Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FUNGSI KEMITRAAN DALAM MASYARAKAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Pemberdayaan Ekonomi”

Dosen Pengampu:
Vida Maria Ulfa, M. M.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Nurin Shania Oktafia (126402202140)


2. Richa Aprilia Pradina (126402202149)
3. Sukma Aulia Subekti (126402202160)
4. Wilda Zamrotus Tsaniyah (126402202170)
5. Beni Ibra Rafli (126402203180)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH 3D


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SATU TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Fungsi Kemitraan dalam
Masyarakat” dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ke zaman yang penuh cahaya
ilahi.
Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini kami sebagai penyusun tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Satu Tulungagung.
2. Vida Maria Ulfa, M. M. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Pemberdayaan
Ekonomi
3. Orang tua yang senantiasa mendukung dalam setiap pembelajaran.
4. Teman-teman Ekonomi Syariah kelas 3D yang saya banggakan.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini masih terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan ke arah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai acuan, petunjuk, maupun pedoman baik bagi kami maupun pembaca.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih.

Tulungagung, 8 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Aspek Penting dalam Pemberdayaan Masyarakat...................................................2


B. Model-Model Kemitraan dalam Pembangunan Nasional........................................3
C. Peran Tiga Aktor dalam Pemberdayaan Masyarakat...............................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................7
B. Saran........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya menawarkan suatu proses
perencanaan pembangunan dengan memasukkan pada partisipasi, kemampuan dan
masyarakat lokal. Maka masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap pelaksanaan dan
evaluasi program yang mereka lakukan. Hal ini berarti menempatkan masyarakat sebagai
aktor (subjek) pembangunan dan tidak sekedar menjadikan mereka sebagai penerima
pasif pelayanan saja. Pemberdayaan diharapkan mampu mengubah tatanan hidup
masyarakat kearah yang lebih baik, sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan
masyarakat yang adil, demokratis, sejahtera dan maju.
Kemitraan dalam pembangunan dalam berbagai sektor antara pemerintah daerah,
swasta dan masyarakat merupakan strategi yang tepat dalam pembangunan ekonomi
daerah untuk dapat dikembangkan dan ditingkatkan pada saat sekarang dan pada masa
depan, oleh karena itu perlu dibuat manajemen kemitraan pembangunan di daerah secara
terus menerus dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, serta
mengkoordinasikan dan memadukan antar sektor dan antar pihak yang bermitra,
sehingga memberikan manfaat dan dampak positif secara terus menerus (multiplier
effects) yang semakin nyata dan berkualitas.
Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi agenda penting pemerintah,
terutama sebagai kelanjutan dari kegagalan konsep pembangunan masa lalu. Salah satu
aspek penting dalam memberdayaan masyarakat adalah kemitraan. Dalam rangka
pemberdayaan masyarakat perlu dirancang kontribusi masing-masing actor yaitu
pemerintah, swasta dan masyarakat sehingga terbentuk model kemitraan yang
diharapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek penting dalam pemberdayaan masyarakat?
2. Bagaimana model kemitraan dalam pembangunan nasional?
3. Apa peran tiga aktor dalam pemberdayaan masyarakat?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui aspek penting dalam pemberdayaan masyarakat.
2. Untuk mengetahui model kemitraan dalam pembangunan nasional
3. Untuk mengetahui peran tiga aktor dalam pemberdayaan masyarakat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Penting dalam Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Robert Chambers (Alfitri, 2011: 22) seorang ahli yang pemikiran dan
tulisannya banyak dicurahkan untuk kepentingan upaya pemberdayaan masyarakat
berpendapat bahwa, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nila-nilai sosial.1 Sumodiningrat, berpendapat bahwa
pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui 3 (tiga) jalur, yaitu: (1) Menciptakan
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (Enabling); (2) Menguatkan
potensi dan daya yang dimiliki masyarakat (Empowering); (3) Memberikan perlindungan
(Protecting).2 Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat agar mampu mewujudkan kemandirian dan melepaskan diri dari
belenggu kemiskinan serta keterbelakangan.
Dalam konteks pembangunan desa, pemberdayaan merupakan upaya untuk
mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam hal kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan utama pemberdayaan adalah
memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki
ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (persepsi mereka sendiri), maupun karena
kondisi eksternal (ditindas oleh struktur sosial yang tidak berlaku adil).3
Dalam kerangka ini upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering)
dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek:4
Pertama, Enabling yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan potensi
masyarakat dapat berkembang. Asumsinya adalah pemahaman bahwa setiap orang,
setiap masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan artinya tidak ada orang
atau masyarakat tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membanguna daya
dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki masyarakat serta upaya untuk mengembangkannya.

