Anda di halaman 1dari 22

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN DALAM PEMELIHARAAN

INFRASTRUKTUR JALAN KECAMATAN KAHAYAN HILIR.


STUDI KASUS DESA MENTAREN II, KABUPATEN PULANG PISAU.

NAMA : I MADE SUWARNAYA


NIM : 224030121017

PROGRAM STUDI ………..


FAKULTAS ………………………
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang
Pembangunan suatu negara pada hakekatnya memiliki tujuan untuk
mensejahterahkan masyarakat, sebagaimana yang tertuang dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia IV yang berbunyi,
pembangunan nasional merupakan suatu tujuan bangsa Indonesia dalam
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta
memajukan kesejahteraan umum dan ikut serta dalam melaksanakan
ketertiban dunia. Undang-undang No 6 tahun 2014, pemeritah memiliki
kewenangan untuk mengatur dan menata wilayahnya, salah satunya adalah
pembangunan infrastruktur atau sarana dan prasarana yang di butuhkan oleh
masyarakat. Dikarenakan desa dengan pembangunan infrastruktur (jalan)
yang memadai dan menunjang kebutuhan masyarakatnya dapat dikatakan
desa yang maju.
Jalan perdesaan adalah salah satu upaya membuka keterisolasian
wilayah perdesaan dari sumber-sumber informasi dan penghubung ke pusat-
pusat produksi dan tempat-tempat distribusi/pemasaran. Selain itu, jalan
perdesaan memudahkan jangkauan penduduk ke pusat-pusat pelayanan
sosial dan budaya seperti: sarana pendidikan (sekolah), kesehatan
(puskesmas, posyandu), dan ibadah. Jalan perdesaan dianggap menjadi
kunci pertumbuhan ekonomi yang dapat mengangkat harkat dan martabat
masyarakat perdesaan dari kemiskinan dan kebodohan. Oleh karena itu,
pembangunan jalan perdesaan dapat menjadi batu loncatan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan memberikan kesempatan kerja kepada
masyarakat perdesaan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur merupakan
keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan
dalam program atau proyek pembangunan yang dikerjakan oleh masyarakat
lokal, partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan
infrastruktur jalan pertanian dapat diartikan sebagai aktualisasi dari kesediaan
dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi
dalam implementasi program atau proyek kepada masyarakat.
Pembangunan jalan perdesaan dalam rangka peningkatan
perekonomian di wilayah perdesaan telah menjadi perhatian pemerintah,
tetapi umumnya dilaksanakan berbasis “proyek”. Program ini seringkali gagal
disebabkan antara lain: (1) ketidaktepatan antara kebutuhan masyarakat dan
bantuan yang diberikan; (2) paket proyek tidak dilengkapi dengan ketrampilan
yang mendukung; (3) tidak ada kegiatan monitoring yang terencana; dan (4)
tidak ada kelembagaan di tingkat masyarakat yang melanjutkan proyek.
Desa Mentaren merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) desa/kelurahan
yang terdapat pada Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau,
Kalimantan Tengah. Desa tersebut yaitu, Desa Anjir Pulang Pisau, Desa
Mentaren I, Desa Mentaren II, Desa Mintin, Desa Hanjak Maju, Desa Gohong,
Kelurahan Pulang Pisau, Kelurahan Bereng, Kelurahan Kalawa, dan Desa
Buntoi. Dimana Desa Mentaren II yang akan menjadi objek penelitian peneliti.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat terhadap program pembangunan
infrastruktur jalan di Desa Mentaren II?
2. Bagaimana memberdayakan masyarakat agar mampu secara swadaya atau
mandiri turut berpartisipasi secara aktif dalam pemeliharaan jalan di Desa
Mentaren II?

1. C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar partisipasi
masyarakat terhadap pemeliharaan infrastruktur jalan di Desa Mentaren II.
2. Untuk dapat memberdayakan masyarakat agar dapat lebih berperan aktif
dalam pemeliharaan Jalan di Desa Mentaren II secara mandiri tanpa harus
selalu menunggu keterlibatan pihak terkait.

