Sanitasi menjadi salah satu isu dunia yang masih memerlukan perhatian
khusus. Menurut (Group, 2013), diperkirakan 2,5 miliar penduduk dunia tidak
memiliki akses terhadap jamban layak atau sarana pembuangan limbah manusia,
termasuk 1 milliar penduduk dunia yang melakukan Buang Air Besar
Sembarangan di sungai dan ladang, menyebarkan virus, kuman melalui air dan
makanan dan hanya sekitar 64% dari populasi dunia yang memiliki akses sanitasi.
Menurut (Group, 2013), masalah sanitasi pada tingkat global tetap menjadi salah
satu target tujuan pembangunan milenium (Organization, 2015). Salah satu
negara di dunia yang berkomitmen untuk mencapai tujuan pembangunan
milenium tersebut adalah Indonesia. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen
bahwa salah satu target tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) tahun 2015
adalah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara
berkesinambungan kepada separuh penduduk yang belum mendapatkan akses,
sehingga diharapkan nantinya tidak ada lagi masayarakat Indonesia yang tidak
memilki akses memperoleh sanitasi yang baik. Komitmen pemerintah terhadap
persoalan sanitasi tersebut merupakan suatu tujuan yang memerlukan perhatian
khusus.
Indonesia adalah salah satu negara yang saat ini masih mengahadapi
masalah sanitasi dan perilaku untuk hidup bersih dan sehat. Menurut (Group,
2013), Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sanitasi dasar dimana
setengah dari populasi masyarakat perdesaan tidak memiliki akses sanitasi layak,
dan dari 57 juta orang yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan, 40 juta
diantaranya tinggal di perdesaan. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah
Indonesia telah membuat kebijakan mengenai persoalan sanitasi. Keputusan
Menteri Kesehatan No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), namun pada tahun 2014 kebijakan ini
diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Menurut Permenkes No 3 Tahun
2014, STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter
melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Program STBM ini
mengajak masyarakat untuk sadar akan kondisi sanitasi mereka.
Untuk menciptakan suatu kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi
yang sehat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pencetus, faktor
pendorong dan faktor pendukung sehingga kemudian masyarakat dapat berpikir,
kemudian sadar dan meninggalkan kebiasaan Buang Air Besar sembarangan
(Open Defecation). Permenkes No 3 Tahun 2014 tentang STBM juga dijelaskan
bahwa pemerintah telah merubah pendekatan sektoral dengan penyediaan
subsidi perangkat keras menjadi pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Latar belakang perubahan tersebut karena pendekatan sektoral dengan
penyediaan subsidi perangkat keras tidak memberi daya ungkit terjadinya
perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi. Pendekatan STBM
tersebut mengacu pada prinsip-prinsip dasar STBM yaitu tanpa subsidi kepada
masyarakat, tidak menggurui, tidak memaksa, masyarakat sebagai pemimpin,
totalitas, seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan
perencanaan–pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan (Pelaksanaan
STBM dalam program Pamsimas tahun 2009).
Prinsip yang digunakan dalam metode STBM adalah target bukan pada
membangun sarana, tetapi menghilangkan open defecation, aspek-aspek utama
yang ditonjolkan dalam metode STBM adalah pemberdayaan dengan cara
menimbulkan spirit dan semangat kemandirian. Dalam penyelenggaraan STBM ini
berpedoman pada lima Pilar STBM yaitu pilar stop buang air besar sembarangan,
pilar cuci tangan pakai sabun, pilar pengelolaan air minum dan makanan rumah
tangga, pilar pengamanan sampah rumah tangga, dan pilar pengamanan limbah
cair rumah tangga. Penyelenggaraan STBM ini lebih memfokuskan terlebih dahulu
pada pilar pertama yaitu stop buang air besar sembarangan mengingat masih
banyaknya masyarakatyang melakukan aktivitas BAB sembarangan.Pendekatan
melalui STBM ini dapat menyadarkan masyarakat bahwa perilaku buang air besar
sembarangan adalah masalah bersama karena dapat berakibat kepada semua
masyarakat sehingga penyelesaian masalah BAB sembarangan ini harus
diselesaikan dengan sinergi dan partisipasi dari berbagai pihak. Di era otonomi
daerah sekarang ini, pemerintah daerah juga mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab untuk menangani persoalan sanitasi khususnya pemerintah
daerah kabupaten Bojonegoro.
Pemerintah daerah kabupaten Bojonegoro telah berkomitmen untuk
mengimplementasikan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten
Bojonegoro. Komitmen tersebut diwujudkan oleh Pemkab Bojonegoro dengan
membuat kebijakan teknis pendukung yang terkait dengan kebijakan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini khususnya pada pilar stop buang air besar
sembarangan yaitu Perbub No 58 tahun 2010 tentang Pedoman Pengawasan dan
sanksi Buang Air Besar Sembarangan.
