Anda di halaman 1dari 27

Cover

1. Judul Proposal Skripsi : PROGRAM Ratikita OLEH CV. URBAN DEWAN MERATUS
SEBAGAI PEMBELAJARAN PEMANFAATAN LIMBAH DAN
MENJAGA LINGKUNGAN BAGI MASYARAKAT KOTA
BARABAI, KECAMATAN BARABAI, KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH

: M. NOOR IRFANSYAH
2. Nama Mahasiswa
: 1910114210026
3. NIM
: BARABAI
4. Lokasi Penelitian

: Januari
5. Rencana Waktu Penelitian
: Dr. Yusuf Hidayat S.Sos., M.Si.
6. Pembimbing I
Halaman Pengesahan Proposal Skripsi

Proposal Skripsi oleh : M. NOOR IRFANSYAH,


NIM : 1910114210026
Dengan Judul : PROGRAM Ratikita OLEH CV. URBAN DEWAN MERATUS SEBAGAI
PEMBELAJARAN PEMANFAATAN LIMBAH DAN MENJAGA LINGKUNGAN BAGI
MASYARAKAT KOTA BARABAI, KECAMATAN BARABAI, KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH

Telah dikonsultasikan dan disetujui untuk diseminarkan

Banjarmasin, 30 - Desember - 2022


Pembimbing I
Dr. Yusuf Hidayat S.Sos., M.Si.

NIP. 197605202005011004

1
I. JUDUL TENTATIF : PROGRAM Ratikita OLEH CV. URBAN DEWAN
MERATUS SEBAGAI PEMBELAJARAN PEMANFAATAN LIMBAH DAN
MENJAGA LINGKUNGAN BAGI MASYARAKAT KOTA BARABAI,
KECAMATAN BARABAI, KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

II. LATAR BELAKANG MASALAH

Masalah lingkungan merupakan masalah yang kerap terjadi masyarakat, juga


masalah ini timbul karena manusia itu sendiri, maka cara mengatasinya ditentukan oleh
perilaku hidup manusia yang ramah lingkungan. Berbagai macam upaya dari waktu –
kewaktu dilakukan agar lingkungan tetap terjaga dan lestari. Salah satu kegiatan ataupun
langkah yang dilakukan yaitu Sekolah yang menerapkan pengelolaan atau manajemen
sekolah berbasis adiwiyata (Utina, 2015).
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar.
Kitamakan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Seringkali
lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagailingkungan sosial.
Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam
membentuk kepribadian seseorang.
Kita sepakat bahwa lngkungan hidup sangatlah penting. Kita juga perlu menyadari
bahwa masalah lingkungan adalah masalah bersama, masalah masa depan bagi kita semuadan
masalah bagi generasi mendatang. Seharusnya kita sebagai manusia yang mempunyaiakal
pikiran tidak akan membiarkan kerusakan lingkungan terus terjadi dengan kita mengabaikan
lingkungan hidup sama saja dengan kita membunuh diri kita sendiri dengan perlahan-lahan
melalui lingkungan yang lebih kita rusak.
Di Indonesia diperkirakan sebanyak 85.000 ton sampah dihasilkan per harinya,
dengan perkiraan kenaikan jumlah mencapai 150.000 ton per hari pada tahun 2025. Jumlah
ini didominasi oleh sampah yang berasal dari rumah tangga, yang berkisar antara 60 hingga
75 persen. Sedangkan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel menurut Kepala
Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan Limbah Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan

2
(LHP) HST Ahmad Syafaat menyebutkan, dari 20 truk angkutan, setiap hari pihaknya
mengangkut sampah rumah tangga ke tempat pembuangan sampah (TPA) Telang, sebanyak
25 angkutan yang per-angkutan rata-rata 2 ton. Jadi, ada sekitar 50 ton per hari yang diproses
di TPA Telang. Namun sampah yang diangkut tersebut merupakan hasil reduce, sedangkan
sampah yang mempunyai manfaat di pilah di bank sampah dan Tempat Pengelolaan Sampah
Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R). Ironisnya, penumpukan ini diperkirakan akan terus
bertambah apabila tidak ada kebijakan tegas untuk sampah plastik yang berakibat pada
pencemaran ekosistem dan lingkungan (Fauziah dan Thamrin, 2021).
Seperti diketahui, dampak dari persoalan sampah terhadap lingkungan ini sangatlah
jelas. Mulai dari pencemaran sungai, menghambat proses air tanah, pencemaran tanah dan
membuat air serta tanah menjadi tidak sehat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Tidak
hanya itu, saat sampah berada di daratan dan kemudian dibakar, banyak yang tidak
menyadari nya bahwa hal itu ternyata juga menimbulkan kerusakan lingkungan yang baru.
Pendirian bank sampah sebagai bentuk kegiatan sosial kemasyarakatan, namun tidak
dipungkiri bahwa kegiatan tersebut membutuhkan biaya operasional sebagai penggerak
kegiatan. Kegiatan tersebut juga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan /
perekonomian pengurus dan anggota bank sampah. Untuk memperoleh pendapatan yang
maksimal diperlukan strategi bagi masing-masing bank sampah. Pada tingkatan bank sampah
dapat melakukan strategi penentuan harga dan layanan. Pada tingkatan investor, dapat
menambah jumlah bank sampah akan mempermudah akses layanan bagi masyarakat
sehingga memperbanyak jumlah partisipasi masyarakat. Namun banyaknya bank sampah
juga dapat menimbulkan persaingan antar bank sampah dan mempengaruhi pendapatan antar
bank sampah.
Perumahan Permata Tembalang yang terletak pada Kelurahan Kramas, Kecamatan
Tembalang, Kota Semarang dengan volume sampah mencapai sebesar 2,7 – 3,5 m3/hari
merupakan salah satu obyek pengabdian masyarakat. Kondisi yang ada di lapangan
menunjukkan pembangunan kawasan perumahan oleh pengembang kecil tersebut sering tidak
menyediakan fasilitas umum maupun sosial, khususnya persampahan. Pembuatan bank
sampah sebagai sebuah penanganan dan pengurangan sampah ini diusulkan dilakukan pada
skala RT sebagai pilot project kegiatan, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai master
program pada RT yang lain. Penanganan sampah permukiman memerlukan partisipasi aktif
individu dan kelompok masyarakat selain peran pemerintah sebagai fasilitator (Samadikun,
2019).
Berbagai macam gerakan agar menjaga lingkungan dari sekolah hingga
3
kemasyarakat telah dilakukan, namun kebanyakan masyarakat tidak mengetahui bahwa
sampah ataupun limbah bisa menjaga barang yang berharga jual maupun berharga sebagai
pengobatan. Masyarakat menganggap bahwa limbah hanya sekedar limbah, sampah hanya
sekedar sampah lalu di buang begitu saja. Maka ada salah satu kegiatan atau program
masyarakat yang memberikan pembelajaran tentang pemanfaatan limbah, dari anorganik bisa
dimanfaatkan dan memiliki harga jual. Program tersebut yaitu (ratikkita).