1. D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan penulis
yaitu sebagai berikut :
1. Masyarakat
Dapat membantu terciptanya kesadaran masyarakat untuk turut aktif dalam
program pemeliharan jalan.
2. Penulis
Selain untuk penyelesaian tugas mata kuliah tata ruang, juga dapat
menambahkan pemahaman dan pengetahuan kepada penulis tentang
bagaimana memberdayakan masyarakat terhadap pemeliharaan
infrastruktur jalan di Desa Mentaren II.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2. A. Program Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang


merangkum nilai -nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam
pembangunan yang bersifat people-centered, participatory, dalam kerangka
ini upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering) dapat dikaji dari 3
(tiga) aspek : Pertama, ENABLING yaitu menciptakan suasana yang
memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Kedua,
EMPOWERING yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui
langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan
pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat
semakin berdaya. Ketiga, PROTECTING yaitu melindungi dan membela
kepentingan masyarakat lemah.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu program pemerintah
desa dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada agar dapat
berkembang serta dapat membantu proses kemajuan desa. Sasaran dalam
program pemberdayaan masyarakat ini mencakup semua bidang, mulai dari
pemerintahan, kelembagaan, kesehatan, ekonomi masyarakat, teknologi, dan
pendidikan. Berikut merupakan penjabaran dari program-program tersebut:
1) Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pemerintahan Desa
Pemberdayaan masyarakat di bidang pemerintahan desa mencakup
semua sumber daya yang ada di pemerintahan desa seperti kepala desa,
perangkat desa dan BPD. Bentuk dari pemberdayaan ini dapat berupa
pelatihan, musyawarah dalam penyusunan program-program desa,
koordinasi dalam pelaksanaan program-program desa, dan peningkatan
kualitas kinerja di pemerintahan desa. Dengan adanya program
pemberdayaan ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja
dipemerintahan desa dalam membangun serta memajukan desa.
2) Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kelembagaan
Program pemberdayaan masyarakat di bidang kelembagaan mencakup
semua lembaga kemasyarakat yang ada di desa. Program ini bertujuan
untuk membangun lembaga yang lebih terarah, produktif, dan terorganisir.
Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan,
penyelenggaraan kegiatan, dan peningkatan sarana/prasarana. Dengan
adanya program pemberdayaan di bidang kelembagaan ini diharapkan
dapat meningkatkan kinerja lembaga agar dapat membantu pemerintah
desa dalam menjalankan roda pembangunan.
3) Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Ekonomi
Program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi merupakan
program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian desa. Program ini
mencakup pemberdayaan UKM, industri rumah tangga, BUMDes,
kelompok tani, pasar, serta penunjang ekonomi masyarakat lainnya.
Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, workshop,
pemodalan/permodalan, bantuan alat produksi, peningkatan
sarana/prasarana dan lain-lain. Dengan adanya pemberdayaan
masyarakat di bidang ekonomi ini diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian serta kesejahteraan masyarakat.
4) Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Teknologi
Program pemberdayaan masyarakat di bidang teknologi merupakan
program pemerintah desa dalam mengikuti perkembangan zaman. Selain
itu, penggunaan teknologi juga dapat meningkatkan kinerja agar lebih
cepat dan akurat. Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa
pelatihan, pengembangan teknologi, dan penggunaan teknologi dalam
proses kerja dan kehidupan masyarakat. dengan adanya pemberdayaan
masyarakat di bidang teknologi diharapkan dapat meningkatkan daya
saing masyarakat, memudahkan masyarakat dalam bekerja, serta
memudahkan masyarakat untuk berbagi dan mendapatkan informasi.
5) Permberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan
salah satu program pemerintah desa untuk meningkatkan kualitas hidup
dan kesehatan masyarakat. Bentuk program pemberdayaan ini dapat
berupa peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, promosi dan
penyuluhan program kesehatan, dan membangun desa siaga. Dengan
adanya program kesehatan ini diharapkan dapat memudahkan
masyarakat untuk mendapatkan hidup sehat serta menyadarkan
masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
6) Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pendidikan
Program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan merupakan
program pemerintah desa dalam meningkatkan pendidikan masyarakat
agar lebih berkualitas dan kompeten. Sasaran dari pemberdayaan ini tidak
hanya ditujukan kepada para pelajar saja, namun juga kepada para
pengajar maupun lembaga pendidikan lainnya. Bentuk dari
pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan guru, peningkatan sarana dan
prasarana, bantuan biaya pendidikan untuk masyarakat kurang mampu,
beasiswa untuk siswa yang berprestasi, dan lain-lain. Dengan adanya
program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan ini diharapkan
dapat meningkatkan pendidikan masyarakat serta menciptakan
masyarakat yang berkualitas dan kompeten.
Pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan pada
otonomi pengambilan keputusan dari kelompok masyarakat yang
berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung, demokratis dan
pembelajaran social. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah (grass root)
yang dengan segala keterbatasannya belum mampu melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, sehingga
pemberdayaan masyarakat tidak hanya penguatan individu tetapi juga
pranata-pranata sosial yang ada. Menanamkan nilai-nilai buaya moderen
seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung jawab adalah bagian
penting dalam upaya pemberdayaan (Munawar, 2011).
2. B. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi secara sederhana dapat diartikan sebagai keikutsertaan


