Anda di halaman 1dari 14

SUMBER PENDAPATAN DAERAH ALTERNATIF & KREATIF

DI KOTA SURABAYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan


(TPW21246)

Dosen Pengampu :
Dr. Anita Ratnasari R., S. T., M. T.
Dr. Ir. Jawoto Sih Setyono, M. D. P.
Mohammad Muktiali, S. E., M. Si., M. T.
Wido Prananing Tyas, S. T., M. D. P., Ph. D .

Disusun Oleh :
Kelas B - Kelompok B 2.1.2

Parandita Anisa Fatah Murbana 21040117120030


Fathiyyah Nur Andina 21040117130068
Kinanthi Niart Silastuti 21040117130070
Febriansyah Bima Nur Ginantyo 21040117130074
Zulfa Laili Widya Nastiti 21040117130104
Azzam Zainurrafi Zaki Rabbani 21040117140071

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kota Surabaya merupakan kota dengan kepadatan penduduk yang paling
tinggi di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2018 Kota
Surabaya merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Jawa Timur, yakni
2,89 juta jiwa atau sekitar 7% dari total penduduk Jawa Timur. Pertumbuhan
penduduk yang begitu pesat di setiap tahunnya berdampak pada upaya
pengembangan kota yang mana dalam hal ini adalah penyediaan infrastruktur
serta pemenuhan kebutuhan masyarakat lainnya. Memajukan potensi yang
dimiliki daerah, pemenuhan sarana prasarana pun juga meningkat.
Dalam pemenuhan kebutuhan kota, baik kebutuhan masyarakat maupun
kebutuhan untuk kemajuan potensi daerah, Kota Surabaya memiliki tantangan
agar tidak ada ketimpangan antara permintaan layanan dengan penyediaan
layanan. Kemampuan pembiayaan daerah menjadi elemen penting dalam
penyediaan layanan, baik itu infrastruktur atau kebutuhan lainnya.
Dalam penyediaan kebutuhan kota, Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi
Jawa Timur tidak bisa bergantung pada sumber pembiayaan pembangunan
konvensional, yakni sumber pembiayaan dari pajak, APBD, dan retribusi.
Sumber pembiayaan lain dibutuhkan untuk menunjang penyediaan kebutuhan
kota, yaitu dengan pembiayaan pembangunan non-konvensional.
Sumber pembiayaan pembangunan non-konvensional merupakan model
kerjasama antara pemerintah dengan pihak non-pemerintah yang diharapkan
akan tercipta kolaborasi antar stakeholder untuk mengatur pembagian risiko dan
keuntungan proyek penyediaan infrastruktur (Artiningsih et all, 2019). Pada
laporan ini, pembiayaan pembangunan non-konvensional difokuskan ke tiga
model dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur Kota Surabaya, yakni
swadaya masyarakat dan CSR (Corporate Social Responsibility).

1.2. RUANG LINGKUP


Pembahasan pada laporan ini berfokuskan pada tiga sumber pembiayaan
pembangunan Kota Surabaya, yaitu swadaya masyarakat dan CSR (Corporate
Social Responsibility).

1.3. TUJUAN
Tujuan penulisan ini untuk menganalisis pendapatan alternatif dan kreatif
yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya sebagai sumber pembiayaan
pembangunan daerah.

1.4. SISTEMATIKA PEMBAHASAN


BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang penelitian, ruang lingkup, tujuan, dan
sistematika pembahasan.
BAB II SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN NON-KONVENSIONAL
Memuat uraian tentang tinjauan pustaka mengenai sumber pembiayaan non-
konvensional yang akan menjadi pembahasan.
BAB III PEMBAHASAN
Berisi pembahasan mengenai tiga sumber pembiayaa non-konvensional di Kota
Surabaya, yakni swadaya masyarakat dan CSR (Corporate Social
Responsibility).
BAB IV KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan secara ringkas mengenai pembahasan dan
hubungannya dengan tujuan penulisan.

