Anda di halaman 1dari 29

Cover

1. Judul Proposal Skripsi : PROGRAM Ratikita OLEH CV. URBAN DEWAN MERATUS
SEBAGAI PEMBELAJARAN PEMANFAATAN LIMBAH DAN
MENJAGA LINGKUNGAN BAGI MASYARAKAT KOTA
BARABAI, KECAMATAN BARABAI, KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH
: M. NOOR IRFANSYAH
2. Nama Mahasiswa
: 1910114210026
3. NIM
:DESA BAWAN RT.008 RW 002 KELURAHAN BUKAT.
4. Lokasi Penelitian
KECAMATAN BARABAI.

KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH


5. Rencana Waktu Penelitian
: Januari
6. Pembimbing I
: Dr. Yusuf Hidayat S.Sos., M.Si.
Halaman Pengesahan Proposal Skripsi

Proposal Skripsi oleh : M. NOOR IRFANSYAH,


NIM : 1910114210026

Dengan Judul : PROGRAM Ratikita OLEH CV. URBAN DEWAN MERATUS


SEBAGAI PEMBELAJARAN PEMANFAATAN LIMBAH DAN MENJAGA
LINGKUNGAN BAGI MASYARAKAT KOTA BARABAI, KECAMATAN
BARABAI, KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Telah dikonsultasikan dan disetujui untuk diseminarkan

Banjarmasin, 1 - Desember - 2022


Pembimbing I

Dr. Yusuf Hidayat S.Sos., M.Si.


NIP. 19760520 200501 1 004

1
I. JUDUL TENTATIF : PROGRAM Ratikita OLEH CV. URBAN
DEWAN MERATUS SEBAGAI PEMBELAJARAN PEMANFAATAN
LIMBAH DAN MENJAGA LINGKUNGAN BAGI MASYARAKAT
KOTA BARABAI, KECAMATAN BARABAI, KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH

II. LATAR BELAKANG MASALAH

Masalah lingkungan merupakan masalah yang kerap terjadi masyarakat,


juga masalah ini timbul karena manusia itu sendiri, maka cara mengatasinya
ditentukan oleh perilaku hidup manusia yang ramah lingkungan. Berbagai macam
upaya dari waktu – kewaktu dilakukan agar lingkungan tetap terjaga dan lestari.
Salah satu kegiatan ataupun langkah yang dilakukan yaitu Sekolah yang
menerapkan pengelolaan atau manajemen sekolah berbasis adiwiyata (Utina,
2015).
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari
lingkungan sekitar. Kitamakan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia
disebut juga sebagailingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk
sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian
seseorang.
Kita sepakat bahwa lngkungan hidup sangatlah penting. Kita juga perlu
menyadari bahwa masalah lingkungan adalah masalah bersama, masalah masa
depan bagi kita semuadan masalah bagi generasi mendatang. Seharusnya kita
sebagai manusia yang mempunyaiakal pikiran tidak akan membiarkan kerusakan
lingkungan terus terjadi dengan kita mengabaikan lingkungan hidup sama saja
dengan kita membunuh diri kita sendiri dengan perlahan-lahan melalui
lingkungan yang lebih kita rusak.
Di Indonesia diperkirakan sebanyak 85.000 ton sampah dihasilkan per
harinya, dengan perkiraan kenaikan jumlah mencapai 150.000 ton per hari pada
tahun 2025. Jumlah ini didominasi oleh sampah yang berasal dari rumah tangga,

2
yang berkisar antara 60 hingga 75 persen. Sedangkan di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah (HST), Kalsel menurut Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan
Limbah Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (LHP) HST Ahmad Syafaat
menyebutkan, dari 20 truk angkutan, setiap hari pihaknya mengangkut sampah
rumah tangga ke tempat pembuangan sampah (TPA) Telang, sebanyak 25
angkutan yang per-angkutan rata-rata 2 ton. Jadi, ada sekitar 50 ton per hari yang
diproses di TPA Telang. Namun sampah yang diangkut tersebut merupakan hasil
reduce, sedangkan sampah yang mempunyai manfaat di pilah di bank sampah dan
Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R). Ironisnya,
penumpukan ini diperkirakan akan terus bertambah apabila tidak ada kebijakan
tegas untuk sampah plastik yang berakibat pada pencemaran ekosistem dan
lingkungan (Fauziah dan Thamrin, 2021).
Seperti diketahui, dampak dari persoalan sampah terhadap lingkungan ini
sangatlah jelas. Mulai dari pencemaran sungai, menghambat proses air tanah,
pencemaran tanah dan membuat air serta tanah menjadi tidak sehat bagi manusia
dan makhluk hidup lainnya. Tidak hanya itu, saat sampah berada di daratan dan
kemudian dibakar, banyak yang tidak menyadari nya bahwa hal itu ternyata juga
menimbulkan kerusakan lingkungan yang baru.
Pendirian bank sampah sebagai bentuk kegiatan sosial kemasyarakatan,
namun tidak dipungkiri bahwa kegiatan tersebut membutuhkan biaya operasional
sebagai penggerak kegiatan. Kegiatan tersebut juga diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan / perekonomian pengurus dan anggota bank sampah.
Untuk memperoleh pendapatan yang maksimal diperlukan strategi bagi masing-
masing bank sampah. Pada tingkatan bank sampah dapat melakukan strategi
penentuan harga dan layanan. Pada tingkatan investor, dapat menambah jumlah
bank sampah akan mempermudah akses layanan bagi masyarakat sehingga
memperbanyak jumlah partisipasi masyarakat. Namun banyaknya bank sampah
juga dapat menimbulkan persaingan antar bank sampah dan mempengaruhi
pendapatan antar bank sampah.
Perumahan Permata Tembalang yang terletak pada Kelurahan Kramas,
Kecamatan Tembalang, Kota Semarang dengan volume sampah mencapai sebesar
2,7 – 3,5 m3/hari merupakan salah satu obyek pengabdian masyarakat. Kondisi

3
yang ada di lapangan menunjukkan pembangunan kawasan perumahan oleh
pengembang kecil tersebut sering tidak menyediakan fasilitas umum maupun
sosial, khususnya persampahan. Pembuatan bank sampah sebagai sebuah
penanganan dan pengurangan sampah ini diusulkan dilakukan pada skala RT
sebagai pilot project kegiatan, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai master
program pada RT yang lain. Penanganan sampah permukiman memerlukan
partisipasi aktif individu dan kelompok masyarakat selain peran pemerintah
sebagai fasilitator (Samadikun, 2019).
Berbagai macam gerakan agar menjaga lingkungan dari sekolah hingga
kemasyarakat telah dilakukan, namun kebanyakan masyarakat tidak mengetahui
bahwa sampah ataupun limbah bisa menjaga barang yang berharga jual maupun
berharga sebagai pengobatan. Masyarakat menganggap bahwa limbah hanya
sekedar limbah, sampah hanya sekedar sampah lalu di buang begitu saja. Maka
ada salah satu kegiatan atau program masyarakat yang memberikan pembelajaran
tentang pemanfaatan limbah, dari anorganik bisa dimanfaatkan dan memiliki
harga jual. Program tersebut yaitu (Ratikkita).
Ratikita hadir pada tanggal 11 November 2021 di bawah naungan CV.
Urbandewan Meratus yang berfokos pada layanan digital pengelolaan daur ulang
sampah serta limbah minyak jelantah berbasis mobile aplikasi. Tujuan didirikan
Ratikita adalah 1) Membantu Mengurangi Gunungan Sampah Di TPA Yang
Setiap Harinya Selalu Terus Menerus Bertambah; 2) Memodernisasi Dan
Mensosialisasikan Pentingnya Peranan Bank Sampah Lokal Terhadap Rantai
Daur Ulang Sampah Yang Sekarang Masih Dipandang Sebelah Mata. 3)
Membuka Lapangan Pekerjaan Dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat; 4)
Membantu Pengelolaan Dan Manajeman Data Pada Bank Sampah Lokal Yang
Terbilang Masih Belum Terkelola Dengan Baik, dan; 5) Meningkatkan
Transparansi Harga Pasar Jual Beli Sampah. Ratikita merupakan sebuah platfrom
transformasi digital daur ulang sampah online (Rajibi, 2021). Sebuah program
aplikasi yang bisa diakses masyarakat luas, ratikita memberikan edukasi tentang
pemanfaatan limbah anorganik dengan mengadakan sebuah pertemuan kepada
masyarakat langsung agar masyarakat sadar akan pentingnya kebersihan
lingkungan juga memanfaatkan limbah anorganik menjadi uang. Diketahui, Bank

4
Sampah Urban Dewan berdiri sejak Januari 2021 dan sudah genap satu tahun
umurnya. Berbagai terobosan terus dilakukan dengan digitaliasasi bank sampah,
menghadirkan game online pilah sampah dan berbagai inovasi lainnya.
Kini, bank sampah tersebut sudah memiliki 622 nasabah dan sudah
berkembang merambat ke berbagai instansi, sekolah-sekolah, dan berbagai tempat
lainnya terus mensosialisasikan pengelolaan sampah di Bumi Murakata. Bahkan,
beberapa waktu lalu pihaknya juga dipercaya terlibat dalam silaturahmi bank
sampah nasional di Jakarta. Selain itu, dengan menggandeng anak-anak muda
Ratikita.id, para nasabah menjadi banyak berdatangan dengan manajemen
digitalisasi bank sampah itu. Terlebih, melalui itu beragam fitur unggulan
tersedia, adanya update harga berbagai jenis sampah secara real time, sehingga
nasabah bisa mengetahui harganya (Rajibi, 2021).
Pada penelitian Taufik (2021) menyatakan bahwa dalam Pengelolaan
Bank Sampah samaturu pulau barrang lompo, Kelurahan Barrang lompo,
Kecamatan kepulauan sangkarrang, Kota makassar. Dalam teknis pelaksanaannya
dan pengelolaanya ada beberapa tahapan yaitu: tahap assessment, tahap
perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahap pelaksanaan (implementasi)
pengelolaan dan tahap evaluasi, dimana setiap kegiatan pelaksanaan tahap
tersebut selalu melibatkan masyarakat. Hasil dari pengelolaan Bank sampah untuk
kesejahteraan masyarakat pulau barrang lompo, Kelurahan Barrang lompo,
Kecamatan kepulauan sangkarrang, Kota makassar, dapat dikatakan tidak terlalu
signifikan, tetapi, walaupun hasil yang didapatkan masyarakat masih relatif kecil,
masyarakat sudah merasa terbantu dengan adanya bank sampah samaturu di pulau
barrang lompo, Kelurahan Barrang lompo, Contohnya lingkungan menjadi sehat
dan bersih, masyarakat mendapatkan ilmu tentang lingkungan, dan masyarakat
dapat menabung menggunakan sampah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang mana peneliti
mempunyai keinginan untuk mengenalkan kepada masyarakat luas bahwa limbah
anorganik bisa dimanfaatkan juga secara tidak langsung menjaga kelestarian
lingkungan, manajemen pemberdayaan sumberdaya manusia yang bergerak dalam
pengelolaan limpah sampah, serta manajemen bisnis Bank sampah. Maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Program (Ratikita) sebagai

5
pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi
masyarakat”.
III. FOKUS PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Barabai, Kabupaten Hulu sungai Tengah, berdasarkan


latar belakang diatas penelitian berfokus untuk menjelaskan program
pembelajaran ratikita serta mempelajari pemanfaatan limbah anorganik melalui
program Ratikkita yang dibuat oleh CV. Urbandewan Meratus.
IV. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fokus penelitian diatas sesuai dengan latar belakang masalah


yang ada maka terdapat beberapa masalah yang dapat dirumuskan penelitian ini,
permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana proses pembelajaran pemanfaatan limbah yang dilakukan oleh
ratikita kepada masyarakat ?
b. Bagaimana hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program ratikita dalam
masyarakat?
V. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas sesuai dengan latar belakang


masalah yang ada maka terdapat beberapa tujuan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini, yaitu :
a. Mengetahui cara ataupun proses pembelajaran tentang pemanfaatan limbah
oleh Ratikita kepada masyarakat.
b. Mengetahui hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program ratikita dalam
masyarakat?
VI. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat, beberapa


manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan informasi untuk memperkaya ilmu pengetahuan,
khususnya berkenaan dengan lingkungan dan limbah.

6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan dan dapat menjadi tambahan
pemberdaharaan pustaka.

b. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mempelajarinya dan diharapkan mengembangkan
ilmu dari penelitian ini.

c. Bagi Masyarakat
Sebagai ilmu pengetahuan pemanfaatan limbah juga menjaga
kebersihan lingkungan.
VII. LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Informal

Dalam banyak kajian akademik memang indikator pendidikan


informal selalu terkait dengan adanya kemandirian belajar dan tidak
adanya pihak tertentu yang secara „sengaja‟ membangun interkasi dan
melakukan intervensi. Pendekatan kesadaran tujuan dari masing-masing
pihak yang terlibat dalam pendidikan (pendidik dan peserta didik)
mencoba menempatkan pendidikan informal dalam suatu kwadran proses
pendidikan dimana salah satu pihak (pendidik atau peserta didik) tidak
menyadari akan tujuan pendidikan yang dilakukannya. Artinya kesadaran
melakukan belajar hanya ada dari salah satu pihak, bisa hanya pihak
pendidik. Misalnya orang tua (sebagai pendidik) bermaksud memberi
teladan kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari, tanpa
mengajak anak-anak secara khusus diminta mempelajarainya. Atau suatu
media dalam fungsinya memberi informasi adanya seorang tokoh yang
berhasil memelihara lingkungannya menjadi hijau kembali, ternyata ada
sekelompok pembaca (sebagai pihak peserta didik) yang secara sengaja
mempelajari bagaimana cara-cara penghijauan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam melakukan penataan
lingkungan (Sudiapermana, 2009).

7
Terlepas dari beberapa perbedaan pandangan yang ada di kalangan
masyarakat (khususnya akademisi), dapat dipahami jika dalam undang-
undang sebelumnya, yakni UU Sisdiknas No.2/1989 ditegaskan bahwa
pendidikan nasional dilaksanakan melalui jalur persekolahan dan jalur
pendidikan luar sekolah. Sejalan dengan itu, di lingkungan
Departemen/Kementerian Pendidikan Nasional, dalam struktur organisasi
Kementerian/Departemen juga terjadi penggantian nomenklatur dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah menjadi Direktorat Jenderal
Pendidikan Non Formal dan Informal. Walaupun tentu tidak berarti
pengaturan sistem pendidikan nasional melalui undang-undang ini
bermaksud hanya membatasi pendidikan nonformal dan informal
(pendidikan luar sekolah) yang diselenggarakan
Departemen/Kementerian Pendidikan Nasional. pendidikan informal
adalah setiap aktifitas yang melibatkan pursuit pemahaman, pengetahuan,
atau kecakapan yang terjadi diluar kurikulum lembaga yang disediakan
oleh program pendidikan, kursus atau lokakarya. Pembelajaran informal
bisa terjadi di setiap konteks diluar kurikulum lembaga. Hal ini
dibedakan dari persepsi harian dan sosialisasi umum dengan identifikasi
kesadaran diri individu tentang aktifitas sebagai pembelajaran bermakna.
Hal mendasar dari pendidikan informal (tujuan, isi, cara dan proses
pemerolehan, lamanya, evaluasi hasil dan aplikasi) ditentukan oleh
individu dan kelompok yang memilih terlibat didalamnya, tanpa
kehadiran seorang instruktur yang memiliki otoritas secara melembaga
(Rizal, 2021).
Pendidikan informal biasa juga disebut pendidikan keluarga,
dimana pendidikan dimulai dari keluarga. Pendidikan yang mungkin
terjadi dalam keluarga, yaitu: 1) pendidikan iman, 2) pendidikan moral,
3) pendidikan fisik, 4) pendidikan intelektual, 5) pendidikan psikis, 6)
pendidikan sosial, dan 7) pendidikan seksual. Sejalan dengan itu, bahwa
mendidik anak pada hakikatnya merupakan serangkaian usaha nyata
orang tua dalam rangka: 1) menyelamatkan fitrah Islamiah anak, 2)
mengembangkan potensi pikir anak, 3) mengembangkan potensi rasa

8
anak, 4) mengembangkan potensi karsa anak 5) me-ngembangkan
potensi kerja anak, dan 6) mengembangkan potensi sehat anak. Adapun
mengenai metode-metode dalam pendidikan keluarga yang banyak
berpengaruh terhadap anak, yang terdiri dari: 1) pendidikan dengan
keteladanan, 2) pendidikan dengan adat kebiasaan, 3) pendidikan dengan
nasihat, 4) pendidikan dengan pengawasan, dan 5) pendidikan dengan
hukuman (sanksi) (Suharyanto, 2015).
Begitu kaya dan potensial pendidikan dan pembelajaran informal
yang dilakukan dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Begitu
dahsyat pendidikan dan pembelajaran informal bermakna untuk merubah
kehidupan (khususnya perkembangan anak-anak). Haruskah kita
kehilangan itu semua untuk mencapai hasil pendidikan yang kita
harapkan, demi karena semuanya harus formal. Tidak kah sebaiknya kita
memeras pikiran untuk melahirkan indikator-indikator yang dapat
mengapresiasi karya-karya pendidikan dan pembelajaran informal,
ketimbang hanya menyudutkan sesuatu yang informal seolah-olah
sebagai sesuatu yang tidak jelas dan bukan urusan publik. Reposisi
pemikiran untuk membangun kebijakan dan program pendidikan sangat
diperlukan, agar dikemudian hari pengakuan dan penghargaan terhadap
pendidikan dan pembelajaran informal menjadi lebih nyata (Suharyanto,
2015).
B. Perberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk


memberdayakan masyarakat yang karena ketidakmampuannya baik
karena faktor internal maupun eksternal. Pemberdayaan diharapkan
mampu mengubah tatanan hidup masyarakat kearah yang lebih baik,
sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil,
demokratis, sejahtera dan maju. Pemberdayaan masyarakat kini telah
menjadi agenda penting pemerintah, terutama sebagai kelanjutan dari
kegagalan konsep pembangunan masa lalu. Tidak hanya pemerintah, tapi
dunia usaha juga memiliki program pemberdayaan masyarakat sebagai
bentuk tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat, (Corporat

9
Social Responsibility/CSR). Namun hal ini seringkali bertentangan
dengan kenyataan dilapangan. Program pemberdayaan kurang mengena
sasaran, karena sering dilakukan secara charity, ditambah lagi program
pemberdayaan malah menguras dan “memperdayai” rakyat. Sehingga
praktek korupsi semakin merajalela, yang kaya semakin berkuasa, yang
miskin semakin tidak berdaya (Adawiyah, 2022).
PBB telah memutuskan agenda besar pembangunan di seluruh
dunia yang kemudian dikenal sebagai Millennium Development Goals
(MDGs) 1990-2015 yang terdiri dari 8 butir yaitu 1) Pemberantasan
kemiskinan dan kelaparan ekstrim; 2) Pendidikan dasar secara universal,
3) Dikedepankannya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
4) Pengurangan kematian anak BALITA; 5) Perbaikan kesehatan ibu, 6)
Peperangan terhadap HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit-penyakit lainnya;
7) Kepastian keberlanjutan lingkungan, dan 8) Pengembangan kemitraan
global untuk pembangunan (Ishatono dan Raharjo, 2016).
Dengan pelaksanaan tersebut intinya pemberdayaan haruslah bisa
mencapai, yakni 1) Rendahnya kemiskinan, 2) Rendahnya pengangguran,
3) Relatif ada kesetaraan; 4) Demokratisasi dalam kehidupan politik; 5)
Kemerdekaan nasional yang sesungguhnya; 6) Baiknya tingkat
pendidikan masyarakat; 7) Status perempuan yang setara dengan laki-laki
dan partisipasi perempuan, dan 8) Keberlanjutan, kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan masa depan. Untuk itu pemberdayaan tidak lepas
dari perencanaan. Keberhasilan atau kegagalan suatu perencanaan
terletak pada strateginya. Strategi digunakan agar tujuan pemberdayaan
masyarakat tercapai, yaitu keberdayaan dalam menjalani kehidupan
(Ishatono dan Raharjo, 2016).
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan
suistainable development (pembangunan berkelanjutan) dimana
pembangunan yang berjalan tidak hanya bertumpu pada satu aspek,
melainkan juga memperhatikan aspek lainnya dalam kehidupan.
Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain
mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui

10
upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki
kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara
optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi,
sosial dan ekologi-nya. Secara ringkas keterkaitan antara pemberdayaan
masyarakat dengan sustainable development (pembangunan
berkelanjutan) (Noor, 2011).
Berkembangnya konsep community development yang berbasis
nilainilai kemanusiaan yang bersifat universal guna mendorong proses
pemberdayaan, partisipasi dan kemandirian (self reliance) dalam
masyarakat tidak terlepas dari kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat
Indonesia. Terlepas dari masih kurangnya pemahaman terhadap konsep
community development itu sendiri, tidak dapat kita pungkiri bahwa
community development merupakan salah satu metode yang tepat untuk
menjawab isu-isu dan masalah-masalah sosial, perubahan sikap dan
perilaku di Indonesia pada masa sekarang maupun masa yang akan
datang. Terlebih lagi kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia
yang masih menerapkan sistem komunal yang merupakan modal penting
bagi pelaksanaan community development (Huraerah, 2008).
Konsep pemberdayaan merupakan hasil dari proses interaksi di
tingkat ideologis dan praktis. Pada tingkat ideologis, pemberdayaan
merupakan hasil interaksi antara konsep top-down dan bottom up, antara
growth strategy dan people centered strategy. Sedangkan di tingkat
praktis, proses interaksi terjadi melalui pertarungan antar ruang otonomi
atau antara pihak-pihak yang memegang kekuasaan dan hegemoni
ekonomi dengan masyarakat kecil yang termarjinalkan. Artinya konsep
pemberdayaan mencakup pengertian pembangunan masyarakat
(community development) dan pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat (community based development) (Margolang, 2018).
C. Lingkungan

Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha


Kuasa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi
kehidupan dalam segala aspek dan matranya sesuai dengan wawasan

11
nusantara. Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk
memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan untuk mencapai
kebahagiaan hidup pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup, berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu
dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa
kini dan generasi masa depan. Untuk itu perlu dipandang untuk
melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan
seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup. Dalam penyelenggaraan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup, harus
memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan
lingkungan global serta perangkat hukum Internasional yang berkaitan
dengan lingkungan hidup (Setiady, 2017).
Kesadaran dan kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup telah berkembang
demikian rupa, sehingga perlu disempurnakan untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Regulasi yang diatur dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup khususnya pada Bab
VII bahwa pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta limbah
bahan berbahaya dan beracun wajib dilakukannya, guna meminimalisir
sistem pembuangan limbah dengan risiko yang amat kecil bagi
lingkungan hidup, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya. Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan beracun
beserta limbahnya perlu dilindungi dan dikelola dengan baik (Setiady,
2017).
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan
hidup mengalami perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur
maupun fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi
daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan

12
manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi
sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. Dalam usaha
merubah lingkungan hidup manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran
(Setiady, 2017).
Pelestarian Lingkungan

Pelestarian lingkungan hidup mempunyai konotasi bahwa


lingkungan hidup harus dipertahankan sebagaimana keadanya.
sedangkan lingkungan hidup itu justru di manfaatkan dalam kerangka
pembangunan, hal ini berarti bahwa lingkungan hidup mengalami
proses perubahan. dalam proses perubahan ini perlu di jaga agar
ligkungan hidup itu tetap mampu menunjang kehidupan yang normal
(Wirasaputri, 2014).
Melestarikan lingkungan sangat menentukan kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya, namun sebaliknya manusia juga dapat
menentukan keadaan lingkungannya. Apakah lingkungan nanti dan
sekarang selalu berada pada kondisinya untuk menunjang
kehidupannya. Jawabannya atas pertanyaan ini ada pada sikap manusia
dalam melestarikan lingkungan hidup tersebut. Masalah lingkungan
hidup sangat penting bagi kehidupan manusia yang saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Dalam interaksi itu manusia selalu
berusaha menguasai lingkungannya dengan daya dan upaya Mereka
miliki. Sejalan dengan itu, Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan disegala bidang yang berarti turut serta
dalam pembangunan (Anggreni, 2013).
Pembangunan lingkungan yang dimaksud adalah akibat dari
adanya ketimpangan atau kondisi tidak seimbang di dalam lingkungan
manusia dengan kondisi demikian maka menimbulkan kondisi yang
selalu tidak stabil sehingga terjadi pergeseran kearah perubahan.
Perubahan ini terjadi akibat pola tindak manusia itu sendiri yang selalu
kurang peduli dan ceroboh terhadap lingkungannya. Untuk

13
melestarikan lingkungan hidup banyak terdapat permasalahan, karena
lingkungan merupakan tempat berdiamnya individu-individu termasuk
di dalamnya tumbuhan dan hewan. Untuk mengatasi adanya
permasalahan ini dibutuhkan daya, sikap, kesadaran dan dukungan
sepenuhnya dari segenap rakyat untuk dihayati dan dilaksanakan agar
lingkungan hidup semakin meningkat melalui pembangunan yang lebih
maju (Mukhlisin dan Suhendri, 2017).
Pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan tugas
dan wewenang pemerintah dan masyarakat itu sendiri sebagai penghuni
dalam suatu daerah. Termasuk di tingkat desa, pengelolaan dan
pelestarian lingkungan hidup merupakan tugas pemerintahan desa
bersama masyarakatnya. Karena setiap orang berhak untuk mendapat
hak yang sama lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagian bagian
dari hak asasi manusia. Tetapi dalam kenyataan pelestarian dan
pengelolaan lingkungan hidup jauh dari kata bersih. Di setiap daerah
masih terjadi yang namanya pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup. Contoh pencemaran lingkungan hidup melalui kegiatan manusia
itu sendiri dengan membuang sampah sembarangan. Partisipasi
masyarakat atau peran serta masyarakat dan pemerintah dalam hal
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan sangat
diperlukan. Termasuk desa yang dibutuhkan kinerja atau peran
pemerintahan desa untuk menumbuhkan peran serta atau partisipasi
masyarakat dalam melestarikan lingkungan hidup di desa tempat tinggal
mereka. Karena masyarakat juga memiliki hak untuk berperan serta
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan (Mukhlisin dan Suhendri,
2017).

VIII. ALASAN MENGGUNAKAN METODE KUALITATIF

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami


fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi

14
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Tujuan penelitian
kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-
dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula, yang
menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti.
(Adlini, et al. 2022). Melalui penelitian kualitatif, dapat menemukan
informasi-informasi yang jelas mengenai program Ratikita. Mempermudah
peneliti menemukan informasi apa saja kegiatan dan manfaat edukasi dari
program tersebut. Dengan melakukan pengematan secara mendalam dibantu
juga wawncara serta dokumentasi (data, rekaman suara, video, dan foto).

IX. TEMPAT PENELITIAN

Tempat penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian,


terutama sekali dalam menangkap fenomena atau penelitian yang sebenarnya
terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data- data penelitian
yang akurat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja
(Surahman, et al. 2020).
Pada penelitian ini, peneliti memilih tempat di CV. Urbandewan Meratus
di Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
sebagai tempat penelitian. Peniliti memilih tempat CV. Urbandewan Meratus
berada ditempat tersebut, juga kegiatan sehari-hari mereka bertepatan ditempat
tersebut.
Dengan demikian, membuat peneliti lebih tertarik dan lebih banyak
mendapatkan informasi tentang program Ratikita yang dilaksanakan oleh CV.
Urbandewan Meratus. Memudahkan peneliti dalam mendokumentasikan
berbagai info yang didapat dari kegiatan mereka ditempat tersebut secara
langsung.
X. SUMBER DATA

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh. Data diartikan sebagai kenyataan yang ada yang berfungsi sebagai
bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar, dan
keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran dan penyelidikan (Lnu,

15
2020). Sumber data yang dipilih peneliti yaitu bersifat secara purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu (Lenaini, 2021). Pertimbangan tertentu ini,
misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,
atau juga dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi
obyek atau situasi yang diteliti. Kriteria informan yang di wawancarai yaitu :
1. Ketua atau kepala Ratikita CV. Urbandewan Meratus
2. Relawan Ratikita CV. Urbandewan Meratus
3. Masyarakat
Adapun data yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peniliti
langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini data primer didapatkan
pertama kali melalui wawncara dengan informan yang sudah ditentukan,
yakni ketua, relawan, dan masyarkata yang berkegiatan di dalam program
Ratikita yang bertempat di Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah.
Adapun data sekunder yaitu data yang diperolah secara tidak langsung
dari subjek atau objek yang diteliti seperti dokumen, buku-buku, bukti foto
dan video, juga jurnal yang mendukung data yang diperlukan dalam
penelitian.
XI. INSTRUMEN PENELITIAN

Arikunto (2006: 160) instrumen penelitian adalah alat yang digunakan


oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan
hasilnya lebih baik. Adapun alat bantu yang digunkan peneliti sebagai
pelengkap dan penunjang dilapangan yaitu pedoman wawancara, alat
perekam suara, handphone, laptop, dan buku catatan yang digunakan untuk
observasi dan wawancara secara langsung. Hal tersebut sangat membantu
peneliti dalam setiap proses pengumpulan data maupun informasi yang
bersangkutan dengan program Ratikita oleh CV. UrbanDewan meratus di
kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu sungai Tengah.

16
XII. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan untuk


mengumpulkan bahan nyata yang digunakan dalam penelitian dan merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian dengan tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data (Herdayati dan Syahrial, 2019). Untuk
memperoleh data dan informasi, keterangan serta data-data yang diperlukan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan program Ratikita oleh CV.
Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah
dan menjaga lingkungan bagi masyarakat, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Teknik Pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participan observation.
Selanjutnya dari segi instrumensasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi tersrtuktur dan tidak terstruktur.
Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati langsung hal yang
berkaitan dengan program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus (Anufia
dan Alhamid, 2019). Penelitian ini menggunakan observasi partisipan yaitu
dalam penelitian ini terlibat dalam kegiatan objek yang diteliti. Observasi
awal dilakukan peneliti yaitu mencari informasi tentang kegiatan apa yang
dilakukan dalam Program Ratikita. Dengan mengamati kegiatan lebih lanjut
dari program Ratikita mendapat informasi yang baik dan jelas dari informan
juga pengamatan yang berlangsung di CV. Urbandewan Meratus sebagai
pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi
masyarakat kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara digunakan peneliti untuk mengetahui hal yang
berhubungan dengan informasan secara lebih mendalam. Teknik ini berarti

17
peneliti melakukan interaksi komunikasi dengan informan, melakukan tanya
jawab dan bertukar informasi. Wawancara merupakan pertemuan dua orang
yang bertukar informasi dan ide melalui Tanya Jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara umumnya
dilakukan ditempat kerja, pada saat istirahat para relawan atau masyarakat
(Anufia dan Alhamid, 2019). Wawanacara biasanya mengikuti waktu jam
kegiatan yang ada di CV. Urbandewan Meratus. Rata-rata wawancara
dilakukan saat pagi hingga sore hari ketika informan beraktifitas. Seluruh
waktu dan tempat tergantung kertesedian para informan.
Dalam penelitian ini wawancara difokuskan pada gambaran penelitian
program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau
gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota
Barabai, Kecamatan barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Pemaparan
tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini, penelitian melakukan
wawancara (pengumpulan data atau informasi) melalui tatap muka antara
peneliti (pihak penanya) dan informan (pihak yang ditanya) untuk
memperoleh keterangan. Keterangan yang dimaksud yaitu gambaran tentang
program Ratikita CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau
gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota
Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
3. Dokumentasi
Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013:240).
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Pengumpulan data melalui dokumentasi dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data secara rinci dan konkret. Peneliti melakukan
dokumentasi dalam penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara teknik ini mengumpulkan dokumen-
dokumen berbentuk gambar dan dokumen berbentuk tulisan. Dokumen
gambar diperoleh pada saat melakukan wawancara dan observasi, sedangkan
dokumen tertulis berupa data profil. Dalam observasi lapangan penelitian
diperbolehkan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

18
Program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus. Dalam wawancara dengan
informan peneliti mendokumentasinya sebagai bukti wawancara. Sedangkan
dokumen tertulis peneliti mendapatkannya berupa data gambaran umum
program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau
gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat.
XIII. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperolah dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam uni-
unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan mana yang dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian
kualitatif ini dilakukan sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, selama di
lapangan dan setelah setelah selesai di lapangan.
Menurut Miles, Huberman, dan Saldana (2014) data kualitatif merupakan
sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kukuh, serta memuat
penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.
Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa
secara kronologis, menilai sebabakibat dalam lingkup pikiran orang-orang
setempatm dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Dan
lagi, data kualitatif lebih condong dapat memebimbing kita untuk
memperoleh penemuan yang tak diduga sebelumnya dan untuk membentuk
kerangka teoritis baru; data tersebut membantu para peneliti untuk melangkah
lebih maju dari praduga dan kerangka kerja awal.
Analisis sebelum di lapangan berupa melakukan analisis data sebelum
memasuki lapangan serta melakukan analisis terhadap penelitian program
Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan
pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai,
Kecamatan Barabai, kabupaten Hulu Sungai Tengah, data hasil studi
pendahulu atau dista sekunder yang digunakan peneliti untuk menetukan
fokus penelitian. Selanjutnya analisis data dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data. Saat wawancara,

19
peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai
mengenai yang diteliti. Dalam beberapa hal analisis yang dilakukan sebelum
menemukan hasil yang memuaskan, maka peneliti melanjutkan penelitian lagi
samapai diperoleh data yang dianggap benar (dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
valid). Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu :

1. Kondensasi Data
Kondensasi data merujuk pada proses memilih, menyederhanakan,
mengabstrakkan, dan atau mentransformasikan data yang mendekati
keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara tertulis, transkip
wawancara, dokumen-dokumen, dan materi-materi empiris lainnya. Reduksi
data berarti merangkum, memilih hal pokok pada data yang telah
dikumpulkan memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari teman dan
polanya (Sarosa, 2021). Dengan demikian, data yang telah tereduksi
memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutanya, dan mencarinya bila diperlukan.
Dalam penelitian ini data yang dicari berkenaa dengan tema penilitian
Program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau
gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota
Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan
hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajikan harus sederhana,
jelas agar mudah dibaca (Sarosa, 2021). Setelah melakukan reduksi data
maka langkah selanjutanya adalah penyajian data. Tujuan dan penyajian data
yaitu bertujuan agar data yang ada menjadi terorganisasi, tersusun dalam pola
hubungan, sehingga data yang ada semakin mudah untuk dipahami. Penelitian
Program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau

20
gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyaraka,t yang
mana datanya telah peneliti kumpulkan baik dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi dari berbagai sumber, disusun secara sitematik sehingga menjadi
lebih sederhna dan selektif serta dapat dipahami maknanya agar nantinya
lebih mudah dalam hal penarikan kesimpulan terhadap hasil penelitian.
Dalam hal ini tentunya mengenai penelitian program Ratikita Oleh CV.
Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah
dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, kecamatan Barabai,
Kabupaten Hulu sungai Tengah.
3. Conclusion Drawing/Verification
Conclusion drawing verification merupakan upaya untuk mencari arti,
makna penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah dianalisis
dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk
pernyataan singkat dan mudah dengan mengacu kepada tujuan penelitian
(Sarosa, 2021). Langkah yang terakhir dalam menganalisis data kualitatif
yakni menarik kesimpulan. Pada awalnya kesimpulan itu masih kabur, tetapi
lama-kelamaan jelas karena data yang diperolah semakin banyak dan
mendukung. Verifikasi dilakukan dengan singkat yaitu dengan cara
mengumpulkan data baru, kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya tidak ernah ada. Maka dari itu nantinya
kesimpulan diperolah setelah menggabungkan data-data yang telah didapat
mengenai program Ratikita Oleh CV. Urbandewan meratus sebagai
pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi
masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
XIV. RENCANA PENGUJIAN KEABSAHAN DATA

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi


uji kredibilitas (perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan,
triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, atau
mengadakan membercheck), transferabilitas, dependabilitas, maupun
konfirmabilitas.

21
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini merupakan teknik
untuk menguji benar tidaknya data (menguji kebenaran data yang didapat
peneliti). Pengujian ini untuk menemukan data yang valid, yaitu data yang
tidak berbeda antara data yang didapat oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada subyek penelitian (informan yang diteliti)
(Octaviani dan Sutriani, 2021). Pengujian keabsahan data yang diambil oleh
peneliti terhadap penelitian ini adalah uji credibility (validitas internal). Uji
kredebelitas data yang dipilih peneliti yaitu :

1. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjang pengamatan berati peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru. Dalam
perpanjang pengamatan peneliti tidak hanya sekali saja melakukan penelitian
ke lapangan, baik dalam hal pengamatan maupun dalam bentuk pertemuan
ataupun berkirim pesan singkat dengan informan untuk melakukan
wawancara (Syahran, 2020).
Dalam tulisan ini peneliti kembali menghubungi para informan dan terjun
ke lapangan untuk menanyakan lagi beberapa pertanyaan dalam pedoman
wawancara agar mendapatkan data yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah jawaban yang diberikan masih konsisten atau tidak
mengenai penelitian program Ratikita Oleh CV. Urbandewan meratus sebagai
pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi
masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah. Apabila data yang dikumpulkan selama penelitia masih belum
lengkap atau ada kekurangan , maka waktu pengamatan di lapangan
diperpanjang dampai data yang diinginkan terkumpul.
Dengan perpanjangan pengamatan berarti hubungan peneliti
dengan narasumber semakin akrab (tidak ada jarak lagi). Informan semakin

22
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi, dan agar data yang didapat benar-benar mendapat
kepastian dan tepat.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan
meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga
dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi
data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati (Syahran, 2020).
Meningkatkan ketekutan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat serta berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka data dan urutan
peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan
itu, maka peneliti memberiksn deskripsi data yang akurat dan sistematis
tentang apa yang diamati (Syahran, 2020). Pada penelitian ini, peneliti
meningkatkan ketekunan penelitian dengan menghubungi narasumber. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui mengkonfirmasi apakah benar informan
memiliki gambaran penelitian Program Ratikita oleh CV. Urbandewan
Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga
lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah.
3. Triangulasi
Teknik merupakan suatu langkah pengecekan data dari berbagai sumber
yang dilakukan oleh peneliti dengan berbagai cara dan berbagai waktu yang
beragam (Sugiyono, 2013). Teknik ini terbagi lagi menjadi beberapa bagian
yaitu :
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber merupakan suatu cara yang dilakukan oleh peneliti
untuk menguji kredibelitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui narasumber (Sugiyono, 2013). Sumber yang
dimaksud dari program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai

23
pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi
masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk mengujui krdibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Data yang
diperoleh dengan wawancara kemudian peneliti cek ulang atau cek kembali
dengan data observasi dan dokumentasi. Untuk menguji kredibilitas data
dengan triaungulasi teknik, setelah dilakukan denga teknik wawancara kepada
narasumber, kemudian dilakukan dengan teknin obervasi dengan cara
mengati apa saja yang dilakukan para narasumber serta mencek kembali hasil
observasi terdahulu yang peneliti lakukan. Hal ini merupakan salah satu
teknik yang dapat mengakuratkan data yang diperoleh dilapangan (Sugiyono,
2013).
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu yakni proses pengumpulan data berdasarkan pada
kondisi atau keadaan-keadaan yang dianggap sangat tepat untuk melakukan
pengumpulan data, baik dalam observasi, wawancara maupun dokumentasi,
sehingga waktu yang digunkan peneliti dalam pengumpulan data lebih
berdasarkan pada situasi dan kondisi terhadap, informan yang akan dimintai
keterangan, agar keberadaan peneliti tidak dianggap sebagai penggangu atau
menyita waktu mereka serta data yang diperoleh lebih kredibel atau akurat
yaitu baik pagi sampai dengan malam hari. Sebagai salah satu untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat, peneliti melakukan wawancara dengan
memberikan pertanyaan yang sama dan informan menjawab dengan jawaban
yang sama diwaktu berbeda. Adapun waktu wawancara yang dilakukan
adalah pada saat informasn isitirahat bekerja dan pulang kerja (Sugiyono,
2013) .

24
XV. JADWAL PENELITIAN

Jadwal penelitian ini dilaksanakan dengan fase-fase sebagai berikut :


Tabel 1. Rencana Kegiatan Penelitian
Bulan dan Tahun
Fase Kegiatan 2022 2023
7 8 9 10 11 12 2 3 4 5 6 7
1. Persiapan a. observasi
b. pembuatan
usulan proposal
c. pengajuan
usulan proposal
2. Menyusun a. bimbingan
proposal proposal
b. seminar
proposal
3. Pengumpulan a. observasi
data dan b. wawancara
pengolahan data c. dokumentasi
d. reduksi data
e. penyajian data
f. menarik
kesimpulan
4. Penulisan a. membuat draft
laporan laporan penelitian
b. diskusi draft
laporan
c. penyempurnaan
laporan
5. Penyelesaian a. seminar hasil
laporan b. perbaikan
6. Sidang a. sidang skripsi

25
b. penyerahan
skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Sugiyono (2020). Metode Penelitian Kualitatif


Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori &
Praktik
Adawiyah, S. R. (2022). Pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Anak
Usia Dini. Musawa: Journal for Gender Studies, 14(1), 90-108.
Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022).
Metode penelitian kualitatif studi pustaka. Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, 6(1), 974-980.
Anggreni, S. S. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Lingkungan
Hidup Di Desa Sungai Lama Kecamatan Simpang Empat Kabupaten
Asahan (Doctoral dissertation, UNIMED).
Anufia, B., & Alhamid, T. (2019). Instrumen Pengumpulan Data.
Fauziah, A. T., & Thamrin, H. (2022). Pelatihan Anak Usia Sekolah Dalam
Peningkatan Keterampilan Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Barang
Guna Pakai Dan Hias. Jurnal Abdimas Indonesia, 2(2), 210-215.
Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika,
Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 21(1), 33-54.
Fitri, R. (2019). Pengelolaan Pencemaran Sungai Deli. Jurnal Abdi Ilmu, 11(2),
86-93.
Juzinar Suhimarita, D. S. (2019). Aplikasi Akuntansi Persedian Obat Pada Klinik
Kantor Badan Pemeriksaan Keuangan Perwakilan Lampung. Jurnal
Sistem Informasi akuntansi (JUSINTA), 1.
Herdayati, & Syahrial, (2019). Desain Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian. ISSN 2502-3632 ISSN 2356-0304 J. Online Int. Nas.
Vol. 7 No. 1, Januari–Juni 2019 Univ. 17 Agustus 1945 Jakarta, 53(9),
1689-1699.
Huraerah, A. (2008). Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat: model

26
dan strategi pembangunan berbasis kerakyatan. Humaniora.
Ishatono, I., & Raharjo, S. T. (2016). Sustainable development goals (SDGs) dan
pengentasan kemiskinan. Share: Social Work Journal, 6(2), 159.
Lenaini, I. (2021). Teknik pengambilan sampel purposive dan snowball
sampling. Historis: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Sejarah, 6(1), 33-39.
Lismiatun, F. E. (2021). Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Sebagai Media
Belajar Pada SD Negeri Pamulang Permai. Jurnal Abdimas, 9-14.
Lnu, S. (2020). Sumber Data Dan Metode Analisis.
Margolang, N. (2018). Pemberdayaan masyarakat. Dedikasi: Journal of
Community Engagment, I, 2, 87-99.
Miles, Matthew B., Huberman, A. Michael dan Johnny Saldana. 2014. Qualitative
Data Analysis: A Methods Sourcebook. Edisi Ketiga. New York: Sage
Publications Inc.
Mukhlishin, A., & Suhendri, A. (2017). Aplikasi Teori Sosiologi dalam
Pengembangan Masyarakat Islam. INJECT (Interdisciplinary Journal of
Communication), 2(2), 211-234.
Nasir, M., Saputro, E. P., & Handayani, S. (2016). Manajemen pengelolaan
limbah industri. Benefit: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 19(2), 143-149.
Noor, M. (2011). Pemberdayaan masyarakat. CIVIS, 1(2).
Nugroho, B. (2008). Membuat Aplikasi Sistem Pakar dengan PHP dan Editor
Dreamweaver.
Nurcahyono, F. (2017). Pembangunan aplikasi penjualan dan stok barang Pada
toko nuansa elektronik pacitan. Speed-Sentra Penelitian Engineering dan
Edukasi, 4(3).
Octaviani, R., & Sutriani, E. (2019). Analisis data dan pengecekan keabsahan
data.
Putri Nilakandi Perdana Pitoyo, I. W. (2016). Kinerja Pengelolaan Limbah Hotel
Peserta Proper Dan Non Proper Di Kabupaten Badung, Provinisi Bali.
ECOTROPHIC, 33-40.
Rajibi. (2021). dokumen Ratik Kita CV. Urbandewan Meratus. Barabai.
Sahwan, F. L. (2005). Sistem pengelolaan limbah plastik di Indonesia. Jurnal
teknologi lingkungan, 6(1).
Samadikun, B. P. (2019). Edukasi Bank Sampah Dalam Rangka Meningkatkan
Kinerja Sistem Pengelolaan Persampahan Kawasan Perumahan Permata
Tembalang Kelurahan Kramas Kota Semarang. Jurnal Pasopati:
Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi, 1(3).
Sarosa, S. (2021). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pt Kanisius.
Setiady, T. (2017). Pencegahaan Pencemaran Air Sungai Citarum Akibat Limbah
Industri. Yustitia, 3(2), 185-198.

27
Sudiapermana, E. (2009). Pendidikan informal. Jurnal Pendidikan Luar
Sekolah, 4(2).
Suharyanto, A. (2015). Pendidikan dan Proses Pembudayaan dalam
Keluarga. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7(2), 162-165.
Surahman, E., Satrio, A., & Sofyan, H. (2020). Kajian teori dalam
penelitian. JKTP: Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 3(1), 49-58.
Syahran, M. (2020). Membangun Kepercayaan Data Dalam Penelitian
Kualitatif. Primary Education Journal (Pej), 4(2), 19-23.
Taufik, A. (2021). Pengelolaan Bank Sampah Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat Di Kelurahan Barrang Lompo Kecamatan
Kepulauan Sangkarrang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makasar.
Tejokusumo, B. (2014). Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial. Geoedukasi, 38-43.
Utina, R. (2015). Ekologi Dan Lingkungan Hidup.
Wirasaputri, N. M. (2014). Proses penyusunan rencana tata ruang dalam kaitan
kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 16(1),
129-146.

28

Anda mungkin juga menyukai