Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

TAHAPAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN


METODE BELAJAR BERSAMA (STUDI PARTISIPATIF)

Di susun oleh:
1. Cita Ayu Nanda (L1A117011)
2. Ulvi Monica Aulia (L1A117028)
3. Rahmini Rangkuti (L1A117118)
4. Dian Ahmad Syahory (L1A117138)
5. Rafferhan Rachmad S (L1A117141)
6. Ilhalya Putri Yuny (L1A117151)

Dosen Pengampu:
Dr. Fuad Muchlis S.p, M,si

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.
Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Muaro Jambi, 11 Feb 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................
1.2 Tujuan.................................................................................................................................
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................
2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat...............................................................................
2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ...................................................................................
2.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat....................................................................................
2.4 Strategi Dalam Pemberdayaan Masyarakat........................................................................
2.5 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat..................................................................................
2.6 Pengenalan Metode Pembelajaran Kolaboratif..................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-
nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat people-
centered dan participatory. Dalam kerangka ini upaya untuk memberdayakan masyarakat
(empowering) dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek : Pertama, ENABLING yaitu menciptakan suasana
yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Kedua, EMPOWERING yaitu
memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut
penyediaan berbagai input dan pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat semakin berdaya. Ketiga, PROTECTING yaitu melindungi dan membela
kepentingan masyarakat lemah.
Pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan pada otonomi pengambilan
keputusan dari kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung,
demokratis dan pembelajaran social. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala
keterbatasannya belum mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan, sehingga pemberdayaan masyarakat tidak hanya penguatan individu tetapi juga
pranata-pranata sosial yang ada. Menanamkan nilai-nilai buaya modern seperti kerja keras,
hemat, keterbukaan, tanggung jawab adalah bagian penting dalam upaya pemberdayaan.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui Tahapan kegiatan pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan dan
Metode Belajar Bersama (Studi Partisipatif)
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau
penguatan (strengthening) kepada masyarakat. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai
kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru
dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto, 2014).
A. Menurut Suharto(2005:60)
pemberdayaan masyarakat juga dimaknai sebagai sebuah proses dan tujuan, dengan
penjelasan sebagai berikut:
 Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kelompok
lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan.
 Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau pengetahuan
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi
maupun sosial seperti kepercayaan diri, menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya.
B. Menurut Fahrudin (2012:96-97)
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan
masyarakat yang dilakukan dengan upaya sebagai berikut:
a) Enabling, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu dengan cara mendorong (encourage), memotivasi dan
membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya.
b) Empowering, yaitu meningkatkan kapasitas dengan memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki oleh masyarakat. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata seperti
penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kepada berbagai peluang
yang dapat membuat masyarakat menjadi makin berdayaan.
c) Protecting, yaitu melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem perlindungan
bagi masyarakat yang menjadi subjek pengembangan. Dalam proses pemberdayaan harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Melindungi dalam hal ini dilihat sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


A. Menurut Mardikanto (2014:202), terdapat enam tujuan pemberdayaan masyarakat,
yaitu:
1. Perbaikan kelembagaan (better institution). Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang
dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring
kemitraan usaha.
2. Perbaikan usaha (better business). Perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan
aksesibisnislitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki
bisnis yang dilakukan.
3. Perbaikan pendapatan (better income). Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang
dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk
pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
4. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan pendapatan diharapkan dapat
memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali
disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.
5. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang
membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan
masyarakat.
6. Perbaikan masyarakat (better community). Kehidupan yang lebih baik, yang didukung
oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan akan terwujud kehidupan
masyarakat yang lebih baik pula.
2.3 Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program pemberdayaan,
yaitu prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan atau kemandirian, dan berkelanjutan (Najiati
dkk, 2005:54). Adapun penjelasan terhadap prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Kesetaraan
Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah
adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang
melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.
Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme
berbagai pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing saling
mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.
2. Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah
program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh
masyarakat. Namun, untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan
yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat.
3. Keswadayaan atau kemandirian
Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat
daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang miskin sebagai objek yang tidak
berkemampuan (the have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit (the
have little). Mereka memiliki kemampuan untuk menabung, pengetahuan yang mendalam
tentang kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja
dan kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi. Semua itu
harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang
bersifat materiil harus dipandang sebagai penunjang, sehingga pemberian bantuan tidak justru
melemahkan tingkat keswadayaannya.
4. Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya peran
pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran
pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu
mengelola kegiatannya sendiri.