BAB II
SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN
NON KONVENSIONAL

2.1. Swadaya Masyarakat


Swadaya masyarakat atau pemberdayaan masyarakat desa didefinisikan
sebagai upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat desa. Swadaya masyarakat yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surabaya salah satunya adalah Surabaya Green and Clean.
Surabaya Green and Clean pada dasarnya merupakan sebuah slogan
kebersihan yang kemudian dijadikan program utama Kota Surabaya oleh
Pemerintahan Kota guna menjadikan Surabaya menjadi kota yang hijau, bersih,
dan sehat. Program yang berjalan atas kerjasama Pemkot Surabaya, Swasta,
Unilever, Jawa Pos dan Radar Surabaya, SBO TV, Campina dll. Selain itu,
Surabaya Green and Clean adalah salah satu bentuk upaya untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan di Kota Surabaya yang sudah dicanangkan sejak
tahun 2005. Program Green and Clean ini juga ditujukan untuk penataan RTH
yang efektif dan efisien di Kota Surabaya dan menciptakan lingkungan hidup
yang bersih di tengah lingkungan perkotaan yang padat penduduk.
Tujuan awal dilaksanakannya program Surabaya Green and Clean adalah
untuk menciptakan Kota Surabaya lebih berseri dan indah. Hal ini disebabkan
karena rata-rata Kota Surabaya setiap harinya menghasilkan 8.800 m 3 sampah
dan sekitar 70% adalah sampah organik yang menjadi sumber bau menyengat.
Selain itu kualitas air yang buruk, dari 331 sampel air sumur yang diambil
pemkot, 231 sampel (69%) di antaranya belum memenuhi baku mutu air
Surabaya hanya memiliki 269,13 hektar Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau
sekitar 0,8% dari luas kota. Namun masalah lain juga bermunculan yaitu dengan
ditutupnya tempat pembuangan sampah (TPA) Keputih pada tahun 2005 yang
berakibat munculnya permasalahan pengelolaan sampah di Kota Surabaya. Hal
ini terjadi karena pada saat penutupan TPA Keputih, kawasan TPA Benowo
yang direncanakan menjadi penggantinya belum dapat beroperasi. Pada saat itu
pembuangan sampah dipaksakan dibuang di TPA Benowo sehingga sampah
tidak dapat dikelola dan semakin menumpuk. Akhirnya ditahun 2005 Kota
Surabaya menyusun program pengelolaan sampah berbasis komunitas untuk
meminimalisir adanya sampah dengan mencetuskan adanya progam Surabaya
Green and Clean. Namun masalah lain juga bermunculan yaitu dengan
ditutupnya tempat pembuangan sampah (TPA) Keputih pada tahun 2005 yang
berakibat munculnya permasalahan pengelolaan sampah di Kota Surabaya.
Untuk menciptakan kota Surabaya lebih sehat, hijau dan berseri, program
Surabaya Green and Clean mengadakan sebuah kegiatan nyata untuk
masyarakat Surabaya melalui Lomba Kampung Bersih. Lomba kampung bersih
adalah sebuah bentuk kegiatan yang mengajak masyarakat untuk lebih peduli
terhadap lingkungan sekitar. Lomba yang banyak diikuti oleh masyarakat ini
hanya ditujukan untuk wilayah perkampungan di Surabaya. Hal ini disebabkan
karena program Green and Clean mengacu pada wilayah kumuh daerah
perkotaan dengan jumlah penduduk yang banyak dan kurang peduli terhadap
lingkungan baik dari tingkat kecamatan, kelurahan, RW, maupun RT.
Selain itu terdapat pula dakwah ekologi dalam bentuk penyelamatan
lingkungan seperti penjelasan mengenai penghijauan dan pengelolaan sampah
rumah tangga berupa pelaksanaan 3R (reduce, reuse, recycle) dan bank sampah.
Dalam pembentukan bank sampah, ada beberapa hal yang harus dilakukan,
yaitu:
a. Pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya yang dilakukan sejak dari
sumbernya (rumah tangga).
b. Tiap rumah memiliki sarana untuk mengumpulkan sampah kering terpilah,
misalnya glansing atau plastik.
c. Menyediakan pengurus bank sampah.
d. Membuat kesepakatan jadwal penjualan .
e. Membuat sistem administrasi.
f. Memiliki pengepul dengan jadwal pengambilan rutin.
Dalam sistem pengelolaan bank sampah sama seperti di bank-bank
penyimpanan uang, para nasabah dalam hal ini adalah masyarakat yang bisa
langsung datang ke bank untuk menyetor. Bukan uang yang di setor, namun
sampah yang mereka setorkan. Sampah tersebut di timbang dan di catat di buku
rekening oleh petugas bank sampah. Dalam bank sampah, ada yang di sebut
dengan tabungan sampah.
Dikatakan di buku panduan sistem bank sampah yang diterbitkan oleh
Unilever Indonesia, terdapat dukuh setro 1 Tengah, Surabaya yang hasil dari
bank sampah nya memiliki omset Rp. 1.500.000 per bulan nya.

