Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM Ratikita OLEH CV. URBAN DEWAN MERATUS SEBAGAI


PEMBELAJARAN PEMANFAATAN LIMBAH DAN MENJAGA
LINGKUNGAN BAGI MASYARAKAT KOTA BARABAI, KECAMATAN
BARABAI, KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Dosen Pembimbing : Dr. Yusuf Hidayat S.Sos., M.Si.

Disusun Oleh:

M. Noor Irfansyah
NIM. 1910114210026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah lingkungan merupakan masalah yang kerap terjadi masyarakat,


juga masalah ini timbul karena manusia itu sendiri, maka cara mengatasinya
ditentukan oleh perilaku hidup manusia yang ramah lingkungan. Berbagai macam
upaya dari waktu – kewaktu dilakukan agar lingkungan tetap terjaga dan lestari.
Salah satu kegiatan ataupun langkah yang dilakukan yaitu Sekolah yang
menerapkan pengelolaan atau manajemen sekolah berbasis adiwiyata (Utina,
2015).
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari
lingkungan sekitar. Kitamakan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia
disebut juga sebagailingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk
sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian
seseorang.
Kita sepakat bahwa lngkungan hidup sangatlah penting. Kita juga perlu
menyadari bahwa masalah lingkungan adalah masalah bersama, masalah masa
depan bagi kita semuadan masalah bagi generasi mendatang. Seharusnya kita
sebagai manusia yang mempunyaiakal pikiran tidak akan membiarkan kerusakan
lingkungan terus terjadi dengan kita mengabaikan lingkungan hidup sama saja
dengan kita membunuh diri kita sendiri dengan perlahan-lahan melalui
lingkungan yang lebih kita rusak.
Di Indonesia diperkirakan sebanyak 85.000 ton sampah dihasilkan per
harinya, dengan perkiraan kenaikan jumlah mencapai 150.000 ton per hari pada
tahun 2025. Jumlah ini didominasi oleh sampah yang berasal dari rumah tangga,
yang berkisar antara 60 hingga 75 persen. Sedangkan di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah (HST), Kalsel menurut Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan
Limbah Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (LHP) HST Ahmad Syafaat
menyebutkan, dari 20 truk angkutan, setiap hari pihaknya mengangkut sampah
rumah tangga ke tempat pembuangan sampah (TPA) Telang, sebanyak 25
angkutan yang per-angkutan rata-rata 2 ton. Jadi, ada sekitar 50 ton per hari yang
diproses di TPA Telang. Namun sampah yang diangkut tersebut merupakan hasil
reduce, sedangkan sampah yang mempunyai manfaat di pilah di bank sampah dan
Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R). Ironisnya,
penumpukan ini diperkirakan akan terus bertambah apabila tidak ada kebijakan
tegas untuk sampah plastik yang berakibat pada pencemaran ekosistem dan
lingkungan (Fauziah dan Thamrin, 2021).
Seperti diketahui, dampak dari persoalan sampah terhadap lingkungan ini
sangatlah jelas. Mulai dari pencemaran sungai, menghambat proses air tanah,
pencemaran tanah dan membuat air serta tanah menjadi tidak sehat bagi manusia
dan makhluk hidup lainnya. Tidak hanya itu, saat sampah berada di daratan dan
kemudian dibakar, banyak yang tidak menyadari nya bahwa hal itu ternyata juga
menimbulkan kerusakan lingkungan yang baru.
Pendirian bank sampah sebagai bentuk kegiatan sosial kemasyarakatan,
namun tidak dipungkiri bahwa kegiatan tersebut membutuhkan biaya operasional
sebagai penggerak kegiatan. Kegiatan tersebut juga diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan / perekonomian pengurus dan anggota bank sampah.
Untuk memperoleh pendapatan yang maksimal diperlukan strategi bagi masing-
masing bank sampah. Pada tingkatan bank sampah dapat melakukan strategi
penentuan harga dan layanan. Pada tingkatan investor, dapat menambah jumlah
bank sampah akan mempermudah akses layanan bagi masyarakat sehingga
memperbanyak jumlah partisipasi masyarakat. Namun banyaknya bank sampah
juga dapat menimbulkan persaingan antar bank sampah dan mempengaruhi
pendapatan antar bank sampah.
Perumahan Permata Tembalang yang terletak pada Kelurahan Kramas,
Kecamatan Tembalang, Kota Semarang dengan volume sampah mencapai sebesar
2,7 – 3,5 m3/hari merupakan salah satu obyek pengabdian masyarakat. Kondisi
yang ada di lapangan menunjukkan pembangunan kawasan perumahan oleh
pengembang kecil tersebut sering tidak menyediakan fasilitas umum maupun
sosial, khususnya persampahan. Pembuatan bank sampah sebagai sebuah
penanganan dan pengurangan sampah ini diusulkan dilakukan pada skala RT
sebagai pilot project kegiatan, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai master
program pada RT yang lain. Penanganan sampah permukiman memerlukan
partisipasi aktif individu dan kelompok masyarakat selain peran pemerintah
sebagai fasilitator (Samadikun, 2019).
Berbagai macam gerakan agar menjaga lingkungan dari sekolah hingga
kemasyarakat telah dilakukan, namun kebanyakan masyarakat tidak mengetahui
bahwa sampah ataupun limbah bisa menjaga barang yang berharga jual maupun
berharga sebagai pengobatan. Masyarakat menganggap bahwa limbah hanya
sekedar limbah, sampah hanya sekedar sampah lalu di buang begitu saja. Maka
ada salah satu kegiatan atau program masyarakat yang memberikan pembelajaran
tentang pemanfaatan limbah, dari anorganik bisa dimanfaatkan dan memiliki
harga jual. Program tersebut yaitu (ratikkita).

Ratikita hadir pada tanggal 11 November 2021 di bawah naungan CV.