2.4 Strategi Dalam Pemberdayaan Masyarakat


Strategi Pemberdayaan Masyarakat terdapat tiga strategi utama pemberdayaan
masyarakat dalam praktik perubahan sosial, yaitu tradisional, direct action (aksi langsung), dan
transformasi yang dijelaskan sebagai berikut (Hikmat, 2006):
1. Strategi tradisional. Strategi ini menyarankan agar masyarakat mengetahui dan memilih
kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai keadaan. Dengan kata lain semua pihak
bebas menentukan kepentingan bagi kehidupan mereka sendiri dan tidak ada pihak lain
yang mengganggu kebebasan setiap pihak.
2. Strategi direct-action. Strategi ini membutuhkan dominasi kepentingan yang dihormati
oleh semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut perubahan yang mungkin terjadi.
Pada strategi ini, ada pihak yang sangat berpengaruh dalam membuat keputusan.
3. Strategi transformatif. Strategi ini menunjukkan bahwa pendidikan massa dalam jangka
panjang dibutuhkan sebelum pengindentifikasian kepentingan diri sendiri.

2.5. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang dilakukan, yaitu
sebagai berikut (Soekanto, 1987:63):
1. Tahap Persiapan. Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu:
pertama, penyimpanan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa
dilakukan oleh community woker, dan kedua penyiapan lapangan yang pada dasarnya
diusahakan dilakukan secara non-direktif.
2. Tahapan pengkajian (assessment). Pada tahapan ini yaitu proses pengkajian dapat
dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal
ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (feel
needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahapan ini petugas sebagai
agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam
konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan
kegiatan yang dapat dilakukan.
4. Tahap pemfomalisasi rencanaaksi. Pada tahapan ini agen perubahan membantu masing-
masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang
mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di samping itu juga
petugas membantu untuk memformalisasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis,
terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.
5. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan. Dalam upaya pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerja sama antar petugas
dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik melenceng saat di lapangan.
6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek
biasanya membentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk
jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera berhenti.

2.6 Pengenalan metode belajar bersama

1. Collaborative learning atau pembelajaran kolaboratif


Collaborative learning atau pembelajaran kolaboratif adalah situasi dimana terdapat dua
atau lebih orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama. Collaborative
learning memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain (meminta informasi satu
sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain, memantau pekerjaan satu sama lain, dll).
Collaborative learning ini sangat berakar dalam pandangan Vygotsky bahwa ada sebuah sifat
sosial yang melekat pada pembelajaran, yang tercermin melalui teorinya tentang zona
pengembangan proksimal. Sering kali, pembelajaran kolaboratif digunakan sebagai istilah umum
untuk berbagai pendekatan dalam pendidikan itu. melibatkan upaya intelektual bersama oleh
siswa atau siswa dan guru. Dengan demikian, pembelajaran kolaboratif umumnya berlangsung
ketika kelompok siswa bekerja sama untuk mencari pengertian, makna, atau solusi untuk
membuat sebuah artefak atau produk pembelajaran mereka.Kegiatan belajar secara kolaboratif
dapat mencakup penulisan kolaboratif, proyek kelompok, pemecahan masalah secara bersama,
debat, studi tim, dan kegiatan lainnya. Pendekatan ini terkait erat dengan pembelajaran
kooperatif.

2. Keunggulan Model Kolaborasi


Ada beberapa keunggulan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran kolaborasi.
Keunggulan-keunggulan pembelajaran kolaborasi tersebut menurut Hill & Hill (1993) berkenaan
dengan:
1) prestasi belajar lebih tinggi;
2) pemahaman lebih mendalam;
3) belajar lebih menyenangkan;
4) mengembangkan keterampilan kepemimpinan;
5) meningkatkan sikap positif;
6) meningkatkan harga diri;
7) belajar secara inklusif;
8) merasa saling memiliki; dan
9) mengembangkan keterampilan masa depan.