2.2. Corporate Social Responsibility (CSR)


Dalam pembiayaan pembangunan ada dua jenis pembiayaan jika ditinjau
berdasarkan pada sumbernya, yaitu pembiayaan dengan sumber konvensional
dan non-konvensional. Sumber pembiayaan konvensioal adalah sumber
pembiayaan yang berasal dari pendapatan negara atau daerah. Sedangkan untuk
sumber pembiayaan non-konvensional adalah sumber pembiayaaan yang
berasal dari kerjasama antara pihak pemerintah dengan swasta maupun
masyarakat.
Contoh sederhana dari pembiyaan non-kovensional adalah program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang wajib dimiliki oleh setiap
perusahaan yang ada di Indonesia. CSR merupakan suatu konsep serta tindakan
yang dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai rasa tanggung jawabnya terhadap
sosial serta lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berdiri. Terdapat beberapa
perusahaan yang memberikan perbaikan ataupun pembangunan infrastruktur di
wilayah sekitar perusahaannya. Hal tersebut dapat membantu meringankan
beban pemerintah setempat untuk biaya pengembangan infrastruktur di
daerahnya.
Tidak terkecuali Kota Surabaya, menurut Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini, Surabaya adalah kota yang dibangun di atas dasar kebersamaan.
Hal tersebut merujuk pada peran aktif masyarakat dalam mendukung
pembangunan Kota Surabaya. Contoh paling sederhana adalah dukungan dalam
bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) yang datang dari berbagai
perusahaan. Hal ini mempertegas bahwa membangun dan mengembangkan kota
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, melainkan unsur
perusahaan dan masyarakat juga dapat berpartisipasi di dalamnya.
Adapun bentuk CSR di Kota Surabaya sangatlah beragam, mulai dari mobil
ambulance, mobil skywalker, mobil operasional perpustakaan, dump truck,
excavator, dan bus tingkat. Tidak hanya berupa mobil operasional, CSR juga
dalam bentuk pembangunan infrastruktur, misalnya Broadband Learning
Center (BLC), pembangunan pos pemadam kebakaran, pembangunan
underpass, gazebo wisata mangrove, hingga pembangunan patung Suro dan
Boyo. Ada pula hibah dalam bentuk benda-benda bersejarah untuk menambah
koleksi museum, mesin pencacah plastik, dan lain sebagainya.

Gambar 1. Data CSR Kota Surabaya


Sumber : www.kompas.com

BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab sebelumnya telah diuraikan beberapa sumber pembiayaan alternatif
Kota Surabaya dalam melaksanakan program-program pembangunannya. Oleh karena
itu, pada bab ini akan diuraikan terkait mekanisme dan keterlibatan masyarakat pada
sumber-sumber pembiayaan alternatif yang ada.

3.1. Sistem Swadaya Masyarakat


Sumber pembiayaan alternatif melalui sistem swadaya masyarakat di Kota
Surabaya telah diterapkan pada program SCG (Surabaya Green and Clean) dan
Surabaya Berwarna Bunga. Kedua program Pemda Kota Surabaya ini dikemas
dalam bentuk kompetisi sehingga menarik minat dan partisipasi masyarakat
Kota Surabaya. Pada program ini, masyarakat Kota Surabaya berpartisipasi aktif
dalam mecapai tujuan program pemerintah daerah. Masyarakat berperan aktif
dalam melakukan kegiatan-kegiatan atau pengerjaan, mencetuskan inovasi-
inovasi, dan bahkan memberikan sumber dana pada program pemerintah daerah
Kota Surabaya.