Hingga saat ini perhatian pemerintah terhadap permasalahan kesehatan
terus dilakukan terutama dalam merubah paradigma kesehatan di masyarakat
menjadi paradigma sehat. Hal itu terkait dengan upaya peningkatan sumber daya
manusia yang cerdas dan sehat. Berubahnya paradigma masyarakat tentang
kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian kesehatan
masyarakat, dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah dan petugas
kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai
pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan perubahan
paradigma sakit menjadi paradigma sehat membuat masyarakat menjadi mandiri
dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai
dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan” (Eko Kurniawan, 2017).
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
pemerintah menetapkan beberapa misi pembangunan kesehatan diantaranya
dengan mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dan peningkatan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya melalui
pemberdayaan masyarakat dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting
untuk mendukung status kesehatan masyarakat. Sayangnya, masih cukup banyak
masyarakat yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat tersebut. Hal
ini dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari yang tidak mendukung kesehatan
seperti kebiasaan buang air besar sembarangan, pembuangan sampah dan
limbah cair rumahtangga yang belum dikelola dengan baik, dan juga pengelolaan
air minum yang kurang sehat. Hasil penelitian Syamsuddin dan Asriani (2019),
Menunjukkan bahwa kebiasaan buang air besar sembarangan yang
dilakukan masyarakat di desa-desa Kecamatan Silima Pungga-Pungga, wilayah
kerja Puskesmas Bakal Gajah, Kabupaten Dairi masih cukup tinggi sehingga
menyebabkan terjadinya kasus diare. Perilaku yang tidak mendukung kesehatan
ini juga terjadi pada beberapa masyarakat di Kecamatan Silima pungga-Pungga.
Masih ada anggota masyarakat yang buang air besar sembarangan dan
membuang sampah rumah tangga/Popok di sembarangan tempat. Padahal
pekarangan rumah tersebut sangat jauh dari standar kesehatan. Berdasarkan
data yang diperoleh pada laporan bulanan desa, jumlah kasus diare sebagai
akibat dari perilaku yang tidak menguntungkan kesehatan adalah rata rata 1-5
kasus per desa. Melihat perilaku beberapa orang masyarakat di Desa yang masih
menggunakan Pekarangan rumah sebagai sarana untuk buang air besar dan
aktivitas sehari-hari lainnya, maka tim pengabdian kepada masyarakat ini merasa
perlu untuk melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan untuk
mendorong kesadaran dan kemandirian hidup sehat bagi individu secara khusus,
dan bagi masyarakat secara umum.
Kegiatan pemberdayaan ini sebagai upaya untuk memfasilitasi masyarakat
dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi terkait perilaku yang
tidak mendukung kesehatan dan potensi yang dimiliki untuk mengatasinya,
merencanakan dan melaksanakan pemecahan masalah tersebut dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki. Pemberdayaan masyarakat di Desa ini
dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat, serta kepedulian dan peran aktif masyarakat dalam
berbagai upaya kesehatan dengan menekankan pada penerapan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) khususnya pilar 1. Dalam kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini, pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mengacu
pada metode Participatory Assessment and Planning (PAP).
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya secara
mandiri, maka upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan cara
membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada
dilingkungannya akibat perilaku buang air besar tidak pada tempatnya, membantu
masyarakat untuk mengenali potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk
mengatasi masalah kesehatan tersebut, membantu masyarakat untuk menyusun
prioritas masalah kesehatan yang dihadapi termasuk faktor pendukung maupun
penghambat dalam mengatasinya, dan membantu masyarakat menemukan dan
memilih solusi pemecahan masalah yang efektif secara mandiri.
Berdasarkan uraian diatas, maka kegiatan pengabdian ini dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya hidup sehat dengan berhenti melakukan buang air besar sembarangan
(Stop BABS), serta mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga
maupun masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Dr. Husaini, SKM., M.Kes & Lenie Marlinae, SKM., MKL 26 Bappenas. 2011. Visi
dan Arah Pembangunan Jangka Panjang (PJP) tahun 2005 – 2025. Kantor
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BPPN
https://www.bappenas.go.id/files/1814/2057/0437/RPJP_2005-2025.pdf
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Balai Pustaka
Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, 2019. Profil Kesehatan Kabupaten
Buleleng Tahun 2019.
https://bulelengkab.go.id/assets/instansikab/70/bankdata/profil-kesehatan-
kabupaten-bulelengtahun-2019-25.pdf diunduh pada 8 Januari 2021
Harjati. dkk. 2012. Konsep Sehat Sakit Terhadap Kesehatan Ibu Dan Anak Pada
Masyarakat Suku Bajo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/564fa63daad1c384c727c8bcda5ee948.pdf
Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Syamsuddin dan Asriani. 2019. Penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Pilar 1 Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) dengan
Kejadian Penyakit Diare Di Kelurahan Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar.
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/Sulolipu/article/view/1035 diakses
tanggal 3/3 - 2021
Yulia, Astri. 2012. Laporan Hasil Kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat) di Lokasi PAMSIMAS Tahun 2011 di Jorong Kayu Kalek Nagari Koto
Anau Kec. Lembang Jaya Kab. Solok. Puskesmas Bukit Sileh. Diunduh tanggal 25
Januari 2021