seseorang/kelompok masyarakat dalam program pembangunan, mulai dari
perencanaan sampai tahap evaluasi sehingga dapat menunjang keberhasilan
program pembangunan dengan berbagai bentuk dan jenis partisipasi. Bentuk
partisipasi yang dimaksud seperti partisipasi buah pikiran yang diberikan pada
pertemuan atau rapat, partisipasi jasa/tenaga yang diberikan partisipan dalam
berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi
orang lain, partisipasi harta benda yang mana diberikan oleh partisipan dalam
bentuk uang, makanan atau yang lainnya, partisipasi keterampilan dan
kemahiran yang diberikan orang untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha
dan industry, partisipasi sosial yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban
(Huraerah, 2008).
Menurut Cohen dan Uphoff membedakan partisipasi menjadi empat
jenis (Kalesaran, 2015), yaitu :
1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi dalam pengambilan
keputusan ini berkaitan dengan pengambilan keputusan dimasyarakat
antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran,
kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap
program yang ditawarkan sehingga mendapatkan hasil yang mufakat.
2) Partisipasi dalam pelaksanaan. Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi
menggerakkan sumber dana, kegiatan administrasi koordinasi, dan
penjabaran program. Partisipasi ini merupakan lanjutan rencana yang
telah digagas yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
tujuan.
3) Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak lepas dari
hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas
maupun kuantitas.
4) Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi ini berkaitan dengan mengetahui
tercapainya program yang sudah direncanakan sebelumnya. Tahap
evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberikan masukan demi
perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

2. C. Pengertian Infrastruktur Jalan Pedesaan

Menurut Wikipedia (2010), infrastruktur jalan adalah bagian dari sistem


transportasi dimana transportasi adalah pemindahan manusia atau barang
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana
yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Infrastruktur sendiri merupakan
kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk
layanan dan fasilitas sektor publik dan privat (contohnya: jalan, bandara,
waduk, kereta api, pengolahan limbah, kelistrikan, dan lain-lain) dalam rangka
mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat dan distribusi aliran
produksi barang dan jasa. Dalam beberapa pengertian, istilah infrastruktur
termasuk pula infrastruktur sosial kebutuhan dasar antara lain sekolah dan
rumah sakit. Dengan kata lain, infrastruktur jalan perdesaan adalah kebutuhan
fisik masyarakat di wilayah perdesaan terhadap sistem struktur jalan baik
berupa prasarana jalan (jalan desa/jalan tani, jalan penghubung ke jalan
utama menuju desa/kota terdekat, jembatan, dan drainase sebagai
kelengkapan jalan) maupun sarana jalan seperti angkutan umum dan motor.
1) Sistem Tranportasi Pedesaan
Menurut Robinson dan Thagesen (2004), sistem transportasi
perdesaan yang banyak ditemukan di Asia Tenggara adalah sistem
transportasi tak bermotor. Sarana yang umum digunakan adalah sepeda,
kuda, dan gerobak atau kereta yang ditarik hewan (kuda atau sapi).
Selebihnya, terutama bagi masyarakat paling miskin, mereka memilih
berjalan kaki untuk menghemat biaya atau karena ketiadaan biaya.
Sedangkan, jika terdapat barang yang ingin dipindahkan, umumnya
barang tersebut dijunjung di atas kepala. Fenomena ini merupakan
pemandangan umum di desa/kampong pedalaman di negeri ini dan
terutama dilakukan oleh kaum wanita. Mereka umumnya dapat berjalan
jauh sambil mengangkut di atas kepala barang-barang seperti: hasil
sawah/ladang, pupuk, air atau minyak tanah untuk keperluan rumah
tangga.