3.2. CSR
Mekanisme atau alur pelaksanaan sumber pembiayaan CSR di Kota
Surabaya diawali dengan pembuatan surat usulan CSR beserta detailnya kepada
Wali Kota Surabaya. Berdasarkan disposisi dari wali kota, selanjutnya akan
dilakukan pengkajian terhadap usulan CSR oleh organisasi perangkat daerah
(OPD) terkait. Hal itu bertujuan untuk memastikan CSR yang ditawarkan tepat
sasaran dan menjawab kebutuhan masyarakat. Kemudian, dibuat Naskah
Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) sebagai dasar pelaksanaan program CSR.
Pada sumber pembiayaan CSR masyarakat Kota Surabaya yaitu pemilik usaha
dapat berpartisipasi dalam penyediaan maupun pengembangan infrastruktur
daerahnya.

3.3. BOT
Model pembiayaan BOT melibatkan masyarakat yaitu pihak-pihak swasta
dalam mendanai maupun melaksanaan program-program pemerintah daerah.
BOT dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya dalam proyek pembangunan
kembali Pasar Turi Surabaya. Pada intinya mekanisme BOT adalah pihak
swasta yang pada proyek pembangunan kembali Pasar Turi adalah PT. Gala
Bumiperkasa membangun kembali pasar dan fasilitas-fasilitasnya di lahan milik
Pemerintah Kota Surabaya. Selain itu PT. Gala Bumiperkasa juga berhak
mengelola dan mendayagunakan aset yang ada dalam jangka waktu 25 tahun.
Selama jangka waktu tersebut pihak PT. Gala Bumiperkasa selaku investor akan
mendapat keuntungan melalui pendayagunaan gedung tersebut sedangkan
Pemerintah Kota Surabaya akan mendapat kontribusi dalam periode tahunan.
Setelah jangka waktu 25 tahun berakhir, tanah dan bangunan tersebut akan
diserahkan kembali kepada Pemerintah Kota Pada dasarnya BOT membantu
Pemerintah Kota Surabaya dalam mendanai dan menyelesaikan program besar
yang memerlukan dana besar melalui pelibatan pihak swasta, di mana pihak
swasta juga mendapatkan keuntungan dari kerjasama tersebut.
Sesuai dengan pola perjanjian Build Operate and Transfer (BOT), bahwa
pihak investor akan membangun Pasar Turi. Masa pelaksanaan pembangunan
Pasar Turi Surabaya ditentukan selama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung
sejak tanggal Berita Acara Peyerahan Obyek ditandatangani para pihak,
termasuk kegiatan perencanaan dan perizinan, kemudian berkaitan dengan hak-
hak pihak pertama dan pihak kedua.
Keuntungan yang akan didapatkan oleh Pemerintah Kota Surabaya
selama masa konsesi berlangsung sebagaimana tercantum dalam Pasal
10 tentang pembayaran kontribusi, Pemerintah Kota Surabaya akan
mendapatkan kontribusi dalam periode tahunan selambat-lambatnya pada
tanggal 15 Desember setiap tahunnya. Selain itu, keuntungan diakhir
perjanjian yaitu menerima seluruh aset yang meliputi tanah dan
bangunan beserta seluruh fasilitaas yang melekat pada aset dalam
keadaan layak fungsi dan terpelihara. Sebagaimana kewajiban dari pihak
investor untuk menjaga dan merawat bangunan tersebut.Sistem kerja sama
ini, pihak pemegang hak atas tanah yaitu Pemerintah Kota Surabaya
memberikan hak eksklusif kepada pihak Investor untuk membangun,
memiliki dan menikmati segala hasil dan keuntungan dari bangunan
gedung yang dibangun, namun terbatas selama jangka waktu tertentu
yang telah dijanjikan dalam perjanjian diantara para pihak, menurut
kesepakatan 25 tahun. Pengalihan hak atas tanah dari pemegang
hak atas tanah kepada investor hanya untuk sementara waktu.

3.4. Membayar Ongkos Suroboyo Bus dengan Sampah Botol Plastik


Pengumpulan sampah botol plastik sebagai ongkos menaiki Suroboyo
Bus sejak awal pada 2018 hingga Januari 2019 sudah terkumpul sebanyak 39
ton. Sampah itu pun telah dilelang melalui Dirjen Kekayaan Negara (DJKN)
senilai Rp 150 juta. Hasil penjualan tersebut kemudian masuk dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya. Karena botol plastik yang
terkumpul itu sudah ditetapkan sebagai kekayaan daerah.
Jumlah Suroboyo Bus sebanyak 20 unit. Dia juga mengakui minat warga
untuk menggunakan alat transportasi ini terus meningkat. Terhitung, sejak awal
bus tersebut beroperasi sampai pada tahun 2019, jumlah pemasukan botol
sampah plastik terus meningkat.
Artinya, semakin banyak minat warga yang menggunakan bus tersebut.
Oleh karena itu, Pemkot Surabaya terus mengupayakan pembayaran Suroboyo
Bus menggunakan sampah botol plastik. Cara ini dinilai efektif untuk
menangani dampak dari sampah plastik itu sendiri.

