Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PASCA RELOKASI RUSUN JATINEGARA

MEMLALUI KETERAMPILAN BERBASIS MASYARAKAT

Disusun oleh :

Arifin Dwi Prasetyanto ( 183112350350076)

Ahmad Maulana Yasin ( 183112350350053)

Abraham Christian ( 183112350350075)

M. Ruli Rusli Yansyah ( 183112350350048)

Muhammad Astar ( 143112350350020 )

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

TUGAS COMMUNITY DEVELOPMENT


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedudukan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan

Republik Indonesia, menyebabkan ruang wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

berfungsi sebagai ruang ibukota negara. Oleh karena itu pengelolaan harus bijaksana dan

sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang hidup masyarakat serta

kesejahteraan dan pendidikan masyarakat di wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta terjaga keberlanjutannya untuk masa kini dan masa datang. Meski telah merdeka

pada kenyataannya kemiskinan menjadi persoalan besar yang dihadapi oleh Emerging

Country sepeerti indonesia, fakta yang dilihat saat ini di sekeliling kita perbaikan

kesejahteeraan masyarakat seperti yang di cita-citakan belum terwujud. perubahan pola

hidup setelah relokasi yang mana warga Kampung Pulo menyatakan bahwa mereka harus

memikirkan biaya sewa setiap bulannya dan merupakan hutang rutinitas yang harus

dipenuhi oleh warga bila tinggal di Rusunawa Jatinegara Barat. Selain itu, Warga

mengaku banyak yang hutang kepada teman maupun keluarga untuk memenuhi kebutuhan

hidup mereka, masyarakat kehilangan pekerjaan dan mata pencahariannya, walaupun

fasilitas yang di sediakan sudah cukup baik nanmun dari segi ekonomi mereka banyak

yang belum menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhannya,


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang ingin di fokuskan adalah

bagaimana cara untuk memberdayakan masyarakat warga kampung pulo untuk

mencukupi kebutuhan dan memiliki ruang untuk masyarakat mampu berinovasi dan

mendapat kehidupan yang baik.

1.3 Tujuan

Tujuan dari program pemberdayaan ini adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan

perekonomian pendapatan serta mambangun masyarakat yang mandiri dan

mengembangkan kapasitas, jejaring, komunikasi dan informasi.

1.4 Manfaat

Manfaat dari program pemberdayaan ini yaitu untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat yang mengalami kesenjangan juga meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan masayarakat dalam menyelesaikan masah perekonomian keluarga dan

lingkungan sekitar
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pemaparan program

Program Keterampilan Berbasis Masyarakat (PKBM) adalah wadah dari berbagai


kegiatan pembelajaran masyarakat yang diharapkan pada pemberdayaan potensi untuk
menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. PKBM merupakan
tempat belajar yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam rangka usaha
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat warga masyarakat yang
bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan potensi sumber daya manusia dan
sumber daya alam yang ada di lingkungannya (Sihombing, 2000). Pelembagaan PKBM
dilaksanakan dengan memanfaatkan gedunggedung SD, balai desa, puskesmas yang karena
berbagai hal tidak dimanfaatkan lagi, seperti adanya gedung baru dan gedung milik pribadi
yang rela diberikan untuk digunakan menjadi PKBM. Pembentukan PKBM dilakukan dengan
memperhatikan sumber-sumber potensi yang terdapat pada daerah yang bersangkutan,
terutama jumlah kelompok sasaran dan jenis usaha atau keterampilan yang secara ekonomi,
sosial, dan budaya dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan warga belajar
khususnya dan warga masyarakat sekitarnya pada umumnya. Program yang digulirkan tidak
terbatas pada program dari instansi PLS, tetapi juga program dari instansi lain yang oleh
masyarakat dirasakan manfaatnya, seperti perkebunan, perindustrian, pertanian, perdagangan,
kesehatan, keluarga berencana, dan olahraga. Seluruh program belajar yang ada di PKBM
selalu terkait dengan mata pencaharian. Hal ini seperti yang tertuang dalam visi dan misi
PKBM, yaitu mewujudkan PKBM sebagai tempat belajar utama dan pertama bagi
masyarakat untuk mencerdaskan kehidupannya melalui jalur PLS. Adapun misi PKBM
adalah memberikan pelayanan pendidikan dan mendidik warga masyarakat untuk memenuhi
segala jenis pendidikannya melalui PLS. PKBM memiliki fungsi utama dan pendukung.
Fungsi utama PKBM adalah sebagai wadah berbagai kegiatan belajar masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mengembangkan
diri dan masyarakat. Fungsi pendukung PKBM adalah sebagai pusat informasi bagi
masyarakat sekitar dan pemerintah, pusat jaringan informasi dan kerja sama bagi lembaga di
luar masyarakat, sebagai tempat koordinasi, konsultasi, komunikasi, dan sebagai tempat
kegiatan penyebarluasan program dan teknologi tepat guna.

Program Keterampilan Produktif

Program keterampilan produktif merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat


yang bertumpu pada pendidikan berbasis masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan yang berbasis masyarakat, terdapat empat unsur di dalamnya. Unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mementingkan warga belajar. Di sini ada beberapa penekanan, seperti pentingnya


mendengar suara warga belajar, mengggunakan apa yang dikatakan warga belajar
sebagai dasar untuk mengembangkan program belajar, dan mempercayai bahwa setiap
orang punya kemampuan belajar karena setiap warga belajar memiliki kekuatan,
keterampilan, pengetahuan, serta pengalaman

2. Kesetaraan di antara warga belajar dan pembina program. Unsur ini mendorong warga
belajar agar ikut aktif terlibat dalam kegiatan belajar dan kegiatan kemasyarakatan.
Perhatikan kebutuhan belajar masyarakat karena mereka sebenarnya tahu apa yang
mereka butuhkan.

3. Program dimulai dari perspektif yang kritis. Menggunakan pendekatan yang kritis
menekankan pentingnya perbaikan kemampuan dasar masyarakat, meningkatkan
kemampuan yang sudah ada, dan partisipasi dalam setiap kegiatan.

4. Pembangunan masyarakat. Unsur ini menekankan bahwa program belajar harus


berlokasi di masyarakat, menjawab kebutuhan belajar masyarakat, menciptakan rasa
memiliki, dirancang, diputuskan, dan diatur oleh masyarakat sehingga mereka
merupakan bagian dari yang lebih besar. Unsur-unsur tersebut akan dapat dicapai
dengan menempuh hal-hal berikut ;

a. Kegiatan belajar dilakukan dalam kelompok kecil atas dasar kesamaan minat.
b. Tutor atau narasumber secara berangsur-angsur harus dapat menyerahkan
tanggung jawab kegiatan belajar kepada peserta.
c. Sedapat mungkin, kepemimpinan diserahkan kepada peserta atau warga belajar.
d. Pendamping berperan sebagai fasilitator.
e. Semua keputusan harus dibuat secara mufakat di antara peserta atau warga belajar.
f. Kegiatan belajar senantiasa berdasarkan pengalaman-pengalaman dan masalah-
masalah yang dihadapi oleh peserta.
g. Metode dan teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi warga belajar.
h. Bahan belajar diarahkan pada kebutuhan atau kenyataan hidup sehari-hari peserta.

Sasaran Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan perlu dipikirkan siapa saja yang akan menjadi sasaran pemberdayaan. Sasaran
pemberdayaan yang dimaksud yaitu siapa yang akan menjadi kelompok atau masyarakat
yang akan di berdayakan, menurut Schumacer dalam Sulistiyani (2004: 90), memiliki
pandangan pemberdayaan sebagai suatu bagian dari masyarakat miskin dengan tidak harus
menghilangkan ketimpangan struktural terlebih dahulu. Masyarakat miskin sesungguhnya
juga memiliki daya untuk membangun.Pemaknaan pemberdayaan selanjutnya sering dengan
konsep good govermance. Konsep ini mengetengahkan tiga pilar yang harus dipertemukan
dalam proses pemberdayaan masyarakat. Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, swasta dan
masyarakat yang hendaknya menjalin kemitraan yang selaras. Menurut Sumaryadi (2005:
115)

Sasaran program pemberdayaan masyarakat dalam mencapai kemandirian yaitu sebagai


berikut : a) terbuka kesadaran dan tumbuh peran aktif, mampu mengorganisir dan
kemandirian bersama, b) memperbaiki keadaan sosial kehidupan kaum lemah, tak berdaya,
dengan meningkatkan pemahaman, peningkatan pendapatan, dan usaha- usaha kecil di
berbagai bidang ekonomi kearah swadaya, c) meningkatkan kemampuan kinerja kelompok-
kelompok swadaya dalam ketrampilan teknis dan manajemen untuk memperbaiki
produktifitas dan pendapatan mereka.
2.2. Pelaksanaan Program

Proses pemberdayaan masyarakat bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat
meningkatkan taraf hidupnya sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumber daya
setempat sebaik mungkin. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat
miskin. Dalam prosesnya perlu diperhatikan bahwa perempuan akan terlibat secara aktif.
Proses pemberdayaan masyarakat didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat
multidisiplin. Tim pemberdayaan masyarakat sebaiknya terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Peran utama tim pemberdayaan masyarakat adalah mendampingi masyarakat dalam
melaksanakan proses pemberdayaan. Peran tim pemberdayaan masyarakat pada awal proses
sangat aktif tetapi akan berkurang selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu
melanjutkan kegiatannya secara mandiri. Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut.

1. Seleksi Wilayah
Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-
pihak terkait, dan masyarakat. Penetapan kriteria ini penting agar tujuan lembaga dalam
pemberdayaan masyarakat akan tercapai serta pemilihan lokasi dilakukan dengan sangat
baik. Aspek-aspeknya meliputi hal-hal berikut.
a. Adanya masyarakat yang hidup dalam kondisi kekurangan (marjinal)
Peruntukan program-program pemberdayaan masyarakat perlu satu analisis yang
mendalam dalam arti prioritas pendistribusiannya harus diperhatikan. Masyarakat
marjinal atau masyarakat yang hidup dalam kondisi kekurangan dapat memiliki akses
untuk menerima programprogram pemberdayaan dimaksud. Hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara yang menyatakan bahwa para suami peserta program kebanyakan
adalah pegawai negeri sipil dari Pemda serta pegawai swasta. Fakta ini
mengindikasikan tidak selayaknya programprogram pemberdayaan diberikan
terhadap masyarakat yang kurang membutuhkan. Artinya, program-program yang
ada lebih tepat sasaran terhadap golongan masyarakat tertentu yang jelasjelas berada
dalam kondisi kekurangan.

b. Dukungan Dari Aparat Terkait dan Tokoh Masyarakat Setempat


Dukungan dari aparat terkait seperti kelurahan dan kecamatan (pemerintah) merupakan
hal yang sangat penting bagi penentuan lokasi program pemberdayaan. Dapat
disimpulkan bahwa pentingnya dukungan ini merupakan wujud kondisi yang dinamis,
walau pemerintah hanya sebagai pengawas atau pemantau bagi keberlangsungan
program-program pemberdayaan yang ada di masyarakat.

c. Daerah Aman atau Tidak Rawan Konflik


Penentuan wilayah program-program pemberdayaan mensyaratkan daerah yang aman
atau tidak rawan konflik. Dapat di indikasikan keamanan merupakan aspek paling
penting bagi keberlangsungan pelaksanaan program-program pemberdayaan di
masyarakat.

d. Tidak Ada Kegiatan Pemberdayaan Lain


Aspek lain dalam penyeleksian wilayah pemberdayaan adalah tidak adanya program
pemberdayaan lain. Oleh karena itu, dengan adanya program tersebut masyarakat lebih
merasakan manfaatnya dari berbagai segi aspek penentuan kelancaran program. Asumsi
adanya program lain menjadikan tidak terkontrolnya progress terhadap program-program
pemberdayaan yang berlangsung dan keberminatan terhadap program pemberdayaan
cenderung kurang.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pemerintah DKI Jakarta saat ini telah memberikan pilihan lain, yaitu pindah secara
permanen ke rumah susun sederhana sewa yang dibangun sebagai fasilitas warga yang
mengalami penggusuran akibat rencana pembangunan normalisasi Sungai Ciliwung di
Kampung Pulo. Dalam waktu singkat pemerintah DKI Jakarta mencatat, sebanyak 740
Kepala Keluarga di relokasi ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Jatinegara Barat
yang memiliki kapasitas 520 unit yang 162 unit di antaranya ditempati lebih dari 1 KK .
Perbedaan pendapat terjadi dalam proses relokasi dimana warga Kampung Pulo yang telah
tinggal cukup lama di wilayah tersebut berharap memperoleh biaya kompensasi bangunan
rumah milik warga. .sehingga Menyebabkan keduabelah pihak tidak menemukan
kesepakatan terkait biaya ganti rugi penggusuran. Hal tersebut menimbulkan penolakan dari
warga yang menghadang aparat petugas dalam proses penggusuran, hingga memicu konflik
pertikaian yang memaksa warga dengan perasaan kecewa dan sakit hati atas perlakuan
petugas tersebut untuk di pindahkan ke Rusunawa Jatinegara Barat dengan luka psikologis
yang dialami pasca relokasi. dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan dari
aspek fisik dan sosial yang terdapat di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) tersebut
telah sedikit menggambarkan kondisi psikososial yang dialami warga Kampung Pulo pasca
rekolasi ke Rumah Susun Sederhana Sewa Jatinegara Barat. Permasalahan dari aspek
ekonomi yang juga dialami warga penghuni Rumah Susun memungkinkan munculnya
permasalahan-permasalahan baru yang menyangkut kondisi psikososial dengan
ditunjukkannya perilaku-perilaku sosial masyarakat sebagai respon terhadap tuntutan
ekonomi yang semakin sulit dihadapi oleh warga penghuni Rusunawa. Permasalahan sosial
psikologis yang dialami oleh masyarakat yang menghuni Rusun mengharuskan mereka untuk
dapat berfungsi di lingkungan Rumah Susun Sederhana dengan Sewa. Berdasarkan
keterangan tersebut dan belum tersedianya literatur yang menggambarkan kondisi
psikososial warga Kampung Pulo terkait dampak dari kebijakan yang telah di terapkan
pemerintah DKI Jakarta, mendorong peneliti untuk mengungkap kondisi psikososial yang
menggambarkan masalah-masalah terkait aspek fisik seperti tempat tinggal beserta fasilitas
yang dihuni oleh warga di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur, aspek psikologis yang
menunjukkan perasaan-perasaan dan perilaku individu di dalam kehidupannya sehari-hari
serta aspek sosial yang meliputi interaksi antar individu dan hubungan sosial masyarakat
yang terjadi pada warga kampung pulo sebagai dampak dari kebijakan pemerintah Provinsi
DKI Jakarta.

3.2 SARAN

Pilihan yang telah diberikan pemerintah berupa rumah susun (Rusunawaa) tersebut
memang sangat bermanfaat dalam memperdayakan masyarakat supaya mendapat hidup yang
lebih layak juga, pemerintah Jakarta timur sebaiknya juga jangan asal main gusur pemukiman
warga sekitar tersebut dengan semena mena ,karna akan timbul adu argumen hingga
menimbulkan pertikaian ,sehingga menyebabkan aspek fisik dan social pasca relokasi , yang
harus di lakukan adalah meng informasi atau penyuluhan dahulu kepada warga bahwa ada
penertiban lahan sengketa yang di pakai warga untuk di pakai untuk tempat tinggal yang
ternyata milik pemerintah . dan untuk adanya rumah susun tersebut sebaiknya harga sewa
yang di berikan kepada warga juga harus sesuai dengan pendapatan warga sekitar , supaya
masyarakat kampung pulo juga tidak terlalu berat beban yg di tanggung masing masing
keluarga ,dan harus rata .lalu kesehatan warga sekitar juga diperhatikan pemerintah ,supaya
masyarakat pun juga merasa di pedulikan oleh pemerintah .

Anda mungkin juga menyukai