2) Konstruksi Jalan Pedesaan


Infrastruktur jalan perdesaan dapat dilihat dari tipe konstruksi
prasarana jalannya yang umumnya berupa jalan tanah atau jalan kerikil
dan melayani alur lalu lintas pejalan kaki, sepeda atau gerobak, dan
hewan. Robinson dan Thagesen (2004) menilai jalan perdesaan sebagai
“minor road” dengan standar desain jalan yang rendah karena hanya
melayani lalu lintas sederhana tersebut dan pada dasarnya hanya
berfungsi untuk memberikan akses kepada pengguna. Berbeda dari jalan
sebagai “major road” yang berfungsi untuk menyediakan mobilitas yang
tinggi. Kalaupun terdapat jalan desa yang telah diaspal, jalan tersebut
berfungsi untuk menghubungkan jalan desa kategori “minor road” dengan
jalan utama menuju desa/kota lain yang lebih maju infrastruktur jalannya.
Tetapi jalan aspal juga dapat ditemukan pada desa-desa yang tingkat
ekonominya lebih maju.

2. D. Desa Mentaren
Awal dari terbentuknya Mantaren II adalah adanya Transmigrasi Vetran
pada tahun 1960 sebanyak 164 kk dari jawa menuju Kalimantan yang
khususnya daerah mantaren II. Pada waktu itu para vetran diberi bekal
makanan dan bahan-bahan untuk membuat rumah. Mereka diberi lahan yang
masih berupa hutan jadi mereka harus membuka hutan dengan cara tebang
tanam. Mereka membuka hutan untuk membuat lokasi rumah dan lokasi untuk
bertani dan bercocok tanam. Tetapi pada waktu itu para vetran banyak yang
tidak betah karena masih banyaknya hutan belantara dan banyaknya binatang
buas jadi para vetran banyak yang meninggalkan lokasi transmigrasi.
Para vetran yang ada di mantaren II hanya tinggal beberapa orang saja,
maka mereka mengajukan kepada pemerintah agar mereka dapat tambahan
transmigrasi yang mau tinggal di mantaren II, mereka tidak dapat bercocok
tanam di daerah ini karena banyaknya binatang buas yang merusak tanaman
mereka.
Pada tahun 1968 datang transmigran sebanyak 48 kk yang menempati
rumah-rumah vetran yang telah pergi dari mantaren II ini. Dulu mereka terbagi
menjadi 3 kelompok transmigran dan mereka bersepakat memberi nama
daerah transmigrasi tersebut dengan dari blok A dengan nama Wonosari, dari
blok B dengan nama Harjo sari dan blok C dengan nama Sari mulyo, dan
mereka bersepakat memberi nama desa dengan nama Trisari. Dengan
bertambahnya kemajuan desa pada tahun 1972 datang lagi transmigran
sebanyak 50 kk yaitu berasal dari Bali yang menempati daerah sekitar blok A,
B, dan C tersebut. Pada tahun 1973 datang lagi transmigrasi sebanyak 150 kk
yang berasal dari jawa timur yang telah memenuhi daerah Trisari, setelah itu
mereka dapat bercocok tanam dengan baik karena sudah banyaknya
transmigrasi maka berkuranglah binatang buas yang ada di desa trisari.
Pada tahun 1982 pemerintah daerah mengadakan peresmian di
basarang yang menyatakan bahwa daerah Trisari ditambah nama menjadi Tri
sari mantaren II, karena daerah induk bernama mantren I maka daerah Tri
sari menjadi Tri sari Mantaren II yang sampai sekarang menjadi desa
Mantaren II dan nama Tri sari dijadikan sebagai nama sekolah dasar di desa
mantaren II. Desa Mentaren terbagi menjadi Desa Mentaren I dan Desa
Mentaren II. Ubtuk batas wilayah meliputi, Untuk wilayah utara Desa Mentaren
II berbatasan dengan Desa Mentaren I, untuk wilayah barat berbatasan
dengan Desa Buntoi dan Desa Mentaren I, untuk wilayah timur berbatasan
dengan Desa Mentaren I, dan untuk wilayah selatan berbatasan dengan Desa
Buntoi.
Jarak Tempuh Desa Mantaren II ke Ibu Kota Kecamatan adalah 5,5 Km,
yang dapat di tempuh dengan waktu sekitar 10 menit. Sedangkan jarak
tempuh ke ibu kota Kabupaten adalah 5,7 km , yang dapat ditempuh dengan
waktu sekitar 12 menit. Berdasarkan hasil pengukuran indicator IDM
Kemendes 2016 status Desa Mantaren II berdasarkan Indeks Desa
Membangun adalah Desa Berkembang.
(BKKBN, 2018)

Kecamatan Kahayan Hilir memiliki luas wilayah sebesar 360 km 2 Adapun


untuk luasan Desa Mentaren I yaitu seluas sekitar 55 km 2, dan Desa
Mentaren II seluas 4,9 km2. Desa Mentaren I merupakan desa dengan area
terluas kedua di Kecamatan Kahayan Hilir dengan persentase Luas
Desa/Kelurahan terhadap Kecamatan yaitu sebesar 15,28% dari luas
Kecamatan Kahayan Hilir. Kecamatan Kahayan Hilir memiliki jumlah
penduduk sebesar 31.892 jiwa (2022). Desa Mentaren II memiliki proyeksi
jumlah penduduk sebesar 2.380 jiwa (2014), sedangakan Desa Mentaren I
memiliki proyeksi jumlah penduduk sebesar 1.799 jiwa (2014). Untuk
kepadatan penduduk, Desa Mentaren II memiliki kepadatan sebesar 477
orang/km2, sedangkan Desa Mentaren I memiliki kepadatan penduduk
sebesar 32,70 orang/km2.
(Badan Pusat Statistik (BPS), 2022)
BAB III
METODE PENELITIAN

3. A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan ( Sebulan) yaitu dari bulan
Maret sampai dengan April 2023 mulai dari persiapan sampai dengan
penyusunan laporan hasil penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Mentaren II,
Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau.

Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum

3.1.
Peta Lokasi Penelitian
3. B. Metode Pengumpulan dan Pengambilan Data
Pendekatan pengabdian yang akan dilakukan merupakan metode
kualitatif yang mengacu pada Metode PRA (Partisipatori Rural Appraisal).
Metode PRA ini digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam
waktu yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan
harus diambil segera. dan beberapa kajian pendahuluan yang telah
dilaksanakan dengan Lembaga mitra dengan usulan berikut yang dianggap
berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan.
1) Memperhatikan Visi dan Misi Lembaga dan perundangan yang berlaku
serta menggunakan berbagai standar (SNI).
2) Merumuskan Teknik Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan pengelolaan
proyek konstruksi secara akuntable dan transparansi.
Adapun beberapa teknik yang digunakan pada metode penelitian yang
digunakan ini, yaitu Survey dan Wawancara (wawancara semi terukur dan
survey lapangan di lokasi), Visualisasi dan Diagram Hubungan Masalah,
Diskusi Kelompok Terfokus. Adapun yang menjadi barometer acuan dalam
metode penelitian ini yaitu :
1) Partisipasi Masyarakat Desa terkait;
2) Aspirasi komunitas Masyarakat Desa yang akan mendapat
pemberdayaan;
3) Kesediaan komunitas yang akan menjadi sasaran pemberdayaan;
4) Infrastruktur terkait (ketersediaan infastrukur jalan yang akan menjadi
objek untuk pemeliharaan oleh komunitas masyarakat desa).
Jenis data yang digunakan dan diolah dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari hasil pengamatan
langsung dan wawancara kepada para pemangku kepentingan (stakeholders)
dan masyarakat pengguna (users) di lokasi studi, yaitu hal-hal mengenai
aksesibilitas sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana ibadah, tempat
kerja, simpul produksi, simpul distribusi dan tempat rekreasi serta alat
transportasi yang digunakan untuk mencapai tujuan perjalanan. Sedangkan
data sekunder bersumber dari hasil kajian pustaka termasuk hasil-hasil studi
sebelumnya yang antara lain berupa partisipasi masyarakat dalam
pembangunan jalan perdesaan, jenis infrastruktur dasar di desa, dan panjang
ruas jalan serta kegiatan sosial masyarakat yang dapat berdampak positif
terhadap pemeliharaan jalan seperti melakukan pembersihan ruas jalan setiap
minggu.
BAB IV
PEMBAHASAN

4. A. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Pengguna


Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam Pemeliharaan
Infrastruktur Jalan Berdasarkan Struktur Kelompok Masyarakat
Penyelanggara dikelompokkan sesuai dengan Standar Teknik pengelolaan
infrastruktur jalan dalam pengelolaan pemeliharaan. Kelompok penyelenggara
dalam pemberdayaaan pemeliharaan infrastruktur dirumuskan dalam diagram
dibawah ini :

*Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga (2011)

Gambar 4. Pembentukan Masyarakat Pengelola Pemeliharaan Jalan


4. B. Pemberdayaan Kelompok Pengelolaan dan Pemeliharaan Bidang Struktur
Jalan
Kelompok Pengelolaan dan pemeliharaan Bidang struktur jalan
diperlukan untuk memperan sertakan masyrakat secara aktif. Peran serta
masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan struktur jalan ditentukan
secara teknis managemen proyek yang ditetapkan dalam pembangunan
infrastruktur jalan tersebut sesuai dengan standart spesifikasi yang ditetapkan.
Syarat- syarat teknis yang telah ditetapkan diperkenalkan melalui pelatihan dan
diskusi pada saaat PRA.
Pengelolaan struktur perkerasan beton ditentukan secara standart
penentuan spesifikasi yang ditetapkan. Pemberdayaan dalam pengelolaaan
konstruksi secara swakelola akan meningkatkan serapan tenaga kerja
konstruksi secara local. Pemahaman Teknik konstruksi jalan juga dipahami dan
dimengerti untuk pengelolaan untuk pemeliharaaan masa umur konstruksi jalan
tersebut. Kelompok pengelola struktur perkerasan jalan mempunyai peran
sebagai pengontrol terhadap kerusakan teknis yang terjadi. Kerusakan teknis
akan diantisipasi secara berkala dari sistem managemen yang buatan oleh
kelompok pengelola dan penyelenggara secara berkala dan rutin sesuai
dengan standart spesifikasi jalan.

4. C. Pemberdayaan Kelompok Pengelolaan dan Pemeliharaan Bidang


Drainase/Saluran Tepi Jalan
Kelompok Pemberdayaan Pengelolaan dan pemeliharaan Drainase
saluran tepi jalan diperlukan untuk menjadi stabilitas dan keawetan struktur
jalan dari gerusan air / run off pada saat hujan maupun air pembuangan.
Kebersihan saluran tepi jalan mempunyai peranan penting dalam mendukung
umur keawetan struktur jalan tersebut. Limpasan air dari saluran tepi akan
mudah merusak struktur perkerasan jalan, baik pada fleksibel pavement
maupun pada rigid pavement. Sehingga dalam pengelolaan infrastruktur jalan,
peranan pengelolaan kapasitas daya tampung pada saluran tepi sangat penting
dilakukan untuk menurangi air limpasan ke badan jalan.
4. D. Pemberdayaan Kelompok Pengelolaan dan Pemeliharaan Bidang Vegetasi
dan Lingkungan Jalan
Kelompok pemberdayaan pengelolaan dan pemeliharaan bidang
Vegetasi dan Lingkungan jalan diperlukan untuk meningkatkan kualitas
infrastruktur jalan yang lebih sehat dan nyaman. Bidang vegetasi dan
Lingkungan jalan mempunyai peranan yang sangat penting untuk membangun
kesadaran sosial akan lingkungannya. Vegetasi pada koridor jalan mempunyai
fungsi sebagai lajur hijau dan keteduhan jalan, tetapi pada masa dan kondisi
tertenti kondisi vegertasi menyebabkan tersumbatnya saluran tepi dan
mengurangi kapasitas lebar jalan jika vegetasi tersebut berada bahu jalan.
Demikian halnya lingkungan jalan pada koridor jalan tersebut. Permasalahan
lingkungan jalan dalam hal ini adalah seringnya masyarakat membuang dan
meletakkan sampah pada tepi jalan. Pembuangan sampah pada tepi jalan
merupakan degradasi sosial terhapat pengelolaaan lingkungan.
Dalam pemberdayaan kelompok ini peran masyarakat sangat
dibutuhkan, mengingat masyarakat desa setempat bersinggungan langsung
dengan ifrastruktur tersebut. Dengan terbentuknya komunitas masyarakat yang
mempunyai kesadaran akan masalah sosial yang ditimbulkan akibat tindakan
membuang sampah tersebut, diharapkan agar dapat tercipta warga masyarakat
yang dapat mengatasi permasalahan sampah yang acap kali terdapat
berserakan pada bahu jalan.

4. E. Implementasi Pemberdayaan Pemeliharaan Infrastruktur Jalan Pedesaan


1) Pemeliharaan Rutin
Pemeliharan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan setiap tahun
dan mencakup pekerjaan penambalan lubang (Patching), dengan terlebih
dahulu melakukan pekerjaan persiapan yang meliputi pembersihan dan
pemotongan lubang dan pembersihan drainase. Pengujian yang dilakukan
pada tahapan ini adalah pengujian lapangan pada objek struktur perkerasan,
dengan tinjauan parameter kerekayasaan (engineering) yang bersifat
kualitatif.
*Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga (2011)
Gambar 4. Hirarki Pemeliharaan Rutin Jalan Perkerasan Rutin

2) Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala, yang biasanya dilakukan setiap lima tahun dan
mencakup pekerjaan Pelapisan Ulang (Overlaying), Pemarkaan (Marking)
dan Perbaikan dan pembangunan fasilitas drainase. Namun demikian
apabila kondisi jalan telah rusak yang ditandai dengan terjadinya penurunan
permukaan jalan secara permanen selama masa layan, hendaknya segera
dilakukan tindakan pelapisan ulang (overlay). Hal ini sesungguhnya
dilakukan untuk menahan perkerasan tetap baik secara struktural sehingga
tidak akan menghabiskan biaya yang tidak sedikit untuk memperbaikinya
kembali.
*
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga (2011)

Gambar 5. Hirarki Pemeliharaan Berkala Jalan Perkerasan Lentur


3) Pemeliharaan Strategis
Pemeliharaan strategis adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan
pendekatan yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan jenis
pemeliharaan lain. Dalam pendekatan ini dilakukan analisis jaringan secara
menyeluruh, dengan melakukan simulasi skenario-skenario pembebanan
arus lalu lintas. Selanjutnya secara kronologis dilakukan peninjauan efek
pembebanan pada suatu ruas dari hasil simulasi tersebut. Dimana peran
masyarakat dapat sebagai pihak pertama yang mengawasi dampak dari
pembebanan ruas jalan tersebut.
BAB V
PENUTUP

5. A. Kesimpulan
Melalui Pemberdayaan masyarakat yang didasari pada usaha
penegembangan struktur sosial masyarakat. Capaian kinerja program
partisipasi masyarakat dalam peran aktif pemeliharaan pedesaan sangat
memberikan konstribusi yang nyata terhadap penguatan sosial myarakat dan
ketahanan masyarakat dalam sosial ekonomi. Partisipatori Rural Aprisial
meruapakan salah satu fungsi yang efisien dalam pendekatan
kemasyarakatan secara kultural. Budaya gotong royong dan bersoial
merupakan kearifan lokal yang harus senatiasi melekat dimasyarakat untuk
saat ini. Transformasi sosial dan teknologi perlu dimediasi dengan suatu pola
pikir yang positif untuk mereduksi dampak perubahan sosial akibat
pembangunan fisik semata.
Pemeliharaan Infrastruktur pedesaan secara mandiri dapat membantu
memperpanjang masa pakai atau daya guna suatu infrastruktur di Desa
Mentaren. Dengan peran aktif masyarakat yang turut aktif untuk melakukan
pemeliharaan secara mandiri, maka diharapkan sangat membantu sekaligus
mempercepat pekerjaan pihak terkait. Peran aktif masyarakat dalam
pemeliharaan yang dimaksud yaitu dapat berupa hal-hal sederhana seperti,
untuk tidak melakukan upaya-upaya pengrusakan terhadap infrastruktur desa
baik secara sengaja maupun tidak dengan sengaja. Untuk hal yang lebih
kompleks maka peran masyarakat tersebut dapat berupa secara swadaya
untuk melakukan kerja bakti secara gotong royong untuk melakukan
pembersihan gorong-gorong disekitar jalan, melakukan penambalan jalan
desa yang berlubang untuk semetara waktu sebelum dilakukan perbaikan
oleh pihak dinas terkait.
Berdasarkan pengamatan dari penulis saat melakukan penelitian di
Desa Mentaren partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan infrastruktur jalan
Cukup Baik dan partisipatif. Dari hal tersebut, ternyata peran aktif masyarakat
dalam pemeliharaan jalan cukup berdampak pada umur infrastruktur tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Akbardin, J., & Permana, A. Y. (2021). Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Dalam


Pemeliharaan Infrastruktur Jalan Berdasarkan Struktur Kelompok Masyarakat
Penyelenggara. Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol. 1(No. 3), 139-146.
doi:10.17509/lentera.v3il.43443
Badan Pusat Statistik (BPS). (2022, Mei 28). Kabupaten Pulang Pisau dalam Angka.
Retrieved from Badan Pusat Statistik Kabupaten Pulang Pisau:
https://pulpiskab.bps.go.id/publication/2022/02/25/8f8707d0543d70545790e2f7/
kabupaten-pulang-pisau-dalam-angka-2022.html
BKKBN. (2018, Desember 12). Profil Mentaren II. Retrieved from
https://kampungkb.bkkbn.go.id/kampung/16932
Direktorat Bina Program Direktorat Jendral Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.
(1992). Integrated Road Management System Planning Module. Jakarta.
Huraerah, A. (2008). Pengorganisasian & Pengembangan Masyarakat: Model & Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung: Humaniora.
Ismatullah, & Mahendra, G. K. (2021). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Infrastruktur Jalan Di Desa Kaligintung Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo
2019. JPSG: Journal of Social Politics and Governance, Vol. III(No. 1).
Kalesaran. (2015). Partisipasi Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan Kelurahan Taas Kota Manado. Administrasi Publik, VI no. 5.
Mantik, K. J., Yashinta, P. N., & Winaya, I. K. (n.d.). Pengawasan Pemeliharaan Jalan
Kabupaten oleh Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabanan
Studi Kasus Kecamatan Selemadeg Barat. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Udayana.
Ponowu, M. N., Pakasi, C. B., & Maweikere, A. J. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pembangunan Infrastruktur Jalan Di Lingkungan Kalatin Kelurahan Lowu Utara.
Agrisosioekonomi : Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan,
Kehutanan, Peternakan, Perikanan) Sosial dan EKonomi Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Pembangunan, Vol. 15(No. 1), 117-124.
Robinson, R., & Thagesen, B. (2004). Road Engineering for Development (2nd Edition ed.).
London: Spoon Press.
Vitri, G., & Herman, H. (2018). Peranan Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur
Melalui Program Pemberdayaan Di Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Teknik Sipil ITP,
Vol. 5(No. 2).

Anda mungkin juga menyukai