3.5. Program Inovasi Pahlawan Ekonomi & Pejuang Muda


Program yang dilaksanakan mulai 2010 ini berfokus pada pemberdayaan
ibu rumah tangga dari keluarga miskin yang ada di Surabaya. Para ibu rumah
tangga dari keluarga miskin memiliki potensi besar. Mereka diberi jalan untuk
mengembangkan bisnis di skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Mereka diberi pelatihan dan pendampingan komprehensif.
Jumlah UMKM yang menjadi peserta Pahlawan Ekonomi dan Pejuang
Muda terus bertambah secara siginfikan. Pada tahun pertama atau 2010, jumlah
UMKM yang ikut pelatihan tak lebih dari 92 UMKM. Sedangkan hingga tahun
2017, jumlahnya mencapai 8.565 UMKM. Roda ekonomi masyarakat berputar
dengan baik.
Program ini berupaya memberi pendampingan bagi UMKM, sejak tahap
awal bimbingan mental, pembuatan produk, pengemasan, pemasaran, hingga
promosi.
Pemkot Surabaya tidak menggelontorkan anggaran secara langsung.
Pemkot Surabaya hanya bertindak sebagai regulator dan fasilitator kegiatan.
Komunitas masyarakat Surabaya yang peduli pada pemberantasan kemiskinan
diajak berpartisipasi menjadi pelaksana. Mereka antara lain lembaga
independen, konsultan bisnis, perbankan, dan swasta. Pihak swasta memiliki
andil dalam penyiapan anggaran kegiatan-kegiatan. Mereka diajak untuk peduli
melalui pemberian dana Corporate Social Responsibility atau bantuan lainnya.
Program Pahlawan Ekonomi makin berkembang dan perekonomian Kota
Surabaya makin maju. Buktinya, pada awal ia menjabat 2010, pendapatan asli
daerah (PAD) Kota Surabaya masih di kisaran Rp 1,9 miliar per tahun.
Sementara itu, 2018 PAD sudah mencapai Rp 5 triliun per tahun.

3.6. Paket Wisata Surabaya


Sejumlah bangunan bersejarah peninggalan zaman kolonialisme Belanda di
Kota Surabaya diusulkan masuk dalam paket wisata untuk menarik wisatawan,
baik domestik maupun mancanegara.
Bangunan kolonial yang merupakan cagar budaya dipelihara dengan baik
dan dijadikan salah satu tujuan wisata di Surabaya. Yaitu di daerah Jembatan
Merah, banyak jalan- jalan kecil yang memiliki bangunan tua. Sehingga dari
hasil sektor pawisiata ini menyumbang dan mendongkrak pendapatan asli
daerah (PAD).Pemkot menawarkan paket wisata dengan melibatkan 169
bangunan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya, selain itu atraksi ludruk dan
kesenian tradisional.

3.7. Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada


Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan terpenuhinya
kebutuhan air minum sebagai kebutuhan dasar masyarakat serta dalam upaya
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya, maka telah dibentuk
Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada berdasarkan Peraturan Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 7 Tahun 1976 tentang
Perusahaan Daerah Air Minum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 14 Tahun 1986, dan
kepengurusannya didasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Surabaya Nomor 15 Tahun 1986 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Badan
Pengawas, Direksi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum
Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya.

3.8. Festival Layang- Layang Kota Surabaya


Festival tahunan ini digelar untuk menarik wisatawan asing untuk
berkunjung ke Surabaya. . Festival ini bisa dinikmati semua usia. Berkaca
pada tahun-tahun sebelumnya, selain menjadi hiburan festival layang-layang
juga memberikan pendapatan yang besar bagi pemerintah kota Surabaya.  
 Pendapatan Asli Daerah akan meningkat dari pajak hotel dan restoran yang
ditempati oleh para pemain layang-layang selama berada di Surabaya.