Urbandewan Meratus yang berfokos pada layanan digital pengelolaan daur ulang
sampah serta limbah minyak jelantah berbasis mobile aplikasi. Tujuan didirikan
Ratikita adalah 1) Membantu Mengurangi Gunungan Sampah Di TPA Yang
Setiap Harinya Selalu Terus Menerus Bertambah; 2) Memodernisasi Dan
Mensosialisasikan Pentingnya Peranan Bank Sampah Lokal Terhadap Rantai
Daur Ulang Sampah Yang Sekarang Masih Dipandang Sebelah Mata. 3)
Membuka Lapangan Pekerjaan Dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat; 4)
Membantu Pengelolaan Dan Manajeman Data Pada Bank Sampah Lokal Yang
Terbilang Masih Belum Terkelola Dengan Baik, dan; 5) Meningkatkan
Transparansi Harga Pasar Jual Beli Sampah. Ratikita merupakan sebuah platfrom
transformasi digital daur ulang sampah online (Rajibi, 2021). Sebuah program
aplikasi yang bisa diakses masyarakat luas, ratikita memberikan edukasi tentang
pemanfaatan limbah anorganik dengan mengadakan sebuah pertemuan kepada
masyarakat langsung agar masyarakat sadar akan pentingnya kebersihan
lingkungan juga memanfaatkan limbah anorganik menjadi uang. Diketahui, Bank
Sampah Urban Dewan berdiri sejak Januari 2021 dan sudah genap satu tahun
umurnya. Berbagai terobosan terus dilakukan dengan digitaliasasi bank sampah,
menghadirkan game online pilah sampah dan berbagai inovasi lainnya.
Kini, bank sampah tersebut sudah memiliki 622 nasabah dan sudah
berkembang merambat ke berbagai instansi, sekolah-sekolah, dan berbagai tempat
lainnya terus mensosialisasikan pengelolaan sampah di Bumi Murakata. Bahkan,
beberapa waktu lalu pihaknya juga dipercaya terlibat dalam silaturahmi bank
sampah nasional di Jakarta. Selain itu, dengan menggandeng anak-anak muda
Ratikita.id, para nasabah menjadi banyak berdatangan dengan manajemen
digitalisasi bank sampah itu. Terlebih, melalui itu beragam fitur unggulan
tersedia, adanya update harga berbagai jenis sampah secara real time, sehingga
nasabah bisa mengetahui harganya (Rajibi, 2021).
Pada penelitian Taufik (2021) menyatakan bahwa dalam Pengelolaan
Bank Sampah samaturu pulau barrang lompo, Kelurahan Barrang lompo,
Kecamatan kepulauan sangkarrang, Kota makassar. Dalam teknis pelaksanaannya
dan pengelolaanya ada beberapa tahapan yaitu: tahap assessment, tahap
perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahap pelaksanaan (implementasi)
pengelolaan dan tahap evaluasi, dimana setiap kegiatan pelaksanaan tahap
tersebut selalu melibatkan masyarakat. Hasil dari pengelolaan Bank sampah untuk
kesejahteraan masyarakat pulau barrang lompo, Kelurahan Barrang lompo,
Kecamatan kepulauan sangkarrang, Kota makassar, dapat dikatakan tidak terlalu
signifikan, tetapi, walaupun hasil yang didapatkan masyarakat masih relatif kecil,
masyarakat sudah merasa terbantu dengan adanya bank sampah samaturu di pulau
barrang lompo, Kelurahan Barrang lompo, Contohnya lingkungan menjadi sehat
dan bersih, masyarakat mendapatkan ilmu tentang lingkungan, dan masyarakat
dapat menabung menggunakan sampah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang mana peneliti
mempunyai keinginan untuk mengenalkan kepada masyarakat luas bahwa limbah
anorganik bisa dimanfaatkan juga secara tidak langsung menjaga kelestarian
lingkungan, manajemen pemberdayaan sumberdaya manusia yang bergerak dalam
pengelolaan limpah sampah, serta manajemen bisnis Bank sampah. Maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul“ Program (Ratikita) sebagai
pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi
masyarakat”.
B. FOKUS PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Barabai, Kabupaten Hulu sungai Tengah ,


berdasarkan latar belakang diatas penelitian berfokus untuk mempelajari
pemanfaatan limbah anorganik melalui program “ratikkita” yang dibuat oleh CV.
Urbandewan Meratus.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fokus penelitian diatas sesuai dengan latar belakang masalah


yang ada maka terdapat beberapa masalah yang dapat dirumuskan penelitian ini,
permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Gambaran aplikasi ratikita ?
b. Bagaimana proses pembelajaran pemanfaatan limbah yang dilakukan oleh
ratikita kepada masyarakat ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas sesuai dengan latar belakang


masalah yang ada maka terdapat beberapa tujuan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan aplikasi Ratikita
b. Untuk mengetahui cara ataupun proses pembelajaran tentang pemanfaatan
limbah oleh Ratikita kepada masyarakat.

C. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian, yaitu :


1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan informasi untuk memperkaya ilmu pengetahuan,
khususnya berkenaan dengan lingkungan dan limbah.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan dan dapat menjadi tambahan
pemberdaharaan pustaka.
b. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mempelajarinya dan diharapkan mengembangkan ilmu
dari penelitian ini.

c. Bagi Masyarakat
Sebagai ilmu pengetahuan pemanfaatan limbah juga menjaga kebersihan
lingkungan.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Informal

Dalam banyak kajian akademik memang indikator pendidikan informal


selalu terkait dengan adanya kemandirian belajar dan tidak adanya pihak tertentu
yang secara „sengaja‟ membangun interkasi dan melakukan intervensi.
Pendekatan kesadaran tujuan dari masing-masing pihak yang terlibat dalam
pendidikan (pendidik dan peserta didik) mencoba menempatkan pendidikan
informal dalam suatu kwadran proses pendidikan dimana salah satu pihak
(pendidik atau peserta didik) tidak menyadari akan tujuan pendidikan yang
dilakukannya. Artinya kesadaran melakukan belajar hanya ada dari salah satu
pihak, bisa hanya pihak pendidik. Misalnya orang tua (sebagai pendidik)
bermaksud memberi teladan kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari,
tanpa mengajak anak-anak secara khusus diminta mempelajarainya. Atau suatu
media dalam fungsinya memberi informasi adanya seorang tokoh yang berhasil
memelihara lingkungannya menjadi hijau kembali, ternyata ada sekelompok
pembaca (sebagai pihak peserta didik) yang secara sengaja mempelajari
bagaimana cara-cara penghijauan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan mereka dalam melakukan penataan lingkungan (Sudiapermana,
2009).
Terlepas dari beberapa perbedaan pandangan yang ada di kalangan
masyarakat (khususnya akademisi), dapat dipahami jika dalam undang-undang
sebelumnya, yakni UU Sisdiknas No.2/1989 ditegaskan bahwa pendidikan
nasional dilaksanakan melalui jalur persekolahan dan jalur pendidikan luar
sekolah. Sejalan dengan itu, di lingkungan Departemen/Kementerian Pendidikan
Nasional, dalam struktur organisasi Kementerian/Departemen juga terjadi
penggantian nomenklatur dari Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal. Walaupun
tentu tidak berarti pengaturan sistem pendidikan nasional melalui undang-undang
ini bermaksud hanya membatasi pendidikan nonformal dan informal (pendidikan
luar sekolah) yang diselenggarakan Departemen/Kementerian Pendidikan
Nasional. pendidikan informal adalah setiap aktifitas yang melibatkan pursuit
pemahaman, pengetahuan, atau kecakapan yang terjadi diluar kurikulum lembaga
yang disediakan oleh program pendidikan, kursus atau lokakarya. Pembelajaran
informal bisa terjadi di setiap konteks diluar kurikulum lembaga. Hal ini
dibedakan dari persepsi harian dan sosialisasi umum dengan identifikasi
kesadaran diri individu tentang aktifitas sebagai pembelajaran bermakna. Hal
mendasar dari pendidikan informal (tujuan, isi, cara dan proses pemerolehan,
lamanya, evaluasi hasil dan aplikasi) ditentukan oleh individu dan kelompok yang
memilih terlibat didalamnya, tanpa kehadiran seorang instruktur yang memiliki
otoritas secara melembaga (Rizal, 2021).
Pendidikan informal biasa juga disebut pendidikan keluarga, dimana
pendidikan dimulai dari keluarga. Pendidikan yang mungkin terjadi dalam
keluarga, yaitu: 1) pendidikan iman, 2) pendidikan moral, 3) pendidikan fisik, 4)
pendidikan intelektual, 5) pendidikan psikis, 6) pendidikan sosial, dan 7)
pendidikan seksual. Sejalan dengan itu, bahwa mendidik anak pada hakikatnya
merupakan serangkaian usaha nyata orang tua dalam rangka: 1) menyelamatkan
fitrah Islamiah anak, 2) mengembangkan potensi pikir anak, 3) mengembangkan
potensi rasa anak, 4) mengembangkan potensi karsa anak 5) me-ngembangkan
potensi kerja anak, dan 6) mengembangkan potensi sehat anak. Adapun mengenai
metode-metode dalam pendidikan keluarga yang banyak berpengaruh terhadap
anak, yang terdiri dari: 1) pendidikan dengan keteladanan, 2) pendidikan dengan
adat kebiasaan, 3) pendidikan dengan nasihat, 4) pendidikan dengan pengawasan,
dan 5) pendidikan dengan hukuman (sanksi) (Suharyanto, 2015).
Begitu kaya dan potensial pendidikan dan pembelajaran informal yang
dilakukan dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Begitu dahsyat pendidikan
dan pembelajaran informal bermakna untuk merubah kehidupan (khususnya
perkembangan anak-anak). Haruskah kita kehilangan itu semua untuk mencapai
hasil pendidikan yang kita harapkan, demi karena semuanya harus formal. Tidak
kah sebaiknya kita memeras pikiran untuk melahirkan indikator-indikator yang
dapat mengapresiasi karya-karya pendidikan dan pembelajaran informal,
ketimbang hanya menyudutkan sesuatu yang informal seolah-olah sebagai sesuatu
yang tidak jelas dan bukan urusan publik. Reposisi pemikiran untuk membangun
kebijakan dan program pendidikan sangat diperlukan, agar dikemudian hari
pengakuan dan penghargaan terhadap pendidikan dan pembelajaran informal
menjadi lebih nyata (Suharyanto, 2015).

B. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan


masyarakat yang karena ketidakmampuannya baik karena faktor internal maupun
eksternal. Pemberdayaan diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakat
kearah yang lebih baik, sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan
masyarakat yang adil, demokratis, sejahtera dan maju. Pemberdayaan masyarakat
kini telah menjadi agenda penting pemerintah, terutama sebagai kelanjutan dari
kegagalan konsep pembangunan masa lalu. Tidak hanya pemerintah, tapi dunia
usaha juga memiliki program pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk tanggung
jawab sosial mereka terhadap masyarakat, (Corporat Social Responsibility/CSR).
Namun hal ini seringkali bertentangan dengan kenyataan dilapangan. Program
pemberdayaan kurang mengena sasaran, karena sering dilakukan secara charity,
ditambah lagi program pemberdayaan malah menguras dan “memperdayai”
rakyat. Sehingga praktek korupsi semakin merajalela, yang kaya semakin
berkuasa, yang miskin semakin tidak berdaya (Adawiyah, 2022).
PBB telah memutuskan agenda besar pembangunan di seluruh dunia
yang kemudian dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs) 1990-
2015 yang terdiri dari 8 butir yaitu 1) Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan
ekstrim; 2) Pendidikan dasar secara universal, 3) Dikedepankannya kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan; 4) Pengurangan kematian anak BALITA;
5) Perbaikan kesehatan ibu, 6) Peperangan terhadap HIV/AIDS, Malaria, dan
penyakit-penyakit lainnya; 7) Kepastian keberlanjutan lingkungan, dan 8)
Pengembangan kemitraan global untuk pembangunan (Ishatono dan Raharjo,
2016).
Dengan pelaksanaan tersebut intinya pemberdayaan haruslah bisa
mencapai, yakni 1) Rendahnya kemiskinan, 2) Rendahnya pengangguran, 3)
Relatif ada kesetaraan; 4) Demokratisasi dalam kehidupan politik; 5)
Kemerdekaan nasional yang sesungguhnya; 6) Baiknya tingkat pendidikan
masyarakat; 7) Status perempuan yang setara dengan laki-laki dan partisipasi
perempuan, dan 8) Keberlanjutan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masa
depan. Untuk itu pemberdayaan tidak lepas dari perencanaan. Keberhasilan atau
kegagalan suatu perencanaan terletak pada strateginya. Strategi digunakan agar
tujuan pemberdayaan masyarakat tercapai, yaitu keberdayaan dalam menjalani
kehidupan (Ishatono dan Raharjo, 2016).
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan suistainable
development (pembangunan berkelanjutan) dimana pembangunan yang berjalan
tidak hanya bertumpu pada satu aspek, melainkan juga memperhatikan aspek
lainnya dalam kehidupan. Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat
lokal antara lain mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi.
Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki
kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal
serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan
ekologi-nya. Secara ringkas keterkaitan antara pemberdayaan masyarakat dengan
sustainable development (pembangunan berkelanjutan) (Noor, 2011).
Berkembangnya konsep community development yang berbasis nilainilai
kemanusiaan yang bersifat universal guna mendorong proses pemberdayaan,
partisipasi dan kemandirian (self reliance) dalam masyarakat tidak terlepas dari
kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Terlepas dari masih
kurangnya pemahaman terhadap konsep community development itu sendiri, tidak
dapat kita pungkiri bahwa community development merupakan salah satu metode
yang tepat untuk menjawab isu-isu dan masalah-masalah sosial, perubahan sikap
dan perilaku di Indonesia pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Terlebih lagi kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih
menerapkan sistem komunal yang merupakan modal penting bagi pelaksanaan
community development (Huraerah, 2008).
Konsep pemberdayaan merupakan hasil dari proses interaksi di tingkat
ideologis dan praktis. Pada tingkat ideologis, pemberdayaan merupakan hasil
interaksi antara konsep top-down dan bottom up, antara growth strategy dan
people centered strategy. Sedangkan di tingkat praktis, proses interaksi terjadi
melalui pertarungan antar ruang otonomi atau antara pihak-pihak yang memegang
kekuasaan dan hegemoni ekonomi dengan masyarakat kecil yang termarjinalkan.
Artinya konsep pemberdayaan mencakup pengertian pembangunan masyarakat
(community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat
(community based development) (Margolang, 2018).

B. Aplikasi
a. Pengertian aplikasi
Menurut Irawan, Deni, (2013) dalam bukunya “Pendidikan Teknologi
Informasi dan komunikasi” menyatakan bahwa. Aplikasi atau bisa disebut juga
dengan perangkat lunak aplikasi sofware jadi yang siap untuk digunakan. Selain
pengertian diatas, ada pengertian dari kata “Aplikasi” yang dikemukan para ahli.
Berikut beberapa definid aplikasi menurut beberapa ahli yang cukup popular
menurut Ali zaki dan smitdev Community, aplikasi merupakan kompunen yang
bermanfaat sebagai media untuk menjalankan pengolahan data atau berbagai
kegiatan lainnya seperti pembuatan atau pengolahan dokumen dan file (Juzinar
Suhimarita, 2019).
Program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka
untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain. Aplikasi
juga diartikan sebagai penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi
pokok pembahasan atau sebagai program komputer yang dibuat untuk menolong
manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Nugroho, 2008).
Aplikasi software yang dirancang untuk penggunaan praktisi khusus,
klasifikasi luas ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Aplikasi software spesialis, program dengan dokumentasi tergabung yang
dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.
b. Aplikasi paket, suatu program dengan dokumentasi tergabung yang dirancang
untuk jenis masalah tertentu.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aplikasi adalah
sekumpulan perintah atau kode yang disusun secara sistematik untuk menjalankan
suatu perintah yang diberikan oleh manusia melalui komponen atau hardware
komputer yang digunakan oleh manusia dalam menjalankan program aplikasi,
dengan demikian bisa membantu manusia untuk memberikan solusi dari apa yang
diinginkan (Nurcahyono, 2017).
Aplikasi perangkat lunak komputer dan Internet telah berkembang pesat
pada dewasa ini, demikian pula dengan aplikasi web dan browser internet yang
dapat di akses melalui jaringan. Internet merupakan salah satu sumber informasi
yang bersifat global. Dengan internet kita dapat mengakses informasi dari
berbagai belahan dunia dengan cepat dan mudah (Nurcahyono, 2017).
C. Lingkungan
a. Pengertian Lingkungan
Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa
kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam
segala aspek dan matranya sesuai dengan wawasan nusantara. Dalam rangka
mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum
seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup, berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu
dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan
generasi masa depan. Untuk itu perlu dipandang untuk melaksanakan pengelolaan
lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang
terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Dalam penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
rangka pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup, harus
memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan
global serta perangkat hukum Internasional yang berkaitan dengan lingkungan
hidup (Setiady, 2017).
Kesadaran dan kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup telah berkembang demikian rupa,
sehingga perlu disempurnakan untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Regulasi yang diatur dalam
UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
khususnya pada Bab VII bahwa pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta
limbah bahan berbahaya dan beracun wajib dilakukannya, guna meminimalisir
sistem pembuangan limbah dengan risiko yang amat kecil bagi lingkungan hidup,
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan menyadari hal
tersebut, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya perlu dilindungi dan
dikelola dengan baik (Setiady, 2017).
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup
mengalami perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun
fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi
karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini
banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Dalam usaha merubah lingkungan hidup manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran
(Setiady, 2017).

b. Pelestarian Lingkungan
Pelestarian lingkungan hidup mempunyai konotasi bahwa lingkungan
hidup harus dipertahankan sebagaimana keadanya. sedangkan lingkungan hidup
itu justru di manfaatkan dalam kerangka pembangunan, hal ini berarti bahwa
lingkungan hidup mengalami proses perubahan. dalam proses perubahan ini perlu
di jaga agar ligkungan hidup itu tetap mampu menunjang kehidupan yang normal
(Wirasaputri, 2014).
Melestarikan lingkungan sangat menentukan kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya, namun sebaliknya manusia juga dapat menentukan
keadaan lingkungannya. Apakah lingkungan nanti dan sekarang selalu berada
pada kondisinya untuk menunjang kehidupannya. Jawabannya atas pertanyaan ini
ada pada sikap manusia dalam melestarikan lingkungan hidup tersebut. Masalah
lingkungan hidup sangat penting bagi kehidupan manusia yang saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Dalam interaksi itu manusia selalu berusaha
menguasai lingkungannya dengan daya dan upaya Mereka miliki. Sejalan dengan
itu, Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan
disegala bidang yang berarti turut serta dalam pembangunan (Anggreni, 2013).
Pembangunan lingkungan yang dimaksud adalah akibat dari adanya
ketimpangan atau kondisi tidak seimbang di dalam lingkungan manusia dengan
kondisi demikian maka menimbulkan kondisi yang selalu tidak stabil sehingga
terjadi pergeseran kearah perubahan. Perubahan ini terjadi akibat pola tindak
manusia itu sendiri yang selalu kurang peduli dan ceroboh terhadap
lingkungannya. Untuk melestarikan lingkungan hidup banyak terdapat
permasalahan, karena lingkungan merupakan tempat berdiamnya individu-
individu termasuk di dalamnya tumbuhan dan hewan. Untuk mengatasi adanya
permasalahan ini dibutuhkan daya, sikap, kesadaran dan dukungan sepenuhnya
dari segenap rakyat untuk dihayati dan dilaksanakan agar lingkungan hidup
semakin meningkat melalui pembangunan yang lebih maju (Mukhlisin dan
Suhendri, 2017).
Pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan tugas dan
wewenang pemerintah dan masyarakat itu sendiri sebagai penghuni dalam suatu
daerah. Termasuk di tingkat desa, pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup
merupakan tugas pemerintahan desa bersama masyarakatnya. Karena setiap orang
berhak untuk mendapat hak yang sama lingkungan hidup yang baik dan sehat
sebagian bagian dari hak asasi manusia. Tetapi dalam kenyataan pelestarian dan
pengelolaan lingkungan hidup jauh dari kata bersih. Di setiap daerah masih terjadi
yang namanya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Contoh pencemaran
lingkungan hidup melalui kegiatan manusia itu sendiri dengan membuang sampah
sembarangan. Partisipasi masyarakat atau peran serta masyarakat dan pemerintah
dalam hal menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan sangat
diperlukan. Termasuk desa yang dibutuhkan kinerja atau peran pemerintahan desa
untuk menumbuhkan peran serta atau partisipasi masyarakat dalam melestarikan
lingkungan hidup di desa tempat tinggal mereka. Karena masyarakat juga
memiliki hak untuk berperan serta dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Mukhlisin dan
Suhendri, 2017).

D. Limbah
a. Pengertian Limbah
Pengertian limbah menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah erat kaitannya dengan
pencemaran, karena limbah inilah yang menjadi subtansi pencemaran lingkungan.
Karena itu, pengolahan limbah sangat diperlukan agar tidak memncemari
lingkungan (Lismiatun, 2021).
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah tersebut dapat berupa limbah padat, limbah cair, maupun limbah gas.
Jenis limbah ini bisa dikeluarkan oleh satu industri dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan nilai ekonomisnya, limbah dibedakan menjadi limbah yang
mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dengan cara melalui unit
suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah, sedangkan limbah non-
ekonomis yaitu suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara
apapun tidak akan memberi nilai tambah kecuali sekedar mempermudah sistem
pembuangan (Nasir, et al. 2016).
Salah satu kegiatan sektor ekonomi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat adalah kegiatan industri. Kegiatan suatu industri adalah
mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). Pengamatan sumber
pencemar industri dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada
keluarannya dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi.
Pencemaran yang ditimbulkan oleh industri diakibatkan adanya limbah yang
keluar dari pabrik dan mengandung bahan beracun dan berbahaya (B-3). Bahan
pencemar keluar bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui udara,
air, dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam. jenis aktivitas utama
yang menghasilkan limbah cair dan sifat pencemaran yang potensial ditimbulkan
dari empat belas jenis industri yang termasuk dalam kategori kelompok prioritas
pertama. Salah satu jenis industri yang termasuk dalam prioritas pertama tersebut
yaitu industri tekstil. Limbah tekstil yang dikeluarkan dalam hal ini adalah limbah
cair yang berasal dari buangan industri batik (Nasir, et al. 2016).

b. Pengelolaan Limbah
Jenis industri tekstil dalam prosesnya terdapat komponen limbah cair
seperti pada proses pengkajian, proses penghilangan kanji, pengelantangan,
merserisasi, pewarnaan, pencetakan, dan proses penyempurnaan. Dalam proses-
proses tersebut dapat berpotensi pencemaran fisik dan kimia. Industri batik dan
tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses
pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan
tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar
diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang
berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna
yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah
terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil
umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable, yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat
warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara
alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat,
karena intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah
sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada
fotodegradasinya (Sahwan, 2005).
Penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup wajib
dilaksanakan oleh setiap orang yang menghasilkan, pengumpul, pengangkut,
pemanfaat, pengolah, penimbun, yang melakukan pembuangan limbah B3 yang
melakukan pencemaran, perusakan lingkungan hidup. Upaya tersebut dilakukan
dengan berbagai cara yakni (Fitri, 2019):
1. Pemberian informasi mengenai peringatan adanya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup kepada masyarakat
2. Pengisolasian adanya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
3. Penghentian sumber adanya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
4. Cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena penelitian program


dari CV. Urbandewan Meratus ini yaitu Ratikita menggunakan pembelajaran
berbasis edukasi masyarakat secara langsung, tentang menjelaskan kegunaan
aplikasi juga pemanfaatan dari limbah anorganik. Aplikasi ini tidak mungkin
seluruh masyarakat memahaminya dan mengerti akan tujuannya, maka dari itu
harus menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui
penagamatan dan wawancara yang mendalam. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan
fenoomena yang terjadi dan dengan dilakukan dengan proses yang melibatkan
berbagai metode yang ada.
Melalui penelitian kualitatif, dapat menemukan informasi-informasi yang
jelas mengenai program Ratikita. Mempermudah peneliti menemukan informasi
apa saja kegiatan dan manfaat edukasi dari program tersebut. Dengan melakukan
pengematan secara mendalam dibantu juga wawncara serta dokumentasi (data,
rekaman suara, video, dan foto).

B. Tempat Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti memilih tempat di CV. Urbandewan Meratus


basecamp Ratikita di Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, sebagai tempat penelitian. Peniliti memilih tempat tersebut karena markas
atau tempat bank sampah yang dikelola langsung oleh CV. Urbandewan Meratus
berada ditempat tersebut, juga kegiatan sehari-hari mereka bertepatan ditempat
tersebut.
Dengan demikian, membuat peneliti lebih tertarik dan lebih banyak
mendapatkan informasi tentang program Ratikita yang dilaksanakan oleh CV.
Urbandewan Meratus. Memudahkan peneliti dalam mendokumentasikan berbagai
info yang didapat dari kegiatan mereka ditempat tersebut secara langsung.

C. Objek Penelitian
Sumber data yang dipilih peneliti yaitu bersifat secara purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau juga dia sebagai
penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang
diteliti. Kreteria informan yang di wawancarai yaitu :
1. Ketua atau kepala Ratikita CV. Urbandewan Meratus
2. Relawan Ratikita CV. Urbandewan Meratus
3. Masyarakat yang melakukan transaksi di Tempat Ratikita

Adapun data yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peniliti
langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini data primer didapatkan pertama
kali melalui wawncara dengan informan yang sudah ditentukan, yakni ketua,
relawan, dan masyarkata yang berkegiatan di dalam program Ratikita yang
bertempat di Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Adapun data sekunder yaitu data yang diperolah secara tidak langsung dari subjek
atau objek yang diteliti seperti dokumen, buku-buku, bukti foto dan video, juga
jurnal yang mendukung data yang diperlukan dalam penelitian.

D. Instrumen Penelitian
Arikunto (2006: 160) instrument penelitian adalahalat yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya
lebih baik. Adapun alat bantu yang digunkan peneliti sebagai pelengkap dan
penunjang dilapangan yaitu pedoman wawancara, alat perekam suara, handphone,
laptop, dan buku catatan yang digunakan untuk observasi dan wawancara secara
langsung. Hal tersebut sangat membantu peneliti dalam setiap proses
pengumpulan data maupun informasi yang bersangkutan dengan program Ratikita
oleh CV. UrbanDewan meratus di kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten
Hulu sungai Tengah.

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dan informasi, keterangan serta data-data yang
diperlukan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan program Ratikita oleh CV.
Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan
menjaga lingkungan bagi masyarakat, peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
1. Observasi
Teknik Pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participan observation.
Selanjutnya dari segi instrumensasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi tersrtuktur dan tidak terstruktur.
Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati langsung hal yang berkaitan
dengan program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus . penelitian ini
menggunakan observasi partisipan yaitu dalam penelitian ini terlibat dalam
kegiatan objek yang diteliti. Observasi awal dilakukan peneliti yaitu mencari
informasi tentang kegiatan apa yang dilakukan dalam Program Ratikita. Dengan
mengamati kegiatan lebih lanjut dari program Ratikita mendapat informasi yang
baik dan jelas dari informan juga pengamatan yang berlangsung di basecamp
Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan
pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat kota Barabai,
Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara digunakan peneliti untuk mengetahui hal yang
berhubungan dengan informasan secara lebih mendalam. Tekbik ini berarti
peneliti melakukan interaksi komunikasi dengan informan, melakukan tanya
jawab dan bertukar informasi. Wawancara merupakan pertemuan dua orang yang
bertukar informasi dan ide melalui Tanya Jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara umumnya dilakukan ditempat
kerja, pada saat istirahat para relawan atau masyarakat. Wawanacara biasanya
mengikuti waktu jam kegiatan yang ada di CV. Urbandewan Meratus. Rata-rata
wawancara dilakukan saat pagi hingga sore hari ketika informan beraktifitas.
Seluruh waktu dan tempat tergantung kertesedian para informan.
Dalam penelitian ini wawancara difokuskan pada gambaran penelitian
program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau
gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota
Barabai, Kecamatan barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Pemaparan tersebut
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini, penelitian melakukan wawancara
(pengumpulan data atau informasi) melalui tatap muka antara peneliti (pihak
penanya) dan informan (pihak yang ditanya) untuk memperoleh keterangan.
Keterangan yang dimaksud yaitu gambaran tentang program Ratikita CV.
Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan
menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai,
Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

3. Dokumentasi
Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013:240).
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Pengumpulan data melalui dokumentasi dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data secara rinci dan konkret. Peneliti melakukan
dokumentasi dalam penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara teknik ini mengumpulkan dokumen-dokumen
berbentuk gambar dan dokumen berbentuk tulisan. Dokumen gambar diperoleh
pada saat melakukan wawancara dan observasi, sedangkan dokumen tertulis
berupa data profil. Dalam observasi lapangan penelitian diperbolehkan
mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Program Ratikita
oleh CV. Urbandewan Meratus. Dalam wawancara dengan informan peneliti
mendokumentasinya sebagai bukti wawancara. Sedangkan dokumen tertulis
peneliti mendapatkannya berupa data gambaran umum program Ratikita oleh CV.
Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan
menjaga lingkungan bagi masyarakat.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperolah dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam uni-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
mana yang dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif ini
dilakukan sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, selama di lapangan dan
setelah setelah selesai di lapangan.
Menurut Miles dan Huberman, data kualitatif merupakan sumber dari
deskripsi yang luas dan berlandaskan kukuh, serta memuat penjelasan tentang
proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Dengan data kualitatif kita
dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai
sebabakibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempatm dan memperoleh
penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Dan lagi, data kualitatif lebih condong
dapat memebimbing kita untuk memperoleh penemuan yang tak diduga
sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoritis baru; data tersebut membantu
para peneliti untuk melangkah lebih maju dari praduga dan kerangka kerja awal
(Yamtinah, et al. 2020).
Analisis sebelum di lapangan berupa melakukan analisis data sebelum
memasuki lapangan serta melakukan analisis terhadap penelitian program Ratikita
oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan
limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan
Barabai, kabupaten Hulu Sungai Tengah, data hasil studi pendahulu atau dista
sekunder yang digunakan peneliti untuk menetukan fokus penelitian. Selanjutnya
analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah
selesai pengumpulan data. Saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai mengenai yang diteliti. Dalam beberapa hal
analisis yang dilakukan sebelum menemukan hasil yang memuaskan, maka
peneliti melanjutkan penelitian lagi samapai diperoleh data yang dianggap benar
(dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah valid). Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu :
1. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal pokok pada data yang
telah dikumpulkan memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari teman dan
polanya. Dengan demikian, data yang telah tereduksi memberikan gambaran yang
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutanya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini data yang
dicari berkenaa dengan tema penilitian Program Ratikita oleh CV. Urbandewan
Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga
lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah.

2. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data maka langkah selanjutanya adalah
penyajian data. Tujuan dan penyajian data yaitu bertujuan agar data yang ada
menjadi terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan, sehingga data yang ada
semakin mudah untuk dipahami. Penelitian Program Ratikita oleh CV.
Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan
menjaga lingkungan bagi masyaraka,t yang mana datanya telah peneliti
kumpulkan baik dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dari berbagai
sumber, disusun secara sitematik sehingga menjadi lebih sederhna dan selektif
serta dapat dipahami maknanya agar nantinya lebih mudah dalam hal penarikan
kesimpulan terhadap hasil penelitian. Dalam hal ini tentunya mengenai penelitian
program Ratikita Oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau
gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota
Barabai, kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu sungai Tengah.

3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah yang terakhir dalam menganalisis data kualitatif yaknimenarik
kesimpulan. Pada awalnya kesimpulan itu masih kabur, tetapi lama-kelamaan
jelas karena data yang diperolah semakin banyak dan mendukung. Verifikasi
dilakukan dengan singkat yaitu dengan cara mengumpulkan data baru, kesimpulan
dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya tidak ernah
ada. Maka dari itu nantinya kesimpulan diperolah setelah menggabungkan data-
data yang telah didapat mengenai program Ratikita Oleh CV. Urbandewan
meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga
lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, kabupaten Hulu
Sungai Tengah.
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini merupakan teknik
untuk menguji benar tidaknya data (menguji kebenaran data yang didapat
peneliti). Pengujian ini untuk menemukan data yang valid, yaitu data yang tidak
berbeda antara data yang didapat oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada subyek penelitian (informan yang diteliti). Pengujian keabsahan data
yang diambil oleh peneliti terhadap penelitian ini adalah uji credibility (validitas
internal). Uji kredebelitas data yang dipilih peneliti yaitu :
1. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjang pengamatan berati peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru. Dalam perpanjang pengamatan peneliti tidak hanya sekali
saja melakukan penelitian ke lapangan, baik dalam hal pengamatan maupun dalam
bentuk pertemuan ataupun berkirim pesan singkat dengan informan untuk
melakukan wawancara. Dalam tulisan ini peneliti kembali menghubungi para
informan dan terjun ke lapangan untuk menanyakan lagi beberapa pertanyaan
dalam pedoman wawancara agar mendapatkan data yang diinginkan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan masih konsisten atau
tidak mengenai penelitian program Ratikita Oleh CV. Urbandewan meratus
sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan
bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah. Apabila data yang dikumpulkan selama penelitia masih belum lengkap
atau ada kekurangan , maka waktu pengamatan di lapangan diperpanjang dampai
data yang diinginkan terkumpul.
Dengan perpanjangan pengamatan berarti hubungan peneliti dengan
narasumber semakin akrab (tidak ada jarak lagi). Informan semakin terbuka,
saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi, dan
agar data yang didapat benar-benar mendapat kepastian dan tepat.

2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekutan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat serta berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka data dan urutan
peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan itu,
maka peneliti memberiksn deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa
yang diamati. Pada penelitian ini, peneliti meningkatkan ketekunan penelitian
dengan menghubungi narasumber. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
mengkonfirmasi apakah benar informan memiliki gambaran penelitian Program
Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan
pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai,
Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

3. Trangulasi
Teknik merupakan suatu langkah pengecekan data dari berbagai sumber
yang dilakukan oleh peneliti dengan berbagai cara dan berbagai waktu yang
beragam. Teknik ini terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber merupakan suatu cara yang dilakukan oleh peneliti
untuk menguji kredibelitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui narasumber. Sumber yang dimaksud dari program Ratikita
oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan
limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan
Barabai, kabupaten Hulu Sungai Tengah.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk mengujui krdibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Data yang
diperoleh dengan wawancara kemudian peneliti cek ulang atau cek kembali
dengan data observasi dan dokumentasi. Untuk menguji kredibilitas data dengan
triaungulasi teknik, setelah dilakukan denga teknik wawancara kepada
narasumber, kemudian dilakukan dengan teknin obervasi dengan cara mengati apa
saja yang dilakukan para narasumber serta mencek kembali hasil observasi
terdahulu yang peneliti lakukan. Hal ini merupakan salah satu teknik yang dapat
mengakuratkan data yang diperoleh dilapangan.
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu yakni proses pengumpulan data berdasarkan pada
kondisi atau keadaan-keadaan yang dianggap sangat tepat untuk melakukan
pengumpulan data, baik dalam observasi, wawancara maupun dokumentasi,
sehingga waktu yang digunkan peneliti dalam pengumpulan data lebih
berdasarkan pada situasi dan kondisi terhadap, informan yang akan dimintai
keterangan, agar keberadaan peneliti tidak dianggap sebagai penggangu atau
menyita waktu mereka serta data yang diperoleh lebih kredibel atau akurat yaitu
baik pagi samapai dengan malam hari. Sebagai salah satu untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat, peneliti melakukan wawancara dengan memberikan
pertanyaan yang sama dan informan menjawab dengan jawaban yang sama
diwaktu berbeda. Adapun waktu wawancara yang dilakukan adalah pada saat
informasn isitirahat bekerja dan pulang kerja.

H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini dilaksanakan dengan fase-fase sebagai beriku :
Bulan dan Tahun
Fase Kegiatan 2022 2023
7 8 9 10 11 12 2 3 4 5 6 7
1. Persiapan a. observasi
b. pembuatan
usulan proposal
c. pengajuan
usulan proposal
2. Menyusun a. bimbingan
proposal proposal
b. seminar
proposal
3. Pengumpulan a. observasi
data dan b. wawancara
pengolahan data c. dokumentasi
d. reduksi data
e. penyajian data
f. menarik
kesimpulan
4. Penulisan a. membuat draft
laporan laporan penelitian
b. diskusi draft
laporan
c. penyempurnaan
laporan
5. Penyelesaian a. seminar hasil
laporan b. perbaikan
6. Sidang a. sidang skripsi
b. penyerahan
skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, S. R. (2022). Pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Anak


Usia Dini. Musawa: Journal for Gender Studies, 14(1), 90-108.
Anggreni, S. S. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Lingkungan
Hidup Di Desa Sungai Lama Kecamatan Simpang Empat Kabupaten
Asahan (Doctoral dissertation, UNIMED).
Fauziah, A. T., & Thamrin, H. (2022). Pelatihan Anak Usia Sekolah Dalam
Peningkatan Keterampilan Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Barang
Guna Pakai Dan Hias. Jurnal Abdimas Indonesia, 2(2), 210-215.
Fitri, R. (2019). Pengelolaan Pencemaran Sungai Deli. Jurnal Abdi Ilmu, 11(2),
86-93.
Juzinar Suhimarita, D. S. (2019). Aplikasi Akuntansi Persedian Obat Pada Klinik
Kantor Badan Pemeriksaan Keuangan Perwakilan Lampung. Jurnal
Sistem Informasi akuntansi (JUSINTA), 1.
Huraerah, A. (2008). Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat: model
dan strategi pembangunan berbasis kerakyatan. Humaniora.
Ishatono, I., & Raharjo, S. T. (2016). Sustainable development goals (SDGs) dan
pengentasan kemiskinan. Share: Social Work Journal, 6(2), 159.
Lismiatun, F. E. (2021). Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Sebagai Media
Belajar Pada SD Negeri Pamulang Permai. Jurnal Abdimas, 9-14.
Margolang, N. (2018). Pemberdayaan masyarakat. Dedikasi: Journal of
Community Engagment, I, 2, 87-99.
Mukhlishin, A., & Suhendri, A. (2017). Aplikasi Teori Sosiologi dalam
Pengembangan Masyarakat Islam. INJECT (Interdisciplinary Journal of
Communication), 2(2), 211-234.
Nasir, M., Saputro, E. P., & Handayani, S. (2016). Manajemen pengelolaan
limbah industri. Benefit: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 19(2), 143-149.
Noor, M. (2011). Pemberdayaan masyarakat. CIVIS, 1(2).
Nugroho, B. (2008). Membuat Aplikasi Sistem Pakar dengan PHP dan Editor
Dreamweaver.
Nurcahyono, F. (2017). Pembangunan aplikasi penjualan dan stok barang Pada
toko nuansa elektronik pacitan. Speed-Sentra Penelitian Engineering dan
Edukasi, 4(3).
Putri Nilakandi Perdana Pitoyo, I. W. (2016). Kinerja Pengelolaan Limbah Hotel
Peserta Proper Dan Non Proper Di Kabupaten Badung, Provinisi Bali.
ECOTROPHIC, 33-40.
Rajibi. (2021). dokumen Ratik Kita CV. Urbandewan Meratus. Barabai.
Sahwan, F. L. (2005). Sistem pengelolaan limbah plastik di Indonesia. Jurnal
teknologi lingkungan, 6(1).
Samadikun, B. P. (2019). Edukasi Bank Sampah Dalam Rangka Meningkatkan
Kinerja Sistem Pengelolaan Persampahan Kawasan Perumahan Permata
Tembalang Kelurahan Kramas Kota Semarang. Jurnal Pasopati:
Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi, 1(3).
Setiady, T. (2017). Pencegahaan Pencemaran Air Sungai Citarum Akibat Limbah
Industri. Yustitia, 3(2), 185-198.
Sudiapermana, E. (2009). Pendidikan informal. Jurnal Pendidikan Luar
Sekolah, 4(2).
Suharyanto, A. (2015). Pendidikan dan Proses Pembudayaan dalam
Keluarga. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7(2), 162-165.
Taufik, A. (2021). Pengelolaan Bank Sampah Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat Di Kelurahan Barrang Lompo Kecamatan
Kepulauan Sangkarrang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makasar.
Tejokusumo, B. (2014). Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial. Geoedukasi, 38-43.
Utina, R. (2015). Ekologi Dan Lingkungan Hidup.
Wirasaputri, N. M. (2014). Proses penyusunan rencana tata ruang dalam kaitan
kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 16(1),
129-146.
Yamtinah, S., Roemintoyo, R., & Kartikasari, A. (2020). Pengembangan Buku
Ajar Ilmu Pengetahuan Alam Berbasis Sains Teknologi
Masyarakat. Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi
Pembelajaran, 4(1), 1-14.

Anda mungkin juga menyukai