3. Macam-macam Model Pembelajaran Kolaboratif


 Learning Together
Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam
kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian
didasarkan pada hasil kerja kelompok.
 Teams-Games-Tournament (TGT)
Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba
dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian
didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
 Group Investigation (GI)
Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan
pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan
siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan
forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
 Academic-Constructive Controversy (AC)
Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual
yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok
maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian
dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan
antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap
anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

4. Langkah-kangkah pengajaran kolaboratif


Pengajaran kolaboratif mempunyai 6 langkah utama (Joyce & Weil, 1996) yaitu :
 Penyampaian tujuan dan memotivasi mahasiswa;
 Penyajian informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui bahan bacaan;
 Pengorganisasian mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar;
 Membimbing kelompok bekerja dan belajar;
 Asesmen tentang apa yang sudah dipelajari sehingga masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya;
 Memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun individu.
Menurut Reid (2004) dalam menggembangkan collaborative learning ada lima tahapan yang
harus dilakukan, yaitu:
1. Engagement
Pada tahap ini, pengajar melakukan penilaian terhadap kemampuan, minat, bakat dan
kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Lalu, siswa dikelompokkan yang di
dalamnya terdapat siswa terpandai, siswa sedang, dan siswa yang rendah prestasinya.
2. Exploration
Setelah dilakukan pengelompokkan, lalu pengajar mulai memberi tugas, misalnya dengan
memberi permasalahan agar dipecahkan oleh kelompok tersebut. Dengan masalah yang
diperoleh, semua anggota kelompok harus berusaha untuk menyumbangkan kemampuan berupa
ilmu, pendapat ataupun gagasannya.
3. Transformation
Dari perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa, lalu setiap anggota
saling bertukar pikiran dan melakukan diskusi kelompok. Dengan begitu, siswa yang semula
mempunyai prestasi rendah, lama kelamaan akan dapat menaikkan prestasinya karena adanya
proses transformasi dari siswa yang memiliki prestasi tinggi kepada siswa yang prestasinya
rendah.
4. Presentation
Setelah selesai melakukan diskusi dan menyusun laporan, lalu setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat salah satu kelompok melakukan presentasi, maka
kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan
menanggapi.
5. Reflection
Setelah selesai melakukan presentasi, lalu terjadi proses Tanya-jawab antar kelompok.
Kelompok yang melakukan presentasi akan menerima pertanyaan, tanggapan ataupun sanggahan
dari kelompok lain. Dengan pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain, anggota kelompok
harus bekerjasama secara kompak untuk menanggapi dengan baik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai


masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat people-
centered dan participatory. Menurut (Soekanto, 1987:63) ada tujuh tahapan atau langkah dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat yaitu:
1. Tahap Persiapan. Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu:
pertama, penyimpanan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa
dilakukan oleh community woker, dan kedua penyiapan lapangan yang pada dasarnya
diusahakan dilakukan secara non-direktif.
2. Tahapan pengkajian (assessment). Pada tahapan ini yaitu proses pengkajian dapat
dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal
ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (feel
needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahapan ini petugas sebagai
agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam
konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan
kegiatan yang dapat dilakukan.
4. Tahap pemfomalisasi rencanaaksi. Pada tahapan ini agen perubahan membantu masing-
masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang
mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di samping itu juga
petugas membantu untuk memformalisasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis,
terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.
5. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan. Dalam upaya pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerja sama antar petugas
dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik melenceng saat di lapangan.
6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek
biasanya membentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk
jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera berhenti.
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, Edi. 2005. Membangun masyarakat memberdayakan rakyat. Bandung: Refika
Aditama.

Fahrudin, Adi. 2012. Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat.


Bandung: Humaniora.

Najiati, Sri, dkk. 2005. Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Bogor: Wetlands
International.

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosial Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali press.

Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility)(Tanggungjawab Sosial


Korporasi). Bandung: Alfabeta.

Hikmat, Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Anda mungkin juga menyukai