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pembahasan yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan
bahwa Kota Surabaya memiliki beberapa sumber pembiayaan alternatif, seperti sistem
swadaya masyarakat, CSR, dan BOT. Sumber-sumber pembiayaan alternatif tersebut
mampu membiayai program-program maupun pembangunan di Kota Surabaya. Mulai
dari program-program kecil seperti Surabaya Green and Clean sampai program besar
seperti revitalisasi Pasar Turi yang ludes terbakar. Hal ini menunjukan Pemerintah
Kota Surabaya memiliki inovasi untuk mendanai kegiatan pembangunan di
daerahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Pengertian CSR, Manfaat &Fungsi CSR, Serta Contoh CSR
Perusahaan. Dalam ilmu-ekonomi-id.com. Diakses pada Senin, 23 Maret
2020.
Anonim. 2020. Bersama Membangun Surabaya. Dalam kompas.com. Diakses pada
Senin, 23 Maret 2020.
Artiningsih, A; Putri, N C; Muktiali, M; Ma’arif, S. 2019. Skema Pembiayaan
Pembangunan Infrastruktur Non-Konvensional di Kota Semarang. Jurnal
Riptek Vol. 13(2): 92.
Asdhiana, Made. 2011. Bangunan Bersejarah Disukai Wisatawan. Dalam kompas.com.
Badan Pusat Statistik. 2018. Jumlah Penduduk Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota.
Dalam databoks.katadata.co.id. Diakses pada Minggu, 22 Maret 2020.
Budi Santoso. 2008. Aspek Hukum Pembiayaan Proyek Infrastruktur Model BOT
(Build Operate and Transfer). Solo: Genta Press.
Cekindo. Tanpa Tahun. Upaya Surabaya Menarik Investor Asing. Dalam
cekindo.com. Diakses pada Minggu, 22 Maret 2020.
Inggar, Yovita. 2019. Anggaran dan Sumber Pembiayaan Non Konvensional. Dalam
kompasiana.com. Di akses pada Senin, 23 Maret 2020.
Kompas. 2020. Bersama Membangun Surabaya. Dalam biz.kompas.com. Diakses
pada Senin, 23 Maret 2020.

Kurnia, Dadang. 2018. Risma Ungkap Kontribusi UKM Terhadap PAD Surabaya. Dalam
republika.co.id.
Kurnia, Dadang. 2019. Sampah Botol Plastik Suroboyo Bus Laku Terjual Rp 150 Juta.
Dalam republika.co.id.

Lathifah, Umi. 2011. Peningkatan Pemanfaatan Properti Daerah sebagai Sumber


Pembiayaan Non Konvensional di Kota Surabaya.
Maulana Dony. 2019. Minat Investasi di Kota Surabaya Bikin Investor Asing Serius.
Dalam www.sureplus.id. Diakses pada Minggu, 22 Maret 2020.
Muhammad Zea Algabili, Budi Santoso, Hendro Saptono. 2016. Pelaksanaan
Perjanjian Build Operate and Transfer (BOT) dalam Pembangunan Aset
Milik Pemerintah Daerah (Studi pada Proyek Pembangunan dan Pengelolaan
Pasar Turi Kota Surabaya). Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro.
Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 13 Tahun 2016
Rangga. 2019. Penanaman Modal Asing. Dalam guruakuntansi.co.id. Diakses pada
Minggu, 22 Maret 2020.
Reviyanto, Dhemas. 2013. Surabaya Gelar Festival Layang- Layang. Dalam
travel.tempo.com
Riski, Vinna Wati 2016. Analisis Dakwah Ekologi Program Surabaya Green and
Clean. Undergraduate Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Satria, Johan. Tanpa Tahun. Artikel Pembiayaan Pembangunan Pembiayaan Non-
Konvensional. Dalam academia.edu. Diakses pada Senin, 23 Maret 2020.
Susilo, Budi. 2019. Sampah Botol Plastik dari Suroboyo Bus Sumbang PAD
Surabaya, Terkumpul 39 Ton Senilai Rp 150 Juta. Dalam
kaltim.tribunnews.com.
Utami Eka. 2013. Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 kisah sukses. Jakarta:
Yayasan Unilever Indonesia.
UU RI No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 1 No. 3
Vinna Kumalasari, Imam Hanafi, Rozikin. 2007. Evaluasi Program Surabaya Green
and Clean Berbasis Sustainable Development. Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai