sampah”.55

Berdasarkan hasil wawancara penulis di atas dapat di simpulkan bahwa

hambatan kurangnya anggaran pemerintah dalam pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat berbasis inovasi dalam pengelolahan sampah ini sangat berpengaruh

terhadap tingkat maksimalnya program tersebut.

c. Minimnya pemahaman masyarakat dalam mengelolah sampah

Dalam melaksanakan suatu kegiatan pastinya memerlukan pengetahuan atau

pemahaman terhadap kegiatan yang dilakukan namun ketika pemahaman kurang atau
55
Ibu Ratna, Sekertaris Desa Panciro, wawancara, Desa Panciro Kbupaten Gowa, 11 Juli 2023
56

tidak ada pastinya hal itu menjadi suatu hambatan terhadap suksesnya suatu kegiatan.

Sebagaimna ungkapan dari informan masyarakat pengelolah sampah yakni bapak

Randi yang menyatakan bahwa:

“Setelah adanya inovasi pengelolahan sampah yang dihadirkan pemerintah saya


Tidak terlalu paham dengan menggunakan alat yang di hadirkan pemerintah
tetapi seiring berjalannya waktu saya mulai paham dalam menggunakannya
karena dibimbing oleh pengelolah TPS 3R”.56

Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa salah

satu hambatan inovasi pengelolahan sampah karena masyarakat tidak pahanm

menggunakan alat yang di hadirkan pemerintah sehingga hal tersebut menjadi

hambatan dalam memberdayakan masyarakat berbasis inovasi maka dari itu dalam

melakukan sesuatu penting adanya pemahaman dibidang itu.

2. Faktor Pendukung

Keberhasilan program pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi dalam

pengelolahan sampah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa panciro tidak

terlepas dari faktor yang mendukung. Berdasarkan hasil wawancara dapat dijelaskan

bahwa factor pendukung pelaksanaa inovasi pengelolaan sampah adalah dukungan

dari pihak internal. Adanya dukungan dan partisipasi yang aktif dari para pihak

pemerintah dalam suatu program ini. Adapun faktor yang mendukung kegitatan ini

antara lain adalah dukungan dari kepala dusun, RT, RW, yang senantiasa melakukan

56
Randi, Masyarakat pengelolah sampah, wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa, 11 Juli
2023
57

sosialisasi terhadap masyarakat, dan juga adanya dukungan dari pihak pemerintah

daerah Gowa.

a. Dukungan dari pemerintah Desa

Tak lepas dari apa yang dipaparkan di atas sebagaimana dari apa yang

diungkapkan ibu sekretaris Desa Panciro dalam hal ini Ibu Ratna menyatakan bahwa:

“Faktor pendukung nya iyalah karena adanya partisipasi dari berbagai pihak
diantaranya dinas lingkungan hidup, kepala Dusun, RT, RW, dan juga
pastinya partisipasi masyarakat desa panciro yang sangat antusias dalam
mengelolah sampah”.57

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa faktor

pendukung dengan adanya pemberdayaan masyarakat melalui pengelolahan sampah

di desa panciro yaitu adanya sambutan positif pemerintah daerah.

Tidak hanya dukungan dari pihak pemerintah masyarakat juga ikut serata

mendukung pemerintah melakukan sosialisasi terhadap masyarakat yang lain.

Melakukan sosialisasi sebagai bentuk penyampaian aspirasi terhadap proses maupun

hasil yang di dapat. Hal ini di ungkapkan oleh bapak Muhammad Ahidin Dg Soa

yang menyatakan bahwa:

“Saya sebagai Pengelola TPS 3R melakukan sosialisasi terhadap masyarakat


yang lain. Dulu masyarakat acuh tak acuh atau tidak peduli sama pengelolahan
sampah. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah banyak yang bergabung jadi
pengelolah sampah di TPS 3R dan ada pun masyarakat yang mengumpulkan
sampah di rumahnya lalu menjualnya TPS 3R untuk diolah”.58

57
Ibu Ratna, Sekertaris panciro, wawncara, Desa Panciro Kabupaten Gowa, 11 Juli 2023

58
Muhammad Ahidin Dg Soa, pengelolah sampah, Wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa,
11 Juli 2023
58

Berdasarakan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengelola TPS

3R Desa Panciro ikut serta dalam sosialisasi kepada masyarakat terkait pelatihan

pengelolahan sampah yang dilakukan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat

dibidang pengelolahan sampah dan juga sosialisasi mengenai dampak positif bagi

masyarakat ketika melakukan pengelolahan sampah agar bisa memenuhi kebutuhan

keluarganya.

b. Banyaknya volume sampah

Banyaknya volume sampah juga menjadi salah satu faktor pendukung dalam

memberdayakan masyarakat karena semakin banyak sampah maka semakin banyak

juga sampah yang bisa dikelolah dan di jual. Maka hal itu mempengaruhi tingkatan

penghasilan masyarakat pengelolah sampah, sebagaimna yang diungkapkan bapak

Muhammad Ahidin Dg Soa yang mengatakan bahwa:

“Tingkat pendapatan saya dari mengelolah sampah itu tergantuk banyaknya


sampah sehingga saya dapat mengelolah sampah lebih banyak oleh sebab itu
saya sabgat dibantu dengan banyaknya sampah yang dihasilkan dari yang di
kumpulkan atau yang dihasilkan oleh masyarakat”.59

Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

dengan banyaknya volume sampah itu menjadi hal yang meningkatkan pendapatan

masyarakat pengelolah sampah sehingga masyarakat dapat mengelolah sampah

lebih banyak dan penjualannya juga meningkat.

59
Muhammad Ahidin Dg Soa, pengelolah sampah, Wawancara, Desa Panciro Kabupaten Gowa,
11 Juli 2023
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas tentang pemberdayaan masyarakat

berbasis inovasi dalam pengelolaan sampah di Desa Panciro. Maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi dalam pengelolaan sampah di

Desa Panciro, ada beberapa bentuk pemberdayaan berbasis inovasi dalam

pengelolaan sampah yang dihadirkan diantaranya, pemberdayaan yang hadirkan dari

bentuk pelatihan dan sosialisasi, membangun TPS 3R dan Pengadaan sarana

prasarana kebersihan intensif.

2. Faktor penghambat inovasi pengelolahan sampah dalam pemberdayaan

masyarakat di Desa Panciro, yakni kurangnya kesadaran masyarakat dalam

pengelolahan sampah, kurangnya anggaran pemerintah dan minimnya pemahaman

masyarakat dalam mengelolah sampah.

3. Faktor pendukung dalam pelaksanaan bentuk inovasi pengelolahan sampah dalam

pemberdayaan masyarakat yaitu, adanya dukungan dari pemerintah desa, dukungan

dari pihak masyarakat dan banyaknya volume sampah.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan diatas dapat diusulkan saran yang diharap

dapat bermanfaat bagi peneliti yang akan datang.

59
60

1. Pemerintah Daerah seharusnya lebih memaksimalkan sosialisasi kepada

masyarakat supaya semua elemen masyarakat di desa Panciro dapat merasakan

dampak dari bentuk Inovsi pengelolahan sampah dalam pemberdayaan masyarakat

ini.

2. Pemerintah perlu menghadirkan mesin penghancur sampah sehinnga

pengelolahan sampah lebih meningkat lagi. Supaya pengelolah sampah lebih efektif

dalam menjalankan profesinya sebagai pengelolah sampah.

3. Masyarakat seharusnya menghadirkan ide-ide yang lebih kreatif dalam

pengelolaan berbagai jenis sampah, sehingga usaha pengelolaan sampah

mendapatkan nilai yang lebih dan berkembang dengan baik, dan juga semua

masyarakat turut menghilangkan kebiasaannya dalam membuang sampah

sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA

Enri Damanhuri dan Dr. Tri Padmi, Pengelolaan Sampah, Bandung Tahun 2010, h.
8-9.
Heidt, V. dan Neef, M. Benefits of Urban Green Space for Improving Urban Climate.
Dalam Ecology, Planning, and Management of Urban Forests International
Perspectives, ed. Margaret M. Carreiro, Yong-Chang Song and Jianguo Wu.
New York: Springer Science+Business Media, LLC, 84-96. (2008).
Hermawati, Pengelolaan Dan Pemanfaatan Sampah di Perkotaan, Yogyakarta:
Plantaxia, 2015.
Ikhsandri. Kajian Infrastuktur Pengolahan Sampah di Kawasan Berkembang
Jakabaring Kelurahan 15 Ulu Kota Palembang.Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan Volume 2 nomor 1, Maret 2014. ISSN: 2355-374X Novrizal,
Muhammad. 2009Soekanto, Soerjono, 2002, Teori Peranan, Jakarta, Bumi
Aksara. (2014).
Kartasasmitha,Ginandjar, Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan
dan Pemerataan, (Jakarta: PT Pusaka Cisendo,1996),
Munandar, M. Soelaiman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial,
(Bandung: Eresco, t.th).
Ningsih, Shofiati, “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat”, Studi di Bank
Sampah Gemah Ripah Dusun Badegan, Bantul, Yogyakarta, Skripsi
SarjanaUIN Sunan Kalijaga, 2012.
Noor, Munawar (2011). Pemberdayaan Masyarakat . Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I,
No 2, 2011.
Nur Alhidayatillah, Pemberdayaan Masyarakat Wujud Aktualisasi Dakwah,
http://uin-suka.ac.id/2017/10/19/pemberdayaan-masyarakat-wujud-
aktualisasidakwah-nur-alhidayati, di akses 24 Mei 2023.
Pahlevi, Rezi, pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan Sampah di Dusun
Gambiran Baru oleh WALHI DIY, Skripsi Sarjana UIN Sunan Kalijaga,
2007.
Pahlevi, Rezi, Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan Sampah di Dusun
Gambiran Baru oleh WALHI DIY, Skripsi Sarjana UIN Sunan Kalijaga,
2007.
Pembangun Alternatif: Ragam Prespektif Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat, (Jakarta: Ar Ruzz Media,2007), h 42.

61
62

Prasetya, Irwansyah. Memahami masyarakat dan perspektifnya. Jurnal manajemen


pendidikan dan ilmu sosial. (2020).
Putra, Ulfi Sany,Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Al
Qur’an. Jurnal Jurnal Ilmu Dakwah Volume 39 No 1 (2019) h. 34-35
R. Hasibuan, (2016). Analisis dampak limbah/sampah rumah tangga terhadap
pencemaran lingkungan hidup. Jurnal Ilmiah Advokasi, 4(1),h.42-52.
Rifani, Dian Kurniati dan Mohamad Rizal, Pemanfaatan hasil pengelolaan sampah
sebagai alternatif bahan bangunan konstruksi. Jurnal SMART ek, vol. 9
nomor 1 Tahun 2011.
Riyanto “Pengembangan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah oleh Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) di Soragan Kelurahan
Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Bantul”. Skripsi Sarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2006.
S.P. Nilam, Analisis Pengelolaan Sampah Padat di Kecamatan
BanuhampuKabupaten Agam. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas volume
10 nomor 2: 157-165. E-ISSN
24426725/jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/(2016).
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT
Refika Aditama, 2014).
Sulfan dan Mahmud, A. (2018). "Konsep Masyarakat Menurut Murtadha Muthahhari
(Sebuah Kajian Filsafat Sosial)" Zubaedi, Wacana
Surat Al Hujurat Ayat 10, Arab, Latin, dan Tafsir Lengkap"
selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5556505/surat-al-hujurat-ayat-
10-arab-latin-dan-tafsir-lengkap.
Surat Al Maidah Ayat 2, Arab, Latin, dan Tafsir Lengkap"
selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5556505/surat-al-hujurat-ayat-
10-arab-latin-dan-tafsir-lengkap.
Surat Ar-Rad Ayat 11: Jelaskan Nasib Suatu Kaum Ditentukan Oleh Mereka Sendiri"
selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6510153/surat-ar-
rad-ayat-11-jelaskan-nasib-suatu-kaum-ditentukan-oleh-mereka-sendiri
Teguh, Ambar Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan (Yogyakarta:
Gava Media, 2004).
Tri, Drajat Kartono, Administrasi Pelayanan Publik antara Paradoks dan Harapan
Masa Depan (Surakarta: Pustaka Cakra, 2004).
Widjajanti, Kesi, “Model Pemberdayaan Masyarakat”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol.12, No. 1, 2011.
63

Wu, J. (2008). Toward a Landscape Ecology of Cities:Beyond Buildings, Trees, and


Urban Forests. Dalam Ecology, Planning, and Management of Urban
Forests International Perspectives, ed. Margaret M. Carreiro, Yong-Chang
Song and Jianguo Wu. New York: Springer Science+Business Media, LLC,
10-28).
64

PEDOMAN WAWANCARA PEMERINTAH DESA

Tujuan wawancara untuk mengetahui bagaimana bentuk pemberdayaan masyarakat

berbasis inovasi dalam pengelolahan sampah dan faktor yang mempengaruhi dalam

pelaksanaan pemeberdayaan masyarakat berbasis inovasi dalam pengelolahan sampah

di Desa panciro.

1. Siapa nama anda?

2. Berapa umur anda?

3. Apakah ada bentuk inovasi dalam pengelolahan sampah yang dilaksanakan

pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat?

4. Apa-apa saja bentuk inovasi pengelolahan sampah yang dilaksanakan?

5. Dalam pelaksanaan inovasi pengelolahan sampah apasaja faktor penghambat

dan faktor pendukungnya?

PEDOMAN WAWANCARA MASYARAKAT PENGELOLAH SAMPAH

Untuk mengetahui bagaimna hasil dari bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis

inovasi dalam pengelolahan sampah di Desa panciro.

1. Siapa nama anda?

2. Berapa umur anda?

3. Apakah sudah ada bentuk inovasi pengelolahan sampah yang dihadirkan

pemerintah desa?

4. Apasajakah bentuk inovasi tersebut?


65

5. Apakah dengan adanya inovasi tersebut anda mendapatkan penghasilan yang

meningkat dalam pengelolahan sampah?

6. Bagaimana pandangan anda tentang adanya bentuk inovasi dalam

pengelolahan sampah di Desa panciro?

7. Sudah berapa lama anda menjadi pengelolah sampah?

8. apakah ada pekerjaan anda selain mengelolah sampah?

9. Berapa penghasilan anda dalam mengelolah sampah dalam sehari?

10. Seberapa banyak sampah yang anda kelolah dalam sehari?


66

DAFTAR INFORMAN

Nama Pekerjaan

Ibu Ratna Sekretaris Desa

Dg Muntu Pengelolah Sampah

Mansyur Pengelolah Sampah

Randi Pengelolah Sampah

Dg Tumu Pengelolah sampah

Muhammad Ahidin Dg Soa Pengelolah sampah


67

Lampiran-lampiran
68

Wawancara Dg Tumu pengelolah sampah


69

Wawancara dengan Dg Munru pengelolah sampah

Wawancara dengan Mansyur pengelolah sampah


70

Wawancara dengan Ibu Ratna sekertaris Desa Panciro

Wawancara dengan Randi masyarakat pengelolah sampah


71

Wawancara dengan Muhammad Ahidin Dg Soa kepala TPS 3R Desa Panciro

Gambar tempat pengepresan sampah dan megolah sampah


72
73

Anda mungkin juga menyukai