Anda di halaman 1dari 2

Diharapkan peserta orientasi setelah mengikuti kegiatan ini akan memiliki pengetahuan dan

keterampilan di bidang pemberdayaan masyarakat dalam melakukan aksi untuk percepatan


peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi yang dilaksanakan melalui instrumen
gerakan dakwah bil lisan (pendekatan lisan) dan bil hal (pendekatan aksi), yaitu: (1) Pemicuan dan
peningkatan kesadaran masyarakat atas pentingnya sarana air bersih dan sanitasi, dan (2)
pendampingan masyarakat untuk bisa mandiri dalam pembangunan air bersih dan sanitasi melalui
dana ZISWAF dan dana komersial dari koperasi syariah serta dana sosial lainnya.

Abdurrahman Hilabi

Dosen dan Pemerhati Lingkungan Hidup

Jakarta, CNN Indonesia -- Pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat bisa berjalan lancar dan
dimanfaatkan dengan baik, salah satunya berkat peran dan kepedulian tokoh masyarakat. Mereka
menerjemahkan visi pentingnya Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) dan Tempat Pengelolaan
Sampah dengan Pendekatan Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) serta mengkomunikasikannya kepada
masyarakat di sekitarnya.

Tokoh masyarakat sudah selayaknya membawa perubahan ke arah yang lebih baik karena peran
tokoh masyarakat dapat menginspirasi masyarakat lainnya. Ada beberapa tokoh masyarakat yang
ikut ambil peran dalam gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk memajukan
masyarakat dan desa.

Dalam proses pemberdayaan


masyarakat modal sosial menjadi
aspek yang sangat penting. Modal
sosial struktural inilah yang akan
menjadi sasaran dalam advokasi.
Peranan tokoh masyarakat dalam
memberikan persepsi kepada
masyarakat akan memudahkan proses
pemberdayaan masyarakat, Advokasi
yang dilakukan mulai dari tingkat
kecamatan kelurahan dan tingkat
dusun. Di tingkat dusun yaitu dengan
koordinasi dengan kepala dusun dan
tokoh-tokoh masyarakat seperti kaum
rois, ketua-ketua RT. Pelaskanaan
advokasi ini juga mendapat
dukunngan dari pemerintah desa
Panggungharjo melalui penggunaan
Anggaran Dana Desa dalam kegiatan
peningkatan PHBS. Advokasi
selanjutnya di kelurahan juga melaui
pembentukan dan pengaktifan desa
siaga sehat di kelurahan

Jumlah masyarakat Kebumen yang belum memiliki jamban tergolong tinggi. Sedikitnya
dibutuhkan belasan ribu jamban agar seluruh masyarakat tidak lagi buang air besar
sembarangan (BABS). Mengacu data pada aplikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat-Smart
(STBM-Smart) milik Kementerian Kesehatan, Kebumen masih butuh sekitar 19.000 jamban.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen melalui Kabid Kesehatan Masyarakat Tri
Tunggal Eko Sapto, mengungkapkan baru 236 desa/kelurahan dari 460 desa/kelurahan di
Kebumen mendeklarasikan tidak lagi BABS. Dengan demikian, hampir separuh desa di
Kebumen membutuhkan ketersediaan jamban atau sekitar angka 19.000 untuk mencanangkan
stop BABS seluruhnya.

"Untuk menekan itu, ada bantuan dari Pemkab terkait pembuatan jamban bagi masyarakat,"
katanya, Rabu (23/10) saat dikonfirmasi.

Eko yang didampingi, Kasi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga
Retno Sundari, menjelaskan setiap tahun terdapat alokasi bantuan jambanisasi. Baik dari
pemerintah kabupaten maupun yang bersumber dari pemerintah provinsi. Pada tahun 2019
ini, ada sekitar 1.641 unit dan tahun 2020 dialokasikan sebanyak 2.145 unit yang berasal dari
APBD Kebumen. Sedangkan dari Provinsi sebanyak 300 unit. 

"Kami juga mendorong pemerintahan desa ikut andil dalam pengentasan BABS ini dengan
pengalokasian anggaran bantuan jamban," imbuhnya.

Perilaku BABS, lanjutnya, memerlukan kesadaran masyarakat agar dapat tertuntaskan


dengan baik. Dimana ada kemauan untuk merubah perilaku tidak hidup sehat selama ini.
Adapun daerah yang termasuk tinggi penyumbang BABS yaitu di daerah Kebumen Utara.
Agar imbauan mengena, pihaknya juga melakukan sosialisasi yang intens di kalangan
masyarakat dengan terjun langsung ke lapangan bersama petugas Puskesmas.

"Akhir tahun ini kami akan mendeklarasikan kabupaten tanpa BABS.November atau
Desember awal," jelasnya.

Eko menyebut, kendati kebutuhan jamban masih tinggi namun diakuinya prosentase akses
sanitasi cukup baik. Kebumen berada dia angka 96,19 persen meskipun belum seluruh desa di
Kebumen melaksanakan STBM. Artinya, sejumlah kepala keluarga masih belum memiliki
jamban akan tetapi tidak lagi BABS.

"Misal BABnya dia numpang dimana gitu. Data per September lalu kita sudah 86,52 persen
atau 396 Desa yang melakukan STBM,” tandasnya.

Anda mungkin juga menyukai