Ratikita hadir pada tanggal 11 November 2021 di bawah naungan CV. Urbandewan
Meratus yang berfokos pada layanan digital pengelolaan daur ulang sampah serta limbah
minyak jelantah berbasis mobile aplikasi. Tujuan didirikan Ratikita adalah 1) Membantu
Mengurangi Gunungan Sampah Di TPA Yang Setiap Harinya Selalu Terus Menerus
Bertambah; 2) Memodernisasi Dan Mensosialisasikan Pentingnya Peranan Bank Sampah
Lokal Terhadap Rantai Daur Ulang Sampah Yang Sekarang Masih Dipandang Sebelah Mata.
3) Membuka Lapangan Pekerjaan Dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat; 4)
Membantu Pengelolaan Dan Manajeman Data Pada Bank Sampah Lokal Yang Terbilang
Masih Belum Terkelola Dengan Baik, dan; 5) Meningkatkan Transparansi Harga Pasar Jual
Beli Sampah. Ratikita merupakan sebuah platfrom transformasi digital daur ulang sampah
online (Rajibi, 2021). Sebuah program aplikasi yang bisa diakses masyarakat luas, ratikita
memberikan edukasi tentang pemanfaatan limbah anorganik dengan mengadakan sebuah
pertemuan kepada masyarakat langsung agar masyarakat sadar akan pentingnya kebersihan
lingkungan juga memanfaatkan limbah anorganik menjadi uang. Diketahui, Bank Sampah
Urban Dewan berdiri sejak Januari 2021 dan sudah genap satu tahun umurnya. Berbagai
terobosan terus dilakukan dengan digitaliasasi bank sampah, menghadirkan game online pilah
sampah dan berbagai inovasi lainnya.
Kini, bank sampah tersebut sudah memiliki 622 nasabah dan sudah berkembang
merambat ke berbagai instansi, sekolah-sekolah, dan berbagai tempat lainnya terus
mensosialisasikan pengelolaan sampah di Bumi Murakata. Bahkan, beberapa waktu lalu
pihaknya juga dipercaya terlibat dalam silaturahmi bank sampah nasional di Jakarta. Selain
itu, dengan menggandeng anak-anak muda Ratikita.id, para nasabah menjadi banyak
berdatangan dengan manajemen digitalisasi bank sampah itu. Terlebih, melalui itu beragam
fitur unggulan tersedia, adanya update harga berbagai jenis sampah secara real time, sehingga
nasabah bisa mengetahui harganya (Rajibi, 2021).
Pada penelitian Taufik (2021) menyatakan bahwa dalam Pengelolaan Bank Sampah
samaturu pulau barrang lompo, Kelurahan Barrang lompo, Kecamatan kepulauan
4
sangkarrang, Kota makassar. Dalam teknis pelaksanaannya dan pengelolaanya ada beberapa
tahapan yaitu: tahap assessment, tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahap
pelaksanaan (implementasi) pengelolaan dan tahap evaluasi, dimana setiap kegiatan
pelaksanaan tahap tersebut selalu melibatkan masyarakat. Hasil dari pengelolaan Bank
sampah untuk kesejahteraan masyarakat pulau barrang lompo, Kelurahan Barrang lompo,
Kecamatan kepulauan sangkarrang, Kota makassar, dapat dikatakan tidak terlalu signifikan,
tetapi, walaupun hasil yang didapatkan masyarakat masih relatif kecil, masyarakat sudah
merasa terbantu dengan adanya bank sampah samaturu di pulau barrang lompo, Kelurahan
Barrang lompo, Contohnya lingkungan menjadi sehat dan bersih, masyarakat mendapatkan
ilmu tentang lingkungan, dan masyarakat dapat menabung menggunakan sampah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang mana peneliti mempunyai keinginan
untuk mengenalkan kepada masyarakat luas bahwa limbah anorganik bisa dimanfaatkan juga
secara tidak langsung menjaga kelestarian lingkungan, manajemen pemberdayaan
sumberdaya manusia yang bergerak dalam pengelolaan limpah sampah, serta manajemen
bisnis Bank sampah. Maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul“
Program (Ratikita) sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga
lingkungan bagi masyarakat”.

III. FOKUS PENELITIAN


Penelitian dilakukan di Barabai, Kabupaten Hulu sungai Tengah , berdasarkan latar
belakang diatas penelitian berfokus untuk mempelajari pemanfaatan limbah anorganik
melalui program Ratikkita yang dibuat oleh CV. Urbandewan Meratus.

IV. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fokus penelitian diatas sesuai dengan latar belakang masalah yang ada maka
terdapat beberapa masalah yang dapat dirumuskan penelitian ini, permasalahannya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Gambaran aplikasi ratikita ?

5
b. Bagaimana proses pembelajaran pemanfaatan limbah yang dilakukan oleh ratikita kepada
masyarakat ?

V. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas sesuai dengan latar belakang masalah yang
ada maka terdapat beberapa tujuan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan aplikasi Ratikita
b. Untuk mengetahui cara ataupun proses pembelajaran tentang pemanfaatan limbah oleh
Ratikita kepada masyarakat.

VI. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat, beberapa manfaat

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi untuk memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya


berkenaan dengan lingkungan dan limbah.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perguruan Tinggi


Hasil penelitian ini diharapkan dan dapat menjadi tambahan pemberdaharaan
pustaka.

b. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mempelajarinya dan diharapkan mengembangkan ilmu dari
penelitian ini.

c. Bagi Masyarakat
Sebagai ilmu pengetahuan pemanfaatan limbah juga menjaga kebersihan
lingkungan.

6
VII. LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Informal

Dalam banyak kajian akademik memang indikator pendidikan informal selalu


terkait dengan adanya kemandirian belajar dan tidak adanya pihak tertentu yang
secara „sengaja‟ membangun interkasi dan melakukan intervensi. Pendekatan
kesadaran tujuan dari masing-masing pihak yang terlibat dalam pendidikan
(pendidik dan peserta didik) mencoba menempatkan pendidikan informal dalam
suatu kwadran proses pendidikan dimana salah satu pihak (pendidik atau peserta
didik) tidak menyadari akan tujuan pendidikan yang dilakukannya. Artinya
kesadaran melakukan belajar hanya ada dari salah satu pihak, bisa hanya pihak
pendidik. Misalnya orang tua (sebagai pendidik) bermaksud memberi teladan kepada
anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari, tanpa mengajak anak-anak secara
khusus diminta mempelajarainya. Atau suatu media dalam fungsinya memberi
informasi adanya seorang tokoh yang berhasil memelihara lingkungannya menjadi
hijau kembali, ternyata ada sekelompok pembaca (sebagai pihak peserta didik) yang
secara sengaja mempelajari bagaimana cara-cara penghijauan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam melakukan penataan lingkungan
(Sudiapermana, 2009).
Terlepas dari beberapa perbedaan pandangan yang ada di kalangan masyarakat
(khususnya akademisi), dapat dipahami jika dalam undang-undang sebelumnya,
yakni UU Sisdiknas No.2/1989 ditegaskan bahwa pendidikan nasional dilaksanakan
melalui jalur persekolahan dan jalur pendidikan luar sekolah. Sejalan dengan itu, di
lingkungan Departemen/Kementerian Pendidikan Nasional, dalam struktur
organisasi Kementerian/Departemen juga terjadi penggantian nomenklatur dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah menjadi Direktorat Jenderal
Pendidikan Non Formal dan Informal. Walaupun tentu tidak berarti pengaturan
sistem pendidikan nasional melalui undang-undang ini bermaksud hanya membatasi
pendidikan nonformal dan informal (pendidikan luar sekolah) yang diselenggarakan
Departemen/Kementerian Pendidikan Nasional. pendidikan informal adalah setiap
aktifitas yang melibatkan pursuit pemahaman, pengetahuan, atau kecakapan yang
terjadi diluar kurikulum lembaga yang disediakan oleh program pendidikan, kursus
atau lokakarya. Pembelajaran informal bisa terjadi di setiap konteks diluar
kurikulum lembaga. Hal ini dibedakan dari persepsi harian dan sosialisasi umum

7
dengan identifikasi kesadaran diri individu tentang aktifitas sebagai pembelajaran
bermakna. Hal mendasar dari pendidikan informal (tujuan, isi, cara dan proses
pemerolehan, lamanya, evaluasi hasil dan aplikasi) ditentukan oleh individu dan
kelompok yang memilih terlibat didalamnya, tanpa kehadiran seorang instruktur
yang memiliki otoritas secara melembaga (Rizal, 2021).
Pendidikan informal biasa juga disebut pendidikan keluarga, dimana
pendidikan dimulai dari keluarga. Pendidikan yang mungkin terjadi dalam keluarga,
yaitu: 1) pendidikan iman, 2) pendidikan moral, 3) pendidikan fisik, 4) pendidikan
intelektual, 5) pendidikan psikis, 6) pendidikan sosial, dan 7) pendidikan seksual.
Sejalan dengan itu, bahwa mendidik anak pada hakikatnya merupakan serangkaian
usaha nyata orang tua dalam rangka: 1) menyelamatkan fitrah Islamiah anak, 2)
mengembangkan potensi pikir anak, 3) mengembangkan potensi rasa anak, 4)
mengembangkan potensi karsa anak 5) me-ngembangkan potensi kerja anak, dan 6)
mengembangkan potensi sehat anak. Adapun mengenai metode-metode dalam
pendidikan keluarga yang banyak berpengaruh terhadap anak, yang terdiri dari: 1)
pendidikan dengan keteladanan, 2) pendidikan dengan adat kebiasaan, 3) pendidikan
dengan nasihat, 4) pendidikan dengan pengawasan, dan 5) pendidikan dengan
hukuman (sanksi) (Suharyanto, 2015).
Begitu kaya dan potensial pendidikan dan pembelajaran informal yang
dilakukan dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Begitu dahsyat pendidikan
dan pembelajaran informal bermakna untuk merubah kehidupan (khususnya
perkembangan anak-anak). Haruskah kita kehilangan itu semua untuk mencapai
hasil pendidikan yang kita harapkan, demi karena semuanya harus formal. Tidak kah
sebaiknya kita memeras pikiran untuk melahirkan indikator-indikator yang dapat
mengapresiasi karya-karya pendidikan dan pembelajaran informal, ketimbang hanya
menyudutkan sesuatu yang informal seolah-olah sebagai sesuatu yang tidak jelas dan
bukan urusan publik. Reposisi pemikiran untuk membangun kebijakan dan program
pendidikan sangat diperlukan, agar dikemudian hari pengakuan dan penghargaan
terhadap pendidikan dan pembelajaran informal menjadi lebih nyata (Suharyanto,
2015).

8
B. Perberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan


masyarakat yang karena ketidakmampuannya baik karena faktor internal maupun
eksternal. Pemberdayaan diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakat
kearah yang lebih baik, sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat
yang adil, demokratis, sejahtera dan maju. Pemberdayaan masyarakat kini telah
menjadi agenda penting pemerintah, terutama sebagai kelanjutan dari kegagalan
konsep pembangunan masa lalu. Tidak hanya pemerintah, tapi dunia usaha juga
memiliki program pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial
mereka terhadap masyarakat, (Corporat Social Responsibility/CSR). Namun hal ini
seringkali bertentangan dengan kenyataan dilapangan. Program pemberdayaan
kurang mengena sasaran, karena sering dilakukan secara charity, ditambah lagi
program pemberdayaan malah menguras dan “memperdayai” rakyat. Sehingga
praktek korupsi semakin merajalela, yang kaya semakin berkuasa, yang miskin
semakin tidak berdaya (Adawiyah, 2022).
PBB telah memutuskan agenda besar pembangunan di seluruh dunia yang
kemudian dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs) 1990-2015 yang
terdiri dari 8 butir yaitu 1) Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan ekstrim; 2)
Pendidikan dasar secara universal, 3) Dikedepankannya kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan; 4) Pengurangan kematian anak BALITA; 5) Perbaikan
kesehatan ibu, 6) Peperangan terhadap HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit-penyakit
lainnya; 7) Kepastian keberlanjutan lingkungan, dan 8) Pengembangan kemitraan
global untuk pembangunan (Ishatono dan Raharjo, 2016).
Dengan pelaksanaan tersebut intinya pemberdayaan haruslah bisa mencapai,
yakni 1) Rendahnya kemiskinan, 2) Rendahnya pengangguran, 3) Relatif ada
kesetaraan; 4) Demokratisasi dalam kehidupan politik; 5) Kemerdekaan nasional
yang sesungguhnya; 6) Baiknya tingkat pendidikan masyarakat; 7) Status
perempuan yang setara dengan laki-laki dan partisipasi perempuan, dan 8)
Keberlanjutan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Untuk itu
pemberdayaan tidak lepas dari perencanaan. Keberhasilan atau kegagalan suatu
perencanaan terletak pada strateginya. Strategi digunakan agar tujuan pemberdayaan
masyarakat tercapai, yaitu keberdayaan dalam menjalani kehidupan (Ishatono dan
Raharjo, 2016).

9
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan
suistainable development (pembangunan berkelanjutan) dimana pembangunan yang
berjalan tidak hanya bertumpu pada satu aspek, melainkan juga memperhatikan
aspek lainnya dalam kehidupan. Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat
lokal antara lain mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi.
Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki
kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta
terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologi-nya.
Secara ringkas keterkaitan antara pemberdayaan masyarakat dengan sustainable
development (pembangunan berkelanjutan) (Noor, 2011).
Berkembangnya konsep community development yang berbasis nilainilai
kemanusiaan yang bersifat universal guna mendorong proses pemberdayaan,
partisipasi dan kemandirian (self reliance) dalam masyarakat tidak terlepas dari
kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Terlepas dari masih kurangnya
pemahaman terhadap konsep community development itu sendiri, tidak dapat kita
pungkiri bahwa community development merupakan salah satu metode yang tepat
untuk menjawab isu-isu dan masalah-masalah sosial, perubahan sikap dan perilaku
di Indonesia pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Terlebih lagi
kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih menerapkan sistem
komunal yang merupakan modal penting bagi pelaksanaan community development
(Huraerah, 2008).
Konsep pemberdayaan merupakan hasil dari proses interaksi di tingkat
ideologis dan praktis. Pada tingkat ideologis, pemberdayaan merupakan hasil
interaksi antara konsep top-down dan bottom up, antara growth strategy dan people
centered strategy. Sedangkan di tingkat praktis, proses interaksi terjadi melalui
pertarungan antar ruang otonomi atau antara pihak-pihak yang memegang kekuasaan
dan hegemoni ekonomi dengan masyarakat kecil yang termarjinalkan. Artinya
konsep pemberdayaan mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community
development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community based
development) (Margolang, 2018).

C. Aplikasi
Menurut Irawan, Deni, (2013) dalam bukunya “Pendidikan Teknologi
Informasi dan komunikasi” menyatakan bahwa. Aplikasi atau bisa disebut juga

10
dengan perangkat lunak aplikasi sofware jadi yang siap untuk digunakan. Selain
pengertian diatas, ada pengertian dari kata “Aplikasi” yang dikemukan para ahli.
Berikut beberapa definid aplikasi menurut beberapa ahli yang cukup popular
menurut Ali zaki dan smitdev Community, aplikasi merupakan kompunen yang
bermanfaat sebagai media untuk menjalankan pengolahan data atau berbagai
kegiatan lainnya seperti pembuatan atau pengolahan dokumen dan file (Juzinar
Suhimarita, 2019).
Program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk
melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain. Aplikasi juga
diartikan sebagai penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi pokok
pembahasan atau sebagai program komputer yang dibuat untuk menolong manusia
dalam melaksanakan tugas tertentu (Nugroho, 2008).
Aplikasi software yang dirancang untuk penggunaan praktisi khusus,
klasifikasi luas ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Aplikasi software spesialis, program dengan dokumentasi tergabung
yang dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.
b. Aplikasi paket, suatu program dengan dokumentasi tergabung yang
dirancang untuk jenis masalah tertentu.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aplikasi adalah
sekumpulan perintah atau kode yang disusun secara sistematik untuk menjalankan
suatu perintah yang diberikan oleh manusia melalui komponen atau hardware
komputer yang digunakan oleh manusia dalam menjalankan program aplikasi,
dengan demikian bisa membantu manusia untuk memberikan solusi dari apa yang
diinginkan (Nurcahyono, 2017).
Aplikasi perangkat lunak komputer dan Internet telah berkembang pesat pada
dewasa ini, demikian pula dengan aplikasi web dan browser internet yang dapat di
akses melalui jaringan. Internet merupakan salah satu sumber informasi yang
bersifat global. Dengan internet kita dapat mengakses informasi dari berbagai
belahan dunia dengan cepat dan mudah (Nurcahyono, 2017).

D. Lingkungan
Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa
kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam
segala aspek dan matranya sesuai dengan wawasan nusantara. Dalam rangka

11
mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan
untuk mencapai kebahagiaan hidup pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup, berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan
menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi
masa depan. Untuk itu perlu dipandang untuk melaksanakan pengelolaan
lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang
terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Dalam penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
rangka pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup, harus
memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan
global serta perangkat hukum Internasional yang berkaitan dengan lingkungan
hidup (Setiady, 2017).
Kesadaran dan kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup telah berkembang demikian rupa, sehingga
perlu disempurnakan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup. Regulasi yang diatur dalam UU No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup khususnya pada Bab VII
bahwa pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya
dan beracun wajib dilakukannya, guna meminimalisir sistem pembuangan limbah
dengan risiko yang amat kecil bagi lingkungan hidup, kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lainnya. Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan
beracun beserta limbahnya perlu dilindungi dan dikelola dengan baik (Setiady,
2017).
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup
mengalami perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun
fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi
karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini
banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Dalam usaha merubah lingkungan hidup manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran
(Setiady, 2017).

12
E. Pelestarian LIngkungan
Pelestarian lingkungan hidup mempunyai konotasi bahwa lingkungan hidup
harus dipertahankan sebagaimana keadanya. sedangkan lingkungan hidup itu justru
di manfaatkan dalam kerangka pembangunan, hal ini berarti bahwa lingkungan
hidup mengalami proses perubahan. dalam proses perubahan ini perlu di jaga agar
ligkungan hidup itu tetap mampu menunjang kehidupan yang normal (Wirasaputri,
2014).
Melestarikan lingkungan sangat menentukan kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya, namun sebaliknya manusia juga dapat menentukan keadaan
lingkungannya. Apakah lingkungan nanti dan sekarang selalu berada pada
kondisinya untuk menunjang kehidupannya. Jawabannya atas pertanyaan ini ada
pada sikap manusia dalam melestarikan lingkungan hidup tersebut. Masalah
lingkungan hidup sangat penting bagi kehidupan manusia yang saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Dalam interaksi itu manusia selalu berusaha
menguasai lingkungannya dengan daya dan upaya Mereka miliki. Sejalan dengan
itu, Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala
bidang yang berarti turut serta dalam pembangunan (Anggreni, 2013).
Pembangunan lingkungan yang dimaksud adalah akibat dari adanya
ketimpangan atau kondisi tidak seimbang di dalam lingkungan manusia dengan
kondisi demikian maka menimbulkan kondisi yang selalu tidak stabil sehingga
terjadi pergeseran kearah perubahan. Perubahan ini terjadi akibat pola tindak
manusia itu sendiri yang selalu kurang peduli dan ceroboh terhadap lingkungannya.
Untuk melestarikan lingkungan hidup banyak terdapat permasalahan, karena
lingkungan merupakan tempat berdiamnya individu-individu termasuk di dalamnya
tumbuhan dan hewan. Untuk mengatasi adanya permasalahan ini dibutuhkan daya,
sikap, kesadaran dan dukungan sepenuhnya dari segenap rakyat untuk dihayati dan
dilaksanakan agar lingkungan hidup semakin meningkat melalui pembangunan
yang lebih maju (Mukhlisin dan Suhendri, 2017).
Pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan tugas dan
wewenang pemerintah dan masyarakat itu sendiri sebagai penghuni dalam suatu
daerah. Termasuk di tingkat desa, pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup
merupakan tugas pemerintahan desa bersama masyarakatnya. Karena setiap orang
berhak untuk mendapat hak yang sama lingkungan hidup yang baik dan sehat

13
sebagian bagian dari hak asasi manusia. Tetapi dalam kenyataan pelestarian dan
pengelolaan lingkungan hidup jauh dari kata bersih. Di setiap daerah masih terjadi
yang namanya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Contoh pencemaran
lingkungan hidup melalui kegiatan manusia itu sendiri dengan membuang sampah
sembarangan. Partisipasi masyarakat atau peran serta masyarakat dan pemerintah
dalam hal menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan sangat
diperlukan. Termasuk desa yang dibutuhkan kinerja atau peran pemerintahan desa
untuk menumbuhkan peran serta atau partisipasi masyarakat dalam melestarikan
lingkungan hidup di desa tempat tinggal mereka. Karena masyarakat juga memiliki
hak untuk berperan serta dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Mukhlisin dan Suhendri,
2017).
F. Limbah
Pengertian limbah menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah erat kaitannya dengan pencemaran, karena
limbah inilah yang menjadi subtansi pencemaran lingkungan. Karena itu,
pengolahan limbah sangat diperlukan agar tidak memncemari lingkungan
(Lismiatun, 2021).
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah tersebut dapat berupa limbah padat, limbah cair, maupun limbah gas. Jenis
limbah ini bisa dikeluarkan oleh satu industri dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan nilai ekonomisnya, limbah dibedakan menjadi limbah yang mempunyai
nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah yang
memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dengan cara melalui unit suatu proses lanjut
akan memberikan suatu nilai tambah, sedangkan limbah non-ekonomis yaitu suatu
limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan
memberi nilai tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan (Nasir, et
al. 2016).
Salah satu kegiatan sektor ekonomi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat adalah kegiatan industri. Kegiatan suatu industri adalah
mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). Pengamatan sumber pencemar
industri dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya dengan
melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang ditimbulkan
14
oleh industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik dan mengandung
bahan beracun dan berbahaya (B-3). Bahan pencemar keluar bersama-sama dengan
bahan buangan (limbah) melalui udara, air, dan tanah yang merupakan komponen
ekosistem alam. jenis aktivitas utama yang menghasilkan limbah cair dan sifat
pencemaran yang potensial ditimbulkan dari empat belas jenis industri yang
termasuk dalam kategori kelompok prioritas pertama. Salah satu jenis industri yang
termasuk dalam prioritas pertama tersebut yaitu industri tekstil. Limbah tekstil yang
dikeluarkan dalam hal ini adalah limbah cair yang berasal dari buangan industri
batik (Nasir, et al. 2016).
G. Pengelolaan Limbah
Jenis industri tekstil dalam prosesnya terdapat komponen limbah cair seperti pada
proses pengkajian, proses penghilangan kanji, pengelantangan, merserisasi,
pewarnaan, pencetakan, dan proses penyempurnaan. Dalam proses-proses tersebut
dapat berpotensi pencemaran fisik dan kimia. Industri batik dan tekstil merupakan
salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan. Selain
kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung
bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses
pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat.
Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air
yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah
zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa
organik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya
dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun
reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke
permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau
tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Sahwan, 2005).
Penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup wajib
dilaksanakan oleh setiap orang yang menghasilkan, pengumpul, pengangkut,
pemanfaat, pengolah, penimbun, yang melakukan pembuangan limbah B3 yang
melakukan pencemaran, perusakan lingkungan hidup. Upaya tersebut dilakukan
dengan berbagai cara yakni (Fitri, 2019):
1. Pemberian informasi mengenai peringatan adanya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup kepada masyarakat
15
2. Pengisolasian adanya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
3. Penghentian sumber adanya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
4. Cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

VIII. ALASAN MENGGUNAKAN METODE KUALITATIF

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena penelitian program dari CV.
Urbandewan Meratus ini yaitu Ratikita menggunakan pembelajaran berbasis edukasi
masyarakat secara langsung, tentang menjelaskan kegunaan aplikasi juga pemanfaatan
dari limbah anorganik. Aplikasi ini tidak mungkin seluruh masyarakat memahaminya dan
mengerti akan tujuannya, maka dari itu harus menggunakan metode kualitatif dengan
teknik pengumpulan data melalui penagamatan dan wawancara yang mendalam.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan
maksud menafsirkan fenoomena yang terjadi dan dengan dilakukan dengan proses yang
melibatkan berbagai metode yang ada.
Melalui penelitian kualitatif, dapat menemukan informasi-informasi yang jelas
mengenai program Ratikita. Mempermudah peneliti menemukan informasi apa saja
kegiatan dan manfaat edukasi dari program tersebut. Dengan melakukan pengematan
secara mendalam dibantu juga wawncara serta dokumentasi (data, rekaman suara, video,
dan foto).

IX. TEMPAT PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti memilih tempat di CV. Urbandewan Meratus basecamp
Ratikita di Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sebagai
tempat penelitian. Peniliti memilih tempat tersebut karena markas atau tempat bank
sampah yang dikelola langsung oleh CV. Urbandewan Meratus berada ditempat tersebut,
juga kegiatan sehari-hari mereka bertepatan ditempat tersebut.
Dengan demikian, membuat peneliti lebih tertarik dan lebih banyak mendapatkan
informasi tentang program Ratikita yang dilaksanakan oleh CV. Urbandewan Meratus.
Memudahkan peneliti dalam mendokumentasikan berbagai info yang didapat dari
kegiatan mereka ditempat tersebut secara langsung.

16
X. SUMBER DATA

Sumber data yang dipilih peneliti yaitu bersifat secara purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau juga dia sebagai penguasa sehingga
memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang diteliti. Kreteria informan
yang di wawancarai yaitu :
1. Ketua atau kepala Ratikita CV. Urbandewan Meratus
2. Relawan Ratikita CV. Urbandewan Meratus
3. Masyarakat yang melakukan transaksi di Tempat Ratikita

Adapun data yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peniliti langsung dari
sumbernya. Dalam penelitian ini data primer didapatkan pertama kali melalui wawncara
dengan informan yang sudah ditentukan, yakni ketua, relawan, dan masyarkata yang
berkegiatan di dalam program Ratikita yang bertempat di Kota Barabai, Kecamatan
Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Adapun data sekunder yaitu data yang diperolah secara tidak langsung dari subjek
atau objek yang diteliti seperti dokumen, buku-buku, bukti foto dan video, juga jurnal
yang mendukung data yang diperlukan dalam penelitian.

XI. INSTRUMEN PENELITIAN

Arikunto (2006: 160) instrument penelitian adalahalat yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Adapun
alat bantu yang digunkan peneliti sebagai pelengkap dan penunjang dilapangan yaitu
pedoman wawancara, alat perekam suara, handphone, laptop, dan buku catatan yang
digunakan untuk observasi dan wawancara secara langsung. Hal tersebut sangat
membantu peneliti dalam setiap proses pengumpulan data maupun informasi yang
bersangkutan dengan program Ratikita oleh CV. UrbanDewan meratus di kota Barabai,

17
Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu sungai Tengah.

XII. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data dan informasi, keterangan serta data-data yang diperlukan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan program Ratikita oleh CV. Urbandewan
Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga
lingkungan bagi masyarakat, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Observasi
Teknik Pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data,
observasi dapat dibedakan menjadi participan observation. Selanjutnya dari segi
instrumensasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi
tersrtuktur dan tidak terstruktur.
Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati langsung hal yang berkaitan dengan
program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus . penelitian ini menggunakan observasi
partisipan yaitu dalam penelitian ini terlibat dalam kegiatan objek yang diteliti. Observasi
awal dilakukan peneliti yaitu mencari informasi tentang kegiatan apa yang dilakukan
dalam Program Ratikita. Dengan mengamati kegiatan lebih lanjut dari program Ratikita
mendapat informasi yang baik dan jelas dari informan juga pengamatan yang
berlangsung di basecamp Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran
atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat kota
Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara digunakan peneliti untuk mengetahui hal yang
berhubungan dengan informasan secara lebih mendalam. Tekbik ini berarti peneliti
melakukan interaksi komunikasi dengan informan, melakukan tanya jawab dan bertukar
informasi. Wawancara merupakan pertemuan dua orang yang bertukar informasi dan ide
melalui Tanya Jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara umumnya dilakukan ditempat kerja, pada saat istirahat para relawan atau
masyarakat. Wawanacara biasanya mengikuti waktu jam kegiatan yang ada di CV.

18
Urbandewan Meratus. Rata-rata wawancara dilakukan saat pagi hingga sore hari ketika
informan beraktifitas. Seluruh waktu dan tempat tergantung kertesedian para informan.
Dalam penelitian ini wawancara difokuskan pada gambaran penelitian
program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan
pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan
barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini, penelitian melakukan wawancara (pengumpulan data atau informasi)
melalui tatap muka antara peneliti (pihak penanya) dan informan (pihak yang ditanya)
untuk memperoleh keterangan. Keterangan yang dimaksud yaitu gambaran tentang
program Ratikita CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan
pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan
Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

3. Dokumentasi
Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013:240). Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Pengumpulan
data melalui dokumentasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data secara rinci
dan konkret. Peneliti melakukan dokumentasi dalam penelitian kualitatif sebagai
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara teknik ini mengumpulkan
dokumen-dokumen berbentuk gambar dan dokumen berbentuk tulisan. Dokumen gambar
diperoleh pada saat melakukan wawancara dan observasi, sedangkan dokumen tertulis
berupa data profil. Dalam observasi lapangan penelitian diperbolehkan
mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Program Ratikita oleh CV.
Urbandewan Meratus. Dalam wawancara dengan informan peneliti mendokumentasinya
sebagai bukti wawancara. Sedangkan dokumen tertulis peneliti mendapatkannya berupa
data gambaran umum program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai
pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi
masyarakat.

XIII. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperolah dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam uni-unit, melakukan

19
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang dipelajari
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan sejak sebelum peneliti memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah setelah selesai di lapangan.
Menurut Miles dan Huberman, data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang
luas dan berlandaskan kukuh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi
dalam lingkup setempat. Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur
peristiwa secara kronologis, menilai sebabakibat dalam lingkup pikiran orang-orang
setempatm dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Dan lagi, data
kualitatif lebih condong dapat memebimbing kita untuk memperoleh penemuan yang tak
diduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoritis baru; data tersebut
membantu para peneliti untuk melangkah lebih maju dari praduga dan kerangka kerja
awal (Yamtinah, et al. 2020).
Analisis sebelum di lapangan berupa melakukan analisis data sebelum memasuki
lapangan serta melakukan analisis terhadap penelitian program Ratikita oleh CV.
Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan
menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, kabupaten Hulu
Sungai Tengah, data hasil studi pendahulu atau dista sekunder yang digunakan peneliti
untuk menetukan fokus penelitian. Selanjutnya analisis data dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data. Saat wawancara,
peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai mengenai yang
diteliti. Dalam beberapa hal analisis yang dilakukan sebelum menemukan hasil yang
memuaskan, maka peneliti melanjutkan penelitian lagi samapai diperoleh data yang
dianggap benar (dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah valid). Aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu :
1. Kondensasi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal pokok pada data yang telah
dikumpulkan memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari teman dan polanya.
Dengan demikian, data yang telah tereduksi memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutanya, dan
mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini data yang dicari berkenaa dengan tema
penilitian Program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau
20
gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai,
Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

2. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data maka langkah selanjutanya adalah penyajian data.
Tujuan dan penyajian data yaitu bertujuan agar data yang ada menjadi terorganisasi,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga data yang ada semakin mudah untuk dipahami.
Penelitian Program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau
gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyaraka,t yang mana
datanya telah peneliti kumpulkan baik dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dari
berbagai sumber, disusun secara sitematik sehingga menjadi lebih sederhna dan selektif
serta dapat dipahami maknanya agar nantinya lebih mudah dalam hal penarikan
kesimpulan terhadap hasil penelitian. Dalam hal ini tentunya mengenai penelitian
program Ratikita Oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan
pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, kecamatan
Barabai, Kabupaten Hulu sungai Tengah.

3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah yang terakhir dalam menganalisis data kualitatif yaknimenarik kesimpulan.
Pada awalnya kesimpulan itu masih kabur, tetapi lama-kelamaan jelas karena data yang
diperolah semakin banyak dan mendukung. Verifikasi dilakukan dengan singkat yaitu
dengan cara mengumpulkan data baru, kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya tidak ernah ada. Maka dari itu nantinya kesimpulan
diperolah setelah menggabungkan data-data yang telah didapat mengenai program
Ratikita Oleh CV. Urbandewan meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan
limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai,
kabupaten Hulu Sungai Tengah.

XIV. RENCANA PENGUJIAN KEABSAHAN DATA

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini merupakan teknik untuk menguji
benar tidaknya data (menguji kebenaran data yang didapat peneliti). Pengujian ini untuk
menemukan data yang valid, yaitu data yang tidak berbeda antara data yang didapat oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada subyek penelitian (informan yang
diteliti). Pengujian keabsahan data yang diambil oleh peneliti terhadap penelitian ini
adalah uji credibility (validitas internal). Uji kredebelitas data yang dipilih peneliti yaitu :

21
1. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjang pengamatan berati peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru. Dalam perpanjang pengamatan peneliti tidak hanya sekali saja
melakukan penelitian ke lapangan, baik dalam hal pengamatan maupun dalam bentuk
pertemuan ataupun berkirim pesan singkat dengan informan untuk melakukan
wawancara. Dalam tulisan ini peneliti kembali menghubungi para informan dan terjun ke
lapangan untuk menanyakan lagi beberapa pertanyaan dalam pedoman wawancara agar
mendapatkan data yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban
yang diberikan masih konsisten atau tidak mengenai penelitian program Ratikita Oleh
CV. Urbandewan meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan
menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah. Apabila data yang dikumpulkan selama penelitia masih belum
lengkap atau ada kekurangan , maka waktu pengamatan di lapangan diperpanjang
dampai data yang diinginkan terkumpul.
Dengan perpanjangan pengamatan berarti hubungan peneliti dengan
narasumber semakin akrab (tidak ada jarak lagi). Informan semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi, dan agar data yang
didapat benar-benar mendapat kepastian dan tepat.

2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekutan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat
serta berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka data dan urutan peristiwa dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti
memberiksn deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Pada
penelitian ini, peneliti meningkatkan ketekunan penelitian dengan menghubungi
narasumber. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mengkonfirmasi apakah benar informan
memiliki gambaran penelitian Program Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai
pembelajaran atau gerakan pemanfaatan limbah dan menjaga lingkungan bagi
masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

22
3. Triangulasi
Teknik merupakan suatu langkah pengecekan data dari berbagai sumber yang
dilakukan oleh peneliti dengan berbagai cara dan berbagai waktu yang beragam
(Sugiyono, 2013). Teknik ini terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber merupakan suatu cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
menguji kredibelitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui narasumber (Sugiyono, 2013). Sumber yang dimaksud dari program
Ratikita oleh CV. Urbandewan Meratus sebagai pembelajaran atau gerakan pemanfaatan
limbah dan menjaga lingkungan bagi masyarakat Kota Barabai, Kecamatan Barabai,
kabupaten Hulu Sungai Tengah.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk mengujui krdibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Data yang diperoleh
dengan wawancara kemudian peneliti cek ulang atau cek kembali dengan data observasi
dan dokumentasi. Untuk menguji kredibilitas data dengan triaungulasi teknik, setelah
dilakukan denga teknik wawancara kepada narasumber, kemudian dilakukan dengan
teknin obervasi dengan cara mengati apa saja yang dilakukan para narasumber serta
mencek kembali hasil observasi terdahulu yang peneliti lakukan. Hal ini merupakan
salah satu teknik yang dapat mengakuratkan data yang diperoleh dilapangan (Sugiyono,
2013).
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu yakni proses pengumpulan data berdasarkan pada kondisi
atau keadaan-keadaan yang dianggap sangat tepat untuk melakukan pengumpulan data,
baik dalam observasi, wawancara maupun dokumentasi, sehingga waktu yang digunkan
peneliti dalam pengumpulan data lebih berdasarkan pada situasi dan kondisi terhadap,
informan yang akan dimintai keterangan, agar keberadaan peneliti tidak dianggap
sebagai penggangu atau menyita waktu mereka serta data yang diperoleh lebih kredibel
atau akurat yaitu baik pagi sampai dengan malam hari. Sebagai salah satu untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat, peneliti melakukan wawancara dengan
memberikan pertanyaan yang sama dan informan menjawab dengan jawaban yang sama
diwaktu berbeda. Adapun waktu wawancara yang dilakukan adalah pada saat informasn
isitirahat bekerja dan pulang kerja (Sugiyono, 2013) .

23
XV. JADWAL PENELITIAN

Jadwal penelitian ini dilaksanakan dengan fase-fase sebagai beriku :


Bulan dan Tahun
Fase Kegiatan 2022 2023
7 8 9 10 11 12 2 3 4 5 6 7
1. Persiapan a. observasi
b. pembuatan
usulan proposal
c. pengajuan
usulan proposal
2. Menyusun a. bimbingan
proposal proposal
b. seminar
proposal
3. Pengumpulan a. observasi
data dan b. wawancara
pengolahan data c. dokumentasi
d. reduksi data
e. penyajian data
f. menarik
kesimpulan
4. Penulisan a. membuat draft
laporan laporan penelitian
b. diskusi draft
laporan
c. penyempurnaan
laporan
5. Penyelesaian a. seminar hasil
laporan b. perbaikan
6. Sidang a. sidang skripsi
b. penyerahan
skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, S. R. (2022). Pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Anak Usia


Dini. Musawa: Journal for Gender Studies, 14(1), 90-108.
Anggreni, S. S. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Lingkungan Hidup Di
Desa Sungai Lama Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan (Doctoral
dissertation, UNIMED).

24
Fauziah, A. T., & Thamrin, H. (2022). Pelatihan Anak Usia Sekolah Dalam Peningkatan
Keterampilan Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Barang Guna Pakai Dan
Hias. Jurnal Abdimas Indonesia, 2(2), 210-215.
Fitri, R. (2019). Pengelolaan Pencemaran Sungai Deli. Jurnal Abdi Ilmu, 11(2), 86-93.
Juzinar Suhimarita, D. S. (2019). Aplikasi Akuntansi Persedian Obat Pada Klinik Kantor
Badan Pemeriksaan Keuangan Perwakilan Lampung. Jurnal Sistem Informasi
akuntansi (JUSINTA), 1.
Huraerah, A. (2008). Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat: model dan strategi
pembangunan berbasis kerakyatan. Humaniora.
Ishatono, I., & Raharjo, S. T. (2016). Sustainable development goals (SDGs) dan
pengentasan kemiskinan. Share: Social Work Journal, 6(2), 159.
Lismiatun, F. E. (2021). Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Sebagai Media Belajar Pada
SD Negeri Pamulang Permai. Jurnal Abdimas, 9-14.
Margolang, N. (2018). Pemberdayaan masyarakat. Dedikasi: Journal of Community
Engagment, I, 2, 87-99.
Mukhlishin, A., & Suhendri, A. (2017). Aplikasi Teori Sosiologi dalam Pengembangan
Masyarakat Islam. INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication), 2(2),
211-234.
Nasir, M., Saputro, E. P., & Handayani, S. (2016). Manajemen pengelolaan limbah
industri. Benefit: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 19(2), 143-149.
Noor, M. (2011). Pemberdayaan masyarakat. CIVIS, 1(2).
Nugroho, B. (2008). Membuat Aplikasi Sistem Pakar dengan PHP dan Editor Dreamweaver.
Nurcahyono, F. (2017). Pembangunan aplikasi penjualan dan stok barang Pada toko nuansa
elektronik pacitan. Speed-Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi, 4(3).
Putri Nilakandi Perdana Pitoyo, I. W. (2016). Kinerja Pengelolaan Limbah Hotel Peserta
Proper Dan Non Proper Di Kabupaten Badung, Provinisi Bali. ECOTROPHIC, 33-
40.
Rajibi. (2021). dokumen Ratik Kita CV. Urbandewan Meratus. Barabai.
Sahwan, F. L. (2005). Sistem pengelolaan limbah plastik di Indonesia. Jurnal teknologi
lingkungan, 6(1).
Samadikun, B. P. (2019). Edukasi Bank Sampah Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja
Sistem Pengelolaan Persampahan Kawasan Perumahan Permata Tembalang
Kelurahan Kramas Kota Semarang. Jurnal Pasopati: Pengabdian Masyarakat dan
Inovasi Pengembangan Teknologi, 1(3).
Setiady, T. (2017). Pencegahaan Pencemaran Air Sungai Citarum Akibat Limbah
Industri. Yustitia, 3(2), 185-198.
Sudiapermana, E. (2009). Pendidikan informal. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 4(2).
Suharyanto, A. (2015). Pendidikan dan Proses Pembudayaan dalam Keluarga. JUPIIS: Jurnal
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7(2), 162-165.
Taufik, A. (2021). Pengelolaan Bank Sampah Terhadap Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Di Kelurahan Barrang Lompo Kecamatan Kepulauan Sangkarrang.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makasar.

25
Tejokusumo, B. (2014). Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial. Geoedukasi, 38-43.
Utina, R. (2015). Ekologi Dan Lingkungan Hidup.
Wirasaputri, N. M. (2014). Proses penyusunan rencana tata ruang dalam kaitan kelestarian
fungsi lingkungan hidup. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 16(1), 129-146.
Yamtinah, S., Roemintoyo, R., & Kartikasari, A. (2020). Pengembangan Buku Ajar Ilmu
Pengetahuan Alam Berbasis Sains Teknologi Masyarakat. Jurnal Kependidikan:
Penelitian Inovasi Pembelajaran, 4(1), 1-14.

26

Anda mungkin juga menyukai