1
Hendrawati Hamid, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat (Makassar: De La Macca, 2018), hlm. 10
2
Bambang Supriyono, et.all. “Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi (Studi pada Badan
Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto)” Jurnal Administrasi Publik, Vol. 1, No. 4, hlm. 10—11
3
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 60
4
Munawar Noor, “Pemberdayaan Masyarakat” dalam http://core.ac.uk/download/pdf/234022402, hlm. 95
diakses 8 September 2021

2
Kedua, Empowering yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui
langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan pembukaan
dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya. Upaya yang
paling pokok dalam empowerment ini adalah meningkatkan taraf pendidikan dan derajat
kesehatan serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi (modal, teknologi,
informasi, lapangan keja, pasar) termasuk pembangunan sarana dan prasarana dasar
seperti (irigasi, jalan, listrik, sekolah, layanan kesehatan) yang dapat dijangkau lapisan
masyarakat paling bawah yang keberdayannya sangat kurang. Oleh karena itu diperlukan
program khusus, karena program-program umum yang berlaku untuk semua tidak selalu
menyentuh kepentingan lapisan masyarakat seperti ini.
Ketiga, Protecting yaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat
lemah. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
yang menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur penting, sehingga
pemberdayaan masyarakat sangat erat hubungannya dengan pementapan, pembudayaan
dan pengalaman demokrasi (Friedmann, 1994). Pendekatan pemberdayaan pada intinya
memberikan tekanan pada otonomi pengambilan keputusan dari kelompok masyarakat
yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung, demokratis dan pembelajaran
sosial. Dalam hal ini
Dalam hal ini Friedmann (1994) menegaskan bahwa pemberdayaan masyarakat
tidak hanya sebatas bidang ekonomi saja tetapi juga secara politis, sehingga pada
akhirnya masyarakat akan memiliki posisi tawar (bargaining position) baik secara
nasional maupun internasional. Sebagai titik fokusnya adalah aspek lokalitas, karena
civil society akan merasa lebih siap diberdayakan lewat isu-isu lokal.

B. Model Kemitraan dalam Pembangunan Nasional


Menurut Sulistiyani (2004), kemitraan secara etimologis berasal dari kata
partnership yang berasal dari suku kata partner yang berarti kawan, sekutu, atau mitra.
Secara definisi, kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama atas dasar kesepakatan dan
rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasaitas dan kapabilitas di suatu
bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu, sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
Kemitraan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui model model dalam
penerapan kemitraan itu sendiri. Model-model kemitraan tersebut dibedakan menjadi :5

5
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, (Yogyakarta: Gavamedia, 2017),
hlm. 94—96

3
Pertama, Pembangunan dari pemerintah, oleh pemerintah, dan untuk rakyat.
Pendektan ini sering dinyatakan dalam bentuk pendekatan terpusat. Pendekatan ini
dilakukan dalam masa pemerintahan orde baru. Pemaknaan dari pendekatan tersebut
yaitu:
1. Datangnya ide, rencana pembangunan dan sekaligus proses perencanaan dan
penetapan keputusan datangnya dari pemerintah, tanpa melibatkan masyarakat.
2. Implementasi kebijakan pembangunan juga dilakukan oleh pemerintah, tanpa
melibatkan aktor-aktor masyarakat seperti tokoh masyarakat, kaum profesional, para
ahli di bidang tertentu, dan ormas-ormas sebagai figur masyarakat. Dengan demikian
masyarakat hanya merupakan pihak yang diperlakukan sebagai sasaran/obyek
pembangunan yang tidak punya andil kecuali menerima begitu saja apa yang
diinginkan pemerintah.
Ternyata pendekatan pembangunan terpusat yang memposisikan pemerintah
tersebut tidak mampu menghasilkan legitimasi keberdayaan masyarakat yang
sesungguhnya. Walaupun perekonomian secara agregat mengalami kebangkitan dan
pertumbuhan, akan tetapi hanyalah merupakan kemakmuran semu. Di balik pertumbuhan
ekonomi yang divisualisasikan melalui GNP dan GDP ternyata tersimpan kerapuhan
masyarakat dan tercipta ketergantungan yang beruntun.
Kedua, Pendekatan pembangunan dari pemerintah bersama rakyat, oleh
pemerintah bersama rakyat dan untuk rakyat. Pemaknaan pendekatan ini adalah:
a. Datangnya ide dan perencanaan dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.
Tetapi pada kenyataannya ide berupa input, permintaan mungkin bisa datang dari
masyarakat, akan tetapi dalam proses formal terbentuknya kebijakan seringkali sudah
dikendalikan oleh pusat.
b. Pelaksanaan kebijakan pembangunan dilakukan bersama antara pemerintah dengan
masyarakat. Akan tetapi pengertian masyarakat di sini jangan dibayangkan bahwa
masyarakat luas secara otomatis dapat mengakses, karena dalam hal ini tentu ada
katup-katup yang mengatur secara formal. Memang masyarakat mulai ditempatkan
pada posisi sebagai subyek pembangunan, akan tetapi dalam hal ini masih bersifat
selektif. Masyarakat yang terlibat langsung sebagai pelaku utama sangatlah terbatas.
c. Masyarakat pada hakikatnya masih merupakan tujuan dari pembangunan itu sendiri,
sehingga masih sangat kental intervensi pemerintah terhadap masyarakat.
Sedikit banyak pendekatan ini sudah mencerminkan suatu watak kemitraan antara
pemerintah dan masyarakat. Akan tetapi, kemitraan yang terbentuk ternyata masih

4
timpang karena belum ada unsur-unsur swasta di dalamnya. Dengan demikian seolah
tidak ada tanggung jawab sosial bagi kalangan pebisnis dan swasta dalam pengertian
luas.
Ketiga, Pendekatan pembangunan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, dan
didukung oleh pemerintah. Pendekatan pembangunan ini dilontarkan sebagai upaya
merealisasikan bentuk kemitraan pemerintah dan masyarakat. Pemaknaan pendekatan ini
adalah:
a. Datangnya ide dan perencanaan pembangunan hendaknya dilakukan oleh masyarakat
dengan mempertimbangkan aspek-aspek lokal yang bersifat kasuistik. Pemerintah
memberikan fasilitas konsultasi, informasi data, anggaran, dan tenaga ahli yang
dibutuhkan.
b. Masyarakat mengimplementasikan sendiri apa yang telah direncanakan dengan
fasilitasi pemerintah, baik berupa anggaran, tenaga ahli, teknologi, dll.
c. Kemanfaatan hasil pembangunan untuk masyarakat dan sekaligus manajemen hasil
pembangunan juga dilakukan dalam sistem sosial masyarakat dimana mereka tinggal.
Pada posisi inilah pemerintah menjadi fasilitator dalam pembangunan. Akan tetapi
tipe kemitraan semacam ini juga masih mengalami kelemahan, karena tetap membiarkan
sektor swasta tidak memiliki tanggung jawab sosial.
C. Peran Tiga Aktor dalam Pemberdayaan Masyarakat
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat perlu dirancang kontribusi masing-
masing actor (pelaku) dalam pemberdayaan. Yang di maksud 3 aktor pemberdayaan
masyarakat di sini yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri, menjalankan
peran masing-masing tanpa ada satupun pihak yang di rugikan sehingga terbentuk model
kemitraan yang di harapkan.6
Pemerintah: peran pemerintah di sini sebagai formulasi dan penetapan policy
atau bahasa sederhananya yang membuat peraturan atau kebijakan, lalu implementasi
monitoring, evaluasi dan mediasi. Bentuk output dari peran pemerintah yaitu berupa
kebijakan (politik, umum, khusus), Juknis dan Juklak, penetapan indikator keberhasilan
peraturan hukum, dan penyelesaian sengketa.
Swasta: memiliki peran yaitu kontribusi pada formulasi, implementasi,
monitoring dan evaluasi. Bentuk outputnya berupa konsultasi dan rekomendasi
kebijakan, tindakan dan langkah (policy action implementasi), donatur, dan private
investment pemeliharaan.
6
Ibid, hlm. 97

5
Masyarakat: masyarakat berperan sebagai partisipasi atau yang ikut serta dalam
formulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi. Bentuk output dari perannya adalah
saran, kritik, input, rekomendasi, keberatan, dukungan dalam formulasi kebijakan, dana
swadaya menjadi objek, partisipan, dan menghidupkan fungsi social control.
Berdasarkan dari uraian peran tiga actor tersbut perlu adanya kestabilan dalam
menerapkan pemberdayaan masyarakat, dapat dilihat bahwa pemerintah sangat banyak
berperan. Di sini pemerintah sebagai regulasi, mengingat saat pengambilan keputusan
dan pendanaan tidak menutup kemungkinan akan terjadi sengketa maka di perlukan
mediasi terutama untuk mengontrol peran swasta supaya berjalan wajar tidak merugikan
pihak lain.
Di samping peran pemerintah, swasta juga ikut berperan. Biasanya swasta ikut
pada segi operasionalisasi atau implementasi kebijakan, kontribusi tenaga ahli, tenaga
terampil maupun sumbangan dana, alat, atau teknologi. Secara umum peran masyarakat
di berikan dalam bentuk partisipasi baik pada level formulasi, implementasi, monitoring,
maupun evaluasi. Dalam rangka pemberdayaan agar berkemampuan untuk memberikan
ide, saran, dan kritik maka perlu di lakukan proses edukasi masyarakat, baiknya
pemerintah memberikan fasilitas sistem edukasi masyarakat dengan cara:
1. Memberi ruang yang lebat kepada masyarakat untuk menyampaikan ide, masukan,
kritik, rasa keberatan, permintaan dan sebagainya tanpa di bebani ancaman
2. Memberikan informasi secara transparan dan aksesabel kepada masyarakat, yang
menyangkut berbagai aspek pembangunan lokal maupun nasional.
3. Pelibatan masyarakat dalam formulasi kebijakan dengan melihat profesionalisme,
kompetensi di samping nilai kepentingan masyarakat terhadap program
pemberdayaan.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemberdayaan masyarakat memiliki aspek aspek penting berupa : Enabling yaitu
menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang,
Empowering yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-
langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan pembukaan dalam
berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya, dan Protecting
yaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.
2. Kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama atas dasar kesepakatan dan rasa saling
membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasaitas dan kapabilitas di suatu bidang
usaha tertentu atau tujuan tertentu, sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
Model-model kemitraan dalam pembangunan nasional dibedakan menjadi :
Pembangunan dari pemerintah, oleh pemerintah, dan untuk rakyat Pendekatan
pembangunan dari pemerintah bersama rakyat, oleh pemerintah bersama rakyat dan
untuk rakyat, dan Pendekatan pembangunan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat,
dan didukung oleh pemerintah.
3. Didalam pemberdayaan masyarakat terdapat 3 aktor (pelaku) di sini yaitu
pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri, menjalankan peran masing-masing
tanpa ada satupun pihak yang di rugikan. Peran pemerintah di sini sebagai formulasi
dan membuat peraturan atau kebijakan, Swasta memiliki peran yaitu kontribusi pada
formulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi. Masyarakat sendiri berperan
sebagai partisipasi atau yang ikut serta dalam formulasi, implementasi, monitoring
dan evaluasi
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah pengetahuan mengenai pendapatan nasional. Kami menyadari dalam
penyususnan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, kami berharap
agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah selanjutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Hendrawati. 2018. Manajemen Pemberdayaan Masyarakat. Makassar: De La Macca.


Noor, Munawar. 2011. “Pemberdayaan Masyarakat”. Jurnal Ilmiah CIVIS, (Online), 1 (2),
(http://core.ac.uk/download/pdf/234022402), diakses 8 September 2021
Pratiwi, Dwi, Bambang Supriyono, dan Imam Hanafi. Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang
Usaha Ekonomi (Studi Pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto).
Jurnal Administrasi Publik, 1 (4), 10—11.
Suharto, Edi. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2017. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta:
Gavamedia.

Anda mungkin juga menyukai